analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
CA MAMMAE METASTASIS TULANG BELAKANG
LUMBAL III DI LANTAI 5 BEDAH RUMAH SAKIT
ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
(KIA-N)
FITRIAYU YULIANTI PRIYONO
0906629366
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2014
i
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
CA MAMMAE METASTASIS TULANG BELAKANG
LUMBAL III DI LANTAI 5 BEDAH RUMAH SAKIT
ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi
Keperawatan
FITRIAYU YULIANTI PRIYONO
0906629366
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2014
ii
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
HALAM
AMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah
hA
Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendir
diri,
dan semua
a ssumber baik yang dikutip maupun dirujuk
te
telah saya nyatakan dengan benar.
N
Nama
: Fitriayu Yulianti Priyono
N
NPM
: 0906629366
T
Tanda Tangan : (
T
Tanggal
)
: 10 Juli 2014
iii
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini diajukan oleh :
Nama
: Fitriayu Yulianti Priyono
NPM
: 0906629366
Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan
Judul Riset
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Pasien Ca Mammae Metastasis Tulang Belakang
Lumbal III di Lantai 5 Bedah Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot
Soebroto
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia.
Dewan Penguji
Pembimbing : Masfuri, S.Kp, MN
Penguji
: Ns. Merri Silaban., S.Kep
(
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal
: 10 Juli 2014
iv
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih sayangNya sehingga penyusunan karya ilmiah akhir ners ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar
Rasullullah SAW beserta para sahabatnya. Selama proses pembuatan dan
penyusunan karya ilmiah akhir ners, saya menyadari banyaknya bantuan dan
dorongan serta dukungan dari banyak pihak yang dapat membuat karya ilmiah
akhir ners ini selesai tepat waktu. Berkat semua dorongan dan dukungan tersebut
penyusun merasa sangat terbantu dan bersyukur. Oleh karena itu penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2.
Ibu Kuntarti, M. Biomed selaku ketua program studi Sarjana dan Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan 2013-2017.
3.
Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An., IBCLC selaku
koordinator mata ajar Karya Akhir Ilmiah Ners 2013-2014.
4.
Bapak Masfuri, S.Kp., MN selaku pembimbing penyusunan karya ilmiah
akhir ners. Terima kasih atas motivasi dan bimbingan yang telah diberikan
dengan penuh kesabaran sehingga penyusun dapat menyusun karya ilmiah
akhir ners dengan baik dan sesuai.
5.
Ibu Ns. Merri Silaban, S.Kep selaku pembimbing klinik selama berdinas di
RSPAD Gatot Soebroto sekaligus penguji KIA yang telah memberikan
banyak masukan yang sangat membangun bagi penyempurnaan karya ilmiah
aknir ners ini.
6.
Ibu Poppy Fitriyani, Sp. Kom selaku pembimbing akademis yang telah
membimbing saya selama perkuliahan.
7.
Seluruh perawat ruangan lantai 5 bedah RSPAD Gatot Soebroto.
v
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
8.
Bapak Eko Priyono dan Ibu Hafianda Thersia selaku orang tua penyusun
yang telah memberikan dukungan total dan semangat kepada penyusun
sehingga penyusun tetap termotivasi untuk terus berusaha sebaik mungkin.
9.
Seluruh teman baik saya, Kurnia, Retno, Sulastri, Puput, Purwanti, Rini,
Layya, dan Nissa yang selalu memberikan semangat. Juga Desy, Dedes, Reni,
dan Kiki. Kalian orang-orang yang hebat dan sangat berharga.
10. Giswa Miraj Patanrey atas dukungan dan kesabarannya.
11. Teman-teman reguler 2009 yang telah membantu dalam menyelesaikan
proses penyusunan skripsi.
Saya menyadari bahwa karya ilmiah akhir ners ini masih memiliki banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan pada proses
penyusunan karya ilmiah selanjutnya.
Depok, 10 Juli 2014
Fitriayu Yulianti Priyono
vi
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
HALAMAN PERN
NYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
KA
ILMIAH
H UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademi
mik Universitas Indonesia, saya yang bertanda
da tangan di
bawah ini
Nama
: Fitriayu
yu Yulianti Priyono
NPM
: 0906629
29366
Program Studi : Profesi
si N
Ners
Fakultas
: Ilmu Kep
Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah
Ilm Akhir
demi pengembangan ilmu
ilm pengetahuan, menyetujui untuk memberik
rikan kepada
Universitas Indonesia H
Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusiv
sive RoyaltyFree Right) atas karya ilm
ilmiah saya yang berjudul:
“Analisis Praktik Klini
inik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perko
rkotaan pada
Pasien Ca Mammae Metastasis
Me
Tulang Belakang Lumbal III di Lanta
ntai 5 Bedah
Rumah Sakit Angkatan
nD
Darat Gatot Soebroto”
beserta perangkat yang
ang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Beba
ebas Royalti
Noneksklusif
ini
Universitas
Un
Indonesia
berhak
menyimpan,,
mengalih
media/formatkan, menge
ngelola dalam bentuk pangkalan data (database),
), merawat,
dan memublikasikan tugas
tu
akhir saya selama tetap mencantumkann nama
n
saya
sebagai penulis/pencipta
pta dan sebagai pemiliki Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2014
Yang menyatakan
( Fitriayu Yulianti Priyono )
vii
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
ABSTRAK
Nama
NPM
Program Studi
Judul
: Fitriayu Yulianti Priyono
: 0906629366
: Ilmu Keperawatan
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Pasien Ca Mammae Metastasis Tulang Belakang
Lumbal III di Lantai 5 Bedah Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot
Soebroto
Nyeri merupakan salah satu keluhan dominan yang sangat mengganggu klien
dengan kanker payudara metastasis tulang belakang hingga mengganggu aktivitas
dan istirahat klien. Asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 7 Mei hingga 2
Juni 2014 untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan klien. Penulisan
ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas implementasi tindakan
mandiri keperawatan terutama pada masalah nyeri kronis, risiko cedera, dan
hambatan mobilitas fisik. Asuhan keperawatan yang diberikan berupa teknik
relaksasi napas dalam, latihan pergerakkan sendi, dan penggunaan orthosis.
Setelah dilakukan implementasi didapatkan hasil yang positif bagi klien. Risiko
masalah yang mungkin terjadi pada klien tidak terjadi dan tidak terdapat
perburukan pada kondisi klien.
Kata kunci: manajemen nyeri, breast cancer, relaksasi napas dalam, metastasis
tulang belakang.
viii
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
ABSTRACT
Name
: Fitriayu Yulianti Priyono
ID
: 090629366
Study Program : Nursing Science
Title
: Clinical Practice Analysis of Public Health Nursing Care in
Patient with Breast Cancer Metastatic in 3rd Lumbal at Surgical
Ward 5th Floor RSPAD Gatot Soebroto
Pain is one of the main problems perceived by breast cancer patients with spinal
metastases that interferes with client’s activity and rest. Nursing care was
conducted on May 7 to June 2, 2014 to increase the comfort and safety of clients.
This report aims to identify the effectiveness of the implementations of nursing,
especially on the chronic pain, risk of injury, and impaired physical mobility. The
implementation given are relaxation techniques, range of motions exercises, and
the use of orthosis. There are positive results from the implementation. The risk of
problems that may occur on the client did not happen and there is no deterioration
in the condition of the client.
Key word: pain management, breast cancer, deep breathing relaxation.
ix
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii
HALAMAN ORISINALITAS ..................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiv
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 5
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 5
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................... 5
1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................................... 5
1.3.1 Manfaat Aplikatif .................................................................................... 5
1.3.2 Manfaat Keilmuan ................................................................................... 6
1.3.3 Manfaat Metodologi ................................................................................ 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7
2.1 Kanker Payudara ............................................................................................. 7
2.1.1 Definisi Kanker Payudara ........................................................................ 7
2.1.2 Etiologi.................................................................................................... 7
2.1.3 Faktor Risiko ........................................................................................... 7
2.1.4 Tanda dan Gejala ..................................................................................... 9
2.1.5 Patofisiologi ............................................................................................ 9
2.1.6 Klasifikasi ............................................................................................... 10
2.1.7 Penggolongan Kanker Payudara .............................................................. 11
2.1.8 Pemeriksaan Fisik.................................................................................... 16
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 16
2.1.10 Penanganan Kanker Payudara ................................................................ 17
2.2 Kanker Tulang ................................................................................................ 21
2.2.1 Kanker Tulang Metastatik........................................................................ 21
2.2.2 Manifestasi Klinis.................................................................................... 21
2.2.3 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 22
2.2.4 Terapi ...................................................................................................... 22
2.2.5 Prognosis ................................................................................................. 23
2.3 Metastasis Kanker Payudara ke Tulang ............................................................ 23
2.4 Nyeri ............................................................................................................... 26
2.4.1 Tipe Nyeri ............................................................................................... 26
2.4.2 Pengkajian Nyeri Kanker Payudara.......................................................... 27
x
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
2.4.3 Masalah yang Timbul Akibat Nyeri Kanker Payudara ............................. 28
2.4.4 Manajemen Nyeri .................................................................................... 28
2.5 Masalah Kesehatan Perkotaan ......................................................................... 30
BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................................. 32
3.1 Pengkajian ....................................................................................................... 32
3.2 Analisis Data ................................................................................................... 43
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................................ 46
3.4 Implementasi dan Evaluasi Tindakan ............................................................... 49
BAB 4. ANALISIS SITUASI ...................................................................................... 58
4.1 Profil Lahan Praktik ......................................................................................... 58
4.2 Analisis Masalah Kesehatan dengan Konsep terkait KKMP dan Konsep Kasus
Terkait ............................................................................................................. 59
4.3 Analisis Asuhan Keperawatan Nyeri ................................................................ 61
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan ...................................... 65
BAB 5. PENUTUP ...................................................................................................... 66
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 65
5.2 Saran ................................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 69
LAMPIRAN
xi
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kanker Payudara Stadium I ....................................................................... 13
Gambar 2.2 Kanker Payudara Stadium IIA ................................................................... 13
Gambar 2.3 Kanker Payudara Stadium IIB.................................................................... 14
Gambar 2.4 Kanker Payudara Stadium IIIA .................................................................. 14
Gambar 2.5 Kanker Payudara Stadium IIIB .................................................................. 15
Gambar 2.6 Kanker Payudara Stadium IIIC .................................................................. 15
Gambar 2.7 Kanker Payudara Stadium IV ..................................................................... 16
Gambar 2.8 Mekanisme regulasi chemokine pada metastase kanker payudara ............... 25
Gambar 2.9 Lingkaran hubungan lesi osteolitik kanker payudara .................................. 26
xii
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Obat yang Diresepkan......................................................................... 40
Tabel 3.2 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 41
Tabel 3.3 Analisa Data .................................................................................................. 43
Tabel 3.4 Catatan perkembangan perawatan klien dengan diagnosa keperawatan nyeri
kronik ........................................................................................................... 50
Tabel 3.5 Catatan perkembangan perawatan klien dengan diagnosa keperawatan
Hambatan Mobilitas Fisik ............................................................................. 54
Tabel 3.6 Catatan perkembangan perawatan klien dengan diagnosa
keperawatan Gangguan Eliminasi: Fekal ....................................................... 56
xiii
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Leaflet manajemen nyeri
Lampiran 2 Biodata Peneliti
xiv
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan
penulisan, dan manfaat penulisan. Pada bagian latar belakang akan
disampaikan mengenai keperawatan kesehatan masalah perkotaan dan
kaitannya dengan tema kanker payudara. Tujuan penulisan terdiri atas tujuan
umum dan khusus, serta manfaat penulisan meliputi manfaat aplikatif,
keilmuan, serta metodologi.
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dalam hidup setiap manusia. Kesehatan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari luar maupun
dalam diri. Menurut Unicef, 2012, terdapat faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor
pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku. Faktor keturunan merupakan
faktor yang bersifat warisan dari orang tua atau leluhur. Faktor lingkungan
dapat mempengaruhi kesehatan akibat kurangnya masyarakat dalam
menjaga kebersihan dan keseimbangan lingkungan. Hal ini dapat
mengakibatkan
munculnya
berbagai
masalah
kesehatan
termasuk
timbulnya wabah penyakit yang dapat menyerang warga sekitar
lingkungan tersebut. Limbah yang tidak diolah dengan baik dapat
menimbulkan polusi
yang
dapat
menurunkan
tingkat
kesehatan.
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan pun dapat menyebabkan
buruknya pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat. Masyarakat
juga perlu menyadari pentingnya mengunjungi pelayanan kesehatan
terdekat jika dirasa kesehatan tubuhnya sudah terganggu. Pelayanan
kesehatan terdekat dapat memberikan pertolongan pertama yang tepat
untuk menanggulangi bahaya penyakit yang lebih lanjut. Faktor terakhir
yang dapat mempengaruhi kesehatan yaitu faktor perilaku. Masyarakat
terutama masyarakat perkotaan dewasa ini memiliki perilaku atau
kebiasaan yang tidak mendukung kesehatan. Perilaku tersebut contohnya,
1
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
2
membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan, pola makan, serta
merokok.
Tingkat konsumsi makanan siap saji yang tinggi dengan kandungan bahan
pengawet meningkatkan risiko penyakit degeneratif pada masyarakat.
Salah satu penyakit non infeksi (degeneratif) adalah kanker. Data WHO
tahun 2014 menyatakan bahwa kanker merupakan penyakit yang menjadi
penyebab kematian tertinggi dengan 8.2 juta kematian pada tahun 2012.
Paru-paru, hati, pencernaan, colorectal, dan payudara merupakan jenis
kanker yang menyebabkan kematian tertinggi setiap tahunnya. Sekitar
30% dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima perilaku diet
berisiko yaitu, indeks massa tubuh tinggi, konsumsi buah dan sayuran
rendah, kurangnya aktivitas fisik, penggunaan tembakau (merokok), serta
penggunaan alkohol (WHO, 2014). WHO memperkirakan akan ada
peningkatan kasus kanker dari 14 juta kasus pada tahun 2012 menjadi 22
juta kasus pada dua dekade berikutnya. Lebih dari 60% kasus kanker
terdapat di Afrika, Asia, serta Amerika Tengah dan Selatan.
Kanker merupakan penyebab angka kematian yang tinggi di dunia, kanker
payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher
rahim. Berdasarkan total kematian akibat kanker (8.2 juta) menurut WHO
tahun 2012, kanker payudara memiliki proporsi ke lima yaitu sebanyak
521.000 kematian. Pengetahuan tentang kanker payudara dan intervensi
untuk mencegah penyakit ini sudah terinformasikan dengan jelas. Kanker
dapat dikurangi dan dikontrol dengan menerapkan strategi berbasis bukti
untuk pencegahan kanker, deteksi dini kanker, dan manajemen pasien
dengan kanker. Di Indonesia, menurut data rawat inap rumah sakit
insidensi kanker tertinggi yaitu kanker payudara sebanyak 8.082 kasus
(18,4%). Di Indonesia 96% tumor payudara dikenali oleh penderita itu
sendiri. Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium tiga
dengan kondisi yang semakin parah (Depkes, 2013).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
3
Berdasarkan data 10 penyakit terbesar yang diambil berdasarkan 3 bulan
terakhir dari buku dokumentasi ruang rawat bedah lantai 5 RSPAD Gatot
Soebroto, pada bulan Maret 2014 kanker payudara menempati urutan ke
tiga dengan jumlah 6 orang, bulan April 2014 sebanyak 8 orang, dan bulan
Mei 2014 sebanyak 5 orang. Sebagian besar pasien dengan kanker
payudara dirawat pada keadaan yang sudah terminal. Klien dengan kanker
payudara selalu merasakan nyeri yang hebat. Nyeri pada klien dengan
kanker payudara dirasakan menetap dan mengganggu kegiatan dan
istirahat.
Kanker payudara terjadi akibat terganggunya sistem pertumbuhan sel di
dalam jaringan payudara. Penyebab yang jelas belum diketahui secara
pasti, namun terdapat faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara. Faktor-faktor tersebut yaitu, riwayat penyakit payudara,
riwayat keluarga dengan kanker payudara, menstruasi dini, menopause
pada usia lanjut, pemakaian terapi pengganti hormon, paparan radiasi yang
tinggi, riwayat mengonsumsi alkohol, dan stres (Bobak, 2004)
Penderita kanker memiliki beberapa masalah yang dirasakan selama
dirawat di Rumah Sakit. Menurut American Cancer Society tahun 2014,
terdapat beberapa masalah yang biasa muncul pada setiap penderita kanker
yaitu, nyeri, mual dan muntah, kelelahan, dan anemia. Sedangkan
berdasarkan lama serta banyaknya terapi yang didapatkan oleh penderita
kanker dapat menyebabkan banyak efek pada tubuh yaitu, nyeri akut,
kelelahan, perubahan ingatan dan konsentrasi, neuropati, osteoporosis,
perubahan kulit, rambut, dan kulit, gangguan tidur, inkontinensia urin, dan
perubahan vaginal (Memorial Sloan Kettering Cancer Center, 2014). Nyeri
payudara merupakan masalah utama yang membuat penderita kanker
memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan (Morrow, 2000).
