brand image loyalitas pelanggan

advertisement
Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas
Pelanggan di Kota Banda Aceh
Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si
Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap
Loyalitas Pelanggan di Kota Banda Aceh
1)
Muhammad Iqbal, SE, MM1 Yulfrita Adami, SE. M.Si2
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
2)
Fakultas Ekonomi Universitas Abulyatama Aceh
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh brand image pasta gigi merek Close Up
terhadap loyalitas pelanggan di Kota Banda Aceh. Sampel penelitian sebanyak 145 orang pengguna pasta
gigi merek Close Up yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
dan selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatan statistik regresi linier berganda. Penelitian
menemukan bahwa brand image yang terdiri dari favorability of brand association, strength of brand
association, dan unique of brand association berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pasta gigi
merek Close Up. Hubungan antara favorability of brand association, strength of brand association, dan
unique of brand association dengan loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up sangat kuat, ditunjukkan
oleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,872. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F hitung > F
tabel dan nilai t hitung masing-masing variabel lebih besar dari nilai t tabel, dapat disimpulkan baik secara
simultan maupun parsial variabel favorability of brand association, strength of brand association, dan
unique of brand association berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up
di Kota Banda Aceh. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, loyalitas pelanggan pasta
gigi merek Close Up secara nyata dipengaruhi oleh baik buruknya penilaian terhadap brand image atau citra
merek tersebut. Karena itu, produsen dan pemasar pasta gigi merek Close Up dipandang perlu
meningkatkan brand image atau citra merek Close Up dikalangan pengguna produk pasta gigi.
Kata Kunci : Brand Image, favorability of brand association, strength of brand association, dan unique of
brand association dan loyalitas pelanggan.
Latar Belakang Penelitian
Situasi persaingan yang ketat telah
menyebabkan perusahaan-perusahaan sulit untuk
meningkatkan jumlah pelanggan. Di pasar yang
sudah ada, terlalu banyak produk dengan berbagai
keunggulan serta nilai lebih yang ditawarkan oleh
para pesaing, sehingga sulit bagi perusahaan
untuk merebut pangsa pasar pesaing. Di pihak
lain, untuk memasuki pasar baru memerlukan
biaya cukup besar. Penelitian menunjukkan
bahwa biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan
pelanggan baru enam kali lebih besar dari biaya
untuk mempertahankan pelanggan.
Oleh karena itu, alternatif yang lebih baik
adalah melakukan berbagai upaya untuk
mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada,
salah satunya adalah melalui usaha meningkatkan
kesetiaan pelanggan. Kunci keunggulan bersaing
dalam situasi yang penuh persaingan adalah
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan
kesetiaan pelanggan. Kesetiaan pelanggan akan
menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam jangka
pendek tetapi keunggulan bersaing yang
berkelanjutan. Hal ini karena kesetiaan pelanggan
memiliki nilai strategik bagi perusahaan.
Kenyataan menunjukkan bahwa suksesnya IBM,
Coca Cola, Singapore Airlines, Xerox dan
sejumlah produk merek lain tidak terlepas dari
ikatan kuat pelanggannya, yaitu kesetiaan.
Begitu bernilainya kesetiaan pelanggan
terhadap merek, Aaker yang dikutip oleh
Fajrianthi dan Farrah (2005) menyatakan,
“kesetiaan pelanggan terhadap merek merupakan
salah satu dari aset merek. Ini tentunya amat
mahal nilainya karena untuk membangunnya
banyak tantangan yang harus dihadapi serta
membutuhkan waktu yang sangat lama”.
Tidak dapat dipungkiri bahwa permintaan
terhadap barang atau jasa yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan tidak terlepas dari penilaian
konsumen terhadap barang atau jasa yang
dihasilkan tersebut. Maksudnya apakah produk
yang dihasilkan dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen atau tidak. Paling tidak
kepuasan tersebut muncul dari sejauhmana produk
barang atau jasa yang diberikan oleh perusahaan
dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan
konsumen.
Pasta gigi merek Close Up merupakan salah
satu merek pasta gigi yang tidak asing lagi
dikalangan konsumennya. Pasta gigi merek
tersebut tidak hanya disukai karena berbagai
atribut yang dimilikinya, akan tetapi juga diminati
85
85
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98
karena atribut atau pun kesan yang melekat pada
pasta gigi tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan,
pasta gigi merek Close Up disukai oleh berbagai
kalangan baik kalangan mahasiswa dan anak
sekolah maupun masyarakat umum.
Tinggi rendahnya kesetiaan konsumen
terhadap merek tidak terlepas dari citra merek
(brand image). Brand image merupakan
pemahaman konsumen mengenai merek secara
keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap
merek dan bagaimana pandangan konsumen
tentang merek.
Brand image tidak semata
ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang
baik kepada sebuah produk, tetapi juga
dibutuhkan bagaimana cara memperkenalkan
produk tersebut agar dapat menjadi sebuah
memori bagi konsumen dalam membentuk suatu
persepsi akan sebuah produk. Brand image
sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan,
dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap
suatu merek. Brand image dapat dianggap jenis
asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika
mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi
tersebut secara sederhana dapat muncul dalam
bentuk pemikiran atau citra tertentu yang
dikaitkan pada suatu merek (Hapsari, 2007).
Brand image atau citra merek yang positif
dapat meningkatkan kemungkinan pilihan
terhadap merek tersebut. Asosiasi-asosiasi merek
membentuk citra merek (brand image) menjadi
pijakan dalam keputusan konsumen untuk loyal
terhadap merek tersebut (Ariprabowo, 2007).
Pada gilirannya brand image bermuara pada
loyalitas pelanggan pada merek. Dengan demikian
semakin tinggi baik penilaian konsumen terhadap
brand image suatu produk dengan merek tertentu,
akan semakin tinggi pula loyalitas mereka pada
merek tersebut. Karena pada dasarnya setiap
konsumen akan cenderung memilih produk yang
mereka yakini mampu memenuhi kebutuhan
mereka.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
pasta gigi merek Close Up merupakan salah satu
pasta gigi yang banyak diminati oleh masyarakat
di Kota Banda Aceh, diantara sekian banyak
merek lainnya seperti Pepsodent, Ciptadent,
Formula, Siwak dan pasta gigi merek lainnya. Di
samping itu juga terdapat merek lainnya seperti
Sensodent, Delident dan merek-merek lainnya.
Sekalipun pasta gigi merek Close Up
bukanlah merek paling dikenal diantara sesama
produk pasta gigi, namun demikian keberadaan
merek Close Up tetap mendapat tempat tersendiri
di hati masyarakat. Hal ini terlihat dari hasil
pengamatan lapangan yang menunjukkan bahwa
hingga saat ini sangat banyak diantara masyarakat
86
yang menggunakan pasta gigi merek Close Up.
Sekalipun tidak ada data kuantitatif tentang
masyarakat yang menggunakan pasta gigi
tersebut, tetapi dapat dipastikan bahwa pasta gigi
merek Close Up sangat banyak digunakan oleh
konsumennya. Hal ini diperkuat oleh hasil
wawancara dengan pengelola beberapa swalayan
di Kota Banda Aceh yang menyatakan bahwa
minat konsumen menggunakan pasta gigi merek
Close Up relatif tinggi setelah pasta gigi merek
Pepsodent dan Ciptadent.
