Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan

advertisement
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(1), 101-110
ARTIKEL PENELITIAN
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan
Faktorial dengan Penyalut Etil Selulosa
Formulation of Ranitidine HCl Microcapsules with Ethyl Cellulose
Using a Factorial Design
Lili Fitriani, Ulfi Rahmi, Elfi Sahlan Ben
Keywords:
ABSTRACT: Ranitidine HCl is a histamine H2-antagonist which is used in
microcapsules,
the treatment of benign gastric and duodenal ulceration. In order to improve
ranitidine HCl,
its bioavailability and half life time, microcapsule is prepared to extend the
entrapment
dose regiment. The aim of this study was to formulate and optimize ranitidine
efficiency,
HCl containing microcapsule to prepare a suitable sustained release delivery
microcapsule
system using factorial design. Microspheres were prepared using ethylcellulose
release.
by solvent evaporation method. The effect of different formulation variables,
including stabilizer concentration (1-2 %) and drug/polymer ratio (2:2-1:2) on
appearance, and entrapment efficiency was investigated. Data analysis showed
that microspheres with optimum entrapment efficiency could be prepared using
2 % span 80, and 1:2 drug/polymer ratio. The results showed spherical shaped
microcapsules, and porous, with realeasing time up to 10,55 hours.
Kata kunci:
ABSTRAK: Ranitidin HCl adalah H2-antagonis histamin yang digunakan
mikrokapsul,
dalam pengobatan ulkus lambung dan duodenum. Formulasi mikrokapsul
ranitidin HCl,
ranitiditin HCl ditujukan untuk memperpanjang regimen dosis untuk
efisiensi
meningkatkan bioavailabilitas dan waktu paruh. Tujuan dari penelitian
penjerapan,
untuk merumuskan dan mengoptimalkan mikrokapsul ranitidin HCl
pelepasan
untuk menyiapkan sistem pelepasan yang sesuai dengan desain
mikrokapsul.
faktorial. Mikrokapsul disusun menggunakan etilselulosa dengan teknik
penguapan pelarut. Variasi konsentrasi penstabil Span 80 (1-2%) dan
rasio obat/polimer (2: 2-1: 2) dilakukan untuk mengamati efek efisiensi
penjerapan. Analisis data menunjukkan bahwa mikrokapsul dengan
efisiensi penjerapan optimal didapatkan pada formula yang mengandung
2% span 80, dan 1:2 rasio obat/polimer. Hasil penelitian menunjukkan
mikrokapsul berbentuk sferis, dan berpori, dengan waktu pelepasan
hingga 10,55 jam.
Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang
Korespondensi:
Lili Fitriani
([email protected])
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
101
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Aktorial dengan... PENDAHULUAN
| Fitriani, dkk.
kombinasi dari beberapa faktor. Rancangan
faktorial dimanfaatkan dalam merumuskan
Sistem penghantaran obat mengalami
perkembangan yang sangat pesat, dimana
model
matematika
untuk
menentukan
formulasi yang optimal (1).
teknologi berkembang ke arah pengkoplingan
Penelitian ini ditujukan untuk merancang
senyawa obat dengan partikel pembawa
formula sediaan lepas lambat mikrokapsul
seperti mikrokapsul, nanopartikel, liposom
ranitidin HCl sebagai sistem yang memiliki
dan lain sebagainya (1). Mikroenkapsulasi
kelarutan yang tinggi dalam air, dengan etil
merupakan proses penggunaan penyalut
selulosa sebagai penyalut, dengan metode
yang relatif tipis pada partikel-partikel kecil
penguapan pelarut. Untuk mengevaluasi efek
zat padat atau tetesan cairan dan dispersi zat
dari masing-masing variabel dan interaksi
cair, dimana ukuran partikel berkisar antara
antar variabel digunakan 22 rancangan
1-5000 µm. Teknik mikroenkapsulasi biasa
faktorial.
digunakan untuk meningkatkan stabilitas,
mengurangi efek samping dan efek toksik
METODE PENELITIAN
obat, dan memperpanjang pelepasan obat
Alat dan Bahan
(2).
