BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Perkembangan pasar modal Indonesia mengalami pasang surut
seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Era pasar modal
di Indonesia dapat dibagi menjadi enam periode. Periode pertama adalah
periode jaman Belanda mulai tahun 1912 yang merupakan tahun
didirikannya pasar modal pertama. Pasar modal ini beroperasi sampai
kedatangan Jepang di Indonesia tahun 1942.
Periode kedua adalah periode orde lama yang dimulai pada tahun
1952. Melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 289737/U.U. tanggal 1
November 1951, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dibuka kembali pada tanggal 3
Juni 1952. Tujuan dibukanya kembali bursa ini adalah untuk menampung
obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya.
Periode ketiga adalah periode orde baru dengan diaktifkannya
kembali pasar modal pada tahun 1977. PT Semen Cibinong merupakan
perusahaan pertama yang tercatat di BEJ. Periode ini disebut periode tidur
panjang, karena sampai dengan tahun 1988 hanya sedikit perusahaan yang
tercatat di BEJ, yaitu hanya 24 perusahaan. Hal ini disebabkan kurang
menariknya pasar modal periode ini dari segi investor yang disebabkan
59
60
oleh tidak dikenakannya pajak atas bunga deposito, sedangkan untuk
penerimaan deviden dikenakan pajak penghasilan sebesar 15%.
Sedangkan periode keempat dimulai tahun 1988 adalah periode
bangunnya pasar modal dari tidur yang panjang. Hal ini terlihat dari
jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 128
perusahaan.
Periode kelima adalah periode otomatisasi pasar modal mulai tahun
1995. Karena peningkatan kegiatan transaksi yang melebihi kapasitas
manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan
transaksi di bursa dengan menggunakan jaringan komputer yang
digunakan oleh broker. Sistem otomatisasi yang diterapkan di BEJ disebut
Jakarta Automated Trading System (JATS).
Periode keenam adalah periode krisis moneter mulai bulan Agustus
1997. Krisis moneter yang terjadi dimulai dari penurunan nilai-nilai mata
uang negara-negara Asia terhadap dolar Amerika. Penurunan ini
disebabkan karena spekulasi dari pedagang-pedagang valas, kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya sendiri dan
kurang kuatnya pondasi perekonomian.
4.1.2 Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat
memberikan peluang untuk investasi dan sumber pembiayaan yang
diperlukan oleh para borrowers.
61
Bursa efek (pasar modal) yang terbesar di Indonesia adalah Bursa
Efek Jakarta (BEJ) yang dikenal juga sebagai Jakarta Stock Exchange
(JSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ adalah saham preferen,
saham biasa, hak (rights) dan obligasi. Bursa Efek terbesar setelah BEJ
adalah Bursa Efek Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange (SSX).
Sekuritas yang terdaftar di BEJ juga di perdagangkan di BES.
Mulai bulan November 2007, setelah diadakannya RUPSLB (Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa) yang diadakan pada tanggal 30
Oktober 2007, BEJ dan BES bergabung menjadi BEI (Bursa Efek
Indonesia).
Menurut pasal 1 Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun
1995, Bursa Efek didefinisikan sebagai berikut: “Bursa Efek adalah pihak
yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek.”
4.1.3 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia mempunyai visi menjadi bursa yang
kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia, sedangkan misi yang ingin
dicapai adalah menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten,
melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai
tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.
62
4.1.4 Struktur Organisasi Pasar Modal
Struktur pasar modal Indonesia telah diatur oleh UU No. 8 Tahun
1995 tentang pasar modal, yaitu:
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Gambar 4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
4.1.5 Jenis Indeks di BEI
Sekarang ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga
saham, yaitu:
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
63
2. Indeka Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada masingmasing sektor.
3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan
pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan.
4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakna 30 emiten yang termasuk dalam
kriteria syariah.
5. Indeks Kompas 100, menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan
pertimbangan likuiditas dan kapasitas pasar dengan kriteria-kriteria yang
telah ditentukan.
6. Indeks bisnis-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan
kriteria tertentu yang bekerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan
Harian Bisnis Indonesia.