Nyeri
dapat
diklasifikasikan
menjadi
tiga
yaitu,
akut,
kronik
nonmalignant, dan malignant (Elkin, et al, 2000). Klasifikasi tersebut
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
4
dibedakan berdasarkan onset, durasi, dan penyebab. Klien dengan kanker
masuk pada klasifikasi nyeri malignant yang disebabkan oleh proses
penyakit. Nyeri yang dirasakan dimanifestasikan oleh episode nyeri akut
yang berulang, nyeri kronik yang berkelanjutan, maupun kombinasi dari
keduanya. Nyeri kanker lalu dapat dibagi menjadi tiga, ringan-sedang,
sedang-berat, menyengat dan terbakar, serta nyeri yang disebabkan oleh
pembengkakan (MD Anderson Cancer Center, 2014). Pengontrolan nyeri
dan meningkatkan kenyamanan adalah dua aspek yang terpenting dalam
praktik keperawatan. Semua pengalaman klien baik ketidaknyamanan atau
nyeri fisik maupun emosional, dan pemberian perhatian tentang
kenyamanan harus dilakukan pada setiap interaksi dengan klien. Perawat
dapat merancang intervensi untuk meningkatkan kepuasan untuk
mengurangi atau membebaskan klien dari nyeri dengan menggunakan
manajemen nyeri nonfarmakologi (Elkin, et al, 2000). Manajemen yang
dapat diterapkan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien yaitu,
intervensi pergerakan dengan menerapkan relaksasi pernapasan sebagai
fokus utama.
Relaksasi napas dalam sebagai teknik relaksasi sudah diterapkan oleh
seluruh perawat sejak dahulu. Penerapan intervensi relaksasi napas dalam
akan mengubah pola napas klien untuk meningkatkan efektivitas dan
pernapasan yang sehat (Snyder, 1992). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan didapatkan data bahwa terdapat pengaruh positif antara sensasi
nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan dan sesudah
penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam (Sumiati, dkk, 2012).
Penurunan skala nyeri menggunakan teknik napas dalam juga dibuktikan
oleh penelitian yang menghasilkan penurunan sebesar 2.30 skala nyeri
pada pasien post operasi (Yusrizal, 2012). Perawat perlu memperhatikan
masalah nyeri sebagai langkah untuk meningkatkan dan memenuhi
kesejahteraan klien dengan kanker payudara agar kualitas hidup dapat
meningkat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
5
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis asuhan
keperawatan pada pasien kanker payudara dengan metastase tulang
belakang yang memiliki keluhan nyeri menetap dan mengganggu
kegiatan kesehariannya sehubungan dengan masalah kesehatan
masyarakat perkotaan di ruang rawat bedah lantai 5 RSPAD Gatot
Soebroto.
1.2.2 Tujuan Khusus
Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis:
a. Masalah kesehatan perkotaan pada agregat dewasa akhir
dengan penyakit kanker payudara stadium IV terkait intervensi
menangani nyeri yang dirasakan klien.
b. Mahasiswa mampu membuat perencanaan pada Ny. R dengan
kanker payudara stadium IV di ruang rawat bedah lantai 5
RSPAD Gatot Soebroto.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi teknik nonfarmakologi
yang digunakan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh
Ny. R dengan kanker payudara stadiurm IV di ruang rawat
bedah lantai 5 RSPAD Gatot Soebroto.
1.3 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam tiga aspek yaitu
manfaat aplikatif, manfaat keilmuan, dan manfaat metodologis.
1.3.1 Manfaat Aplikatif
1.3.1.1 Memberikan masukan bagi perawat untuk memberikan
edukasi yang tepat terkait manajemen nyeri kronik yang
dapat klien lakukan secara mandiri.
1.3.1.2 Memberikan informasi bagi klien dengan kanker payudara
serta keluarga agar dapat memberikan motivasi bagi klien
untuk tetap melakukan manajemen nyeri guna mengurangi
nyeri yang dirasakan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
6
1.3.1.3 Memberikan informasi bagi tenaga keperawatan dan tenaga
kesehatan mengenai keefektifan penggunaan manajemen
nyeri relaksasi napas untuk mengurangi nyeri.
1.3.2 Manfaat Keilmuan
1.3.2.1 Memberikan masukan bagi penerapan ilmu pengetahuan
yang aplikatif terhadap asuhan keperawatan terkait masalah
kanker payudara dengan metastasis tulang belakang serta
manajemen nyeri yang dapat dilakukan.
1.3.2.2 Hasil penulisan dapat memberikan informasi bagi staf
akademik dan mahasiswa guna pengembangan proses
belajar mengajar khususnya bidang keperawatan medikal
bedah kekhususan penyakit keganasan.
1.3.3 Manfaat Metodologi
1.3.3.1 Penulisan menggunakan pola analisis aplikasi intervensi
asuhan
keperawatan
guna
mengetahui
keefektifan
implementasi yang telah dilakukan pada klien dengan
kanker payudara metastasis tulang belakang yang menderita
nyeri kronik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan
penulisan laporan. Teori-teori yang digunakan meliputi penyakit kanker payudara,
metastasis payudara ke tulang, nyeri, masalah kesehatan perkotaan. Selain itu,
terdapat teori terkait manajemen nyeri (relaksasi napas dalam) yang digunakan
dalam proses perawatan.
2.1
Kanker Payudara
2.1.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker adalah sekelompok penyakit yang dihasilkan dari pertumbuhan sel
yang tidak diatur, sehingga sel-sel membelah dan tumbuh tidak terkendali
sampai akhirnya membentuk tumor (Ricci&Kiyle, 2009). Kanker payudara
adalah kanker yang paling sering pada perempuan (diluar kanker kulit),
walaupun kanker ini sangat jarang pada laki-laki (Price & Wilson, 2003)..
Kanker payudara dapat muncul pada usia berapa pun di luar masa kanakkanak, namun insidensinya rendah selama tiga dekade pertama, dan
meningkat secara bertahap setelahnya (Price & Wilson, 2003).
2.1.2 Etiologi
Kanker payudara terjadi ketika adanya kontrol sel yang hilang sehingga
sel-sel membelah pada tingkat yang sangat tinggi (Elkin, et al, 2000).
Belum ada penyebab yang teridentifikasi menjadi penyebab spesifik
kanker payudara (Smeltzer&Bare, 2002). Sebab-sebab keganasan pada
payudara masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal, dan faktor familial berkaitan dengan risiko terjadinya tumor
(Price & Wilson, 2003).
2.1.3 Faktor Risiko
Faktor risiko kanker payudara menurut Smeltzer, et al, 2010. Paramita,
2011. Price & Wilson, 2003:
a. Wanita dengan usia 30-50 tahun. Insidensi menurun saat wanita
menopause.
7
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
8
b. Riwayat keluarga, merupakan faktor risiko yang penting. Wanita yang
memiliki ibu dan saudara perempuan atau dua saudara perempuan yang
terkena kanker payudara berisiko enam kali lebih besar mengalami kanker
payudara. Gen-gen kanker payudara dapat diwariskan dengan cara
dominan-otosom. Wanita yang mewarisi BRCA 1 yang rusak mempunyai
risiko seumur hidup sebesar 56% sampai 85% mengidap kanker ovarium
sedangkan wanita yang mewarisi gen BRCA 2 yang rusak mempunyai
risiko yang sama mengidap kanker payudara (Corwin, 2007).
c. Terapi sulih hormon (TSH). Wanita yang mengonsumsi pil KB atau
kontrasepsi oral lainnya. Wanita yang menggunakan hormon setelah
menopause baik berupa esterogen maupun progesteron juga dapat
meningkatkan risiko terjangkit kanker payudara.
d. Kelompok ekonomi menengah ke atas.
e. Wanita yang tidak menikah.
f. Wanita nulipara. Wanita dengan kadar esterogen/ androgen yang tinggi
dalam darah. Wanita yang mengalami abortus spontan sebelum kelahiran
pertama juga memiliki risiko yang tinggi terkena kanker payudara.
g. Riwayat menstruasi (menarke) pada usia dini dibawah 12 tahun serta
wanita yang mengalami menopause terlambat yaitu setelah usia 50 tahun.
Dan kehamilan pertama setelah usia 31 tahun
h. Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker payudara, wanita yang
mengalami obesitas memiliki 80% lebih besar terhadap risiko terkena
kanker payudara akibat jaringan lemak yang lebih banyak pada payudara.
i.
Penyakit payudara lain yang sebelumnya pernah diderita. Wanita yang
pernah mengalami penyakit hiperplasia duktus dan lobulus atipia memiliki
risiko delapan kali lebih besar terkena kanker payudara. Wanita dengan
adanya riwayat penyakit payudara jinak/ kanker ovarium dan adanya
mutasi gen kanker BRCA 1 atau BRCA 2 dapat meningkatkan risiko.
j.
Paparan radiasi dalam jumlah besar saat muda.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
9
2.1.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari kanker payudara antara lain sebagai berikut (American
Cancer Society, 2013; Paramita, 2011):
1.
Adanya gumpalan atau penebalan di daerah payudara atau ketiak.
2.
Daerah payudara menjadi bengkak, hangat, kemerahan atau menjadi lebih
gelap.
3.
Bentuk dan ukuran payudara mengalami perubahan.
4.
Ada perubahan pada kulit payudara (kulit menebal dan bersisik di sekitar
puting, ada lekukan/cekungan, edema, atau ulserasi).
5.
Perubahan pada puting, misalnya sakit, gatal, seperti terbakar, erosi,
retraksi ataupun terdapat ruam dan sisik pada bagian puting.
6.
Puting menjadi cekung atau ada bagian dari payudara yang cekung.
7.
Ada sekresi dari puting selain ASI.
8.
Nyeri di satu daerah payudara yang tidak kunjung hilang.
9.
Edema di lengan.
2.1.5 Patofisiologi
Karsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan
perkembangan sel- sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
in situ dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun
untuk tumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira
¼ dari karsinoma mammae telah bermetastasis dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah. Mungkin terjadi pembesaran kelenjar limfe regional. Jika penyakit
telah berkembang lanjut, dapat terjadi pecahnya benjolan-benjolan pada
kulit dan ulserasi (Price & Wilson, 2003). Beberapa studi genetika telah
berhasil mengidentifikasi gen-gen utama, diantaranya BRCA 1 ditemukan
pada kromosom 17 dan BRCA 2 pada kromosom 13, yang berperan pada
kanker payudara familial. BRCA 1 dan BRCA 2 yang berperan penting
dalam perbaikan DNA dan bekerja sebagai penekan tumor.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
10
2.1.6 Klasifikasi (Price & Wilson, 2003).
1. Karsinoma payudara in situ noninvasive (mis, karsinoma duktus in situ
[DCIS] atau karsinoma lobular in situ [LCIS]), yaitu kanker yang terdapat
di dalam lumen duktus atau lobulus. Arti pentingnya karsinoma dini yang
non invasif adalah bahwa terdapat risiko tinggi untuk berkembang menjadi
kanker payudara invasif pada waktu yang akan datang.
2. Karsinoma invasif atau infiltratif, yaitu kanker yang telah menyebar ke
dalam stroma payudara dan ada kemungkinan penyebaran metastasis.
Karsinoma duktus invasif adalah jenis kanker payudara yang paling sering
terjadi (80%-85%) dari semua kanker payudara. Karsinoma duktus invasif
sekeras batu pada palpasi, bermetastase jauh pada tulang, paru, hati, dan
otak.
3. Karsinoma lobular invasif, yaitu jenis kanker payudara kedua yang paling
sering terjadi (sekitar 10%). Kanker jenis ini berkaitan dengan frekuensi
tinggi terlibatnya kedua payudara bila dibandingkan dengan jenis lain. Ciri
khasnya, sel-sel tumor tertekan menjadi tali kuat yang dapat terlihat
sebagai daerah yang teraba nyeri (bukan sebagai pembengkakan).
Metastase jauh biasanya ke meningeal dan permukaan serosa.
4. Penyakit Paget pada puting, yaitu keganasan yang tumbuh keluar
sepanjang duktus pada puting, yang berasal dari duktus lebih dalam atau
kanker duktus invasif dengan rasa gatal, panas, keluarnya rabas,
perdarahan, atau kombinasi diantaranya pada puting. Sel-sel ganas (sel-sel
Paget) dari tumor yang lebih dalam menginvasi epidermis puting,
menyebabkan krusta, dan tampak seperti eksim.
5. Karsinoma inflamasi, yaitu tumor yang tumbuh dengan cepat, yang
menyebar melalui invasi pada limfatik kulit. Gejala-gejalanya mirip
dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematosa,
berindurasi, dan nyeri. Kanker jenis ini muncul pada sekitar 1%-2%
perempuan yang menderita kanker payudara. Karena gambaran awalnya
sama dengan infeksi, maka diagnosis kanker dapat terlambat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
11
2.1.7 Penggolongan Kanker Payudara
Stadium Kanker Payudara menurut Harmer, 2011 dan Sudoyo, et.al.,
2009:
Ukuran tumor (T):
TX: Tumor primer belum dapat dikaji.
T0: Tidak ditemukan tumor primer.
Tis: Karsinoma in situ
Tis (DCIS): Ductal karsinoma in situ
Tis (LCIS): Lobular karsinoma in situ
Tis (Paget): Penyakit puting paget
T1: Tumor (benjolan) berdiameter lebih kecil sama dengan 2cm.
T1mic:
Benjolannya berdiameter < 0,1cm.
T1a:
Benjolannya berdiameter 0,1-0,5 cm.
T1b:
Benjolannya berdiameter 0,5-1 cm.
T1c:
Benjolannya berdiameter 1-2 cm.
T2: Diameter tumor 2-5 cm.
T3: Diameter tumor > 5 cm.
T4: Tumor ukuran berapa saja yang telah menyebar.
T4a:
Menyebar ke dinding dada.
T4b:
Edema, ulserasi kulit payudara, terdapat bintik-bintik di
kulit payudara yang sama.
T4c:
T4a dan T4b.
T4d:
Kanker membengkak.
Nodus (N), kelenjar getah bening regional (kgb):
NX:
Kelenjar getah bening regional belum dapat dikaji.
N0:
Tidak ada metastasis pada kelenjar getah bening aksila.
N1:
Ada metastasis ke kelenjar getah bening aksila yang masih dapat
digerakkan.
N2:
Ada metastasis ke kelenjar getah bening aksila yang sulit
digerakkan.
N2a: Metastasis di kelenjar limfa aksila tetap satu sama lain atau struktur
lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
12
N2b: Metastasis di kelenjar limfa, secara klinis jelas terlihat di kelenjar
limfa interna mamae dan terbukti secara klinis metastasis ke
kelenjar limfa aksila.
N3:
Ada metastasis ke kelenjar getah bening di atas tulang klavikula
atau pada kelenjar getah bening di internal payudara di dekat
tulang sternum.
N3a: Infra-clavicular
N3b: Internal mammary and axillary
N3c:
Supra-clavicular
Metastasis (M):
MX: Metastasis jauh belum dapat dikaji.
M0:
Tidak ada metastasis jauh yang ditemukan melalui x-ray atau
pengkajian fisik.
M1:
Ada penyebaran ke organ lain (diantaranya tulang, paru-paru, otak,
dan hati).
Pengelompokkan stadium kanker payudara menurut Harmer, 2011 dan
Sudoyo, et.al., 2009:
Tabel 2 Pengelompokkan Stadium Kanker Payudara (Harmer, 2011; Sudoyo,
et.al., 2009)
Tingkat Stadium
Stadium 0
Stadium I
Stadium II A
Stadium II B
Stadium III A
Stadium III B
Stadium III C
Stadium IV
Ukuran Tumor (T)
Tis
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T4
T4
T4
Sembarang T
Sembarang T
Metastasis
Kelenjar Limfe
(N)
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1, N2
N0
N1
N2
N3
Sembarang N
Metastasis Jauh
(M)
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
13
Gambar 2.1 Kanker Payudara Stadium I
(American Society of Clinical Oncology, 2006)
Pada stadium I tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau
sama dengan 2 cm dan tidak terdapat metastasis ke kelenjar limfe regional
(National Breast Cancer Foundation, 2010).
