KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) MODEL PENGEMBANGAN INOVASI PERTANIAN BIOINDUSTRI BERKELANJUTAN SPESIFIK LOKASI Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Eselon I : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Unit Eselon II : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Program : Penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing Hasil : Menguatnya ekonomi keluarga dan meningkantnya peran perempuan dalam pembangunan pertanian Kegiatan : Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Spesifik Lokasi Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Teknologi Pengguna Satuan Ukur dan Jenis Keluaran : Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bio Industri Berkelanjutan Spesifik Lokasi (Unit) Volume : 75 unit model spesifik lokasi di 34 propinsi yang didesiminasikan kepada 1. Latar Belakang 1. Dasar Hukum Undang-Undang No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender (PUG) dalam pembangunan nasional yang mengamanahkan agar program pembangunan pada umumnya dapat merespon potensi, permasalahan, kebutuhan, dan kepentingan sumberdaya manusia yang menjadi subyek pembangunan, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03/Kpts/OT.060/1/2005 tentang Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT 010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.02/2014 Tahun 2014 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2015. Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) untuk periode 2015 – 2045 membangun Sistem Pertanian Bioindustri Berkelanjutan. 2. Gambaran Umum Menurut hasil sensus terakhir (2010), jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 119,6 juta dan perempuan sebanyak 118,0 juta. Jumlah penduduk miskin pada September 2014 sebanyak 27,7 juta orang (11,46%), turun 2,32 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49%). Peranan komoditi pangan terhadap Garis Kemiskinan sangat besar yaitu 73,53%. Terkait dengan itu, sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam mengurangi angka kemiskinan nasional. Pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi sebagai salah satu alternatif mengatasi permasalahan kemiskinan, dengan implementasi program- program aksi pemberdayaan petani dan potensi lokal. Akan tetapi perlu dicermati pula fenomena yang terdapat dalam perspekstif gender yakni terjadinya gejala kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam mengakses peluang berpartisipasi dalam kegiatan aksi pengembangan sistem dan usahatani. Berdasarkan analisis situasi tersebut, menuntut Balitbangtan melalui Balai-balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di seluruh propinsi yang dikoordinasikan oleh BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) harus mampu merancang kegiatan pengembangan pertanian melalui inovasi yang sensitif terhadap gender. Kegiatan yang dirancang adalah Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bio Industri Berkelanjutan Spesifik Lokasi. Berdasarkan realitas di lapangan saat ini, bahwa akses terhadap inovasi teknologi masih didominasi oleh laki-laki, dan terkait dengan itu perlu upaya peningkatan peran perempuan petani dalam pengembangan model tersebut dan pengembangan pertanian pada umumnya. Berdasarkan Gender Analysis Pathway dan Policy Outlook untuk rencana aksi eskalasi pengembangan model tahun 2016 dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: a. Akses perempuan kepala rumahtangga (PKRT) terhadap ilmu pengetahuan, informasi, fasilitasi, pelatihan, dan sumberdaya lainnya relatif masih rendah dibandingkan laki-laki. b. Kontrol perempuan terhadap sumberdaya dalam pengembangan pertanian melalui inovasi relatif lebih rendah dibading laki-laki. c. Partisipasi atau keanggotaan kelompok sasaran model-model pengembangan pertanian melalui inovasi masih didominasi laki-laki. d. Manfaat sebagian besar program dan kegiatan pengembangan pertanian melalui inovasi cenderung didominasi oleh laki-laki. Hal di atas menunjukkan adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, baik secara eksternal maupun internal. Secara internal, lingkungan kebijakan ( policy environment) belum maksimal dalam mencermati isu gender, serta belum dilakukaknnya recording data terpilah aktor laki-laki dan perempuan dalam setiap program pemberdayaan