Sebenarnya strategi produk dan strategi
pemasaran yang digunakan oleh produsen dan
pemasar produk pasta gigi merek Close Up tidak
jauh berbeda bila dibandingkan dengan strategi
pemasaran produk pasta gigi lain. Adanya strategi
differensiasi produk seperti ukuran produk dan
selanjutnya diikuti dengan perbedaan harga
produk berdasarkan ukuran produk dimaksud
dapat dilihat sebagai salah satu cara bagi produsen
untuk meningkatkan minat beli konsumen.
Sehingga konsumen dapat memilih produk sesuai
dengan keinginan mereka.
Apapun bentuk strategi yang dilakukan oleh
perusahaan dalam memasarkan produknya, tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan minat beli
dan loyalitas pelanggan. Berdasarkan hasil survey
awal yang dilakukan peneliti, ada di antara
pengguna pasta gigi yang memiliki loyalitas yang
tinggi terhadap merek Close Up. Sinyalemen ini
terlihat dari adanya sikap pengguna pasta gigi
yang lebih memilih merek Close Up bila
dibandingkan dengan pasta gigi merek lain.
Sekalipun mereka sudah pernah menggunakan
pasta gigi merek lain seperti Pepsodent dan
Formula, namun pada akhirnya mereka tetap
memilih pasta gigi merek Close Up. Yang
menjadi pertanyaan adalah, apakah keinginan
konsumen memilih pasta gigi merek Close Up
terkait erat dengan citra merek (brand image)
pasta gigi merek tersebut ?. Tulisan ini menguji
hubungan fungsional antara loyalitas pelanggan di
Kota Banda Aceh dengan brand image pasta gigi
merek Close Up.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Merek dan Citra Merek
Suyanto (2007:77) menyatakan, “merek
merupakan kombinasi dari nama, kata, simbol
atau desain yang memberi identitas produk”.
American Marketing Association (AMA) seperti
yang dikutip oleh Keller (2003:3) menyatakan,
“brand is a name, term, sign, symbol, or design,
or a combination of them, intended to identify the
goods and services of one seller or group of
sellers and to diffrentiate them from those of of
Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas
Pelanggan di Kota Banda Aceh
Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si
competition”. Maksudnya merek adalah nama,
istilah, simbol, rancangan atau kombinasi dari halhal
tersebut,
yang
dimaksudkan
untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang
atau kelompok penjual dan untuk membedakan
dari produk pesaing. Selanjutnya Nicolino
(2004:4-5) menyatakan merek adalah entitas yang
mudah dikenali dan menjanjikan nilai-nilai
tertentu.
Kotler (2003:446) menyatakan, “merek
merupakan salah satu faktor pembeda bagi produk
yang dihasilkannya dengan perusahaan lainnya
sehingga merek tersebut dipandang sebagai suatu
aset yang paling penting bagi setiap produk yang
dihasilkan oleh perusahaan sehingga bagaimana
pun kesetiaan pelanggan mewakili kekuatan suatu
merek”. Merek tidak hanya merupakan slogan,
logo, simbol atau paten. Merek bukan sesuatu
yang dibentuk di pabrik melainkan adalah sesuatu
yang dibentuk dalam pikiran konsumen melalui
proses pemasaran secara keseluruhan.
Citra Merek (Brand Image)
Kotler (2003:215) mendefinisikan citra
merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan
kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu
merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen
terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra
merek tersebut. Kotler (2003:225) juga
menambahkan bahwa citra merek merupakan
syarat dari merek yang kuat. Simamora (2002:
112) mengatakan bahwa citra adalah persepsi
yang relatif konsisten dalam jangka panjang
(enduring perception). Jadi tidak mudah untuk
membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan
sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk
harus jelas dan memiliki keunggulan bila
dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan
dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek
lain, muncullah posisi merek.
Pada dasarnya sama dengan proses persepsi,
karena citra terbentuk dari persepsi yang telah
terbentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi
dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada
tahap keterlibatan konsumen. Level keterlibatan
ini selain mempengaruhi persepsi juga
mempengaruhi fungsi memori (Mowen, 2002:
312).
Definisi brand image menurut beberapa ahli
pemasaran, seperti, Kotler dan Keller (2006:268),
yaitu ” Perceptions and beliefs held by consumer.
As reflected in the associations held in consumer
memory”. Sedangkan Wells, Burnett, dan
Moriarty (2000:163), mengemukakan” A brand
image is a mental image that reflects the way
consumers perceive the brand, including all the
identification elements, the product personality,
and the emotions and associations evoked in the
mind consumers”.
Berdasarkan pendapat di atas Hapsari
(2007) mengambil beberapa kesimpulan tentang
brand image sebagai berikut:
1. Brand image merupakan pemahaman
konsumen
mengenai
merek
secara
keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap
merek dan bagaimana pandangan konsumen
tentang merek.
2. Brand image tidak semata ditentukan oleh
bagaimana pemberian nama yang baik kepada
sebuah produk, tetapi juga dibutuhkan
bagaimana cara memperkenalkan produk
tersebut agar dapat menjadi sebuah memori
bagi konsumen dalam membentuk suatu
persepsi akan sebuah produk.
3. Brand image sangat berpatokan pada
pemahaman, kepercayaan, dan pandangan
atau persepsi konsumen terhadap suatu merek.
4. Brand image dapat dianggap jenis asosiasi
yang muncul di benak konsumen ketika
mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi
tersebut secara sederhana dapat muncul dalam
bentuk pemikiran atau citra tertentu yang
dikaitkan pada suatu merek.
5. Brand image yang positif akan membuat
konsumen menyukai suatu produk dengan
merek yang bersangkutan di kemudian hari,
sedangkan bagi produsen brand image yang
baik akan menghambat kegiatan pemasaran
pesaing.
6. Brand image merupakan faktor yang penting
yang dapat membuat konsumen mengeluarkan
keputusan untuk mengkonsumsi bahkan
sampai kepada tahap loyalitas di dalam
menggunakan suatu merek produk tertentu,
karena brand image mempengaruhi hubungan
emosional antara konsumen dengan suatu
merek, sehingga merek yang penawarannya
sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk
dikonsumsi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra
Merek (Brand Image)
Schiffman
dan
Kanuk
(2006:135)
menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas
produk barang yang ditawarkan oleh produsen
dengan merek tertentu.
2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan
dengan pendapat atau kesepakatan yang
dibentuk oleh masyarakat tentang suatu
produk yang dikonsumsi.
87
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98
3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan
fungsi dari suatu produk barang yang bisa
dimanfaatkan oleh konsumen.
4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas
produsen dalam melayani konsumennya.
5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya
akibat atau untung dan rugi yang mungkin
dialami oleh konsumen.
6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan
tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya
jumlah uang yang dikeluarkan konsumen
untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat
mempengaruhi citra jangka panjang.
7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri,
yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan
informasi yang berkaitan dengan suatu merek
dari produk tertentu.
Keller yang dikutip oleh Ariparabowo
(2007) menyatakan, faktor pembentuk citra merek
(brand image) dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok terdiri dari (1) Favorability of brand
association, dalam hal ini berkaitan dengan
kepercayaan konsumen bahwa merek memiliki
manfaat bagi mereka; (2) Strength of brand
association, berkaitan dengan kekuatan asosiasi
merek Close Up yang ada dalam ingatan
konsumen; dan (3) Unique of brand association,
merupakan keunikan dari asosiasi merek suatu
produk yang akan dipandang lain dan akan
memberikan citra (image) yang berbeda dari
pesaing.