7. Indeks PEFINDO 25, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan
dengan kriteria-kriteria tertentu.
8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan
kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT BEI dengan yayasan
KEHATI.
9. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria
papan pengembangan.
10. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.
4.1.6 Profil Perusahaan
64
Properti dan real estate merupakan salah satu dari bagian indeks
sektoral. Di dalam sektor ini terdapat 2 sub sektor, yaitu properti dan real
estate dengan konstruksi bangunan.
Berikut ini adalah profil perusahaan properti dan real estate yang
telah listing di BEI pada periode 2008-2010:
Tabel 4.1
Profil Perusahaan Properti dan Real Estate
Kode
No.
Listing
Nama Perusahaan
Perusahaan
Date
1
ASRI
PT Alam Sutera Realty Tbk.
18 - Des - 2007
2
BIPP
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
23 - Okt- 1995
3
BKDP
PT Bukit Darmo Property Tbk.
15 - Jun - 2007
4
BKSL
PT Sentul City Tbk.
28 - Jul - 1997
5
CKRA
PT Citra Kebun Raya Agri Tbk.
19 - May - 1999
6
COWL
PT Cowell Development Tbk.
19 - Des - 2007
7
CTRA
PT Ciputra Development Tbk.
28 - Mar - 1994
8
CTRS
PT Ciputra Surya Tbk.
15 - Jan - 1999
9
DART
PT Duta Anggada Realty Tbk.
8 - May - 1990
10
DILD
PT Intiland Development Tbk.
04 - Sep - 1991
11
DUTI
PT Duta Pertiwi Tbk.
02 - Nov - 1994
12
ELTY
PT Bakrieland Development Tbk.
30 - Okt - 1995
13
FMII
PT Fortune Mate Indonesia Tbk.
30 - Jun - 2000
14
GPRA
PT Perdana Gapuraprima Tbk.
10 - Okt - 2007
65
15
KIJA
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. 10 - Jan - 1995
16
KPIG
PT Global Land Development Tbk.
30 - Mar - 2000
17
LAMI
PT Lamicitra Nusantara Tbk.
18 - Jul - 2001
18
LCGP
PT Laguna Cipta Griya Tbk.
13 - Jul - 2007
19
LPCK
PT Lippo Cikarang Tbk.
24 - Jul - 1997
20
LPKR
PT Lippo Karawaci Tbk.
28 - Jun - 1996
21
MDLN
PT Modernland Realty Tbk.
18 - Jan - 1993
22
OMRE
PT Indonesia Prima Property Tbk.
24 - Ags - 1994
23
PWON
PT Pakuwon Jati Tbk.
09 - Okt - 1989
24
PWSI
PT Panca Wiratama Sakti Tbk.
10 - Mar - 1994
25
RDTX
PT Roda Vivatex Tbk.
14 - May - 1990
26
SIIP
PT Suryainti Permata Tbk.
08 - Jan - 1998
27
SMDM
PT Suryamas Dutamakmur Tbk.
12 - Okt - 1995
Sumber : www.duniainvestasi.com
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Data Return on Investment
Penelitian ini menggunakan 27 perusahaan yang memenuhi kriteria
dari 32 perusahaan di sektor properti dan real estate pada periode 20082010. Data yang diambil dari variabel X, yaitu Profitabilitas, dengan
Return on Investment sebagai indikatornya.
Return on Investment (ROI) merupakan salah satu rasio
profitabilitas yang menggambarkan tingkat pengembalian dari investasi
66
yang menunjukkan tingkat kemampuan modal dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan netto.