Gambar 2.2 Kanker Payudara Stadium IIA
(American Society of Clinical Oncology, 2006)
Stadium IIA kanker payudara yaitu tidak adanya tanda-tanda tumor pada payudara
namun terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa ipsilateral. Diameter tumor lebih
kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan metastasis kelenjar limfe di fosa
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
14
aksilar ipsilateral. Diameter tumor lebih dari 2 cm namun tidak lebih dari 5 cm
dan tidak terdapat metastasis ke kelenjar limfe regional (Desen, 2008).
Gambar 2.3 Kanker Payudara Stadium IIB
(American Society of Clinical Oncology, 2006)
Diameter tumor 2-5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar
ipsilateral. Atau diameter tumor lebih dari 5 cm namun tidak terdapat metastasis
kelenjar limfe regional (Desen, 2008).
Gambar 2.4 Kanker Payudara Stadium IIIA
(American Society of Clinical Oncology, 2006)
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di
fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain. Atau diameter tumor
lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar ipsilateral
yang terfiksasi dengan jaringan lain (Desen, 2008).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
15
Gambar 2.5 Kanker Payudara Stadium IIIB
(American Society of Clinical Oncology, 2006)
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan atau
luka bernanah pada payudara. Dapat sudah atau belum menyebar ke pembuluh
getah bening di aksila dan lengan atas namun tidak menyebar ke bagian lain organ
tubuh (Desen, 2008).
Gambar 2.6 Kanker Payudara Stadium IIIC
(American Society of Clinical Oncology, 2006)
Ukuran tumor bisa berapa saja, dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis
kelenjar limfe mammaria interna dan metastasis kelenjar limfe aksilar atau
metastase limfe supraklavikular ipsislateral (Desen, 2008).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
16
Gambar 2.7 Kanker Payudara Stadium IV
(American Society of Clinical Oncology, 2006)
Ukuran tumor berapa saja namun telah menyebar ke lokasi yang jauh yaitu,
tulang, paru-paru, liver, atau tulang rusuk (National Breast Cancer Foundation,
2010).
2.1.8 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: ukuran, simetri kedua mammae, benjolan tumor atau perubahan
patologik kulit (misal, cekungan, kemerahan, edema, erosi, nodul satelit,
dll). Pada papila mammae apakah simetris, ada retraksi, distorsi, atau erosi.
b. Palpasi: Dalam posisi berbaring dan duduk lakukan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri). Apakah ada pengeluaran sekret dari puting, tumor, dan
nyeri tekan.
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
a. Mammografi
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit
dipalpasi atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi
mammae yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat
digunakan untuk analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan
diagnostik sekitar 80% (Singhal, 2009).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
17
b. USG
Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi
dasar diagnosis yang sangat baik (Singhal, 2009).
c. MRI mammae
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal,
MRI mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi
dalam diagnosis karsinoma mammae stadium dini (Singhal, 2009).
d. Biopsi
Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan
biopsi eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan
potong beku saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk karsinoma
mammae yang dapat dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk
menghindari penyebaran iatrogenik tumor (Desen, 2008).
2.1.10 Penanganan Kanker Payudara
Berdasarkan modalitas terapi, kanker payudara dapat dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu:
a. Stadium 0 atau lesi in situ non metastase, yaitu ductal carsinoma in situ
(DCIS) dan lobular carcinoma in situ (LCIS).
b. Stadium dini invasif (stadium I dan beberapa dari stadium II).
c. Stadium intermediate operabel (stadium II dan IIIA).
d. Stadium in operable atau stadium lanjut lokal (stadium IIIA-IIIC).
e. Stadium lanjut (stadium IV).
Tujuan pengobatan kanker payudara adalah:
a. Penyembuhan, dengan cara menghilangkan tumor. Upaya penyembuhan
dapat dinilai dengan lamanya waktu bebas tumor dan lamanya bertahan
hidup.
b. Peningkatan, mengembalikan kualitas hidup secara fungsional, kosmetik,
dan penampilan sosial (sebagai terapi paliatif).
c. Mencegah terjadinya kanker payudara (preventif).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
18
Terapi yang dapat digunakan yaitu:
1. Pembedahan (Paramita, 2011; Price & Wilson, 2003)
a. Mastektomi parsial, mulai dari tilektomi (lumpektomi: pengangkatan
kanker disertai sedikit jaringan sehat sekitarnya dan kelenjar getah
bening sekitar aksila yang terkena) sampai pengangkatan segmental
(pengangkatan kanker disertai daerah sehat sekitarnya lebih luas dari
lumpektomi terutama jaringan dibawah tumor dan KGB aksila yang
terkena) sampai kuadrantektomi (pengangkatan seperempat payudara);
pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar getah
bening aksila untuk penentuan stadium.
b. Mastektomi total: pengangkatan seluruh payudara dengan diseksi aksila
rendah, sebagian kelenjar getah bening di lateral otot pektoralis minor.
Model operasi ini untuk karsinoma in situ atau klien lanjut usia.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi, eksisi seluruh payudara, semua
atau sebagian besar jaringan limfa aksila.
d. Mastektomi radikal, eksisi seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan
minor di bawahnya, seluruh isi aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas, sama seperti mastektomi radikal
ditambah dengan kelenjar getah bening mamaria interna.
f. Breast-Conserving Therapy (BCT): Operasi pengangkatan kanker tanpa
pengangkatan jaringan payudara yang sehat yang dilanjutkan tindakan
radioterapi.
2. Non Pembedahan (Price & Wilson, 2003)
a. Penyinaran (Terapi Radiasi)
Terapi radiasi dilakukan pada payudara dan daerah dada lain dengan
menggunakan energi sinar untuk mematikan sel kanker, baik secara
langsung (radiasi eksternal) maupun penempatan material radioaktif
secara langsung pada jaringan payudara (implan radiasi). Radioterapi
ada yang dilakukan pre operasi dan pasca operasi. Pasca operasi
digunakan khususnya pasca BCT untuk mematikan sisa-sisa sel kanker
yang tertinggal. Indikasi terapi pasca operasi mastektomi yaitu diameter
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
19
tumor primer ≥ 5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah kelenjar limfe
aksilar metastatik lebih dari empat buah dan tepi irisan positif. Area
target radiasi mencakup dinding toraks dan regio supraklavikular
(Desen, 2008). Preoperasi secara tunggal atau kombinasi bersama
kemoterapi untuk mengurangi massa tumor, biasanya pada klien dengan
kanker payudara inflamatorik (Price & Wilson, 2003). Terapi radiasi
juga dapat digunakan untuk klien dengan kontraindikasi atau menolak
operasi (Desen, 2008). Terapi radiasi dapat menjadi terapi paliatif pada
kasus stadium lanjut dengan rekurensi dan metastasis. Dalam hal ini
terapi digunakan untuk meredakan nyeri yang dirasakan klien (Desen,
2008).
b. Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan kombinasi obat untuk membunuh sel kanker
baik secara injeksi intravena maupun oral. Kombinasi obat sitotoksik
digunakan sebagai terapi tambahan maupun primer, tergantung pada
stadium kanker dan status reseptor estrogen (Price & Wilson, 2003).
Kemoterapi juga sebagai terapi induksi, pre operasi untuk mengecilkan
ukuran tumor (neoadjuvan terapi), dan post operasi untuk mengurangi
penyebaran atau kekambuhan (adjuvan terapi), atau untuk pengobatan
setempat (disuntikkan langsung ke dalam tumor).
Obat kemoterapi bekerja pada DNA yang merupakan komponen utama
gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Obat bekerja
tidak hanya pada sel kanker namun juga pada sel sehat. Mekanisme
kerja obat kemoterapi yaitu:
•
•
Menghambat atau mengganggu sintesa DNA dan atau RNA.
•
Mengganggu transkripsi DNA oleh RNA.
•
Merusak replikasi DNA.
Mengganggu kerja gen.
Obat-obat kemoterapi bekerja pada fase spesifik atau bekerja pada fase
nonspesifik yaitu pada semua fase dalam siklus sel.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
20
Obat neoplastik yang sering digunakan adalah cyclophospamide,
fluorouracil, methotrexate, doxorubicin, vincistrine, paclitaxel, dan
predisone (Paramita, 2011). Kombinasi obat umum yang digunakan
oleh wanita premenopausal maupun postmenopausal adalah CMF
(cyclophospamide, fluorouracil, dan methotrexate) (Paramita, 2011).
Obat-obat kemoterapi berdasarkan cara kerja obat pada fase siklus
pertumbuhan sel dibedakan menjadi:
•
Alkylating
Agent
Chlorambusil,
•
Cisplatin,
Carboplatin,
Carmustine,
Cyclophosphamide,
Ifosfamide,
Procarbazine).
Golongan antimetabolit (Fluorouracil, methotrexate, asparaginase,
azacitidine,
•
(Busulfan,
cladribine,
cytarabine,
fludarabine,
hydroxyurea,
mercaptopurine, pentostatin, ralitrexed, thioguanine).
Obat kemoterapi untuk membunuh sel kanker dengan cara
menghalangi mitosis. Terdapat dua golongan yaitu, pertama,
golongan topoisomerase inhibitors (Bleomycin, Dactinomycin,
Daunorubicin, Doxorubicin, Epirubicin, Etoposide, Gemcitabine,
Idarubicin, Irinocetan, Mitoxantrone, Plicamycin, Teniposide,
Topotecan). Golongan kedua yaitu penghambat microtubule
•
(Doxetacel, Paclitaxel, Vinblastine, Vincristin).
•
(Bleomycin, Doxorubicin, Daunorubicin, Epirubicin, Mytocin C).
Antibiotika
yang
mengikat
DNA
secara
ikatan
kompleks
Sebagai hormon (esterogen, progestin, anti estrogen, androgen).
Kombinasi obat kemoterapi yang biasa digunakan untuk keganasan
payudara adalah:
1. CMF (cyclophospamide, methotrexate, dan 5-FU).
2. FEC (epirubicin, cyclophosphamide dan 5-FU).
3. E-CMF (epirubicin, digabung dengan CMF).
4. AC (doxorubicin (adriamycin), cyclophosphamide).
5. MMM (methotrexate, mitozantrone, mitomycin).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
21
6. MM (methotrexate dan mitozantrone).
Kemoterapi memiliki efek selain membunuh sel kanker juga merusak
sel sehat. Jaringan yang paling banyak mengalami kerusakan adalah
organ-organ yang memiliki daya proliferasi tinggi seperti traktus
gastrointestinal (mual, muntah, diare), sumsum tulang (penurunan
jumlah sel darah putih, trombosit, dan sel darah merah), dan folikel
rambut (kerontokan rambut).
c. Terapi hormon dan endokrin
Terapi hormon diberikan pada penderita kanker payudara yang telah
mengalami metastasis. Hormon yang digunakan untuk terapi ini antara
lain
memakai
estrogen,
androgen,
progesteron,
antiestrogen;
ooforektomi, adrennalektomi, hipofisektomi.
2.2
Kanker Tulang
Terdapat beberapa jenis neoplasma, neoplasma tersebut mencakup tumortumor osteogenik, kondrogenik, fibrogenik, otot, dan sel sumsum tulang
juga saraf, vaskular, dan tumor sel-sel lemak. Neoplasma tersebut dapat
berupa tumor primer atau tumor metastatik dari kanker primer yang
terdapat dalam tubuh.
2.2.1 Kanker Tulang Metastatik
Tumor yang bermetastatik ke tulang paling sering mencakup karsinoma
ginjal, prostat, paru, payudara, ovarium, dan tiroid. Tumor metastatik
seringkali menyerang tengkorak, tulang belakang, pelvis, femur, dan
humerus (Bruner & Suddarth, 2000).
2.2.2 Manifestasi Klinis (Bruner & Suddarth, 2000)
a. Asimtomatik atau nyeri (ringan/ kadang-kadang konstan/ berat).
Dapat timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda neurologis. Nyeri
dapat menjalar ke arah lateral, dan bertambah bila bergerak (fleksi)
atau bila terdapat kompresi dada (bersin, memeluk erat-erat). Disertai
dengan nyeri pada perkusi tulang belakang yang terkena.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
22
b. Derajat kelemahan bervariasi.
Kelemahan khususnya pada otot yang letaknya proksimal dari tungkai
dalam pola upper motor neuron (neuron motorik atas). Refleks tendon
profunda meningkat dan respon plantar adalah ekstensor.
c. Penurunan sensoris/ parestesia.
Terkena pada bagian asendens sampai atau tepat di bawah dermatom
setinggi persarafan yang mengalami kompresi.
d. Penurunan berat badan, malaise, dan demam.
e. Ataksia
Hilangnya propriosepsi (kolumna posterior).
f. Retensi urin dan konstipasi.
Merupakan gejala lanjut dari disfungsi otonom.
2.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Kompresi medula spinalis oleh keganasan merupakan kedaruratan medis
dan mutlak membutuhkan pemeriksaan penunjang segera dalam waktu 24
jam sejak onset gejala (Davey, 2006).
a. Foto polos terlihat adanya kolaps tulang belakang atau kerusakan
pedikel.
b. MRI spinal untuk menetukan lokasi dan perluasan penyakit dengan
tepat. Seluruh medula spinalis harus diperiksa karena dapat terjadi di
banyak tempat.
c. Biopsi perkutan dengan panduan CT jika tidak diketahu penyebab
primernya.
2.2.4 Terapi (Davey, 2006)
a. Kortikosteroid dosis tinggi.
b. Radioterapi untuk mengurangi ukuran tumor dan dapat mengurangi
nyeri. Lapang radiasi mencakup dua ruas tulang telakang di tiap tepi
lokasi.
c. Pembedahan jika terdapat instabilitas spinalis, adanya perkembangan
defisit neurologis selama radioterapi, kompresi pada area yang pernah
diradiasi atau penyakit radioresisten.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
23
d. Kemoterapi sitotoksik. Terapi endokrin dapat membantu pada kanker
prostat dan kanker payudara.
e. Fisioterapi untuk memaksimalkan pemulihan fungsi neurologis.
2.2.5 Prognosis
Prediktor kesembuhan utama (Davey, 2006):
•
Status neurologis sebelum terapi: masih dapat berjalan dengan terapi
•
segera.
•
bertahap lebih mudah reversibel.
Kecepatan onset defisit neurologis: penyakit yang berkembang secara
Tipe tumor: penyakit yang radiosensitif dan kemosensitif merespons
lebih cepat dan lebih baik pada terapi.
2.3
Metastasis Kanker Payudara ke Tulang
Pada negara berkembang sekitar 70% penderita kanker payudara
mengalami metastase ke tulang dan berada pada kondisi kronis (Coleman,
2006). Metastase ke area manapun termasuk skeleton bukan merupakan
proses yang acak (Gupta & Massague, 2006). Anatomi dan efek mekanikal
seperti aliran darah mempengaruhi area tumor bermetastasis, pada
beberapa derajat, lingkungan mikro tidak hanya mendukung proliferasi
tumor ke tempat yang jauh tetapi juga menentukan area metastasis (Kelly
et al, 2005). Proses ini dilakukan oleh manipulasi kompleks lingkungan
mikro inang dengan serangkaian cara termasuk faktor sekresi sistemik dari
tumor primer, perlekatan sel-sel tumor pada sel endotel pada area
metastasis, ekstravasasi ke target jaringan, dan kolonisasi serta
pertumbuhan lesi selanjutnya (Bendre et al, 2003). Interaksi normal antar
kelenjar susu dan sel-sel sumsum tulang dapat berpotensial membantu
penyebaran sel-sel kanker payudara. Setelah itu sel-sel kanker membentuk
metastasis pada tulang atau organ lainnya.
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya metastase kanker
ke tulang yaitu (Oehadian, 2008):
•
Aliran darah yang banyak pada sumsum tulang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
24
•
Sel kanker menghasilkan molekul adhesi yang menyebabkan
menempelnya sel kanker pada sel stroma sumsum tulang dan
matriks
tulang.
Adanya
proses
adhesi
ini
menyebabkan
meningkatnya produksi faktor-faktor angiogenik dan faktor-faktor
resorpsi tulang yang akan meningkatkan pertumbuhan kanker di
tulang antara lain:
o Ekpresi chemokine receptor CXCR4 pada sel kanker yang
akan berikatan dengan stromal cell-derived factor 1 (SDF1/ CXCL 12) pada tulang.
o Ekspresi receptor activator of nuclear factor kappa β
ligand (RANKL) pada tulang berperan dalam metastase
tulang melalui ikatan pada reseptor activator of nuclear
•
factor kappa β pada permukaan sel kanker.