Loyalitas Pelanggan pada Merek
Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan
akhir dari semua perusahaan. Tetapi kebanyakan
dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas
konsumen dapat dibentuk melalui beberapa
tahapan mulai dari mencari konsumen potensial
sampai dengan advocate customers yang akan
membawa keuntungan bagi perusahaan. Menurut
Evans dan Berman (2002: 215) bahwa loyalitas
dinilai sebagai tulang punggung perusahaan dalam
berhubungan dengan konsumen. Perusahaan yang
mempunyai pelanggan yang loyal berarti sudah
mencapai satu langkah lebih maju dalam hal
pemuasan pelanggan. Konsumen yang loyal juga
merupakan keuntungan tersendiri dan bila
ditambah dengan pembinaan hubungan terus
menerus, biaya melayani konsumen akan
berkurang. Mempertahankan pelanggan lama
akan lebih mudah daripada mencari pelanggan
baru. Bahkan seiring dengan perjalanan waktu
konsumen yang loyal menjadi pembangunan
bisnis, membeli lebih banyak, membayar lebih
tinggi dan membawa konsumen baru.
88
Lovelock dan Wright (2007) menyatakan,
loyalitas adalah keputusan pelanggan untuk secara
suka rela terus berlangganan dengan perusahaan
tertentu dalam jangka waktu yang lama. Loyalitas
hanya akan berlanjut hanya sepanjang pelanggan
merasakan bahwa ia menerima nilai yang lebih
baik (termasuk kualitas yang lebih tinggi dalam
kaitannya dengan harga) dibandingkan dengan
yang dapat diperoleh dengan beralih ke penyedia
jasa lain. Jika perusahaan pertama tersebut
melakukan
sesuatu
yang
mengecewakan
pelanggan atau jika pesaing mulai menawarkan
nilai yang jauh lebih baik, risikonya ialah bahwa
pelanggan tersebut akan menyeberang, yakni
keputusan pelanggan untuk mengalihkan loyalitas
merek dari penyedia produk sekarang ke pesaing.
Loyalitas
dapat
membuat
konsumen
melakukan pembelian secara konsisten terhadap
pemilihan suatu merek. Konsumen akan berusaha
untuk meminimumkan resiko, waktu dan proses
pengambilan keputusan. Pengalaman juga penting
karena berhubungan dengan kebiasaan dalam
pengambilan keputusan. Pilihan baik dan
pembelian yang tetap terhadap suatu merek pada
suatu waktu akan berulang kembali karena adanya
pengalaman yang baik pada tindakan sebelumnya
(Evans dan Berman, 2002: 216).
Sedangkan Griffin (2005) menyatakan bahwa
loyalitas konsumen adalah suatu komitmen yang
kuat dari konsumen sehingga bersedia melakukan
pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang
disukai secara konsisten dan dalam jangka
panjang, tanpa terpengaruh oleh situasi dan
usahausaha marketing dari produk lain yang
berusaha membuat mereka beralih untuk membeli
produk lain tersebut. Jadi loyalitas konsumen
adalah suatu sikap yang berkomitmen untuk tetap
menggunakan produk atau pelayanan dari
penyedia tertentu. Untuk menjadi konsumen yang
loyal, seseorang harus melalui beberapa tahapan.
Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan
dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing
tahap. Dengan memenuhi kebutuhan dari setiap
tahap tersebut, maka perusahaan mempunyai
peluang yang lebih besar untuk membentuk calon
pembelinya menjadi konsumen yang loyal dan
klien perusahaan (Griffin, 2005)
Berkaitan dengan loyalitas konsumen
terhadap produk (merek) tertentu, loyalitas merek
adalah pilihan yang dilakukan konsumen untuk
membeli merek tertentu dibandingkan merek yang
lain dalam satu kategori produk (Giddens, 2002).
Schiffman dan Kanuk (2006: 156) mendefinisikan
loyalitas merek sebagai preferensi konsumen
secara konsisten untuk melakukan pembelian pada
merek yang sama pada produk yang spesifik atau
Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas
Pelanggan di Kota Banda Aceh
Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si
kategori pelayanan tertentu. Walaupun demikian,
loyalitas konsumen berbeda dengan perilaku
pembelian berulang (repeat purchasing behavior).
Perilaku pembelian berulang adalah tindakan
pembelian berulang pada suatu produk atau merek
yang lebih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan.
Dalam loyalitas konsumen, tindakan berulang
terhadap merek tersebut dipengaruhi oleh
kesetiaan terhadap merek.
Sedangkan Aaker yang dikutip oleh Fajrianthi
dan Zatul (2005) menyebutkan bahwa loyalitas
merek adalah kelekatan konsumen pada nilai yang
tinggi dari suatu merek, dengan kelekatan yang
dibangun ini maka konsumen akan menolak
segala strategi yang dilakukan oleh kompetitor
merek. Konsumen akan memberikan loyalitas dan
kepercayaannya pada merek selama merek
tersebut sesuai dengan harapan yang dimiliki oleh
konsumen, bertindak dalam cara-cara tertentu dan
menawarkan nilai-nilai tertentu.
Loyalitas pada merek ini timbul karena
konsumen mempersepsikan merek tersebut
menghasilkan produk yang memiliki sejumlah
manfaat dan kualitas dengan harga yang sesuai.
Loyalitas merek juga menjadi indikasi adanya
kekuatan merek, karena tanpa loyalitas merek
tidak akan tercipta kekuatan merek. Hal ini dapat
dilihat pada merek-merek yang menjadi pemimpin
di pasaran, dapat dipastikan bahwa merek tersebut
memiliki pelanggan yang loyal pada merek
tersebut (Giddens, 2002).
Penggolongan Loyalitas Merek
Aaker yang dikutip oleh Simamora (2002)
membagi loyalitas merek ke dalam lima tingkatan,
sebagai berikut:
1. Switcher adalah golongan yang tidak peduli
pada merek, mereka suka berpindah merek.
Motivasi mereka berpindah merek adalah
harga yang rendah karena golongan ini
memang sensitif terhadap harga (price
sensitive switcher), adapula yang selalu
mencari variasi yang disebut Blackwell et al
dan Kotler sebagai variety-prone switcher dan
karena para konsumen tersebut tidak
mendapatkan kepuasan (unsatisfied switcher).
2. Habitual buyer adalah golongan yang setia
terhadap suatu merek dimana dasar
kesetiaannya bukan kepuasan atau keakraban
dan kebanggaan. Golongan ini memang puas,
setidaknya tidak merasa dikecewakan oleh
merek tersebut. Dan dalam membeli produk
didasarkan pada faktor kebiasaan, bila
menemukan merek yang lebih bagus, maka
mereka akan berpindah. Blackwell et al
menyebut perilaku tersebut sebagai inertia.
3. Satisfied buyer adalah golongan konsumen
yang merasa puas dengan suatu merek.
Mereka setia, tetapi dasar kesetiaannya bukan
pada kebanggaan atau keakraban pada suatu
merek tetapi lebih didasarkan pada
perhitungan untung rugi atau biaya peralihan
(switching cost) bila melakukan pergantian ke
merek lain.
4. Liking the brand adalah golongan konsumen
yang belum mengekspresikan kebanggannya
pada kepada orang lain, kecintaan pada
produk baru terbatas pada komitmen terhadap
diri sendiri, dan mereka merasa akrab dengan
merek.
5. Commited buyer adalah konsumen yang
merasa bangga dengan merek tersebut dan
mengekspresikan kebanggaannya dengan
mempromosikan merek tersebut pada orang
lain.