Berikut adalah data return on investment pada perusahaan properti
dan real estate periode 2008-2010:
Tabel 4.2
Return on Investment
No
Kode
Perusahaan
Return on Investment
2008
2009
2010
1
ASRI
0,0192
0,0264
0,0562
2
BIPP
(0,2005)
(0,1118)
(0,0034)
3
BKDP
0,0009
(0,0083)
0,0055
4
BKSL
(0,0062)
0,0009
0,0023
5
CKRA
0,0113
(0,0011)
(0,0006)
6
COWL
0,0319
0,0660
0,0103
7
CTRA
0,0249
0,0159
0,0104
8
CTRS
0,0668
0,0252
0,0185
9
DART
0,0363
0,0094
0,0052
10
DILD
0,0067
0,0120
0,0520
11
DUTI
0,0089
0,0479
0,0260
12
ELTY
0,0326
0,0114
0,0071
13
FMII
(0,0846)
(0,0293)
(0,0118)
14
GPRA
0,0081
0,0237
0,0162
15
KIJA
(0,0211)
0,0051
0,0147
16
KPIG
(0,0533)
0,0612
0,0217
17
LAMI
0,0145
0,0206
0,0187
18
LCGP
(0,0039)
(0,0059)
0,0063
19
LPCK
0,0101
0,0166
0,0209
20
LPKR
0,0315
0,0320
0,0325
21
MDLN
0,0013
0,0013
0,0010
22
OMRE
(0,0512)
0,1125
0,0458
23
PWON
(0,0027)
0,0422
0,0385
24
PWSI
(0,0820)
(0,0500)
(0,0224)
67
25
RDTX
0,0983
0,1575
0,1345
26
SIIP
0,0308
0,0263
(0,0022)
27
SMDM
(0,0084)
0,0012
0,0038
Sumber: Bursa Efek Indonesia dan data diolah kembali
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa berdasarkan data laporan
keuangan yang telah dipublikasikan di BEI, perusahaan-perusahaan dalam
sektor properti dan real estate dalam periode 2008-2010 menunjukkan
rata-rata tingkat profitabilitas yang positif, artinya perusahaan tersebut
dapat memberikan laba untuk para investor.
Dalam penelitian dengan menggunakan 27 sampel perusahaan
terdapat 10 perusahaan yang memiliki nilai negatif pada periode 2008,
untuk periode 2009, terdapat penurunan jumlah perusahaan yang bernilai
negatif, sebanyak 6 perusahaan, sedangkan pada periode 2010 terdapat 5
perusahaan yang bernilai negatif. Hal ini berarti, dalam kurun waktu 3
tahun, terdapat peningkatan jumlah return on investment dalam sektor
properti dan real estate.
Untuk variabel ROI, diperoleh nilai terendah sebesar (0,2005) yang
terjadi pada perusahaan Bhuwanatala Indah Permai Tbk. (BIPP) pada
tahun 2008. Sedangkan ROI tertinggi terdapat di perusahaan Roda Vivatex
Tbk. (RDTX) sebesar 0,1575 pada tahun 2009.
Perkembangan hasil ROI tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik
sebagai berikut:
68
0.2
0.15
0.1
0.05
2008
0
2009
-0.05
2010
-0.1
-0.15
-0.2
-0.25
Gambar 4.2
Grafik Fluktuasi ROI Perusahaan Properti dan Real Estate
Periode 2008-2010
Berdasarkan grafik 4.2, tahun 2009 merupakan tahun dengan
tingkat ROI tertinggi, sedangkan untuk tingkat ROI terendah terjadi pada
tahun 2008. Untuk tahun 2008 dan 2009, perusahaan Bhuwanatala Indah
Permai Tbk. (BIPP) mengalami penurunan tingkat ROI sebesar (0,2005)
dan (0,1118). Perusahaan Fortune Mate Indonesia Tbk. (FMII) mengalami
penurunan sebesar (0,0118).
Sedangkan untuk tingkat ROI tertinggi tahun 2008, 2009 dan 2010
terdapat pada perusahaan Roda Vivatex Tbk. (RDTX) sebesar 0,0983,
0,1575, dan 0,1345
4.2.2 Data Return Saham
69
Return merupakan tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor
sebagai akibat dari investasi yang telah dilakukan di dalam pasar modal.
Return dari saham dapat berupa deviden dan capital gain. Dalam
penelitian ini menggunakan return yang berbentuk capital gain yaitu
selisih antara harga jual dan harga beli dibagi dengan harga beli dari
periode sebelumnya.
Return dalam bentuk capital gain, dapat berupa return harian, return
bulanan, return triwulan, return semesteran, maupun return tahunan.