petani dan potensi lokal mendukung pengembangan pembangunan pertanian berbasis inovasi. Sementara secara eksternal terdapat kecenderungan bahwa kentalnya persepsi yang relatif bias gender pada sebagian sistem sosial masyarakat, yang mempersepsikan kuat bahwa laki-laki adalah kepala rumah tangga dan dominan, sedangkan perempuan masih dipersepsikan kuat dalam kegiatan domestik keluarga, seperti mengurus rumah tangga, pengasuhan, serta kegiatan lain yang terkait bias gender. Merujuk pada kondisi di atas, perlu reorientasi dan reformulasi tujuan kegiatan pengembangan model pembangunan pertanian dengan lebih fokus pada peningkatan peran perempuan dalam peningkatkan kemandirian pangan, konservasi sumberdaya pertanian lokal, peningkatan pendapatan yang berbasis pada inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi, dan pelestarian lingkungan yang lebih responsif gender melalui penyempurnaan model yang selama ini telah dikembangkan. Tujuan a. Mengembangkan database akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat (AKPM) lakilaki dan perempuan dalam operasionalisasi kegiatan Model Pengembangan Pertanian Berbasis Bio Industri Berkelanjutan b. Mendorong peningkatan peran dan partisipasi perempuan dalam pengelolaan usahatani dengan mengimplementasikan Model Pengembangan Pertanian Berbasis Bio Industri Berkelanjutan c. Mendorong terjadinya peningkatan produktivitas hasil pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. d. Meningkatkan pendapatan dan ekonomi keluarga e. Meningkatkan peran perempuan dalam pemanfaatan bio-massa Sasaran a. Terbangunnya model pengembangan pertanian berbasis bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi, dimana peran serta antara pelaku pertanian (laki-laki dan perempuan) berimbang dan saling memperkuat. b. Terciptanya peluang dimana peran perempuan dalam model bioindustri dapat meningkatkan nilai tambah dari pemanfaatan biomass 2. Penerima Manfaat Kelompok tani kooperator, petugas lapangan, masyarakat di sekitar lokasi model 3. Strategi Pencapaian Keluaran 1. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan hasil kajian diagnostik meliputi analsis kebutuhan, identifikasi permasalahan, dan mengkaji potensi serta peluang pengembangan spesifik lokasi. Selanjutnya menentukan batas spasial, penetapan arsitektur pola usahatani dan bioindustri serta penyusunan relasi antar komponen. Wujud model dalam bentuk percontohan/display di lapangan dengan memperhatikan tata letak, penentuan komoditas, introduksi teknologi spesifik lokasi. 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan 1. Melakukan penataan database petani dan masyarakat (laki-lakli dan perem-puan), yang memiliki akses maupun peluang usaha mengembangkan usaha-tani berbasis inovasi teknologi spesifik lokasi 2. Sosialisasi, advokasi, dan pendampingan para pengambil kebijakan terkait pengembangan pertanian melalui inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi. 3. Meningkatkan sasaran kegiatan untuk perempuan, dengan merekayasa rencana aksi kegiatan di sekitar rumah atau di lahan pekarangan 4. Memfokuskan rencana kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan perempuan petani. Matrik Tahapan Pelaksanaan No. 1 2 3 4 Tahapan Pelaksanaan Penataan database Sosialisasi, advokasi dan pendampingan Merekayasa rencana aksi kegiatan Fokus rencana kegiatan sesuai kebutuhan perempuan Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des 4. Waktu dan Pencapaian Keluaran Pelaksanaan kegiatan satu periode Januari-Desember TA. 2016 5. Biaya Pembiayaan kegiatan dibebankan pada APBN TA 2016, DIPA Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Jumlah alokasi anggaran adalah Rp Rp. 24.690.000.000,6. Indikator Kinerja Pencapaian kinerja diukur dengan indikator sebagai berikut : 1. Meningkatnya peran perem-puan khususnya, serta masyarakat petani umum-nya dalam partisipasi pemantapan ketahanan pangan, konservasi sumberdaya pertainan lokal, peningkatan pendapatan, dan pelestarian lingkungan 2. Keseimbangan dalam partisipasi, akses, kontrol dan manfaat bagi perempuan dalam ko-produksi dan pengelolaan ekonomi keluar-ga, berbasis usahatani bio-industri dengan pengembangan model-model hasil penelitian. 3. Meningkatnya jumlah perempuan yang ber-partisipasi dalam setiap ke-giatan pengem-bangan perta-nian melalui inovasi.