Dalam satu golongan loyalitas masih terbuka
kemungkinan pada perbedaan derajat kesetiaan.
Kita dapat mengatakan bahwa kesetiaan berada
pada suatu kontinum. Titik paling rendah adalah
tidak loyal sama sekali sedangkan titik paling
tinggi adalah loyalitas penuh. Bahkan Kunde
menyebutkan bahwa loyalitas puncak adalah titik
dimana merek telah menjadi agama (brand
religion), merek menjadi sesuatu yang wajib,
dipuja dan disembah (Simamora, 2002).
Sedangkan Griffin (2005) menyatakan
bahwa tingkatan konsumen yang loyal sebagai
berikut.
1. Suspects (tersangka), meliputi semua orang
yang mungkin akan membeli barang/jasa
perusahaan. Kita menyebutnya sebagai
suspects karena yakin bahwa mereka akan
membeli tetapi belum mengetahui apapun
mengenai perusahaan dan barang/jasa yang
ditawarkan.
2. Prospects (yang diharapkan), adalah orangorangyang
memiliki
kebutuhan
akan
barang/jasa
tertentu,
dan
mempunyai
keyakinan untuk membelinya. Para prospects
ini meskipun mereka belum melakukan
pembelian,
mereka
telah
mengetahui
keberadaan perusahaan dan barang/jasa yang
ditawarkan,
karena
seseorang
telah
merekomen dasikan barang/jasa tersebut
kepadanya.
3. Disqualified
Prospects
(yang
tidak
berkemampuan), yaitu prospek yang telah
mengetahui keberadaan barang/jasa tertentu
tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk
membeli barang/jasa tersebut.
4. First Time Customers (pembeli baru), yaitu
konsumen yang membeli untuk pertama
89
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98
kalinya, mereka masih menjadi konsumen
baru.
5. Repeat Customers (pembeli berulang-ulang),
yaitu konsumen yang telah melakukan
pembelian suatu produk sebanyak dua kali
atau lebih.
6. Clients (pelanggan tetap), yaitu membeli
semua barang/jasa yang mereka butuhkan dan
ditawarkan perusahaan, mereka membeli
secara teratur. Hubungan dengan jenis
konsumen ini sudah kuat dan berlangsung
lama yang membuat mereka tidak terpengaruh
oleh daya tarik produk perusahaan pesaing.
7. Advocates (pelanggan tetap dan pendukung),
yaitu seperti clients akan tetapi juga mengajak
teman-teman mereka yang lain agar membeli
barang/jasa
dari
perusahaan
yang
bersangkutan.
Berkaitan dengan loyalitas konsumen
terhadap suatu produk dengan merek tertentu,
Giddens (2002) menyatakan bahwa konsumen
yang loyal terhadap suatu merek memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Memiliki komitmen pada merek tersebut
2. Berani membayar lebih pada merek tersebut
bila dibandingkan dengan merek yang lain.
3. Akan merekomendasikan merek tersebut pada
orang lain.
4. Dalam melakukan pembelian kembali produk
tersebut tidak melakukan pertimbangan.
5. Selalu mengikuti informasi yang berkaitan
merek tersebut
6. Mereka dapat menjadi semacam juru bicara
dari merek tersebut dan mereka selalu
mengembangkan hubungan dengan merek
tersebut.
merek secara terus menerus agar merek tersebut
menjadi lebih dipilih dan konsumen loyal
terhadap merek tersebut (Ariprabowo, 2007).
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, citra
merek (brand image) adalah seperangkat
keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh
seseorang terhadap suatu merek (Kotler,
2003:215). Adanya keterkaitan antara brand
image (citra merek) dengan loyalitas pelanggan
juga ditegaskan oleh Lau & Lee (2000) yang
menyatakan kepercayaan konsumen terhadap
merek memegang peranan yang penting dalam
terciptanya loyalitas konsumen terhadap suatu
merek tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa
brand image dapat berpengaruh positif terhadap
loyalitas konsumen pada merek. Semakin baik
penilaian konsumen terhadap citra suatu merek,
akan semain tinggi pula loyalitas konsumen
terhadap merek tersebut. Sebaliknya penilaian
yang kurang baik terhadap citra suatu merek akan
dapat berdampak pada penurunan loyalitas
konsumen pada merek. Hal ini didukung oleh
pendapat Schiffman dan Kanuk (2007: 172)
menyatakan, para konsumen menghindari risiko
dengan tetap setia kepada sebuah merk yang telah
memuaskan mereka daripada membeli merk baru
atau yang belum dicoba. Orang yang merasakan
risiko tinggi, misalnya lebih mungkin untuk setia
kepada
merk-merk
lama
dan
kecil
kemungkinannya untuk membeli produk-produk
baru yang diperkenalkan. Hal ini mengisyaratkan
bahwa pengalaman dalam menggunakan produk
dengan merk tertentu memberikan kontribusi bagi
pembentukan loyalitas pelanggan terhadap merek
tersebut.
Keterkaitan Antara Brand Image Dengan
Loyalitas Pelanggan
Keller (2003) berpendapat bahwa pada
dasarnya brand image atau citra merek yang
positif dapat meningkatkan kemungkinan pilihan
terhadap merek tersebut. Asosiasi-asosiasi merek
membentuk citra merek (brand image) menjadi
pijakan dalam keputusan konsumen untuk loyal
terhadap merek tersebut. Orang sudah loyal tidak
bisa melihat merek lain karena pada dasarnya
konsumen akan percaya pada produk yang punya
merek yang mereka sudah kenal sebelumnya,
bahkan mereka bisa memilih begitu saja secara
optimis merek yang mereka kenal tanpa usaha
membandingkan dengan merek lain. Karena itu
sangat menguntungkan bagi sebuah perusahaan
yang mempunyai produk dengan merek yang
memiliki citra merek yang baik di mata konsumen
sehingga harus diupayakan membangun citra
Hasil Penelitian Terkait
Albari (2005) mengadakan penelitian
dengan judul Analisis Asosiasi Merek Handphone
Nokia, Siemens dan Sony Ericson di Kotamadya
Yogyakarta. Penelitian tersebut antara lain
menemukan bahwa berdasarkan pekerjaan
konsumen ternyata secara total kelompok
pelajar/mahasiswa dan karyawan/wiraswasta
cenderung menyatakan bahwa handphone merek
Sony Ericson sebagai produk dengan kualitas baik
dan mempunyai bentuk fashionable dengan
kecenderungan kelompok pelajar/mahasiswa lebih
tinggi distribusi proporsinya dibandingkan dengan
kelompok karyawan/ wiraswasta, bahkan lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
kelompok
PNS/TNI/Polri.
Sedangkan menurut kelompok gender,
secara total memang terdapat 92,3% konsumen
yang cenderung berpendapat bahwa handphone
90
Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas
Pelanggan di Kota Banda Aceh
Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si
Sony Ericson mempunyai teknologi komunikasi
yang mudah untuk menghubungkan setiap orang.
Namun jika dipisahkan berdasarkan kelompokkelompok
gendernya
ternyata
diperoleh
kencederungan perbedaan distribusi proporsi yang
cukup berarti, yaitu kelompok pria lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok wanita (98,1%
dengan 86%).
Ariprabowo (2007) meneliti tentang
keterkaitan antara Brand Image Handphone
Merek Nokia Terhadap Loyalitas Konsumen di
Kecamatan Gresik Kebomas Kabupaten Gresik.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel
pembentuk citra merek (brand image) yang terdiri
dari favorability of brand association, strength of
brand association dan uniqueness of brand
association mempunyai pengaruh terhadap
loyalitas pelanggan telepon genggam (handphone)
merek Nokia di Kecamatan Kebomas Gresik.