Harga yang dicantumkan dalam perhitungan untuk masing-masing return
menggunakan harga penutupan.
Dalam penelitian ini, return yang digunakan adalah return tahunan.
Harga yang diambil adalah harga penutupan diakhir tahun. Berikut adalah
data mengenai return yang diterima dalam periode 2008-2010:
Tabel 4.3
Return Saham
Return Saham
No
Kode
Perusahaan
2008
2009
2010
1
ASRI
(0,7500)
1,1000
1,8095
2
BIPP
(0,4048)
0
0
3
BKDP
(0,7619)
2,0600
(0,2745)
4
BKSL
(0,8957)
0,4697
0,0722
5
CKRA
(0,7547)
1,0923
(0,3162)
6
COWL
0,2239
(0,1463)
(0,6857)
70
7
CTRA
(0,7933)
1,6359
(0,3093)
8
CTRS
(0,8388)
2,2278
0,1176
9
DART
(0,5370)
(0,2200)
(0,1744)
10
DILD
(0,5699)
0,6000
0,0313
11
DUTI
0,0989
(0,3200)
1,3235
12
ELTY
(0,8832)
1,6623
(0,2341)
13
FMII
(0,4000)
0,2000
0
14
GPRA
(0,1807)
(0,5882)
(0,2143)
15
KIJA
(0,7826)
1,3800
(0,0168)
16
KPIG
(0,3600)
(0,0156)
0,2381
17
LAMI
(0,4333)
0,1176
1,0421
18
LCGP
(0,3590)
0
0
19
LPCK
(0,6797)
0,0976
0,1333
20
LPKR
0,1594
(0,3625)
0,3333
21
MDLN
(0,8980)
1,5000
0,7600
22
OMRE
0
(0,1579)
(0,6000)
23
PWON
0,0519
0,3333
0,5370
24
PWSI
(0,0667)
(0,6143)
(0,0741)
25
RDTX
(0,0076)
0,0769
0,0714
26
SIIP
(0,5900)
(0,5122)
(0,1100)
27
SMDM
(0,5833)
(0,1700)
0,1446
Sumber: Bursa Efek Indonesia dan data diolah kembali
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa return (tingkat
pengembalian) saham periode 2008-2010 mengalami fluktuasi. Tetapi
71
pada tahun 2008, terjadi penurunan hampir di setiap perusahaan, salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut dikarenakan terdapat
krisis global.
Perkembangan hasil return saham tersebut dapat dilihat dalam
bentuk grafik sebagai berikut:
2.5
2
1.5
1
2008
0.5
2009
2010
0
-0.5
-1
-1.5
Gambar 4.3
Grafik Fluktuasi Return Saham Perusahaan Properti dan Real Estate
Periode 2008-2010
Dari grafik 4.3 diketahui bahwa pada periode 2008 merupakan
tingkat pengembalian return saham yang paling rendah. Hal ini
disebabkan adanya gejolak perekonomian di Indonesia yang terjadi tahun
2007 akibat krisis ekonomi di Amerika Serikat yang berdampak terhadap
perekonomian di Indonesia.
Dampak yang diberikan kepada Indonesia dikarenakan data di
Bursa Efek Indonesia, menunjukkan bahwa sebagian besar investor yang
72
berperan di BEI adalah investor asing. Dominasi investor sangat kuat, hal
ini dibuktikan dengan jumlah investor asing mencapai 65% - 80% dari
total seluruh investor yang ada di BEI.
Tingkat pengembalian (return) saham tertinggi terjadi pada
perusahaan Bakrieland Development Tbk. (ELTY) tahun 2009 sebesar
1,6623. Untuk return saham tahun 2008 dan 2010, masing-masing terdapat
pada perusahaan Cowell Development Tbk. (COWL) sebesar 0,2239 dan
perusahaan Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) sebesar 1,8095.
Sedangkan untuk return saham terendah pada tahun 2008 adalah
perusahaan Modernland Realty Ltd. Tbk. (MDLN) sebesar (0,8980), tahun
2009 perusahaan Perdana Gapuraprima Tbk. (GPRA) merupakan
perusahaan dengan jumlah return terendah sebesar (0,5882), dan untuk
tahun 2010 perusahaan Cowell Development Tbk. (COWL) mengalami
penurunan sebesar (0,6857).