Tulang merupakan sumber penghasil faktor-faktor pertumbuhan
(transforming growth factor β, insulin-like growth factors I dan
II, fibroblast growth factors, platelet-derived growth factors, bone
morphogenic protein dan kalsium). Faktor tersebut dihasilkan dan
teraktivasi pada proses resorpsi tulang dan menjadi area yang
mudah sebagai tempat pertumbuhan sel kanker (seed and soil
hypothesis).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
25
Gambar 2.8 Mekanisme regulasi chemokine pada metastase kanker
payudara
(Murphy dalam Oehadian, 2008)
Sel kanker payudara menghasilkan faktor-faktor yang secara langsung dan tidak
langsung dapat menginduksi pembentukan osteoklas. Sebaliknya dalam proses
resorpsi tulang oleh osteoklas akan dihasilkan faktor-faktor pertumbuhan dari
matriks tulang yang akan merangsang pertumbuhan sel tumor dan kerusakan
tulang. Interaksi timbal balik antara sel kanker payudara dan lingkungan mikro
tulang menyebabkan terjadinya hubungan lingkaran saling mempengaruhi yang
akan meningkatkan kerusakan tulang dan pertumbuhan sel kanker.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
26
Gambar 2.9 Lingkaran hubungan lesi osteolitik kanker payudara
(Roodman dalam Oehadian, 2008)
2.4
Nyeri
2.4.1 Tipe Nyeri
Menurut Elkin, et al, 2000 nyeri dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:,
a. Nyeri Akut
Nyeri akut disebabkan oleh cedera dan cenderung hanya
berlangsung
dalam
waktu
singkat.
Contoh,
luka
operasi
menyebabkan nyeri akut. Nyeri yang dirasakan akan menghilang
seiring dengan penyembuhan luka. Nyeri akut dapat dikontrol
dengan menggunakan analgesik.
b. Nyeri Kronik Malignant
Nyeri kronik merupakan nyeri yang disebabkan oleh perubahan
pada saraf. Perubahan saraf yang terjadi mungkin disebabkan oleh
tekanan pada saraf akibat bahan-bahan kimia yang dihasilkan oleh
tumor.
c. Nyeri Kronik Nonmalignant
Merupakan nyeri yang disebabkan oleh penyakit selain kanker.
Nyeri kronik ini berasal dari nyeri akut yang berlangsung lama.
Nyeri kemudian dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi yaitu (Fayed,
2004):
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
27
a. Nyeri somatik
Nyeri yang merupakan hasil dari aktivitas oleh reseptor nyeri
dalam atau permukaan jaringan tubuh. Contoh nyeri dalam jaringan
adalah nyeri dari kanker yang telah menyebar ke tulang.
Sedangkan contoh nyeri permukaan jaringan yaitu nyeri luka insisi
operasi.
b. Nyeri Neuropatik
Merupakan tiga dari nyeri yang paling hebat. Nyeri ini
dideskripsikan seperti terbakar dan menyengat. Nyeri ini
disebabkan oleh cedera pada sistem saraf. Hal ini termasuk nyeri
yang disebabkan tumor yang menekan saraf tulang belakang.
c. Nyeri Visceral
Nyeri yang disebabkan oleh aktivitas reseptor nyeri pada organ
dalam tubuh, termasuk dada, abdomen, dan panggul.
2.4.2 Pengkajian Nyeri Kanker Payudara
Pengontrolan nyeri dan meningkatkan kenyamanan adalah dua aspek yang
terpenting dalam praktik keperawatan. Semua pengalaman klien baik
ketidaknyamanan atau nyeri fisik maupun emosional, dan pemberian
perhatian tentang kenyamanan pada setiap interaksi dengan klien. Jika
memungkinkan, perawat merancang intervensi untuk meningkatkan
kepuasan klien bebas dari nyeri dengan menggunakan manajemen nyeri
nonfarmakologi.
a. Identifikasi faktor yang menyebabkan ketidaknyamanan/ nyeri. Rasa
nyeri dapat ditimbulkan karena adanya proses penyakit.
b. Kaji faktor yang mempengaruhi toleransi klien terhadap nyeri
c. Kaji persepsi klien mengenai nyeri dengan P. Q. R. S. T.


Provoking
: Penyebab (posisi, pergerakan, ketidaksanggupan
bergerak, edema, prosedur invasif)
Quality
: Kualitas (tajam, tumpul, seperti terbakar, tertusuk
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
28



Region
: Lokasi, radiasi, atau tergeneralisasi. Minta klien
menunjuk bagian yang sakit
Severate
: Skala/ keparahan
Time
: Durasi (konstan atau intermitten)
d. Kaji respon fisiologis dan psikologis nyeri pada klien. Klien dengan
nyeri kronik lebih sedikit memperlihatkan dengan jelas respon
fisiologis karena telah terjadi adaptasi fisiologis dan distres
psikologikal telihat jelas.
e. Kaji respon perilaku terhadap nyeri. Perilaku nonverbal sangat berguna
dalam mendeskripsikan nyeri yang dialami oleh klien.
f. Kaji lingkungan yang mungkin memperburuk persepsi klien atau
toleransi klien terhadap nyeri.
g. Kaji bagian tubuh yang nyeri dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi.
h. Kaji hal apa yang biasa klien lakukan untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan
2.4.3 Masalah yang Timbul Akibat Nyeri Kanker Payudara
a. Kinerja (pekerjaan) tanggung jawab peran
b. Interaksi sosial
c. Aktifitas sehari–hari
d. Kognitif/ alam perasaan
e. Unit keluarga (respon anggota keluarga)
2.4.4 Manajemen Nyeri
Nyeri dapat dikurangi dengan berbagai cara. Salah satu cara mandiri
keperawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan manajemen
nyeri. Manajemen nyeri digunakan untuk mengalihkan perhatian untuk
mengalahkan stimulasi dari luar ataupun dalam. Strategi yang dapat
dilakukan yaitu latihan relaksasi otot, pernapasan diafragma (napas
dalam), guided imagery, self-hypnosis, meditasi pikiran, dan distraksi
pemikiran dengan melakukan aktivitas (Hanson, 1993).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
29
a. Napas dalam
Bernapas adalah membawa udara kedalam dan mengeluarkannnya dari
paru-paru.
Dalam
melakukan
pernapasan
digunakan
otot-otot
pernapasan yaitu, otot diafragma, intercostal, atau otot aksesoris.
Diafragma dipersarafi oleh saraf frenikus yang keluar dari saraf tulang
belakang pada cervical 2-4 vertebra. Pernapasan diafragma merupakan
pernapasan yang paling efektif dan menenangkan (Snyder, 1992).
Napas dalam adalah napas yang berasal dari abdomen dan
menggunakan diafragma. Saat diafragma berkontraksi paru-paru akan
mengembang dan menarik udara melalui mulut. Saat bernapas
menggunakan abdomen, perut akan mengembang pada setiap tarikan
napas. Penggunaan pernapasan abdomen dapat mengaktifkan saraf
vagus dan memicu respon relaksasi. Respon relaksasi sangat penting
untuk penyembuhan, perbaikan dan pembaharuan dalam tubuh.
Saraf vagus adalah saraf yang berasal dari otak dan mengontrol sistem
saraf parasimpatik yang mengontrol respon relaksasi. Sistem saraf ini
menggunakan neurotransmitter berupa acetylcholine. Acetylcholine
bertanggung jawab untuk belajar dan daya ingat, berguna juga dalam
ketenangan dan relaksasi yang digunakan saraf vagus
menyampaikan
pesan
kepada
seluruh
tubuh
untuk
untuk
tenang.
Acetylcholine dapat menghambat inflamasi pada tubuh (Pavlov &
Tracey, 2005).
Penggunaan latihan napas dalam bagi penderita kanker akan
mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri yang dirasakannya.
Pemikiran manusia memproses satu hal dalam satu waktu, jika klien
berkonsentrasi kepada pernapasan maka klien tidak akan berfokus pada
nyeri yang dirasakannya. Pernapasan diafragma merupakan salah satu
teknik relaksasi yang dapat dilakukan saat nyeri (Bishop, 2003).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
30
b. Positioning/ pengaturan posisi
Tyler dalam Snyder, 1992 mengatakan bahwa positioning merupakan
postur tubuh yang diatur untuk meningkatkan kenyamanan pasien atau
untuk memfasilitasi implementasi terapeutik dan prosedur diagnostik.
c. Relaksasi otot progresif
Pergerakan yang dilakukan berguna untuk meringankan gejala patologis
atau untuk meningkatkan fungsi tubuh klien (Licht dalam Snyder,
1992).
d. Guided imagery
Perumpamaan informasi berasalkan dari gambaran mental seseorang
dari sebuah objek yang biasanya hanya dapat diterima oleh perasaan.
Gambaran dapat
berupa
penglihatan,
pendengaran,
penciuman,
gustatory, dan taktil. Hal tersebuat dapat bervariasi dalam tingkat
kejelasan dan tingkat intensitasnya (Snyder, 1992).
2.5 Masalah Kesehatan Perkotaan
Perkotaan merupakan kawasan sibuk yang menuntut mobilitas cepat dari
peduduknya. Hal tersebut membuat peningkatan penggunaan bendabenda praktis hingga makan makanan siap saji dalam masyarakat. Gaya
hidup kota tersebut mengubah pola makan tradisional menjadi makanan
cepat saji yang banyak mengandung kalori, lemak, dan kolesterol yang
berpotensi meningkatkan angka penderita obesitas. Obesitas pada
masyarakat dewasa memiliki prevalensi yang paling besar dibandingkan
prevalensi dewasa kurus dan gizi lebih. Terdapat enam belas provinsi
dengan prevalensi diatas angka nasional yaitu, Jawa Barat, Bali, Papua,
DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung,
Sumatera Utara, Papua Barat, Kepulauan Riau, Maluku Utara,
Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Gorontalo, dan Sulawesi Utara
(Riskesdas, 2013).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
31
Jawa Barat pada khususnya berada pada enam belas provinsi dengan
prevalensi obesitas di atas prevalensi nasional. Pada tahun 2013
prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1%
dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%) (Riskedas,
2013). Obesitas sebagai salah satu faktor risiko kanker payudara perlu
diperhatikan peningkatannya. Survey yang dilakukan oleh Nilsen
mengatakan
bahwa
69%
masyarakat
perkotaan
di
Indonesia
mengonsumsi makanan cepat saji yaitu 33% sebagai makan siang, 25%
sebagai makan malam, 9% sebagai makanan selingan, dan 2% memilih
makanan cepat saji sebagai makan pagi (Nilsen, 2008). Tingginya
tuntutan hidup ditambah dengan stres yang dialami masyarakat perkotaan
serta aktivitas fisk (olah raga) yang kurang dapat pula berdampak pada
peningkatan angka penderita penyakit degeneratif (Khasanah, 2012).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Bab ini menjelaskan tentang laporan klien kelolaan berdasarkan proses
keperawatan. Penyusunan penulisan bab ini terdiri dari laporan data pengkajian,
analisis data, rencana asuhan keperawatan, dan evaluasi tindakan. Laporan kasus
kelolaan yang dilaporkan adalah klien dengan kanker payudara disertai metastasis
ke lumbal dan klien dalam kondisi nyeri kronik.
Proses Keperawatan
3.1
Pengkajian
3.1.1 Data diri klien
Initial Nama
: Ny. R
Usia
: 50 tahun
Tanggal Lahir
: 30 April 1964
No RM
: 434412
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku Bangsa
: Sunda
Agama
: Islam
Diagnosis Medis Klien
: Kanker Payudara Sinistra T4N2M1
Tanggal Pengkajian
: 7 Mei 2014
Tanggal Rawat
: 24 April 2014
Sumber Informasi
: Klien, keluarga, rekam medis
3.1.2 Keluhan Utama Klien
Klien saat pengkajian mengeluhkan nyeri pada tulang belakangnya. Klien
mengatakan terdapat kelemahan pada kaki kanan, dan lemas jika
digerakkan namun masih dapat diangkat secara mandiri. Klien mengatakan
sudah merasakan nyeri tersebut semenjak 7 bulan sebelum masuk rumah
sakit. Terdapat benjolan pada payudara kiri dan keras sejak tahun 2010
dan benjolan pada ketiak sejak 2 bulan yang lalu.
32
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
33
3.1.3 Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien dibawa ke rumah sakit karena mengeluhkan nyeri pada tulang
belakang dan merasa lemas pada kaki kanan. Klien merasa nyeri pada
dada. Sebelumnya klien di rawat di RS Cisalak satu malam.
3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu dan Riwayat Penyakit Keluarga
Klien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan
penyakit jantung. Riwayat penyakit keluarga klien yaitu ibu kandung yang
menderita kanker payudara.
3.1.5 Pengkajian Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat
Selama masa perawatan klien terlihat lemah dan lebih banyak tidur di
tempat tidur. Kelemahan yang dirasakan pada kaki kanan dan nyeri
yang dirasakan pada tulang belakang menyebabkan klien tidak dapat
melakukan banyak pergerakan. Klien hanya dapat sedikit bergerak
diatas tempat tidur. Klien mengatakan istirahatnya agak terganggu
akibat AC yang dingin di ruang perawatan pada malam hari. Nyeri
yang dirasakan klien juga cukup mengganggu kenyamanan istirahat
klien. Akibat nyeri yang dirasakan tersebut klien mengatakan sering
terbangun pada malam hari, untuk mengatasi nyerinya tersebut klien
biasa meminta bantuan kepada keluarga untuk mengoleskan minyak
kayu putih atau minyak yang dapat memberikan rasa hangat pada
klien. Waktu tidur klien pun terganggu yaitu hanya selama 4-5 jam dan
terbangun ditengah jam istirahat tersebut lalu sulit untuk tertidur
kembali.
Klien cukup mandiri untuk memenuhi kebutuhannya yang dapat
dilakukan di atas tempat tidur. Klien mampu makan sendiri dengan
bantuan minimal dengan pengaturan posisi kepala ditinggikan 30◦.
Klien mengatakan tidak memiliki kegiatan lain selama dirawat. Klien
mengatakan merasa bosan karena sudah kurang lebih 21 hari dirawat.
Klien memiliki kelemahan pada tangan kiri dan ekstrimitas bawahnya.
Klien merasa lemah pada tangan kiri, namun tangan kanannya masih
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
34
mampu digerakkan dengan bebas. Klien tidak dapat mengangkat kedua
kakinya secara bebas terutama untuk perpindahan posisi. Namun kedua
kaki klien masih dapat digerakkan. Pergerakkan ekstrimitas klien
terbatasi oleh nyeri yang dirasakan klien.
Klien memahami terapi bedrest yang diberikan. Klien menggunakan
alat orthosis/ Thoraco Lumbosacral Orthosis (TLSO). Klien telah
memahami kegunaan pemakaian TLSO saat melakukan pergerakkan
dan berjalan. Pada saat klien berjalan dibantu dengan papahan suami
atau keluarganya yang sedang menjaga. Bantuan ambulasi dilakukan
mulai membantu klien duduk pada sisi tempat tidur, berdiri,
keseimbangan melangkah, dan berjalan.
Klien mengatakan cepat merasa lelah jika banyak bergerak. Klien
mudah lelah terlihat pada saat selesai melakukan kegiatan seperti
setelah klien mendapat terapi radiasi yang mengharuskan klien
berpindah-pindah tempat. Klien mengatakan saat ini tidak dapat
melakukan kegiatan yang disenanginya lagi yaitu memasak akibat
keadaannya saat ini. Klien hanya dapat mengubah posisi (miring kirikanan) dengan bantuan atau dengan berpegangan pada side rail. Klien
mengatakan jarang melakukan olahraga walaupun saat klien masih
sehat. Klien menganggap bahwa dengan melakukan/ mengerjakan
pekerjaan rumah tangga saja sudah cukup sebagai pengganti olahraga.
Selama dilakukan pengkajian klien terlihat kooperatif dan senang
diajak berbicara, namun klien tidak pernah terlihat berbincang-bincang
dengan pasien lainnya diruang perawatan. Klien juga kurang dalam
memulai perbincangan. Klien masih dapat berkonsentrasi saat
dilakukan pengkajian maupun saat diajak berbincang-bincang. Hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan klien dalam menjawab pertanyaan.