Sigit (2006) mengadakan penelitian yang
berjudul Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif
Terhadap Niat Beli Mahasiswa Sebagai
Konsumen Potensial Produk Pasta Gigi Close Up.
Penelitian tersebut dilakukan pada mahasiswa
Universitas
Islam
Indonesia
Yogyakarta.
Penelitian tersebut menyimpulkan: (1) sikap dan
norma subyektif dari mahasiswa UII secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
niat membeli pasta gigi Close Up. (2) sikap dari
mahasiswa UII secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap niat membeli pasta gigi Close
Up, dan (3) norma subyektif dari mahasiswa UII
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
niat membeli pasta gigi Close Up.
Kerangka Pemikiran dan Pengembangan
Hipotesis
Brand image atau citra merek yang positif
dapat meningkatkan kemungkinan pilihan
terhadap merek tersebut (Keller, 2003). Citra
merek dalam penelitian ini dijabarkan dalam tiga
sub variabel terdiri dari Favorability of brand
association, Strength of brand association, dan
Unique of brand association. Favorability of
brand association berkaitan dengan rasa percaya
konsumen bahwa produk memiliki manfaat bagi
mereka. Semakin tinggi kepercayaan konsumen
terhadap manfaat yang mereka peroleh dari
penggunaan produk akan semakin tinggi
kencederungan mereka untuk menggunakan
produk tersebut. Sehingga favorability of brand
association dapat membentuk loyalitas pelanggan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Lau & Lee (2000)
yang menyatakan kepercayaan konsumen
terhadap merek memegang peranan yang penting
dalam terciptanya loyalitas konsumen terhadap
suatu merek tertentu.
Selanjutnya strength of brand association
berkaitan dengan kekuatan asosiasi merek yang
ada dalam ingatan konsumen. Konsumen yang
memiliki pengalaman baik dengan menggunakan
produk merek tertentu akan selalu mengingat
merek tersebut. Pada akhirnya konsumen tersebut
akan cenderung memilih produk dengan merek
tersebut diantara produk sejenis. Sebaliknya
konsumen yang memiliki pengalaman tidak baik
dalam menggunakan produk dengan merek
tertentu, akan cenderung melupakan mereka
tersebut dan mencari produk merek lain yang
mereka anggap mampu memenuhi kebutuhan
mereka. Dengan demikian strength of brand
association (kekuatan asosiasi merek) dapat
berpengaruh pada loyalitas konsumen.
Unique of brand association berkaitan
dengan keunikan asosiasi merek yang akan
dipandang lain dan akan memberikan citra
(image) yang berbeda dari pesaing. Konsumen
menginginkan agar mereka dapat memperoleh
manfaat lebih dari penggunaan produk. Hal ini
berarti konsumen akan memilih produk yang
mereka
nilai
memiliki
kelebihan
bila
dibandingkan dengan produk lain. Penilaian
terhadap kelebihan/keunggulan produk dengan
merek tertentu bila dibandingkan dengan produk
merek lain akan dapat membangun keunikan
asosiasi merek. Pada akhirnya keunikan asosiasi
merek dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa
Favorability of brand association, Strength of
brand association, dan Unique of brand
association dapat berpengaruh pada loyalitas
pelanggan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Ariprabowo (2007) yang menemukan bahwa
favorability of brand association, strength of
brand association dan uniqueness of brand
association mempunyai pengaruh terhadap
loyalitas pelanggan telepon genggam. Karena itu
dalam penelitian ini loyalitas pelanggan pasta gigi
merek Close Up juga dijadikan fungsi dari
favorability of brand association, strength of
brand association dan uniqueness of brand
association. Dengan kata lain, loyalitas pelanggan
dijadikan sebagai variabel dependen dan
favorability of brand association, strength of
brand association dan uniqueness of brand
association
dijadikan
sebagai
variabel
independen. Karena itu paradigma atau hubungan
antar konsep (variabel) dalam penelitian ini dapat
dilihat Gambar 1.
91
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98
Gambar 1
Paradigma Penelitian
Independent
Dependent
Variable
Variable
Favorability of
brand
association
Strength of
brand
association
Loyalitas
Pelanggan
Unique of
brand
association
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan sebelumnya maka hipotesis
penelitian adalah brand image yang terdiri dari
Favorability of brand association, Strength of
brand association, dan Unique of brand
association berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up di
Kota Banda Aceh.
METODE PENELITIAN
Populasi dan sampel
Populasi
penelitian
adalah
seluruh
pengguna pasta gigi merek Close Up di Kota
Banda Aceh, yang jumlahnya tidak diketahui
secara pasti, sehingga cara pengambilan sampel
dilakukan secara non probability sampling. Sesuai
dengan kepentingan penelitian, maka penentuan
seseorang menjadi sampel penelitian dilakukan
secara purposive sampling dengan ketentuan
sudah menggunakan pasta gigi merek Close Up
lebih dari 3 bulan, dan selain menggunakan pasta
gigi merek Close Up pengguna pasta gigi juga
sudah memiliki pengalaman menggunakan pasta
gigi lain selain merek Close Up. Sesuai dengan
kemampuan peneliti, sampel penelitian dibatasi
hanya pada 145 orang pengguna pasta gigi merek
Close Up yang memenuhi kriteria tersebut.
Teknik Pengumpulan Data dan Skala
Pengukuran
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengedarkan kuesioner kepada konsumen pasta
gigi merek close up yang terpilih menjadi sampel.
Kuesioner tersebut berisi pertanyaan/ pernyataan
yang berhubungan dengan brand image terdiri
dari (Favorability of brand association, Strength
of brand association, dan Unique of brand
association) dan loyalitas pelanggan. Masing-
92
masing
pertanyaan/pernyataan
disediakan
alternatif pilihan jawaban dalam bentuk tingkat
kesetujuan.
Responden
diminta
untuk
memberikan respon terhadap setiap pernyataan
dengan memilih salah satu alternatif pilihan
jawaban (tingkat kesetujuan) yang disediakan.
Skala pengukuran data yang digunakan
adalah skala Likert (Likert scale) dengan
bobor/skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Skala ini
dimaksudkan untuk memberikan bobot/skor pada
alternatif pilihan jawaban konsumen terhadap
setiap
item
pertanyaan/pernyataan
yang
berhubungan dengan variabel yang diteliti.
Bobot/skor berdasarkan alternatif pilihan jawaban
dimaksud terdiri dari 1 = tidak setuju, 2 = kurang
setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju dan 5 = sangat
setuju. Alternatif pilihan jawaban responden
dalam bentuk tingkat kesetujuan seperti terlihat
dalam tabel di atas sengaja tidak memasukkan
alternatif pilihan jawaban ”netral” sebagaimana
halnya beberapa penelitian/skripsi terdahulu. Hal
ini didasarkan pada pendapat Umar (2005:70)
menyatakan, bahwa beberapa buku teks
menganjurkan agar data pada katagori “netral”
tidak dipakai dalam analisis selama responden
tidak memberikan alasannya.