4.3
Pengujian Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan cara uji regresi
linear sederhana. Uji statistik regresi linear sederhana bertujuan untuk menguji
signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien regresinya.
Analisis regresi ini dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan arah
pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen nya.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas (X), sedangkan
73
variabel independen dalam penelitian ini adalah return saham (Y). Sebelum
melakukan uji regresi linear sederhana, terlebih dahulu dilakukan uji linearitas
untuk menguji hubungan linear antara variabel X dengan variabel Y.
4.3.1 Uji Linieritas
Setelah diketahui bahwa variabel X dan variabel Y merupakan dua
variabel yang mempunyai hubungan fungsional, maka selanjutnya perlu
diketahui apakah hubungan tersebut benar-benar ada dan linier.
Berikut ini grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual dari hasil pengolahan SPSS versi 16.0.
Sumber: SPSS versi 16
74
Gambar 4.4
Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Hasil pengujian SPSS v.16 dengan analisis grafik plot pada gambar
4.4 menunjukkan bahwa letak titik-titik itu berada pada sekitar garis lurus,
ini menunjukan bahwa antara variabel-variabel itu ada hubungan linier,
sehingga data-data X dan Y dapat diperlakukan dalam perhitungan regresi
linier sederhana.
4.3.2 Analisis Persamaan Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linear sederhana dimaksudkan untuk menguji
sejauh mana dan arah pengaruh variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
profitabilitas dengan menggunakan ROI sebagai indikatornya (X)
sedangkan variabel dependennya adalah return saham (Y).
Tabel 4.4
Hasil Analisis Regresi Linear
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
.033
.081
Beta
t
Sig.
.408
.685
75
X
.485
1.609
.034
.302
.764
a. Dependent Variable: Y
Sumber : SPSS versi 16
Dari tabel 4.4 dapat diketahui persamaan regresi linear sederhana
sebagai berikut:
Ŷ = 0,033 + 0,485 X
Koefisien regresi sebesar 0,485 menyatakan bahwa apabila
profitabilitas (X) = 0, maka return saham akan tetap sebesar 0,033 rupiah.
Jadi
setiap penambahan sebesar 1 rupiah akan meningkatkan return
saham sebesar 0,485 satuan juga. Jika profitabilitas bertambah 2000
rupiah, maka jumlah return saham akan meningkat menjadi 970,033.
Sebaliknya jika profitabilitas menurun sebesar 1 rupiah, maka return
saham juga akan menurun sebesar 0,485 rupiah. Jadi, tanda (+)
menyatakan arah hubungan yang searah, di mana kenaikan atau penurunan
variabel independen (X) akan mengakibatkan kenaikan/penurunan variabel
dependen (Y).
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS v.16,
maka didapat nilai signifikan yang lebih besar dari nilai probabilitas
sebesar 0,05 atau [0,05 ≤ sig], maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif antara profitabilitas
terhadap return saham.
76
4.4
Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam melakukan transaksi saham di pasar modal, pada dasarnya setiap
investor memiliki analisis yang berbeda-beda untuk membantu dalam mengambil
keputusan membeli atau menjual suatu saham. Ada dua tipe dasar analisis saham
yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis fundamental menggunakan data fundamental yaitu data yang
berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayar,
penjualan, dan lain-lain). Salah satu analisis fundamental yang biasa dilakukan
adalah melalui penilaian kinerja perusahaan emiten. Alat ukur kinerja sebuah
perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan. Salah
satu cara untuk menganalisis laporan keuangan sebuah perusahaan adalah analisis
rasio keuangan. Jadi analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara dalam
memilih saham yang akan memberikan tingkat keuntungan yang optimal.
Sedangkan analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu, volume
perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Perubahan harga saham
cenderung bergerak pada satu arah tertentu (trend).