Ranitidin
reseptor
HCl
histamin
merupakan
antagonis
H2
digunakan
yang
Alat-alat
yang
digunakan
yaitu
homogenizer (IKA® RW Digital), Scanning
sebagai penghambat sekresi asam lambung
Electrone
saat gastritis dan ulcer duodenum. Ranitidin
LA),
diabsorbsi pada saluran cerna dan kadar
PharmaSpec), timbangan analitik (Shimadzu
puncak darah dicapai dalam waktu dua jam
AUX
(3). Bioavailabilitas ranitidin HCl dengan
Research), fotomikroskop, mikroskop okuler,
pemberian oral adalah 55 ± 25%, dengan
lumpang dan stamfer, spatel, kertas saring,
waktu paruh eliminasinya (t1/2) 2 ± 0,4 jam
oven, alat-alat gelas yang biasa digunakan
(4). Penggunaan ranitidin HCl dalam terapi
di laboratorium.
gastritis ringan diberikan dalam dosis 75
mg 2 kali sehari, sementara untuk gejala
ranitidin HCl (Kimia Farma), etil selulosa
yang berulang digunakan dosis 150 mg,
(Hercules), parafin cair (Brataco), Span 80
2 kali sehari (5). Oleh karena itu penelitian
(Merck), n-heksan, diklorometan, metanol,
mikroenkapsulasi ranitidin HCl dilakukan,
air suling.
Microscope
spektrofotometer
220),
alat
uji
(Jeol
JSM
UV-Vis
disolusi
6360
(UV-1700
(Hanson
Bahan-bahan yang digunakan yaitu
sehingga regimen dosis dapat diperpanjang.
Optimasi formula mikrokapsul ranitidin
HCl
dibuat
dalam
bentuk
Cara kerja
rancangan
faktorial yang digunakan untuk menyelidiki
Pembuatan mikrokapsul ranitidin HCl
secara bersamaan efek beberapa faktor
Etilselulosa dan ranitidin HCl dilarutkan
berlainan. Beberapa faktor dikombinasikan
dengan campuran diklorometan dan metanol
atau disilangkan dengan
level tiap faktor
di dalam gelas piala (M1). Di dalam gelas
lainnya yang ada dalam eksperimen. Akan
piala lain dimasukkan parafin cair dan Span
didapatkan efek dari tiap faktor dan efek
80 (M2). Larutan M1 ditambahkan tetes per
102
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Aktorial dengan... | Fitriani, dkk.
Tabel 1. Formulasi mikrokapsul Ranitidin HCl
Formula
Bahan
F1
F2
F3
F4
Ranitidin HCl (g)
2
2
1
1
Etil Selulosa (g)
2
2
2
2
Diklorometan (ml) 15
15
15
15
Metanol (ml)
10
10
10
10
Parafin (ml)
80
80
80
80
Span 80 ( %)
1
2
1
2
tetes ke dalam M2 sambil diaduk dengan
Efisiensi penjerapan mikrokapsul ranitidin
homogenizer dengan kecepatan 700 rpm
HCl
selama 4 jam sampai pelarut menguap
Mikrokapsul sebanyak 80 mg ditimbang
dan mikrokapsul terbentuk. Mikrokapsul
dan digerus, kemudian dimasukkan ke
dikumpulkan
tuang
labu ukur 100 ml dan dilarutkan dengan air
kemudian dicuci dengan n-heksan dan
suling, kemudian larutan dikocok hingga
dikeringkan dalam oven pada suhu 40 oC
mikrokapsul
selama 1 jam (6). Formulasi mikrokapsul
disaring dengan kertas saring Whatman.
ranitidin HCL dapat dilihat di Tabel 1.