Peralatan Analisis Data
Seperti dijelaskan sebelumnya, variabel
penelitian ini terdiri dari loyalitas pelanggan
sebagai variabel independent dengan brand image
sebagai variabel independent. Variabel brand
image dijabarkan dalam tiga variabel terdiri dari
Favorability of brand association, Strength of
brand association, dan Unique of brand
association. Karena itu, peralatan analisis data
yang digunakan terdiri dari regresi linier berganda
dengan tiga variabel independen, dirumuskan
sebagai berikut.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana:
Y
= Loyalitas pelanggan
a
= Konstanta
X1
= Favorability of brand association
X2
= Strength of brand association
X3
= Unique of brand association
b1, b2, dan b3 = Koefisien regresi X1, X2, dan
X3.
e
= Error term
Untuk mencari hubungan antara loyalitas
pelanggan dengan Favorability of brand
association, Strength of brand association, dan
Unique of brand association digunakan peralatan
statistik koefisien korelasi (R). Selanjutnya untuk
mengetahui besarnya pengaruh ketiga variabel
Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas
Pelanggan di Kota Banda Aceh
Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si
tersebut terhadap brand
koefisien determinasi (R2).
image
digunakan
Operasional Variabel
Variabel penelitian terdiri dari brand image
sebagai dependent variable dengan sub variabel
terdiri dari Favorability of brand association,
Strength of brand association, dan Unique of
brand association sebagai independent variable.
Definisi dan indikator masing-masing variabel
sebagai berikut.
1. Loyalitas pelanggan terhadap merek adalah
pilihan yang dilakukan konsumen untuk
membeli merek tertentu dibandingkan merek
yang lain dalam satu kategori produk
(Giddens, 2002). Indikator yang digunakan
untuk mengukur loyalitas merek terdiri dari
komitmen terhadap merek, kemauan
konsumen
membayar
lebih
untuk
mendapatkan merek, merekomendasikan
merek kepada orang lain, melakukan
pembelian produk tanpa pertimbangan,
kemauan untuk melakukan pembelian ulang
(repeat buyers), mengikuti informasi yang
berkaitan dengan merek, kemauan untuk
menjadi pelanggan tetap (clients), kemauan
menjadi pelanggan tetap dan pendukung
merek (advocates), dan kemauan untuk
menceriktakan hal-hal positif tentang merek
kepada orang lain.
2. Favorability of brand association berkaitan
dengan kepercayaan konsumen bahwa merek
memiliki manfaat bagi mereka (Ariprabowo,
2007). Indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel tersebut terdiri dari: Pasta
gigi Close Up terdiri dari bermacam-macam
ukuran, Pasta gigi Close Up memberikan
manfaat, Harga Pasta gigi Close Up
terjangkau, Penggunaan produk dapat
menambah rasa percaya diri dan Penggunaan
produk dapat menimbulkan rasa bangga.
3. Strength of brand association berkaitan
dengan kekuatan asosiasi merek yang ada
dalam ingatan konsumen (Ariprabowo,
2007). Variabel ini terdiri dari 5 indikator
meliputi Kualitas pasta gigi bagus, Pasta gigi
Close Up membuat mulut lebih segar,
Membuat gigi lebih bersih, Mengatasi
kendala bau mulut, dan Pasta gigi Close Up
memiliki aroma yang harum.
4. Unique of brand association adalah
Keunikan dari asosiasi merek yang akan
dipandang lain dan akan memberikan citra
(image) yang berbeda dari pesaing
(Ariprabowo, 2007). Variabel ini terdiri dari
5 indikator meliputi Kemudahan dalam
memperoleh pasta gigi, Banyak digunakan
oleh masyarakat, Harga stabil, Tidak mahal,
Mempunyai
image
baik
apabila
menggunakannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Suatu skala pengukuran disebut valid
apabila ia melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya
diukur. Dalam penelitian ini, penentuan validitas
dapat dilakukan dengan mencari nilai korelasi
antara skor masing-masing item dengan skor total
item untuk setiap variabel. Nilai korelasi yang
diperoleh
(disebut
r
hitung)
kemudian
dibandingkan dengan nilai kritis r product
moment (r tabel). Apabila nilai r hitung suatu item
pernyataan dalam variabel tertentu lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel, maka item
pernyataan dinyatakan valid. Sebaliknya apabila
nilai r hitung suatu item lebih kecil bila
dibandingkan dengan nilai r tabel, maka item
tersebut dinyatakan tidak valid.
Variabel loyalitas pelanggan terdiri dari 9
(sembilan) item pernyataan dilambangkan dengan
A1, A2 hingga A9. Hasil pengolahan data
menunjukkan nilai r hitung untuk setiap item
pernyataan lebih besar bila dibandingkan dengan
nilai r tabel. Item pernyataan pertama misalnya
dilambangkan dengan A1 menghasilkan nilai r
hitung sebesar 0,576. Angka ini lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel (n = 145)
sebesar 0,159. Dengan demikian dapat diartikan
item pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Demikian pula halnya dengan item pernyataan
kedua (A2) hingga item pernyataan kesembilan
(A9) juga menunjukkan nilai r hitung lebih besar
dari nilai r tabel sebesar 0,159, sehingga dapat
diartikan seluruh item pernyataan yang
berhubungan
dengan
loyalitas
pelanggan
dinyatakan valid.
Item pernyataan yang berhubungan dengan
variabel Favorability of Brand Association,
Strength of Brand Association dan Unique of
Brand Association juga menunjukkan nilai r
hitung lebih besar bila dibandingkan dengan nilai
r tabel. Dengan demikian dapat diartikan seluruh
item pernyataan yang berhubungan dengan
variabel-variabel tersebut dinyatakan valid.
Mengacu pada definisi validitas, dapat dipahami
bahwa seluruh item pernyataan yang dimuat
dalam setiap variabel penelitian mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur. Hal ini bermakna
bahwa seluruh item pernyataan yang dimuat
dalam variabel loyalitas pelanggan dapat
digunakan untuk mengukur loyalitas pelanggan
93
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98
pasta gigi merek Close Up. Demikian pula halnya
item pernyataan yang berhubungan dengan
Favorability of Brand Association, Strength of
Brand Association dan Unique of Brand
Association juga dapat digunakan untuk
mengukur penilaian atau pandangan konsumen
terhadap Favorability of Brand Association,
Strength of Brand Association dan Unique of
Brand Association.
Hasil pengujian reliabilitas kuesioner untuk
keempat variabel penelitian menghasilkan nilai
cronbach alpha masing-masing sebesar 0,738
untuk variabel loyalitas pelanggan, sebesar 0,615
untuk variabel Favorability of Brand Association,
sebesar 0,630 untuk variabel Strength of Brand
Association dan sebesar 0,665 untuk variabel
Unique of Brand Association.
Tabel 1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Variabel
Uji Reliabilitas
Nilai
Cronbach
Keterangan
Alpha
Loyalitas
Pelanggan
0,738
Kuesioner
Handal
Favorability of
Brand
Association
0,615
Kuesioner
Handal
Strength of
Brand
Association
0,630
Kuesioner
Handal
Unique of
Brand
Association
0,665
Kuesioner
Handal
Item
Pernya
Taan
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
B1
B2
B3
B4
B5
C1
C2
C3
C4
C5
D1
D2
D3
D4
D5
Uji Validitas
Nilai
Nilai
R tabel
R hitung
(n = 145)
0,576
0,159
0,331
0,159
0,455
0,159
0,676
0,159
0,657
0,159
0,576
0,159
0,705
0,159
0,469
0,159
0,611
0,159
0,631
0,159
0,680
0,159
0,509
0,159
0,523
0,159
0,790
0,159
0,806
0,159
0,509
0,159
0,436
0,159
0,902
0,159
0,371
0,159
0,642
0,159
0,744
0,159
0,596
0,159
0,526
0,159
0,757
0,159
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai r
hitung masing-masing item pernyataan pada
setiap variabel penelitian lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan
demikian dapa diartikan bahwa seluruh item
pernyataan yang dimuat dalam kuesioner
dinyatakan valid. Selanjutnya nilai cronbach
alpha masing-masing variabel penelitian juga
lebih besar dari 0,60 sebagai nilai yang
dipersyaratkan dalam uji reliabilitas (kehandalan
kuesioner), sehingga dapat diartikan kuesioner
yang digunakan dalam pengumpulan data juga
dinyatakan handal.