Klien mampu berbicara dengan sesuai dan terorientasi dengan baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
35
b. Sirkulasi
Pemeriksaan tanda-tanda vital Ny R didapatkan tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 82 kali per menit, suhu 36◦C, frekuensi pernapasan 20 kali
per menit. Berdasarkan observasi tidak ada tanda jaundice, anemis
pada sklera, konjunctiva, dan sklera. Tidak tampak peningkatan JVP.
Bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada murmur dan gallop. Irama jantung
teratur dan terpalpasi kuat pada arteri radialis. CRT < 3 detik,
ekstrimitas teraba hangat, membran mukosa berwarna merah muda.
Saat melakukan kegiatan klien mengatakan cepat letih. Klien juga
mengatakan tangan kirinya kadang terasa seperti kebas sehingga sulit
untuk digerakan.
c. Integritas Ego
Klien mengatakan memikirkan penyakit yang dideritanya saat ini.
Klien merasa penyakitnya sudah membatasi kesehariannya. Namun
klien cukup mampu mengontrol emosinya. Klien mengatakan sudah
menerima dan ingin menjalani pengobatan hingga tuntas. Status emosi
klien terlihat cukup tenang selama perawatan. Klien sangat kooperatif
terhadap perawat dan mahasiswa. Tidak terlihat adanya perubahan
yang mudah dalam emosi. Klien dapat menerima pendidikan kesehatan
dan
memiliki
keingintahuan
terhadap
hal-hal
yang
mampu
meningkatkan kualitas kesehatan dirinya.
Klien merupakan seorang ibu rumah tangga. Saat ini klien mengatakan
merasa tidak nyaman karena tidak dapat mengurus rumah tangganya
lagi. Klien juga mengatakan kurang bertenaga terutama pada
ekstrimitasnya.
d. Eliminasi
Klien biasanya berkemih menggunakan pispot dibantu oleh keluarga
atau pun berjalan perlahan-lahan ke kamar mandi. Klien mengatakan
selama sehari berkemih 5 kali sehari. Klien mengatakan belum BAB
sejak 3 hari yang lalu. Hasil palpasi yang dilakukan teraba massa pada
perut kuadran kanan bawah. Bising usus hipoaktif 8 kali per menit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
36
Klien mengatakan kurang ada rangsangan mulas untuk BAB. Klien
terlihat bedrest. Klien mengatakan tidak nyaman jika harus BAB di
tempat tidur menggunakan bedpan.
Saat ini BAB klien dapat berjalan menuju kamar mandi dengan
menggunakan TLSO terlebih dahulu. Klien berjalan dengan bantuan
keluarga. Klien dan keluarga belum diberikan edukasi mengenai cara
mendampingi klien ketika berjalan. Klien BAK dengan menggunakan
pispot atau pergi ke kamar mandi dengan bantuan ambulasi.
e. Makanan dan Cairan
Klien mendapatkan diit biasa 3 kali sehari sesuai dengan porsi yang
diberikan ruangan. Terdapat keluhan mual namun tidak ada muntah.
Tidak ada gangguan menelan maupun alergi pada makanan tertentu.
Sebelum masuk rumah sakit klien memang memiliki nafsu makan
yang kurang. Klien terbiasa mengonsumsi makanan berminyak seperti
gorengan sebagai sarapan di rumah. Hasil pemeriksaan berat badan
klien 60 kg dengan tinggi badan 162 cm. berdasakan pengukuran
tersebut didapatkan IMT 22,9 dan termasuk dalam golongan berat
badan normal.
Asupan cairan per hari klien sebanyak ± 2 liter. Asupan cairan tersebut
masih kurang dengan kebutuhan cairan yang seharusnya. Klien
mengatakan sehari-hari klien minum air putih dan susu yang diberikan
ruangan. Klien juga mengatakan sering mengonsumsi air rebusan daun
sirsak sebagai terapi herbal yang dipercayainya.
f. Hygiene
Aktifitas kebersihan dan kerapihan diri dilakukan dengan bantuan
keluarga. Walaupun klien mengalami kelemahan pada tangan kiri dan
tungkai kanan namun klien masih dapat mandi dibantu dengan anggota
keluarganya. Klien tampak bersih dan berpakaian sesuai. Rambut
bersih namun rontok karena efek radiasi dan kemoterapi yang
didapatkannya sebagai terapi. Toileting dilakukan dengan bantuan,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
37
BAK dengan menggunakan pispot atau berjalan ke kamar mandi serta
BAB pergi ke kamar mandi dengan bantuan keluarga.
g. Neurosensori
Klien mengatakan tidak ada pusing atau sakit kepala. Tidak ada
gangguan pendengaran. Klien hanya mengeluhkan kelemahan pada
tangan kiri dan kaki kanannya. Klien mengatakan kaki yang nyeri
terkadang terasa seperti kebas. Walaupun begitu klien masih dapat
menggerakkan dan mengangkat tangannya sedikit. Klien masih
terorientasi baik terhadap waktu, tempat, dan orang. Klien masih
mampu mengingat memori jangka panjang dan riwayat jangka pendek.
Reaksi pupil baik. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
dan alat bantu pendengaran.
Pengkajian sensorik yang dilakukan untuk mengetahui kesensitifan
yang dilakukan dengan ujung pulpen mendapatkan hasil baik. Klien
masih dapat merasakan rangsangan dengan baik pada seluruh
ekstrimitas.
h. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Saat pengkajian dilakukan, klien selalu mengeluhkan nyeri yang
dirasakannya terus-menerus muncul didaerah tulang belakang. Saat
klien bergerak nyeri semakin terasa, rata-rata nyeri yang dirasakan
klien berada pada skala 2-7. Nyeri skala ringan (2) dirasakan ketika
tidak ada pergerakan yang terjadi, nyeri skala sedang (4-6) dirasakan
ketika terjadi pergerakan seperti merubah posisi tidur, lalu nyeri skala
berat (7) dirasakan klien ketika klien mencoba duduk atau pun
berjalan. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan menetap dan kadang
nyeri dirasa hebat sampai seperti kebas. Klien mengatahan nyeri
dirasakan sejak 7 bulan sebelum masuk RS. Observasi yang dilakukan
terhadap klien mendapatkan hasil bahwa wajah klien terlihat menhaan
nyeri. Nyeri yang dirasakan klien juga mengganggu istirahat klien.
Klien terlihat agak gelisah.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
38
i.
Pernapasan
Klien tidak memiliki riwayat merokok. Klien juga tidak menggunakan
alat bantu napas. Frekuensi napas klien 20 kali/ menit, dengan
pengembangan simetris. Bunyi napas vesikuler, tidak terdapat ronchi
ataupun wheezing, tidak ada pernapasan cuping hidung. Tidak terlihat
adanya sianosis. Tidak ada penggunaan otot aksesoris. Tidak ada nyeri
saat klien bernapas. Fungsi mental klien juga sadar penuh akan
keadaaanya. Klien tidak mengeluh sesak. Namun klien mengatakan
kadang ada batuk. Klien mengatakan ada anggota keluarga yang
merokok yaitu suami dan anaknya.
j.
Keamanan
Klien hanya dapat sedikit melakukan kegiatan diatas tempat tidur.
Klien tidak dapat berjalan. Klien mengatakan tidak dapat menahan
sakit saat berdiri. Kelembaban kulit baik. Klien belum pernah
diberikan cara merawat area yang diberi terapi radiasi. Klien selalu
memilih pakaian yang lembut dan tidak berisiko melukai tubuhnya.
Pengkajian risiko jatuh yang dilakukan didapatkan klien memiliki riwayat
jatuh (0), klien masih terorientasi dengan baik (0), klien memiliki diagnosis
sekunder (15), klien mendapatkan bantuan asistensi saat berjalan (0), klien
terpasang akses IV (20), dan memiliki gaya berjalan yang lemah (10). Hal
pengkajian tersebut mengatakan bahwa klien memiliki risiko jatuh sedang.
k. Muskuloskeletal
Ny R mengalami masalah pada muskuloskeletal. Klien mengalami
kelemahan pada tangan kiri dan kaki kanannya. Hasil pemeriksaan
kekuatan otot Ny R yaitu
3333
5555
4444
3333
Klien memiliki kelemahan pada tangan kirinya, ketika dilakukan
pengkajian tangan kiri klien terdapat kontraksi otot dan klien mampu
menggerakan secara penuh melawan gravitasi namun tidak dapat
menahan tekanan. Pada ekstrimitas bawah klien juga mengalami
penurunan. Kaki kiri klien masih terdapat kontraksi otot namun hanya
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
39
dapat menhaan tekanan minimum. Pada kaki kanan klien didapatkan
hasil terdapat kontraksi otot dan dapat digerakan melawan gravitasi
namun tidak dapat menahan tekanan yang diberikan.
l.
Seksualitas
Klien sudah menikah dan memiliki dua orang putra. Tidak terdapat
gangguan pada vagina. Klien sudah mengalami menopause. Hasil
pemeriksaan terdapat benjolan pada payudara kiri berukuran 2x2 cm,
dengan batas jelas, kenyal. Hasil aspiran jarum halus didapatkan darah.
Pada aksila terdapat benjolan berukuran 5x4 cm dengan batas tidak
tegas, kenyal, dan hasil aspirasi berupa darah.
m. Interaksi Sosial
Klien berusia 50 tahun, dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Klien
anak pertama dari empat bersaudara. Klien memiliki hubungan yang
baik dengan orangtua dan saudaranya. Hal ini dapat dilaihat selama
perawatan ada beberapa kali adiknya menjenguk. Suami sealu menjaga
klien selama perawatan, sdangkan anaknya beberapa kali datang
menjenguk karena kesibukannya mengajar. Selain itu klien cukup
kooperatif dengan perawat dan mahasiswa. Klien selalu terlihat ramah
apabila diajak berbincang. Hubungan dengan sesama klien diruangan
pun baik sehingga antar klien mengenal dapat saling menjaga satu
sama lain.
n. Penyuluhan dan Pembelajaran
Bahasa dominan klien adalah Sunda dan Indonesia. Klien mampu
membaca dan menulis dengan latar belakang pendidikan terakhir klien
yaitu SMA. Klien mengetahui tentang penyaklit yang dialaminya saat
ini. Tidak terdapat keterbatasan kognitif. Tidak terdapat orientasi
spesifik terhadap perawatan kesehatan dari segi agama dan kultural.
Terdapat faktor risiko dari keluarga yaitu keturunan kanker payudara
yang berasal dari ibu kandungnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
40
Obat yang diresepkan:
Tabel 3.1 Daftar Obat yang Diresepkan
Obat
Dosis
Waktu
Kegunaan
50 mg
Cara
Pemberian
IV
Ranitidine
/12 jam
Untuk
hipersekresi
patologis,
tukak
lambung, duodenum
dan refluk esofagitis.
Ketorolac
30 mg
IV
/8 jam
Analgetik:
Terapi
jangka pendek untuk
nyeri sedang-berat
Supp
1 kali
Laksatif
Yal Gel
Neurobion
5000
5000 mg
IV
1 kali
Menghasilkan efek
analgesik dan
regenerasi saraf untuk
terapi gangguan sistem
saraf perifer
Omeprazol
40 mg
IV
1 kali
Pengubatan jangka
pendek tukak usus 12
jari , tukak lambung
dan refluks esofagitis
erosiva.
Ondansetron
8 mg
IV
/8 jam
Obat anti mual
Klien tidak memiliki riwayat konsumsi alkohol. Diagnosa saat masuk
per dokter yaitu tumor mammae sinistra dan malignancy (T4N2M1).
Klien mengatakan alasan ingin dirawat karena merasakan sakit yang
hebat dan tidak dapat berjalan lagi. Klien berharap dapat di operasi dan
dapat beraktivitas dengan normal.
Klien mendapatkan rencana terapi kemoterapi sebanyak 2 kali
Protokol Pemberian Kemoterapi
1. Pasang infus NaCl 0,9%.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
41
2. Injeksi Kalmetason 0,75 mg, iv, bolus perlahan.
3. Injeksi Ranitidine 50 mg, IV, bolus perlahan.
4. Injeksi Ondansetron 8 mg, IV, bolus perlahan.
30 menit kemudian
5. Infus Taxotere 120 mg dalam 250 cc NaCl 0,9% selama 2 jam.
Awasi tanda dan gejala alergi dan awasi TTV.
6. NaCl 0,9% 100 cc selama 15 menit.
7. Infus Epirubicin 90 mg dalam 250 cc NaCl 0,9% selama 90 menit.
8. NaCl 0,9% 100 cc dalam 15 menit.
9. Injeksi Kalmetason 0,75 mg, iv, bolus perlahan.
10. Injeksi Ranitidine 50 mg, IV, bolus perlahan.
11. Injeksi Ondansetron 8 mg, IV, bolus perlahan.
o. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.2 Pemeriksaan Penunjang pada Ny R dengan kanker payudara
Tgl
Jenis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
24 Mei 2014
Hematologi Rutin
30 Mei 2014
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
12,6
12-16 g/dl
Hematokrit
38
37-47%
Eritrosit
4,6
4,3-6,0 jt/ul
Leukosit
5400
4800-10800/ul
Trombosit
545000
150000-400000/ul
MCV
83
80-86fl
MCH
27
27-32 pg
Bilirubin total
0,50
<1,5 mg/dl
SGOT
55
<35 u/L
SGPT
29
<40 u/L
Protein total
7,7
6-8,5 g/dl
Albumin
4,2
3,5-5,0 g/dl
Globulin
3,5
2,5-3,5 g/dl
Natrium
143
135-145 mmol/L
Kalium
4,0
3,5-5,0 mmol/L
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
42
Tgl
Jenis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Klorin
Hasil
102
Nilai Rujukan
95-105 mmol/L
Pada pemeriksaan awal klien mendapatkan pemeriksaan biopsi aspirasi yang
menghasilkan kesimpulan positif karsinoma mammae dan positif anak sebar
karsinoma mammae (21 April 2014). Pada pemeriksaan thoracolumbal didapatkan
kesan fraktur kompresi vertebra L3 dengan kesuraman di pedikel sisi kiri
metastasis (17 April 2014). Sedangkan berdasarkan pemeriksaan USG abdomen
didapatkan kesan multipel nodul di kedua lobus hepar, sugestif metastasis, degan
organ-organ lainnya didapatkan normal (21 April 2014). Klien juga menjalankan
pemeriksaan histopatologi dengan hasil makroskopik ukuran tumor 2x2 cm, batas
tegas, kenyal, aspirasi keluar darah. Benjolan pada aksila ukuran ± 5x4 cm batas
tidak tegas, kenyal, aspirasi keluar darah.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
43
3.2
Analisis Data
Tabel 3.3 Analisa Data
No
Data
Diagnosis Keperawatan
(NANDA, 2010)
1
Data Subjektif
•
Nyeri Kronik
Klien mengatakan nyeri skala 3 pada area
tulang belakang semenjak 7 bulan sebelum
•
masuk rumah sakit.
Klien
mengatakan
nyeri
menetap,
terkadang nyeri terasa sangat hebat seperti
•
kebas.
•
yang terus dirasakannya.
•
terganggua akibat nyeri yang dirasakan.
Klien mengatakan cepat letih karena nyeri
Klien
mengatakan
pola
tidurnya
Klien mengatahan nyeri dirasakan sejak
7 bulan sebelum masuk RS hingga saat
ini.
Pengkajian nyeri
 P: nyeri setiap saat terutama saat bergerak
 Q: nyeri terasa sangat hebat seperti kebas
 R: nyeri dirasakan di area tulang belakang
dan tungkai kanan
 S: nyeri berada pada skala 3
 T: nyeri menetap dan dirasakan setiap saat
Data Objektif
•
Wajah klien terlihat menahan nyeri
Terdapat perubahan kemampuan untuk
melakukan aktivitas
•
•
sehari-hari akibat
nyeri
Anoreksia
Perubahan pola tidur akibat nyeri yang
dirasakan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
44
No
Data
•
•
•
Diagnosis Keperawatan
(NANDA, 2010)
Klien terlihat melindungi area yang nyeri.
Klien terlihat gelisah.
Hasil pemeriksaan thoracolumbal
didapatkan kesan fraktur kompresi
vertebra L3 dengan kesuraman di
pedikel sisi kiri metastasis.
2
Subjektif
•
Risiko cedera
Klien mengatakan ingin dapat duduk dan
•
berjalan.
•
kanan saat merasa sakit.
Klien mengatakan sering miring kiri dan
Klien mengatakan tidak mampu berjalan
karena merasa sangat nyeri saat berjalan.