50 ml larutan yang telah jernih diencerkan
dengan
cara
enap
melarut
sempurna,
dan
dengan air suling hingga 100 ml, dipipet
sebanyak 5 mL dan ditambahkan air suling
Evaluasi Morfologi Mikrokapsul
Morfologi
diperiksa
mikrokapsul
dengan
HCl
hingga 50 mL. Serapan diukur pada panjang
Electrone
gelombang maksimum ranitidin HCl dengan
ranitidin
Scanning
Microscope (SEM)
spektrofotometer UV. Perhitungan efisiensi
penjerapan dihitung berdasarkan persamaan
Distribusi Ukuran Partikel
berikut:
Mirokapsul ditentukan distribusi ukuran
partikelnya menggunakan mikroskop yang
Efisiensi penyalutan =
dilengkapi dengan mikrometer yang telah
jumlah obat dalam mikrokapsul
x 100
jumlah obat seharusnya
dikalibrasi (7). Mikrokapsul disuspensikan
dalam parafin cair, kemudian diteteskan
pada kaca objek dan diamati di bawah
mikroskop sebanyak 300 partikel. Partikel
ini dikelompokkan pada ukuran tertentu lalu
ditentukan distribusi ukuran partikelnya.
Profil disolusi mikrokapsul Ranitidin HCl
Mikrokapsul
ranitidin
HCl
didisolusi
dengan metode keranjang pada kecepatan
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
103
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Aktorial dengan... 50 rpm menggunakan air suling sebagai
atau
medium disolusi sesuai dengan United
pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi
States Pharmacopoeia Convention, 2007 (8).
penjerapan.
Labu diisi dengan medium disolusi sebanyak
pelepasan bahan aktif dari mikrokapsul
900 mL. Mikrokapsul yang setara dengan
dapat ditentukan dari hasil disolusi yang diuji
100 mg ranitidin HCl dimasukkan kedalam
berdasarkan persamaan orde nol, orde satu,
medium disolusi. Uji disolusi dilakukan pada
Higuchi, Korsmeyer-peppas dan persamaan
menit ke 10, 20, 30, 45, 60, 120, 240, 360.
Langenbucher.
Absorban
diukur
dengan
kombinasi
| Fitriani, dkk.
variabel
Penentuan
memberikan
model
kinetika
menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang
HASIL DAN DISKUSI
maksimum ranitidin HCl.
Morfologi Mikrokapsul Ranitidin HCl
Spektrum Fourier Transform Infrared (FTIR)
Spektrum
inframerah
mikrokapsul
Morfologi mikrokapsul ranitidin HCl dapat
ranitidin HCl dalam bentuk pellet KBr
dilihat pada Gambar 1-4 Hasil yang diperoleh
ditentukan
memperlihatkan
dengan
spektrofotometer
menggunakan
Fourier
Transform
Inframerah (FTIR).
tersalut sempurna oleh polimer, dan pada
Analisa Data
dianalisis
berbentuk
sferis, dan terdapat mikrokapsul yang tidak
pembesaran
Data
mikrokapsul
pori-pori
dengan
analisis
1000
pada
kali
terlihat
permukaan
adanya
mikrokapsul.
Hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya
variansi (ANOVA) dua arah menggunakan
kandungan
air
dalam
pelarut
yang
SPSS 17 dengan post hoc Turkey untuk
digunakanyang menyebabkan terbentuknya
menguji apakah masing-masing variabel
pori (11).
Gambar 1. Foto Scanning Electron
Gambar 2. Foto Scanning Electron
Microscop (SEM) mikrokapsul formula 4
Microscope (SEM) Mikrokapsul formula 4
pada pembesaran 30 kali
pada pembesaran 100 kali
104
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Aktorial dengan... | Fitriani, dkk.