94
Analisis Pengaruh Brand Image Terhadap
Loyalitas Pelanggan Pasta Gigi Merek Close
Up di Kota Banda Aceh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand
image yang terdiri dari tiga sub variabel meliputi
favorability of brand association, strength of
brand association, dan unique of brand
association berpengaruh positif terhadap loyalitas
pelanggan pasta gigi merek Close Up di Kota
Banda Aceh. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
regresi masing-masing variabel bernilai positif
seperti terlihat dalam bagian printout SPSS pada
Tabel 2.
Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas
Pelanggan di Kota Banda Aceh
Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si
Tabel 2
Bagian Printout SPSS yang Memperlihatkan Nilai Koefisien Regresi
Masing-masing Variabel Independen
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Favorability of
Brand Association
Strength of Brand
Association
Unique of Brand
Association
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.945
.166
Standardized
Coefficients
Beta
t
5.699
Sig.
.000
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.128
.054
.150
2.394
.018
.431
2.322
.274
.056
.325
4.850
.000
.377
2.650
.392
.045
.500
8.739
.000
.519
1.928
a. Dependent Variable: Loyalitas Pelanggan
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Berdasarkan print out SPSS di atas, maka
persamaan regresi linier berganda yang
memperlihatkan loyalitas pelanggan pasta gigi
merek Close Up sebagai fungsi dari favorability of
brand association, strength of brand association,
dan unique of brand association dapat
diformulasikan sebagai berikut.
Y = 0,945 + 0,128X1 + 0,274X2 + 0,392X3
Persamaan di atas memperlihatkan nilai
konstanta sebesar 0,945 yang secara statistik dapat
interpretasikan
bahwa
apabila
variabel
independen mendekati 0, maka nilai Y akan
mendekati angka sebesar 0,945. Angka ini
mendekati 1,00 (skor untuk pilihan jawaban
sangat tidak setuju) yang berarti loyalitas
pelanggan sangat rendah atau bisa dikatakan tidak
loyal sama sekali. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa apabila pelanggan memiliki
penilaian yang tidak baik terhadap favorability of
brand association, strength of brand association,
dan unique of brand association sebagai tolok
ukur brand image pasta gigi merek Close Up,
maka mereka tidak loyal terhadap merek tersebut.
Berdasarkan persamaan di atas juga dapat
dilihat nilai koefisien regresi masing-masing
variabel independen bernilai positif, yaitu sebesar
0,128 untuk variabel favorability of brand
association (X1), sebesar 0,274 untuk variabel
strength of brand association (X2) dan sebesar
0,392 untuk variabel unique of brand association
(X3). Hal ini berarti bahwa ketiga variabel
tersebut bepengaruh positif terhadap loyalitas
pelanggan pasta gigi merek Close Up.
Di antara ketiga variabel tersebut, variabel
dengan nilai koefisien regresi paling besar sebesar
0,392 untuk variabel unique of brand association
(X3). Hal ini berarti bahwa variabel unique of
brand association memiliki pengaruh lebih
dominan terhadap loyalitas pelanggan pasta gigi
merek Close Up bila dibandingkan dengan dua
variabel lainnya. Sebaliknya variabel yang
memiliki pengaruh paling kecil adalah
favorability of brand association (X1) dengan nilai
koefisien regresi sebesar 0,128.
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara
loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up
dengan favorability of brand association, strength
of brand association, dan unique of brand
association digunakan koefisien korelasi (R).
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya variasi
yang terjadi pada loyalitas pelanggan pasta gigi
tersebut sebagai akibat terjadinya variasi pada
variabel brand image yang terdiri dari favorability
of brand association, strength of brand
association, dan unique of brand association
digunakan koefisien determinasi (R2). Bagian
printout SPSS yang memperlihatkan kedua nilai
koefisien tersebut dapat dilihat Tabel 3.
Tabel 3
Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)
b
Model Summary
Model
1
R
.872a
R Square
.761
Adjusted
R Square
.756
Std. Error of
the Estimate
.17616
a. Predictors: (Constant), Unique of Brand Association,
Favorability of Brand Association, Strength of Brand
Association
b. Dependent Variable: Loyalitas Pelanggan
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
95
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98
Bagian printout SPSS di atas menunjukkan
nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,872. Angka
ini mendekati 1, dapat diartikan bahwa hubungan
antara loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close
Up dengan favorability of brand association,
strength of brand association, dan unique of
brand association tergolong sangat erat. Dengan
kata lain, loyalitas pelanggan terhadap pasta gigi
merek Close Up terkait erat dengan citra merek
(brand image) pasta gigi tersebut. Tingginya
loyalitas pelanggan terhadap produk pasta gigi
merek Close Up tidak terlepas dari baiknya citra
merek (brand image) close up di kalangan
pelanggan.
Selanjutnya nilai koefisien determinasi (R2)
menunjukkan angka sebesar 0,761, dapat diartikan
sebesar 76,1 persen loyalitas pelanggan pasta gigi
merek Close Up dipengaruhi oleh variabel
favorability of brand association, strength of
brand association, dan unique of brand
association. Sisanya sebesar 23,9 persen lagi (10,761) dipengaruhi oleh variabel lain selain
favorability of brand association, strength of
brand association, dan unique of brand
association. Variabel lain dimaksud adalah
variabel-variabel yang secara teoritis dapat
mempengaruhi loyalitas pelanggan terhadap
merek seperti harga, ketersediaan produk,
kepuasan merek dan lain sebagainya.
Besarnya pengaruh brand image (favorability
of brand association, strength of brand
association, dan unique of brand association)
terhadap loyalitas merek disebabkan kesetiaan
pelanggan pada merek ditentukan oleh seberapa
besar kesadaran merek dalam benak konsumen.
Apalagi merek Close Up merupakan merek
yang sudah familiar dikalangan konsumen pasta
gigi. Pengalaman baik yang dialami konsumen
selama menggunakan produk pasta gigi tersebut
tidak hanya dapat berdampak positif pada
kepuasan merek, akan tetapi juga meningkatkan
citra merek dikalangan konsumen dan pada
akhirnya mereka menjadikan Close Up sebagai
pilihan utama dalam memilih produk pasta gigi.
Hal inilah yang menyebabkan brand image
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
loyalitas merek.
Pembuktian Hipotesis
Untuk
membuktikan
hipotesis
yang
dikemukakan dalam bab sebelumnya digunakan
statistik Uji F dan Uji t. Statistik uji F digunakan
untuk
mengetahui
signifikansi
pengaruh
favorability of brand association, strength of
brand association, dan unique of brand
association secara simultan terhadap loyalitas
pelanggan pasta gigi merek Close Up di Kota
Banda
Aceh.
Hasil
pengujian
statistik
menunjukkan, nilai F hitung sebesar 149,479.