Objektif
•
•
Klien sering mengubah posisi tidur tanpa
bantuan perawat.
Hasil
pemeriksaan
thoracolumbal
didapatkan kesan fraktur kompresi
vertebra L3 dengan kesuraman di
•
•
•
pedikel sisi kiri metastasis.
Klien harus menggunakan alat orthosis
(TLSO) jika ingin berjalan.
Terdapat
kelemahan
pada
seluruh
ekstrimitas klien kecuali tangan kanan.
Pengkajian risiko jatuh
Riwayat jatuh: Tidak (0).
Kognitif: Orientasi baik (0).
Pengobatan: Kurang dari 4 jenis dan tidak
termasuk antihipertensi/ sedatif/ narkotika/
infus epidural/ spinal
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
45
No
Data
Diagnosis Keperawatan
(NANDA, 2010)
Diagnosis sekunder: Ada (15).
Alat bantu jalan: Asistensi (0).
IV akses: Ada (20).
Gaya berjalan: Lemah (10).
Total skor 45 (risiko jatuh sedang
3
Data Subjektif
•
Klien
Hambatan mobilitas fisik
mengatakan
tidak
dapat
melakukan kegiatan sehari-hari tanpa
•
bantuan
•
akibat nyeri yang dirasakan
Klien mengatakan tidak dapat berjalan
Klien mengatakan tidak dapat menahan
sakit saat berdiri
Data Objektif
•
•
Terdapat
keterbatasan
dalam
menggerakkan ekstrimitas.
Klien
berada
pada
tingkat
3
(membutuhkan bantuan orang lain dan
•
•
peralatan atau alat bantu)
Kekuatan otot
Klien
memiliki
3333
5555
4444
3333
kelemahan
dalam
menggerakkan ekstrimitasnya.
4
Data Subjektif
•
•
•
Konstipasi
Klien mengatakan sudah 3 hari tidak BAB
meskipun sudah diberikan obat (yal).
Klien mengatakan asuan cairan dalam
sehari yaitu ± 2 liter.
Klien
mengatakan
kurang
adanya
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
46
No
Data
Diagnosis Keperawatan
(NANDA, 2010)
rangsangan ingin defekasi
Data Objektif
•
•
payudara dengan metastasis area lumbal
•
bawah
•
Klien bedrest.
•
3.3
Klien memiliki riwayat penyakit kanker
Perut teraba keras pada kuadran kanan
Bising usus hipoaktif 8 kali/ menit.
Diet rendah sayur.
Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan Nyeri kronik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam klien
mampu mengenali munculnya nyeri, klien mampu mengontrol nyeri, dan
kliem mampu melakukan cara mengontrol rasa nyeri.
Tindakan mandiri
•
Observasi skala nyeri per 8 jam, penyebab nyeri, kualitas nyeri,
pesebaran lokasi nyeri, waktu nyeri muncul dan hilang.
R: Informasi dapat mendukung perawat dalam mengevalusi kebutuhan,
keefektifan dari intervensi. Pengalaman nyeri merupakan respon
•
individual yang berasal dari percampuran respon fisik dan emosional.
•
faktor pemicu nyeri yang berasal dari lingkungan.
Berikan lingkungan tempat tidur yang nyaman untuk mengurangi
Evaluasi terapi tertentu (radiasi, kemoterapi). berikan terapi (obat
sesuai dengan waktunya.
R:
Nyeri
akan
muncul
diakhir
interval
reaksi
obat,
atau
mengindikasikan perlunya peningkatan dosis atau penurunan interval
dosis. Nyeri dapat dipicu oleh suatu hal atau terjadi secara spontan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
47
Klien mungkin membutuhkan terapi jangka pendek atau tambahan
•
dosis.
Kurangi/
atur
waktu
yang
tepat
untuk
melakukan
tindakan
keperawatan yang dapat memicu timbulnya nyeri pada klien.
•
R: Nyeri dapat dipicut dengan pemberian terapi invasif.
Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan teknik distraksi untuk
mengontrol nyeri.
•
R: Mendorong relaksasi dan mendistraksi fokus klien terhadap nyeri.
Evaluasi nyeri secara berkala. Sesuaikan obat yang diperlukan.
R: Bertujuan untuk memaksimalkan kontrol nyeri dengan gangguan
•
ADL minimum.
Berikan informasi terhadap efek terapeutik yang diharapkan dan
diskusikan manajemen efek samping.
R: Pemberian informasi dapat mempersiakan ekspektasi realistis dan
kepercayaan diri terhadap kemampuan diri untuk mengontrol hal yang
akan terjadi pada diri klien.
Kolaborasi
•
Diskusikan penggunaan terapi komplementer alternatif seperti
akupuntur jika klien menginginkan.
•
R: Mungkin terdapat penurunan nyeri tanpa efek samping obat.
•
R: Berbagai terapi anagesik dapat bekerja untuk mengatasi rasa sakit.
Pemberian analgesik sesuai dengan instruksi dokter.
Instruksikan penggunaan stimulasi elektronik (contoh: transcutaneous
electrical nerve stimulation (TENS)).
R: TENS dapat menghambat transmisi saraf yang menstimulasi nyeri
(Doenges, et al, 2010).
b. Diagnosa Keperawatan Hambatan mobilitas fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam klien
tidak menunjukkan tanda kontraktur pada kaki dan tangan, dan rentang
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
48
pergerakan sendi yang optimal. Klien mampu berjalan dengan atau tanpa
alat bantu. Klien mampu mempertahankan keseimbangan tubuh.
Tindakan mandiri
•
Observasi rentang pergerakan sendi khususnya di area yang
mengalami kelemahan.
R: Dapat yang didapatkan berguna untuk melakukan evaluasi setelah
•
pemberian intervensi/ terapi.
Tentukan tingkat motivasi klien untuk
mempertahankan atau
mengembalikan moilitas sendi otot.
R: Motivasi yang baik dapat meningkatkan keinginan klien untuk
•
melakukan kegiatan.
Berikan penguatan positif selama aktivitas.
R: Reinforcement dapat meningkatkan motivasi klien melakukan
•
kegiatan yang telah disepakati.
Latih rentang pergerakan sendi sesuai dengan kemampuan klien.
R: Latihan yang melebihi kemampuan klien akan membuat klien
terlalu letih. Pergerakan yang dilakukan sesuai kemampuan mampu
•
sedikit demi sedikit melatih otot yang lemah.
•
R: Mengembalikan kekuatan otot klien
•
R: Meningkatkan aliran balik vena.
Latih kekuatan otot sesuai kemampuan klien.
Berikan bantalan untuk mengurangi bengkak pada tangan kiri.
Ajarkan penggunaan alat bantu jalan.
R: Mengurangi risiko kesalahan penggunaan dan cidera.
Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapis terkait pemberian terapi RPS
(Doenges, et al, 2010).
c. Diagnosa keperawatan gangguan pola eliminasi: fekal
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien
menunjukkan tanda mampu melakukan eliminasi (BAB) dan tidak
ditemukan adanya distensi pada perut kuadran kanan bawah.
Tindakan mandiri
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
49
•
Kaji kebiasaan pola BAB klien.
R: Data yang didapakan sebagai batas dasar saat evaluasi dilakukan
•
dari kebutuhan terapeutik dan keefektifannya.
•
R: Konstipasi merupakan satu dari manifestasi neurotoksisitas.
•
R: Ketidakadekuatan input cairan dapat mempengaruhi konstipasi.
Kaji suara bising usus dan monitor pergerakan usus.
Monitor input output, dan berat badan.
Berikan terapi miring kiri setiap pagi hari mulai pukul 6 hingga 7
untuk meningkatkan transportasi makanan dan memanfaatkan sistem
•
fisiologis pencernaan yang meningkat pada pagi hari.
Anjurkan peningkatan asupan buah dan sayur. Hindari makanan
berlemak.
R: Stimulasi GI dapat meningkatkan motilitas lambung dan frekuensi
feses.
Kolaborasi
•
•
Ahli gizi: pemberian makanan tinggi serat
Dokter: pemberian laksatif atau bantuan eliminasi fekal dengan cara
mekanik (Doenges, et al, 2010).
3.4
Implementasi dan Evaluasi Tindakan
Implementasi dan evaluasi pada laporan ini berfokus pada diagnosa nyeri
kronik. Bagian ini berisi tentang catatan perkembangan klien terhadap
beberapa intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri kronik
berdasarkan waktu intervensi. Catatan perkembangan dapat dilihat pada
tabel 3.3.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
50
Tabel 3.4 Catatan perkembangan perawatan klien dengan diagnosa keperawatan nyeri kronik
Diagnosa Keperawatan Nyeri Kronik
Rabu, 7 Mei 2014
Implementasi:
• Mengkaji riwayat nyeri klien P, Q, R, S, T
• Mengobservasi TTV
• Mengevaluasi jenis terapi yang didapatkan klien
S:
• Klien mengatakan lokasi nyeri pada bokong
(tulang belakang) sampai tungkai kanan.
• Frekuensi menetap namun kualitas nyeri
beragam di antara 2 s/d 7.
• Klien biasa mengubah-ubah posisi untuk
mengurangi nyeri.
• Belum dilakukan operasi pada payudara.
• Klien sudah mendapatkan 1 kali kemoterapi dan
sedang menjalani terapi radiasi.
O:
• Wajah klien tampak menahan nyeri.
• Klien mengerutkan wajah saat mahasiswa
mencoba perlahan memindahkan posisi tungkai.
• Klien terlihat melindungi area yang sakit.
A: Nyeri kronik belum teratasi
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi)
• Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Kamis, 8 Mei 2014
Implementasi:
• Memberikan tindakan kenyamanan dasar
(reposisi)
• Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
• Mengkaji skala nyeri sebelum dan setelah
intervensi
Kolaborasi
Memberikan injeksi IV analgesik (Ketorolac 30
mg/8jam)
S:
• Klien mengatakan sudah mengetahui posisi yang
nyaman untuk mengurangi nyeri yang dirasakan.
• Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah
melakukan teknik napas dalam
• Skala nyeri sebelum kegiatan 4, dan setelah
kegiatan 3
O:
• Klien terlihat menahan nyeri saat dilakukan
reposisi
• Klien mampu melakukan teknik napas dalam
yang diajarkan.
• TD 130/80 mmHg, Nadi 80x/m, RR 20x/m, suhu
36,2○ C.
A: Nyeri kronik teratasi sebagian
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Evaluasi penggunaan relaksasi napas dalam
Jumat, 9 Mei 2014
Implementasi:
• Mengkaji skala nyeri
• Mengkaji TTV
• Mengevaluasi penggunaan teknik relaksasi napas
dalam
• Mengajarkan teknik napas dalam disertai
pemusatan pemikiran
Kolaborasi
Memberikan injeksi IV analgesik (Ketorolac 30
mg/8jam)
S:
• Klien mengatakan lebih nyaman setelah
melakukan nafas dalam dengan pemusatan pikiran
• Klien mengatakan skala nyeri saat ini 4
• Klien mengatakan merubah posisi jika sudah
mulai merasa sakit.
O:
• Klien terlihat masih menahan nyeri
• Klien terlihat lebih rileks setelah diberikan
intervensi
• TD 130/80 mmHg, nadi 82x/m, suhu 36,5○C, RR
22x/m
A Nyeri kronik belum teratasi
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas
dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
51
Diagnosa Keperawatan Nyeri Kronik
Kamis, 13 Mei 2014
Implementasi:
• Mengkaji skala nyeri
• Mengkaji TTV
• Mengevaluasi penggunaan teknik relaksasi napas
dalam
• Mengevaluasi teknik napas dalam disertai
pemusatan pemikiran
• Mengajarkan teknik distraksi
S:
•
O:
•
•
•
Klien mengatakan nyeri pada skala 3.
Wajah klien tampak menahan nyeri.
Klien terlihat melindungi area yang sakit.
Klien mulai dapat mengangkat tangan kirinya
sedikit sambil melakukan napas dalam.
• TD 120/80 mmHg, nadi 75x/m, RR 18x/menit,
suhu 36,5○ C.
A: Nyeri kronik teratasi sebagian
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Evaluasi penggunaan teknik manajemen nyeri
Jumat, 15 Mei 2014
Implementasi:
• Mengobservasi nyeri per 8 jam
• Mengobservasi TTV
• Mengevaluasi penggunaan teknik manajemen
nyeri
• Memberikan lingkungan yang nyaman
S:
• Klien mengatakan lingkungan juga
mempengaruhi nyeri yang dirasakan
• Klien mengatakan nyeri berada pada skala 3
O:
• TD 120/70 mmHg, Nadi 78x/m, RR 20x/m, suhu
36,2○ C.
• Klien terlihat lebih nyaman
A: Nyeri kronik teratasi sebagian
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Evaluasi penggunaan teknik manajemen nyeri
Senin, 19 Mei 2014
Implementasi:
• Mengkaji skala nyeri
• Mengkaji TTV
• Mengevaluasi penggunaan teknik relaksasi napas
dalam
• Mengevaluasi teknik napas dalam disertai
pemusatan pikiran
S:
• Klien mengatakan lebih nyaman setelah
melakukan nafas dalam dengan pemusatan pikiran
• Klien mengatakan skala nyeri saat ini 3
O:
• Klien terlihat lebih rileks
• TD 120/80 mmHg, nadi 75x/m, suhu 36,3○C, RR
20x/m
A: Nyeri kronik teratasi sebagian
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas
dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
52
Diagnosa Keperawatan Nyeri Kronik
Rabu, 21 Mei 2014
Implementasi:
• Mengkaji skala nyeri
• Mengkaji TTV
• Mengevaluasi penggunaan teknik relaksasi
napas dalam
• Mengevaluasi teknik napas dalam disertai
pemusatan pemikiran saat dilakukan terapi
radiasi
• Mengantarkan klien terapi radiasi dan
fisioterapi
S:
•
•
O:
•
•
•
Klien mengatakan nyeri pada skala 3.
Klien mengatakan tubuhnya terasa hangat.
Wajah klien tampak lebih rileks.
Klien terlihat melindungi area yang sakit.
Klien mulai dapat mengangkat tangan
kirinya sedikit sambil melakukan napas
dalam.
• TD 120/70 mmHg, nadi 75x/m, RR
18x/menit, suhu 36,5○ C.
A: Nyeri kronik teratasi sebagian
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Evaluasi penggunaan teknik manajemen
nyeri
Jumat, 23 Mei 2014
Implementasi:
• Mengobservasi nyeri per 8 jam
• Mengobservasi TTV
• Mengevaluasi penggunaan teknik
manajemen nyeri
• Memberikan lingkungan yang nyaman
• Memotivasi pemakaian teknik napas dalam
disertai pemusatan pemikiran saat dilakukan
terapi radiasi
• Mengantarkan klien terapi radiasi dan
fisioterapi
S:
• Klien mengatakan nyeri berada pada skala 3
namun tangannya sudah mulai dapat
menggenggam walau kurang kuat.
O:
• TD 120/70 mmHg, Nadi 78x/m, RR 20x/m,
suhu 36,2○ C.
• Klien terlihat lebih nyaman
• Klien terlihat lebih bersemangat.
A: Nyeri kronik teratasi sebagian
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Evaluasi penggunaan teknik manajemen
nyeri saat dilakukan terapi radiasi
Senin, 26 Mei 2014
Implementasi:
• Mengkaji skala nyeri
• Mengkaji TTV
• Mengevaluasi penggunaan teknik distraksi
untuk mengatasi nyeri
• Memotivasi pemakaian teknik napas dalam
disertai pemusatan pemikiran saat dilakukan
terapi radiasi
S:
•
•
O:
•
•
Klien mengatakan lebih bertenaga
Klien mengatakan skala nyeri saat ini 2
Klien terlihat lebih rileks
TD 120/80 mmHg, nadi 80x/m, suhu 37○C,
RR 20x/m
A: Nyeri kronik teratasi sebagian
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas
dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
53
Diagnosa Keperawatan Nyeri Kronik
Rabu, 28 Mei 2014
Implementasi:
• Mengkaji skala nyeri
• Mengkaji TTV
• Memotivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi
• Mengantarkan klien terapi radiasi dan fisioterapi
S:
• Klien mengatakan nyeri pada skala 3.
• Klien mengatakan tubuhnya terasa hangat setelah terapi.
• Klien mengatakan tangannya sudah dapat diangkat walaupun belum
maksimal.
O:
• Wajah klien tampak lebih rileks.
• Klien dapat mengangkat tangan kirinya sedikit sambil melakukan
napas dalam.