Gambar 3. Foto Scanning Electron
Gambar 4. Foto Scanning Electron
Microscope (SEM) mikrokapsul formula 4
Microscope (SEM) mikrokapsul formula 4
pada pembesaran 120 kali
pada pembesaran 1000 kali
Distribusi ukuran mikrokapsul
kecepatan pengadukan juga dipengaruhi
oleh konsentrasi polimer, karena polimer
Distribusi ukuran partikel mikrokapsul
dengan konsentrasi tinggi mengakibatkan
ranitidin HCl dapat dilihat pada Gambar 5.
viskositas
Hasil pemeriksaan distribusi ukuran partikel
mengurangi
secara
bahwa
pada saat penguapan (12). Sementara itu
ukuran partikel mikrokapsul terletak antara
konsentrasi polimer pada seluruh formula
66,7–600 µm. Distribusi ukuran partikel
adalah sama sehingga kemungkinan tidak
pada keempat formula hampir sama. Ukuran
terjadi perbedaan distribusi ukuran partikel.
umum
memperlihatkan
yang
tinggi
pula
penyusutan
dan
akan
mikrokapsul
partikel mikrokapsul selain dipengaruhi oleh
Gambar 5. Distribusi ukuran mikrokapsul Ranitidin HCl
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
105
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Aktorial dengan... Efesiensi penjerapan
| Fitriani, dkk.
probabilitas 0,05. Perbandingan obat/polimer
Efisiensi penjerapan tertinggi terdapat
dan konsentrasi Span 80 menghasilkan
pada formula 4, dimana formula 4 tersusun
signifikansi masing-masing 0,025 dan 0,015
atas dua variabel pada level tertinggi
(sig < 0,05) yang menunjukkan bahwa
yaitu perbandingan obat/polimer 1:2 dan
perbandingan obat/polimer dan konsentrasi
konsentrasi Span 80 sebanyak 2%. Respon
Span
terendah dihasilkan oleh formula 1 dengan
signifikan pada probabilitas 5 % terhadap
kedua variabel terdapat pada tingkat rendah
efisiensi penjerapan. Dari data tersebut dapat
yaitu perbandingan obat/polimer 2:2 dan
dilihat bahwa peningkatan konsentrasi Span
konsentrasi Span 80 sebanyak 1%. Jumlah
80 memberikan pengaruh yang lebih besar
polimer yang semakin besar kemungkinan
daripada faktor perbandingan obat/polimer
mampu menyalut obat dengan lebih banyak,
terhadap efisiensi penjerapan. Sementara
sementara
emulgator
itu interaksi antara faktor perbandingan obat
membuat sistem terdispersi dengan baik
dan polimer dengan konsentrasi Span 80
dimana terbentuk mikrodoplet-mikrodoplet
memberikan signifikansi 0,248 (sig > 0,05).
yang lebih kecil (13), sehingga memperbesar
Hal ini berarti tidak terjadi interaksi yang
kemungkinan obat tersalut lebih banyak. Efek
signifikan antara kedua variabel.
itu
penambahan
80
memberikan
pengaruh
yang
interaksi dapat diperlihatkan dalam rentang
level rendah dan tinggi diplot pada satu level
variabe dapat dilihat pada Gambar 6.
Uji statistik dilakukan menggunakan
Profil disolusi mikrokapsul Ranitidin HCl
Uji
disolusi
memperlihatkan
efek
seluruh
formula
pelepasan
segera
ANOVA terhadap pengaruh kedua variabel
ranitidin HCl pada jam pertama yang dapat
dan
dilihat dari kemiringan grafik lebih besar pada
interaksi
antar
variabel
dengan
Gambar 6. Kurva Interaksi faktor A dan B
106
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Aktorial dengan... | Fitriani, dkk.