Penelitian
ini
menggunakan
analisis
fundamental
dengan
rasio
profitabilitas dan return on investment sebagai indikatornya yang menunjukkan
kinerja keuangan suatu perusahaan. Profitabilitas dapat memberikan gambaran
terhadap kemampuan perusahaan dalam memberikan laba. ROI sebagai indikator
dalam menganalisis rasio keuangan menunjukkan tingkat kemampuan dari modal
77
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
netto.
Berdasarkan data laporan keuangan yang telah dipublikasikan di BEI,
perusahaan-perusahaan dalam sektor properti dan real estate dalam periode 20082010 menunjukkan rata-rata tingkat profitabilitas yang positif, artinya perusahaan
tersebut dapat memberikan laba untuk para investor.
Tingkat keuntungan atau return yang akan diperoleh para investor setelah
dilakukannya perhitungan dengan menggunakan pendekatan capital gain sebagai
indikatornya, memberikan hasil dengan rata-rata bernilai negatif. Hampir semua
perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan 27 sampel perusahaan untuk
periode 2008-2010, menunjukkan nilai yang negatif. Hal ini berarti bahwa
perusahaan tersebut tidak dapat memberikan tingkat pengembalian bagi para
investor.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari
profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan properti dan real estate pada
periode 2008-2010. Hasil uji empiris, dengan menggunakan regresi linear
sederhana, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = 0,033 + 0,485 X
Persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta untuk return saham
properti dan real estate berbanding lurus atau searah. Tanda positif (+) pada
koefisien b, menyatakan korelasi yang positif terhadap perubahan yang terjadi
pada variabel bebas dan variabel terikatnya.
78
Analisis uji asumsi klasik untuk model regresi dalam penelitian ini, yaitu
uji linearitas, menunjukkan bahwa data untuk ROI dan return saham sudah
memenuhi kriteria persyaratan untuk analisis regresi linear sederhana, artinya
sebaran data bersifat linear.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis,
menunjukkan bahwa nilai signifikan (0, 764) lebih besar dari taraf signifikan (α =
0,05), maka dapat disimpulkan hipotesis tersebut ditolak. Artinya Return on
Investment tidak berpengaruh positif terhadap return saham. Dengan demikian
return saham (capital gain) tidak selalu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
profitabilitas dengan indikator ROI. Return saham perusahaan lebih banyak
dipengaruhi
oleh
permintaan
dan
penawaran
para
investor
untuk
menginvestasikan dananya pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Semakin besar
minat para investor untuk menginvestasikan dananya, semakin meningkat pula
harga saham perusahaan tersebut, sehingga meningkatkan jumlah capital gain
yang akan diperoleh investor.
Sebagian besar investor di Indonesia masih bersifat spekulatif dalam
melakukan investasi. Perilaku investor-investor ini disebabkan oleh keinginan
untuk mencapai capital gain dalam jangka pendek, sehingga pergerakan harga
saham yang mempengaruhi nilai return saham menjadi sangat berfluktuasi. Selain
itu, perilaku investor di Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal seperti isu-isu yang beredar, kondisi politik, kondisi makro, dan juga
pengaruh perkembangan kurs mata uang luar negeri. Artinya pelaku investor yang
79
menanamkan dananya dalam saham berpikir untuk jangka pendek dengan harapan
memperoleh capital gain dari selisih harga beli dan harga jual.
Hal ini memberikan suatu gambaran bahwa untuk dapat meningkatkan
return saham dengan capital gain, seorang investor tidak menjadikan laporan
keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan di BEI sebagai tolak ukur untuk
menginvestasikan dananya, tetapi dengan menggunakan analisis teknikal seperti
analisis trend, yang akan menjadikan minat investor di Indonesia menanamkan
dana mereka di perusahaan tersebut.
Beberapa bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap return
saham pernah dikemukakan oleh Ricko Raharjo Wibowo, yang menyatakan
bahwa profitabilitas dengan indikator ROE tidak memiliki pengaruh positif
terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan yang listing di BEI
periode 2007-2009. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan juga penelitian
dengan menggunakan pendekatan analisis teknikal, untuk mengetahui perubahan
harga saham dan memperkirakan return dari investasi yang dilakukan.
Download