• TD 120/70 mmHg, nadi 85x/m, RR 22x/menit, suhu 36,5○ C.
A: Nyeri kronik teratasi sebagian
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Evaluasi penggunaan teknik manajemen nyeri saat dilakukan terapi
radiasi
Senin, 2 Juni 2014
Implementasi:
• Mengevaluasi keadaan klien post kemoterapi
• Mengobservasi TTV
• Memotivasi pemakaian teknik relaksasi
• Memberikan pendidikan terkait manajemen nyeri yang dapat dilakukan
dirumah
S:
•
•
•
•
Klien mengatakan nyeri berada pada skala 3.
Klien mengatakan senang karena sudah boleh pulang
Klien mengatakan akan mempraktikkan manajemen nyeri di rumah
Klien mengatakan sudah dapat berjalan perlahan ke kamar mandi dengan
bantuan
O:
• TD 120/80 mmHg, Nadi 82x/m, RR 20x/m, suhu 36,7○ C.
• Klien terlihat lebih nyaman
• Klien terlihat lebih bersemangat.
A: Nyeri kronik teratasi sebagian
P:
• Observasi nyeri per 8 jam
• Observasi TTV
• Evaluasi penggunaan teknik manajemen nyeri saat dilakukan terapi
radiasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
54
Tabel 3.5 Catatan perkembangan perawatan klien dengan diagnosa keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik
Diagnosa Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik
Rabu, 7 Mei 2014
Implementasi:
•
Menentukan tingkat motivasi klien untuk
mempertahankan atau mengembalikan
•
Implementasi:
•
•
mobilitas sendi
Mengajarkan latihan pergerakkan sendi
Memberikan penguatan positif selama
kegiatan berlangsung
Mendukung klien dan keluarga untuk
Evaluasi
memandang keterbatasan dengan realistis
S
Evaluasi
S
Kamis, 8 Mei 2014
•
Jumat, 9 Mei 2014
Implementasi:
•
•
Memberikan jadwal latihan pergerakkan
sendi mandiri
Memberikan penguatan positif selama
kegiatan berlangsung
Evaluasi
Klien mengatakan masih lemah pada tangan
S
•
•
Klien mengatakan sangat bersemangat untuk •
kiri dan kedua kakinya.
Klien mengatakan akan terus menggerakkan
sendi yang sehat membuat dirinya lebih
•
mengembalikan kemampuan otot-ototnya.
area tubuh yang sehat.
bertenaga
•
berjalan kembali.
Klien mengatakan sangat ingin dapat
Klien mengatakan sering menggerakan
anggota badan yang tidak sakit agar tidak
kaku.
O
O
O
•
Klien mengatakan dengan terus melatih
Klien terlihat bersemangat dalam proses
•
latihan
•
pergerakkan sendi
Klien sudah memahami pentingnya
Klien terlihat memiliki motivasi yang kuat
•
•
Klien terlihat aktif melakukan pergerakan
•
latihan
Klien terlihat termotivasi untuk melakukan
Klien setuju untuk melakukan latihan
pergerakan sendi setiap bangun tidur, pagi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
55
•
•
Klien dan keluarga sama-sama telah
menyadari dan menerima keterbatasan yang
•
dialami klien merupakan proses dari
A
penyakit.
Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
Keluarga sangat mendukung kesembuhan
P
klien
A
Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P
•
•
untuk melakukan latihan
•
•
Rentang pergerakan klien belum bebas
•
•
dan sore.
Rentang pergerakan klien belum bebas
Masih terdapat kelemahan pada tangan kiri
dan kedua tungkai
A
Berikan jadwal latihan pergerakkan sendi
Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
mandiri
P
Berikan penguatan positif selama kegiatan
berlangsung
•
Evaluasi pelaksanaan latiahan pergerakan
sendi sesuai jadwal
Ajarkan latihan pergerakkan sendi
Berikan penguatan positif selama kegiatan
berlangsung
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
56
Tabel 3.6 Catatan perkembangan perawatan klien dengan diagnosa keperawatan Konstipasi
Diagnosa Keperawatan Konstipasi
Rabu, 7 Mei 2014
Implementasi:
•
•
Menganjurkan klien untuk
meningkatkan asupan cairan
Menganjurkan klien untuk
Kamis, 8 Mei 2014
Implementasi
•
•
meningkatkan asupan buah dan
sayur
Evaluasi
S
•
Klien mengatakan tidak suka
makan sayur sejak dulu
O
•
A
Masalah konstipasi belum teratasi
P
•
Kolaborasi kepada ahli gizi untuk
cairan
Mengevaluasi asupan buah dan
•
•
sayur
Mengevaluasi keinginan klien
untuk BAB
Mengevaluasi asupan air, buah,
dan sayur
Evaluasi
Evaluasi
S
S
•
•
Klien mengatakan telah makan
Klien mengatakan terasa mulas
namun saat sampai di toilet tidak
Klien mengatakan sudah minum
ada yang keluar
O
•
O
•
•
Belum ada tanda klien akan BAB
Jumat, 30 Mei 2014
Implementasi
• Mengevaluasi keinginan
klien untuk BAB
• Mengevaluasi tingkat
asupan cairan
• Mengevaluasi asupan buah
dan sayur
pisang dan pepaya
1,5 L air
Belum terlihat adanya tanda klien
ingin BAB
Mengevaluasi tingkat asupan
Jumat, 9 Mei 2014
Implementasi
S
• Klien mengatakan sudah
dapat BAB
• Klien mengatakan sangat
Teraba keras pada abdomen
senang sudah bisa BAB
kuadran kanan bawah
dan merasa lega
A
A
A
Masalah konstipasi belum teratasi
Masalah konstipasi belum teratasi
Masalah Konstipasi sudah
P
P
teratasi
Evaluasi rencana pemberian laksatif
P
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
57
Diagnosa Keperawatan Konstipasi
•
diet tinggi serat
•
Motivasi klien untuk terus
Motivasi penerapan asupan
Kolaborasi kepada dokter untuk
meningkatkan asupan air, buah,
tinggi sayuran, buah, dan
pemberian laksatif
dan sayur
cairan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Bab ini membahas tentang analisis situasi yang terjadi selama pelaksanaan
praktik asuhan keperawatan nyeri dengan landasan teori asuhan keperawatan
manajemen nyeri yang ada yaitu relaksasi napas dalam. Bab ini terdiri dari
pembahan profil lahan praktik dan analisis proses keperawatan nyeri dengan
konsep KKMP. Pembahasan selanjutnya terkait dengan analisis pengaplikasian
teknik relaksasi dengan pemusatan pikiran sebagai manajemen nyeri pada klien
dengan nyeri kronik.
4.1 Profil Lahan Praktik
RSPAD Gatot Soebroto adalah sebuah rumah sakit tipe A yang terletak di
Jakarta Pusat, Indonesia dan dibawah Komando Direktorat Kesehatan
Angkatan Darat. Rumah sakit ini didirikan pemerintah kolonial Belanda pada
tahun 1819. Di rumah sakit ini pulalah dirintis pendidikan dokter Jawa yang
dikenal dengan sebutan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen. Saat ini
RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit tingkat satu dan menjadi
rujukan tertinggi di jajaran TNI yang memberikan perawatan kesehatan untuk
prajurit TNI AD, Pegawai Negeri Sipil serta masyarakat umum.
Ruang perawatan lantai 5 bedah merupakan ruang perawatan yang melayani
asuhan keperawatan bedah pada prajurit berpangkat serka hingga kolonel dan
masyarakat umum. Ruang perawatan terdiri atas 10 ruangan dengan
pembagian 2 ruangan kelas utama dan 8 ruangan kelas III. Ruangan perawatan
ini dikhususkan untuk perawatan pre dan post operatif. Berdasarkan
perhitungan tenaga keperawatan menurut metode Gillis, tenaga perawat yang
dibutuhkan dilantai 5/ Bedah sebanyak 30 orang, realisasi 28 orang, hal ini
menunjukkan lantai 5/ Bedah sudah cukup dalam hal kebutuhan tenaga
keperawatan.
Sumber
daya
manusia
dilantai
V/Bedah
90%
sudah
berkualifikasi professional pemula, perlunya membuat perawat yang ada untuk
meningkatkan sumber daya manusianya menjadi perawat professional dengan
58
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
59
memberikan pelatihan seminar secara berkala dan memotivasi perawat untuk
meniti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4.2 Analisis Masalah Kesehatan dengan Konsep terkait KKMP dan Konsep
Kasus Terkait
Klien tinggal di Kota Cirebon, dalam hal ini klien termasuk pada masyarakat
perkotaan. Menurut teori jika ditinjau dari faktor risiko kanker payudara, klien
memiliki beberapa faktor yang dialaminya yaitu faktor usia 30-50 tahun,
memiliki riwayat keluarga, wanita yang menggunakan terapi hormon. Klien
saat ini berusia 50 tahun dimana penderita kanker payudara berada pada usia
itu. Menurut pengkajian yang telah dilakukan langsung terhadap klien, klien
mengatakan bahwa ibu kandungnya juga menderita kanker payudara dan
meninggal karena penyakit yang sama. Hal ini sesuai dengan teori Smeltzer, et
al, 2010 dimana keturunan merupakan salah satu faktor risiko kanker
payudara. Klien memiliki 2 orang putra dan untuk mengontrol kehamilan
klien menggunakan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi sama dengan
penggunaan terapi hormon yang dapat meningkatkan risiko terjangkit kanker
payudara (Price & Wilson, 2003).
Tanda dan gejala yang dialami klien sesuai dengan teori yang didapatkan
yaitu, adanya gumpalan atau penebalan di daerah payudara atau ketiak, daerah
payudara bengkak dan lebih gelap, adanya perubahan bentuk dan ukuran
payudara, adanya penebalan kulit, adanya cekungan pada bagian payudara,
adanya sekresi dari puting, dan edema pada lengan (American Cancer Society,
2013; Paramita, 2011). Adanya tanda dan gejala yang dirasakan klien
membuat klien memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan di kota tempat
tinggalnya. Klien juga menjalankan pemeriksaan secara biopsi dan didapatkan
hasil adanya keganasan.
Kanker payudara yang diderita klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakan
oleh medis yaitu kanker payudara invasif. Menurut klasifikasi, kanker tersebut
merupakan kanker yang telah menyebar ke dalam stroma payudara dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
60
memiliki kemungkinan penyebaran metastasis (Price & Wilson, 2003).
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan klien berada pada T4N2M1.
Sesuai dengan stadium tersebut dapat disimpulkan bahwa klien berada pada
stadium IV. Penanganan kanker payudara pada stadium IV atau stadium lanjut
yaitu tidak dapat dioperasi.
Klien mendapatkan terapi radiasi. Selama perawatan di ruang bedah klien
menjalani 10 kali radiasi dan fisioterapi menggunakan TENS serta 2 kali
kemoterapi. Pada kasus stadium lanjut, terapi yang dilakukan menjadi terapi
paliatif. Dalam hal ini digunakan untuk meredakan nyeri yang dirasakan klien
(Desen, 2008).
Perkembangan penyakit degeneratif yang berbahaya seperti kanker merupakan
salah satu contoh masalah kesehatan yang banyak terjadi pada kalangan
masyarakat perkotaan. Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi
penderita kanker di kota cenderung lebih tinggi dari pada di desa. Penderita
kanker pada masyarakat perkotaan mencapai angka 1.7‰ sedangkan pada
pedesaan ada pada angka 1.1‰. DKI Jakarta merupakan daerah ke lima
tertinggi dengan angka 1.9‰ penderita kanker (Riskesdas, 2013).
Masyarakat perkotaan memiliki gaya hidup yang rentan terhadap penyakit
membahayakan. Gaya hidup kota yang selalu ingin praktis tidak dapat
menghidar dari makanan cepat saji. Perubahan pola makan tradisional ke pola
makan cepat saji yang banyak mengandung kalori, lemak, dan kolesterol
meningkatkan potensi obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko kanker
payudara. Tingginya tuntutan hidup di perkotaan ditambah dengan kemacetan
lalu lintas yang dapat meningkatkan stres masyarakat perkotaan dan
kurangnya aktivitas fisik seperti olah raga dapat pula berdampak pada
meningkatnya angka masalah gizi berlebih (obesitas) dan penyakit degeneratif
(Khasanah, 2012).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
61
Pola makanan berat yang cenderung banyak mengandung lemak, protein, gula,
garam namun sedikit serat, vitamin, dan mineral dapat merangsang terjadinya
penyakit gangguan saluran pencernaan, penyakit jantung, obesitas, dan kanker
(Elnovriza, 2008). Survey yang dilakukan oleh Nilsen mengatakan bahwa
69% masyarakat perkotaan di Indonesia mengonsumsi makanan cepat saji
yaitu 33% sebagai makan siang, 25% sebagai makan malam, 9% sebagai
makanan selingan, dan 2% memilih makanan cepat saji sebagai makan pagi
(Nilsen, 2008).
4.3 Analisis Asuhan Keperawatan
Nyeri merupakan masalah keperawatan yang selalu muncul pada penderita
kankar payudara. Nyeri kronik merupakan nyeri yang dirasakan menetap
selama lebih dari 6 bulan. Hal ini terjadi pada pasien kanker khususnya Ny R
dengan kanker payudara yang telah bermetastasis ke tulang belakang. Nyeri
yang dirasakan klien termasuk pada nyeri malignant yang disebabkan oleh
perubahan pada saraf yang mungkin sebagai akibat dari penekanan oleh
bahan-bahan kimia yang dihasilkan oleh tumor (Elkin, et al, 2000).
Berdasarkan dengan hasil pemeriksaan thoracolumbal yang dilakukan pada
tanggal 17 April 2014, didapatkan kesan adanya fraktur kompresi vertebra L3
dengan kesuraman di pedikel sisi kiri metastasis. Saat ini kondisi klien
mengalami kelemahan pada tangan kiri dan kedua kakinya. Adanya fraktur
kompresi pada lumbal akan berdampak pada kelemahan ekstrimitas bawah
(Anthony, 2008). Adanya fraktur akan menyebabkan nyeri yang dirasakan
menetap oleh klien.
Masalah keperawatan yang muncul pada Ny R terkait penyakit dan adanya
perparahan yaitu metastasis tulang belakang dengan nyeri kronik yang
dirasakan klien menetap sejak 7 bulan sebelum masuk rumah sakit hingga saat
ini. Nyeri yang dirasakan sangat mengganggu dalam keseharian dan aktivitas
serta istirahat klien. Hal ini sesuai dengan diagnosis Carpenito, 2010 yang
menjelaskan bahwa definisi nyeri kronik adalah apabila seseorang mengalami
nyeri yang persisten atau intermiten dan terus berlangsung lebih dari 6 bulan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
62
Rencana tindakan keperawatan yang disusun berpedoman pada diagnosis dan
data pengkajian yang dilakukan. Tujuan utama rencana tindakan yang disusun
untuk meringankan nyeri yang dirasakan klien. Klien diharapkan dapat
meningkatkan kenyamanan dan aktivitas sehari-harinya setelah dilakukan
intervensi dalam 5x24 jam. Intervensi utama yang dilakukan pada klien yaitu
teknik relaksasi napas dalam disamping hal-hal lain yang dapat mendukung
pencapaian tujuan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
Intervensi dilakukan selama 3 minggu dengan beberapa kegiatan yang telah
direncanakan. Beberapa tindakan tersebut yaitu memfasilitasi lingkungan yang
nyaman, mengurangi tindakan invasif/ tindakan yang menyakitkan klien, dan
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam serta distraksi untuk mengontrol
nyeri. Hal ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien. Intervensi pergerakan tidak dilakukan karena terdapat
fraktur kompresi pada tulang belakang klien. Klien mengeluhkan nyeri yang
hebat jika terjadi pergerakan pada tulang belakang. Teknik relaksasi napas
dalam merupakan tindakan mandiri perawat yang dilakukan untuk mengurangi
nyeri sejak tahun 1900an (Snyder, 1992). Teknik relaksasi yang dilakukan
sebagai intervensi menggunakan tambahan pemusatan pikiran kepada
pernapasan itu sendiri. Pengalihan pikiran yang dilakukan merupakan distraksi
bagi klien terhadap nyeri yang dirasakannya. Hal ini diharapkan dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan klien. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Sumiati, dkk, 2012 yang menunjukkan adanya pengaruh positif
antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan dan
sesudah tindakan teknik relaksasi napas dalam. Dalam penelitian tersebut
diperlihatkan bahwa terjadi penurunan pada skala nyeri yang dirasakan klien
setelah melakukan teknik relaksasi napas dalam.