Gambar 7. Profil disolusi mikrokapsul ranitidin HCl dalam
awal disolusi hingga menit ke 60. Setelah 1
aktif tertempel dipermukaan polimer (12).
jam kecepatan zat terdisolusi menjadi lebih
Metode statistik digunakan untuk menguji
lambat sampai menit ke 360 seperti yang
perbedaan rata-rata pelepasan obat dalam
terlihat pada Gambar 7.
beberapa titik waktu pada uji disolusi dengan
Formula
HCl
menggunakan ANOVA dua arah (Costa, et al,
untuk
2000) (14). Berdasarkan uji statistik ANOVA
memperlambat pelepasan ranitidin HCl.
dua arah, perbedaan pelepasan hanya
Pertama,
penyalut
terjadi pada formula 2, dimana pelepasan
yang hidrofobik akan menghalangi proses
ranitidin HCl lebih diperlama dibandingkan
difusi air ke dalam mikrokapsul. Selain itu
formula
sistem yang dipilih adalah minyak dalam
pelepasan pada formula 1, 3, dan 4 tidak
minyak, parafin cair digunakan sebagai fase
memperlihatkan perbedaan yang nyata. Hal
pembawa. Sistem ini sangat cocok untuk zat
ini dapat dilihat dari distribusi ukuran partikel
larut air, karena minyak sebagai fase luar
yang relatif hampir sama kecuali pada
tidak memiliki kemampuan untuk menarik
formula 2. Karena hanya formula 2 yang
ranitidin HCl ke permukaan polimer sehingga
mempelihatkan kecepatan pelepasan yang
dapat tertahan dalam penyalutan. Namun,
berbeda sehingga dapat disimpulkan bahwa
hasil SEM mikrokapsul menunjukkan adanya
perbedaan formula yang telah dirancang
pori-pori
mikrokapsul
tidak mempengaruhi kecepatan disolusi
yang
mikrokapsul ranitidin HCl.
telah
dan
mikrokapsul
disusun
sedemikian
etilselulosa
pada
terdapat
ranitidin
rupa
sebagai
permukaan
mikrokapsul
tidak
tersalut sempurna sehingga menyebabkan
lainnya.
Sementara
kecepatan
Penetapan model kinetika pelepasan
pelepasan segera (burst effect) pada jam
ranitidin
pertama uji disolusi. Selain itu selama
dilakukan berdasarkan persamaan orde nol,
proses penguapan pelarut, zat aktif dapat
orde satu, Higuchi, Korsemeyer-Peppas dan
mengalami
Langenbucher. Pelepasan obat mengikuti
presipitasi
pada
permukaan
mikrodoplet. Karena itu memungkinkan zat
HCl
persamaan
dalam
mikrokapsul
Langenbucher
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
dimana
telah
nilai
107
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Aktorial dengan... | Fitriani, dkk.
koefisien determinasinya (R2) berturut –
lebih rendah daripada kelarutannya dan
turut adalah 0,977; 0,975; 0,965 dan 0,992
pelepasan terjadi melalui pori pada matriks,
untuk formula 1, 2, 3 dan 4. Persamaan
peristiwa ini diwakili oleh persamaan Higuchi
ini menggambarkan adanya fraksi yang
(14), karena itu harga R2 untuk persamaan
terakumulasi (14). Pada polimer etil selulosa
Higuchi relatif tinggi. Sementara itu harga
air akan berdifusi ke dalam mikrokapsul dan
R2 untuk orde 0 dan orde 1 relatif rendah
mengakibatkan
polimer
artinya kecepatan disolusi tidak tetap dan
(11). Untuk mempelajari proses disolusi dari
tidak hanya dipengaruhi oleh kelarutan obat
suatu sistem matriks planar yang heterogen,
di dalam medium disolusi.
pengembangan
dimana konsentrasi obat didalam matriks
Gambar 8. Spektrum Fourier Transform Infrared (FTIR) etil selulosa
Gambar 9. Spektrum Fourier Transform Infrared (FTIR) ranitidin HCl
108
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Aktorial dengan... | Fitriani, dkk.