Sedangkan nilai F tabel menunjukkan angka
sebesar 2,696. Karena nilai F hitung > F tabel
(149,479 > 2,696) dapat diartikan secara simultan
favorability of brand association, strength of
brand association, dan unique of brand
association berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up di
Kota Banda Aceh, sehingga hipotesis Ha diterima,
sebaliknya hipotesis Ho ditolak. Untuk lebih
jelasnya mengenai ringkasan pengujian hipotesis
lihat Tabel 4.
Tabel 4
Ringkasan Pengujian Hipotesis
Nilai Statistik
Bentuk Pengujian
Keterangan
F hitung
F tabel
Ketiga variabel berpengaruh
Pengujian secara simultan
149,479
2,696
signifikan (hipotesis Ha diterima,
hipotesis Ho ditolak).
Pengujian secara parsial
t hitung
t tabel
Favorability of Brand
Favorability of Brand
Association
2,394
1,984
Association berpengaruh
signifikan
Strength of Brand Association
Strength of Brand Association
4,850
1,984
berpengaruh signifikan
Unique of Brand Association
Unique of Brand Association
8,739
1,984
berpengaruh signifikan
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Selanjutnya statistik uji t digunakan untuk
nilai t hitung sebesar 2,394 untuk variabel
mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing
favorability of brand association, sebesar 4,850
variabel (secara parsial) terhadap loyalitas
untuk variabel strength of brand association dan
pelanggan. Hasil pengujian statistik menunjukkan
sebesar 8,739 untuk variabel unique of brand
96
Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas
Pelanggan di Kota Banda Aceh
Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si
association. Nilai t tabel pada tingkat keyakinan
95 persen menunjukkan angka sebesar 1,984.
Dengan membandingkan nilai t hitung dan nilai t
tabel, dapat diartikan bahwa secara parsial
favorability of brand association, strength of
brand association, dan unique of brand
association juga berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up di
Kota Banda Aceh.
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat
baik secara simultan maupun parsial favorability
of brand association, strength of brand
association, dan unique of brand association
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
pelanggan pasta gigi merek Close Up di Kota
Banda Aceh. Hal ini berarti loyalitas pelanggan
pasta gigi merek tersebut secara nyata dipengaruhi
oleh favorability of brand association, strength of
brand association, dan unique of brand
association.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Secara umum loyalitas pelanggan pasta gigi
merek Close Up di Kota Banda Aceh relatif
tinggi. Mereka cenderung memiliki komitmen
untuk tetap menggunakan pasta gigi merek
tersebut, mau membayar lebih mahal untuk
mendapatkan pasta gigi, sudah dan akan
merekomendasikan pasta gigi merek tersebut
kepada orang lain, hingga Menceritakan hal-hal
positif tentang pasta gigi merek Close Up kepada
orang lain. Brand image yang terdiri dari
favorability of brand association, strength of
brand association, dan unique of brand
association berpengaruh positif terhadap loyalitas
pelanggan pasta gigi merek Close Up. Hal ini
berarti semakin baik penilaian pelanggan terhadap
brand image pasta gigi merek Close Up semakin
tinggi pula loyalitas mereka terhadap merek
tersebut.
Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F
hitung > F tabel dan nilai t hitung masing-masing
variabel lebih besar dari nilai t tabel, dapat
disimpulkan baik secara simultan maupun parsial
variabel favorability of brand association,
strength of brand association, dan unique of
brand association berpengaruh signifikan
terhadap loyalitas pelanggan pasta gigi merek
Close Up di Kota Banda Aceh.
Saran-saran
Produsen dan pemasar produk pasta gigi
merek Close Up dipandang perlu untuk
meningkatkan citra merek (brand image) pasta
gigi merek tersebut. upaya peningkatan brand
image dimaksud dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Produsen pasta gigi merek Close Up yang
dalam hal ini PT Unilever Indonesia dituntut
untuk mempertahankan bahkan meningkatkan
kualitas produk pasta gigi tersebut. Lakukan
inovasi yang berorientasi pada peningkatan
kemampuan produk memenuhi kebutuhan
konsumen akan pasta gigi.
2. Pemasar produk pasta gigi dipandang perlu
untuk meningkatkan pengetahuan konsumen
terhadap pasta gigi merek Close Up terutama
berkaitan dengan keunggulan merek tersebut
bila dibandingkan dengan pasta gigi merek
lain selain Close Up. Berikan konsumen
informasi yang sempurna tentang produk,
baik melalui iklan maupun melalui informasi
yang tertera pada kotak produk.
DAFTAR PUSTAKA
Albari (2005) Analisis Asosiasi Merek
Handphone Nokia, Siemens dan Sony Ericson
di Kotamadya Yogyakarta, Jurnal Siasat
Bisnis (JSB) No. 10, Vol. 2, Desember 2005.
Ariprabowo, Tri (2007) Analisis Brand Image
Handphone Merek Nokia Terhadap Loyalitas
Konsumen di Kecamatan Gresik Kebomas
Kabupaten Gresik, Jurnal Logos Vol. 5, No. 1
Juli 2007.
Evans IR dan B Berman. (2002) Essential of
Marketing. Mc Milan Publishing Co, New
York.
Fajrianthi dan Zatul Farrah., (2005), Strategi
Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen
INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005.
Giddens, Nancy & Hofmann, Amanda., (2002),
Brand
Loyalty.
(online)
http://www.
extension.iastate.edu/agdm/wholefarm.
diakses 11 Februari 2005
Griffin. (2005) Customer Loyalty : How to Earn
It, How to Keep It. Mac Graw Hill, New
York.
Hapsari, Ajeng P (2007) Celebrity Endorser,
Typical-Person Endorser Iklan Televisi dan
Brand Image Produk (Studi Kasus Pada
Pond’s Age Miracle), Fakultas Ekonomi
Universitas Padjadjaran Bandung.
Keller, L Kevin (2003) Strategic Brand
Management: Building, Measuring and
Managing Brand Equity, Pearson Education
International, Prentice Hall. New Jersey.
Kotler, Philip (2003) Manajemen Pemasaran:
Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Kontrol, Jilid I. Prenhallindo. Jakarta.
97
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller (2006)
Manajemen Pemasaran, Edisi Ke 12, Jilid II,
Indeks, Jakarta.
Lau, G. T. & Lee, S. H., (2000) Consumer Trust
in a Brand and the link to Brand Loyalty.
Journal of market Focused Management,
4(4): 341-390.
Lovelock, C.H dan Wright, K. L. (2007)
Manajemen Pemasaran Jasa, PT. Indeks,
Jakarta.
Mowen. John C dan Minor (2002) Perilaku
Konsumen, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.
Nicolino, Patricia F (2004) The Complete Ideal’s
Guides Brand Management, Edisi Pertama,
Terjemahan: Sugiri, Prenada Media, Jakarta.
Schiffman, L G and Kanuk LL (2006) Consumer
Behavior, Seven Edition, Prentice Hall
International.
, (2007) Perilaku
Konsumen, Edisi Bahasa Indonesia, Seven
Edition, Prentice Hall International.
98
Sigit, Murwanto (2006) Pengaruh Sikap dan
Norma Subjektif Terhadap Niat Beli
Mahasiswa Sebagai Konsumen Potensial
Produk Pasta Gigi Close Up, Jurnal Siasat
Bisnis, Vol. 11, No. 1, April 2006.
Simamora, Bilson (2002) Panduan Riset Perilaku
Konsumen, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Suyanto (2007) Marketing Strategy Top Brand
Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Umar, Husein., (2005), Metode Penelitian Untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Gramedia,
Jakarta.
Download