Pelaksanaan yang telah dilakukan menggunakan teknik relaksasi napas dalam
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang didapatkan yaitu klien
dapat mengontrol pernapasan yang dapat menenangkan diri (Snyder, 1992).
Napas dalam juga dapat mengontrol sistem saraf parasimpatik yang
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
63
mengontrol respon relaksasi (Pavlov & Tracey, 2005). Klien yang
berkonsentrasi pada pernapasan tidak akan berfokus pada nyeri yang
dirasakannya sehingga akan mengurangi intensitas nyeri tersebut. Kelemahan
dari intervensi relaksasi napas dalam yaitu klien membutuhkan lingkungan
yang mendukung untuk klien berkonsentrasi pada pernapasannya. Saat klien
tidak mampu berkonsentrasi maka latihan relaksasi tersebut akan kurang
berpengaruh karena pikiran klien tidak sepenuhnya teralihkan dari rasa nyeri
yang dirasakannya. Pernapasan diafragma merupakan salah satu teknik
relaksasi yang dapat dilakukan saat nyeri (The British Pain Society, 2013).
Hasil intervensi yang dilakukan dengan menggunakan teknik napas dalam
memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Terdapat
penurunan nyeri yang dirasakan oleh klien setiap setelah dilakukan intervensi.
Hal ini memang tidak dapat mengurangi secara menetap karena nyeri yang
dirasakan merupakan proses penyakit terminal yang juga membutuhkan
bantuan analgesik secara kolaborasi. Skala nyeri sebelum dilakukan intervensi
mencapai 7 namun setelah dilakukan intervensi skala nyeri klien berada pada
rentang nyeri rendah ≤3).
(
Tampak wajah klien yang menunjukkan ek spresi
lebih rileks.
Diagnosa kedua yaitu risiko cedera. Diagnosa ini diangkat untuk mencegah
kejadian cedera pada klien (Doenges, et al, 2010). Dari pengkajian yang
dilakukan didapatkan data yang mengindikasikan terjadinya risiko cedera pada
diri klien. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan sehari-hari
seperti saat klien masih mampu melakukannya. Dalam hal ini klien sangat
ingin duduk dan berjalan. Klien juga sering mengubah posisi tanpa bantuan
perawat. Hal ini dapat mencederai tubuh klien lebih jauh karena klien
memiliki fraktur kompresi vertebra L3 dengan kesuraman di pedikel sisi kiri
metastasis. Adanya fraktur pada tulang klien menandakan harus adanya
restiksi pergerakan agar area fraktur tidak menimbulkan nyeri lebih lanjut dan
meningkatkan risiko komplikasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
64
Klien dapat duduk dan berjalan ke kamar mandi dengan menggunakan alat
penyokong tulang belakang (TLSO). Penggunaan alat ini bertujuan untuk
menghindari cedera terutama pada area fraktur klien yang tidak dapat
melakukan pergerakan berlebihan. Pendidikan kesehatan mengenai pergerakan
yang diperbolehkan atau tidak kepada klien juga penting diberikan untuk
menghindari kesalahan posisi atau pun komplikasi yang ditimbulkan akibat
pergerakan yang salah.
Diagnosa selanjutnya adalah hambatan mobilitas fisik. Tujuan intervensi pada
diagnosa ini adalah untuk menghindari kejadian kontraktur, meningkatkan
rentang pergerakan sedni yang optimal, pergerakan menggunakan taau tanpa
alat bantu, serta klien mampu mempertahankan keseimbangan tubuh.
Diagnosa ini diangkat berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian.
Klien tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Klien memiliki keterbatasan
dalam menggerakan ekstrimitas. Klien membutuhkan bantuan orang lain
dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa tersebut adalah
melakuakn rentang pergerakkan sendi. Klien melakukan RPS 3 kali sehari
untuk meningkatkan kekuatan ototnya yang terasa lemah. Hasil yang
dirasakan klien setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu didapatkan
peningkatan kekuatan pada tangan kiri klien. Klien mengatakan tangannya
lebih bertenanga dan sudah mampu mengangkat sendiri.
Diagnosa keperawatan ketiga yaitu konstipasi. Masalah ini dialami klien
dengan tanda bahwa klien sudah 3 hari terakhir tidak BAB meskipun sudah
diberikan laksatif, klien juga memiliki riwayat penyakit kanker payudara dengan
metastasis area lumbal, perut teraba keras pada kuadran kanan bawah dengan Bising
usus hipoaktif 8 kali/ menit dan bunyi yang kurang kuat. Klien pun mengatakan
bahwa kurang ada rangsangan ingin BAB. Terapi bedrest yang didapatkan
klien juga mempengaruhi motilitas usus klien ditambah dengan diit rendah
sayur sejak klien masih sehat. Mahasiswa melakukan implementasi berupa
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
65
penyesuaian diit dan peningkatan asupan cairan. Untuk melakukan
implementasi pada diagnosa ini diperlukan kolaborasi dengan tim ahli gizi dan
dokter. Hasil didapatkan pada minggu terakhir perawatan klien. Klien
mengungkapkan bahwa dirinya dapat BAB dan merasa sangat lega.
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan
Perawatan klien dengan nyeri kronik membutuhkan perawatan yang
berkelanjutan. Perawatan nyeri kronik dapat dilakukan dengan memberikan
manajemen nyeri pada klien. Manajemen nyeri yang dapat dilakukan yaitu
pernapasan diafragma (napas dalam), guided imagery, hipnotis diri, meditasi,
dan distraksi dengan melakukan kegiatan (Hanson, 1990). Perawat perlu
memberikan edukasi terkait manajemen nyeri yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh klien. Selain itu perawat perlu mengevaluasi skala nyeri yang
dirasakan klien secara berkala sesuai dengan kebutuhan dan tingkat nyeri
terakhir klien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
BAB 5
PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran penulisan analisis asuhan
keperawatan pada klien kanker payudara dengan metastasis ke tulang belakang
yang mengalami nyeri kronik. Kesimpulan pada penulisan ini merupakan
rangkuman berdasarkan hasil analisis dan pembahasan kasus. Saran pada
penulisan
ini
merupakan
penyampaian
kepada
pembaca
untuk
dapat
menggunakan manfaat dari penulisan ini.
5.1 Kesimpulan
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit keganasan yang lebih banyak
diderita oleh masyarakat perkotaan pada agregat dewasa. Hal ini dapat terjadi
karena tingkat gaya hidup dan beberapa faktor risiko penyakit yang lebih
banyak dijumpai pada masyarakat perkotaan. Gaya hidup dan stres terhadap
tuntutan hidup di perkotaan mendorong masyarakat melakukan adaptasi
dengan cara yang kurang baik bagi kesehatan. Salah satu contoh adaptasi
tersebut yaitu dengan berubahnya pola makan. Perubahan pola makan yang
menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan saat ini yaitu konsumsi makanan
cepat saji. Konsumsi makanan cepat saji dengan kandungan lemak yang tinggi
berpengaruh pada angka penderita obesitas pada masyarakat perkotaan.
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang ada pada para penderita
kanker payudara. Banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesuksesan
pengobatan kanker payudara. Hal ini yaitu dengan proses pengobatan yang
dilalui oleh klien. Kesibukan yang tinggi, kurang pengetahuan, hingga
keyakutan mungkin juga menjadi penyebab banyaknya klien yang berobat
dengan kondisi buruk. Adanya faktor keturunan yang menjadi salah satu
faktor risiko tidak diantisipasi oleh klien sehingga penyakit kanker payudara
ini tidak dapat diobati sejak awal.
Klien dirawat dengan kanker payudara yang sudah mengalami penyebaran
hingga tulang belakang. Klien baru memeriksakan sakitnya ke dokter setelah
dirasa tulang belakangnya sangat nyeri dan klien sudah tidak dapat berjalan
lagi. Nyeri yang dirasakan menetap dirasa sangat mengganggu keseharian
66
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
67
klien. Keluhan utama yang selalu diutarakan klien yaitu mengenai nyerinya
tersebut. Kondisi yang dialami klien merupakan kondisi kanker yang
diakibatkan oleh proses metastasis sel kanker pada area tulang belakang klien.
Proses ini merukan proses yang panjang sehingga sel kanker menginvasi
pembuluh darah dan mengganggu komposisi tulang klien. Berdasarkan
pemeriksaan thoracolumbal didapatkan kesan fraktur kompresi vertebra L3
dengan kesuraman di pedikel sisi kiri metastasis. Hal ini berdampak pada
penurunan neuromuskular klien khususnya pada ekstrimitas bawah. Klien
masih mampu menggerakkan kedua kaki namun dirasa nyeri dan lemah oleh
klien.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu memperhatikan keluhan
dan kebutuhan klien selama perawatan. Proses keperawatan yang dimulai
dengan proses pengkajian sangat penting untuk dilakukan guna menegakkan
diagnosa keperawatan yang tepat. Pengkajian yang menggunakan P, Q, R, S,
T perlu dilakukan secara komprehensif. Pemberian intervensi keperawatan
mengenai nyeri juga dibutuhkan untuk meringankan keluhan klien disamping
pemberian intervensi kolaborasi berupa obat analgesik dan terapi elektronik
TENS.
Perawatan dilakukan selama 3 minggu dengan pemberian intervensi yang
berfokus pada nyeri dengan penggunaan terapi relaksasi napas dalam. Hasil
yang ditunjukkan dari implementasi tersebut yaitu adanya pemurunan
intensitas nyeri terutama pada skala nyeri. Pada hari ke 9 klien merasakan
penurunan skala nyeri dan tangannya yang sedikit lebih bertenaga. Pemberian
intervensi
yang
berkesinambungan
dapat
meningkatakan
efektivitas
pengobatan klien.
5.2 Saran
Penulisan ini dapat digunakan sebagai dasar bagi perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan khususnya klien dengan diagnosa nyeri kronis. Perawat
dapat mengingat kembali bahwa tindakan keperawatan juga memegang
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
68
pengaruh yang baik dan penting bagi perbaikan kesehatan klien. Pelayanan
yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan yang sudah baik pada rumah
sakit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
Daftar Pustaka
American
Cancer
Society.
(2013).
Breast
cancer:
Early
detection.
www.cdc.gov/cancer.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset kesehatan dasar.
Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
Bishop S, Warr D. (2003). Coping, catastrophising and chronic pain in breast
cancer. Journal of Behavioral Medicine; 26:265-281
Brunner & Suddarth. (2000). Handbook for brunner and suddarth’s textbook of
medical-surgical nursing. USA: Lippincott.
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku diagnosa keperawatan. Ed 8. Alih
Bahasa Monica Ester, Jakarta: EGC.
Corwin, E.J. (2007). Handbook of pathophysiology. 3rd Ed. Jakarta: EGC.
Davey, P. (2006). Medicine at a glance. Blackwell Science
Dese, W. (2008). Onkologi klinis. Edisi 2. Jakarta: FK UI.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Murr, A.C. (2010). Nursing care plans:
Guidelines for individualizing client care across the life span. Philadelpia;
F.A. Davis Company
Elkin, M.K., Perry, A.G., Potter, P.A. (2007). Nursing interventions & clinical
skills. St. louis, Missouri: USA.
Elnovriza, D., Yenrina, R., Bachtiar, H. (2008). Faktor-Faktor yang berhubungan
dengan tingkat asupan zat gizi Mahasiswa Universitas Andalas yang
Berdomisili di Asrama Mahasiswa. Universitas Andalas. (Penelitian tidak
dipublikasi).
Fayed, L. (April, 2014). Types of cancer pain.
Hanson R, Gerber K. (1993). Coping with chronic pain - a guide to patient self
management. Guildford Press: New York.
69
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
70
Khasanah, U. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Asupan
Zat Gizi Mahasiswa Universitas Andalas yang Berdomisili di Asrama
Mahasiswa. Universitas Indonesia. (Tesis tidak dipublikasi).
Morrow, M. Northwestern University Medical School, Chicago, Illinois Am Fam
Physician. 2000 Apr 15;61(8):2371-2378.
Murphy PM. Chemokines and the molecular basis of cancer metastasis. N Engl J
Med 2001;345:833-5.
National Breast Cancer Foundation. Stage of Breast Cancer. 2010. 18/01/10
Oehadian, A. (2008). Penatalaksanaan metastase tulang pada kanker payudara:
peranan biophosphonate.
Paramita. (2011). Nursing: Memahami berbagai macam penyakit. Jakarta: PT
Indeks.
Pavlov, V.A., Tracey, K.J. (2005). The cholinergic anti-inflammatory pathway.
Brain Behav Immun 19 (6):493-99
Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2003). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. edisi ke-6. [Terj. Brahm U Pendit, Huriawati Hartanto, Pita
Wulansari, dan Dewi Asih Mahanani]. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Ricci, S. S., dan Kyle, T. (2009). Maternity and pediatric nursing. Philadelpia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Roodman GD. Mechanism of bone metastasis. N Engl J Med 2004;350:1655-64.
Singhal, H. Breast Cancer Evaluation. 2009. http://emedicine.com, 18/01/10.
Sjamsuhidayat R., Jong, W. (2005), Tumor ganas: Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. (Ed ke-8). vol. 1. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiadi S. (2009).
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
71
Sumiati, dkk. (2012). Pengaruh penggunaan tindakan teknik relaksasi napas
dalam, distraksi, gate kontrol, terhadap penurunan sensasi nyeri ca
mammae di RSUD Labuang Baji Makassar. (Penelitian tidak dipublikasi)
Sloan, R. P., et al. (2007). RR interval variability is inversely related to
inflammatory markers: The CARDIA study. Mol Med 13 (3-4):178-84
Snyder, M. (1992). Independent nursing interventions: second edition. Albany,
NY: Delmars Publishers
Storck, S. Breast Lump Self Exam. 2008. http://medline.com, 18/01/10.
The British Pain Society. (2010). Cancer pain management.
Theise, N.D., and R. Harris. (2006). Postmodern biology:(adult) (stem) cells are
plastic, stochastic, complex, and uncertain. Handb Exp Pharmacol
(174):389-408
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
Pendidikan Kesehatan
Perencanaan Pulang
MANAJEMEN NYERI
PADA PASIEN DENGAN
NYERI KRONIK
Manajemen Nyeri
FIK UI
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Pendidikan Kesehatan
Perencanaan Pulang
UNIVERSITAS INDONESIA
Program Profesi NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Peminatan PKKMP KMB
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
Manajemen Nyeri
Nyeri merupakan sensasi tidak
menyenangkan yang dapat digolongkan menjadi ringan, sedang, dan berat (Medical Dictionary, 2013).
yang menyenangkan. Contoh: Menon-
Nyeri juga merupakan sistem
yang dibuat tubuh untuk mendapatkan perhatian lebih terhadap bagian tubuh yang
kurang sehat.
3. Relaksasi
Nyeri terdiri
dari komponen fisik
dan
emosional.
Nyeri dapat
ditimbulkan
oleh cedera
atau adanya gangguan pada
tubuh.
ton TV, membaca buku, berbincangbincang dengan keluarga atau sahabat.
Melakukan kegiatan relaksasi tubuh
Macam Manajemen Nyeri
1. Posittioning/ pengaturan posisi
cara
mengencangkan
dan
mengendurkan otot (otot tangan dan
kaki).
Mengatur posisi sesuai dengan posisi
yang
dirasa
nyaman. Contoh:
miring
kiri/ kanan
4. Guided imagery
Mengarahkan perhatian dari rasa nyeri
Caption describing picture or
graphic.
2. Distraksi
Melakukan kegiatan yang disukai klien
untuk mengalihkan perhatian klien dari
nyeri yang dirasakannya. Metode ini
SKALA NYERI
dengan
dipakai
untuk
mengalihkan
perhatian klien
kepada situasi
atau
objek
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
yang sedang dirasakan dengan cara
berkonsentrasi
memikirkan
hal-hal
yang menyenangkan. Contoh: Pantai,
gunung, dll.
Biodata Peneliti
Nama
: Fitriayu Yulianti Priyono
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Tempat Tanggal Lahir: Bekasi, 23 Juli 1991
Alamat
: JL. Patuha Utara 6. Bekasi Selatan 17144
Email
: [email protected]
Golongan Darah
:B
Kewarganegaraan
: Indonesia
Riwayat Pendidikan Formal
Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2013-2014
Program Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2009-2013
SMA KORPRI Bekasi
2006-2009
SMP Negeri 3 Bekasi
2003-2006
SD Islam Al-Husna Bekasi
1997-2003
Laporan praktek…, Fitriayu Yulianti Priyono, FF UI, 2013
Download