Gambar 10. Spektrum Fourier Transform Infrared (FTIR) mikrokapsul
Spektrum
Fourier
Transform
Infrared
KESIMPULAN
(FTIR)
Dari hasil analisis spektroskopi inframerah
mikrokapsul
ranitidin
HCl
1. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan
menunjukan
dari variabel perbandingan obat/polimer,
bahwa tidak terjadi interaksi secara kimia
dan konsentrasi Span 80 terhadap
antara ranitidin HCl dengan etil selulosa. Hal
efisiensi penjerapan mikrokapsul ranitidin
ini dilihat dari tidak adanya perubahan yang
HCl,
bermakna dari daerah puncak dan bilangan
tertinggi terdapat pada formula 4.
gelombang mikrokapsul dengan spektrum IR
ranitidin HCl.
dimana
efisiensi
penjerapan
2. Mikrokapsul yang dihasilkan berbentuk
sferis, berpori, dan terdapat mikrokapsul
yang tidak tersalut dengan sempurna.
3. Pembuatan mikrokapsul ranitidin HCl
dapat memperlambat proses pelepasan
ranitidin HCl selama lebih kurang 10,55
jam
dengan
mengikuti
persaamaan
Langenbucher, dan pelepasan terbaik
terdapat pada formula 2.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dehghan, S., Aboofazeli, R., Avadi,
Methods
and
Industrial Application
M., Khaksar, R. 2010. Formulation
second edition. New York: Marcel
Optimization of Nifedipin Containing
Dekker Inc
Microspheres Using Factorial Design.
African
Journal
of
Pharmacy
and
Pharmacology, 4(6), 346-354
2. Benita, S. 2006. Microencapsulation
3. Sweetman.S.C. 2009. Martindale The
Complete Drug Reference (Edisi 36).
London: Pharmaceutical Press
4. Anderson,
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
P.O.,
Knoben,
J.E.,
109
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Aktorial dengan... Troutman, W.G. 2002. Handbook of
5.
9. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia.
Clinical Drug Data (10thed). New York:
(Edisi
McGraw-Hill
Kesehatan Republik Indonesia.
Wells.B.G.,DiPiro.J.T.,
10.
4).
British
Jakarta:
Departemen
Pharmacopoeia
Commision.
Schwinghammer. T.L., Hamilton.C.W.
British Pharmacopoeia. 2008. London:
2006. Pharmacotherapy Handbook
Pharmaceutical Press.
(6thed). Singapore: McGraw-Hill
11.
Carstensen,
J.T.
6. Punitha, K., Khadhir, S., Ravichandiran,
Pharmaceutical
V., Umadevi, S.K., Vaijayanthi, V.,
Marcel Dekker.
Padmapriya, S., Suresh, K.S. 2010.
Intragastric
Floating
Drug
12.
Rosca,
D.I.,
2001.
Solids.
Watari,
Advanced
New
F.,
York:
Uo,
M.,
Delivery
Akasaka, T., Tamura, K. Mechanism of
System of Ranitidine Hydrochloride:
Biodegradable Polymer Microparticle
Formulation
Formation by Emulsification Solvent
and
Evaluation.
International Journal of Pharmacy and
Evaporation
Pharmaceutical Sciences, 2(4), 105-
University, 87-92.
108.
Method.
Hokkaido
13. Roy, S., Panpalia, S.G., Nandy, B.C.,
7. Voigth, R. (1994). Buku Pelajaran
Teknologi
(Edisi
Farmasi.
Penerjemah:
Soendani
5).
Noerono.
Rai, V.K., Tyagi, L.K., Dey,S., Meena,
K.C.
2009.
Effect
of
Method
of
Preparation on Chitosan Microspheres
Yogyakarta: Gajah Mada University
of
Press.
Journal of Pharmaceutical Sciences
8. United
States
Convention.
118
| Fitriani, dkk.
2007.
Pharmacopoeial
Mefenamic
Acid.
International
and Drug Research, 1(1), 36-42.
states
14. Costa, P., Lobo, J.M.S. 2001. Modeling
of pharmacopoeia (30th ed.). New
and Comparison of Dissolution Profiles.
York: United States Pharmacopoeial
European Journal of Pharmaceutical
Convention Inc.
Sciences, 13, 123-133
United
Jurnal Sains Farmasi & Klinis (ISSN: 2407-7062) | Vol. 01 No. 01 | November 2014
Download