BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian di bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
hubungan media sebagai bagian terpenting dalam aktifitas humas di KPU Kabupaten
Sleman selama Pemilu 2014 masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Di berbagai
aspek seperti kegiatan riset awal, pelaksanaan meliputi perencanaan dan
implementasi serta evaluasi, KPU Kabupaten Sleman menjalankannya secara
sederhana. Dalam aspek riset awal hubungan media seperti kegiatan media
monitoring, KPU masih sebatas mengumpulkan dokumentasi kliping koran berita
pemilu dan atau berita tentang KPU Kabupaten Sleman, analisa dilakukan secara
sporadis oleh pribadi-pribadi pimpinan terutama komisioner, dengan kata lain
kegiatan riset hubungan media belum melembaga. Dalam hal pelaksanaan program
hubungan media, anggaran sebenarnya tersedia berdasarkan perencanaan dari KPU
Pusat, namun implementasi program belum optimal ditandai dengan sejumlah mata
anggaran hubungan media yang tidak direalisasikan. Sedangkan yang berhasil
direalisasikan masih sebatas realisasi secara administratif dan cenderung belum
mencapai kualitas kegiatan hubungan media yang setidaknya memadai.
Namun demikian dalam hal mindset atau pola pikir pentingnya hubungan
media bagi lembaga, persepsi komisioner KPU Kabupaten Sleman telah
menganggap media massa sebagai mitra yang sangat penting bagi KPU dan
dampaknya komisioner KPU Kabupaten Sleman berusaha memberikan kemudahan
akses kepada wartawan. Walaupun sebagian kecil komisioner agak terganggu
dengan pola pemberitaan namun secara keseluruhan komisioner memandang media
sebagai mitra yang sangat penting dalam kegiatan pemilu. Hasil dari pemahaman
tersebut, komisioner KPU Kabupaten Sleman mengembangkan kredibilitas diri
sebagai sumber berita yang layak dipercaya dan mengandalkan hubungan media
dengan memberikan akses yang mudah bagi awak media dan juga mengembangkan
metode pendekatan pribadi yang dalam derajat tertentu membuat profil mereka tidak
kontroversial sehingga tidak pantas untuk diberitakan secara negatif. Hal ini terlihat
dalam sampel pemberitaan Pemilu 2014 yang relatif lebih netral dari asumsi awal.
KPU Kabupaten Sleman sebagai bagian dari „bentuk baru‟ lembaga
penyelenggara pemilu terus bertransformasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Saat ini Indonesia kembali berusaha menegakkan prinsip demokrasi
109
yang sebenarnya, sehingga KPU sebagai lembaga wadah aspirasi publik juga
mereformasi diri untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah.
Perubahan suasana pemerintahan ini memberikan dorongan bagi KPU untuk
semakin memperkuat aspek komunikasinya seperti penguatan akses publik terhadap
informasi sehingga KPU secara umum terus memperkuat aspek komunikasi,
kehumasan dan khususnya hubungan media. Namun tentu saja berbagai pergeseran
tersebut berjalan secara gradual dipengaruhi berbagai faktor baik internal dan
eksternal.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan faktor internal yang di satu sisi mulai
berkembang namun di sisi lain juga masih menghadapi banyak masalah diantaranya
adalah kultur kelembagaan yang di satu sisi semakin terbuka dengan struktur yang
semakin lengkap namun masih memiliki sejumlah hambatan terkait kultur birokrasi
di sekretariat yang masih berpola pikir birokrasi rumit dan masih belum jelasnya
hubungan struktural antara komisioner dan sekretariat. Kemudian rekrutmen SDM di
tingkat komisioner yang cenderung positif dalam hal independensi, kredibilitas dan
profesional namun masih kurang optimal dalam hal waktu (timing) dan penguatan
kompetensi tugas sehingga kesulitan saat menggerakkan organisasi khususnya dalam
program hubungan media. Rekrutmen sekretariat juga semakin diperkuat untuk
mengurangi ketergantungan terhadap PNS yang diperbantukan baik dari kementerian
di tingkat pusat dan pemerintah daerah, namun tidak cepatnya proses perubahan
tersebut justru mempengaruhi rekrutan baru untuk meniru kultur dan praktek
birokrasi negatif yang telah mapan sebelumnya. Dalam hal perencanaan telah terjadi
pergeseran yang semakin memperkuat aspek hubungan media namun perencanaan
yang terpusat tersebut masih belum berjalan optimal untuk memperkuat hubungan
media di KPU daerah.
Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja hubungan media KPU secara
umum di antaranya, dorongan publik yang sangat kuat untuk mendapatkan akses
informasi menekan KPU untuk terus memperbaiki kinerja hubungan media sebagai
media penyebaran informasi kepada publik luas. Penguatan berbagai tata aturan
keterbukaan informasi publik juga menekan KPU di berbagai level untuk terus
memperbaiki kinerja komunikasi untuk menghasilkan akses informasi yang optimal.
Sedangkan faktor eksternal penghambatnya di antaranya adalah tata kelola birokrasi
secara umum terutama keuangan dan dampak hukumnya yang di satu sisi berusaha
ketat namun di sisi lain dianggap tidak jelas dan beresiko bagi pengelola keuangan
110
KPU, hal ini mempersulit penguatan kinerja baik secara umum dan khususnya
hubungan media yang membutuhkan fleksibilitas anggaran yang tinggi.
B. Saran
Dalam jangka pendek di masa selanjutnya KPU Kabupaten Sleman secara
realistis setidaknya harus mampu merealisasikan sebanyak mungkin rencana
program hubungan media yang telah dianggarkan oleh KPU pusat dan mampu
menyerap anggaran hubungan media secara optimal. Sedangkan dalam jangka
menengah dan panjang idealnya KPU Kabupaten Sleman mampu mengadakan dan
mengembangkan program hubungan media yang berkualitas tinggi dan ideal sesuai
dengan bentuk-bentuk ideal hubungan media. Walaupun berdasarkan bacaan
terhadap hasil sampel pemberitaan yang telah dibahas sebelumnya bahwa dengan
kinerja hubungan media apa adanya dan minimalis, KPU Kabupaten Sleman telah
menghasilkan pola pemberitaan pemilu yang tidak terlalu buruk, namun lingkungan
dan publik yang terus berubah tidak akan memberikan perlakuan yang sama
mudahnya bagi KPU Kabupaten Sleman di masa depan. Hal ini sudah mulai terlihat
di masa Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sleman tahun 2015, ketika
kinerja KPU Kabupaten Sleman mulai banyak dikritisi oleh media massa dan
dianggap kurang responsif serta memiliki kinerja yang buruk.
KPU Kabupaten Sleman perlu sesegera mungkin meningkatkan aspek
komunikasi dan kehumasan dalam organisasinya terutama komunikasi internal
melalui penguatan komunikasi kepemimpinan agar organisasi dapat menghasilkan
kinerja yang optimal baik secara umum dan juga khususnya dalam hubungan media.
Dengan komunikasi kepemimpinan yang setidaknya dipatuhi atau diikuti oleh
bawahan ditambah dengan alur komunikasi internal yang lancar, maka anggota
organisasi KPU Kabupaten Sleman dapat diarahkan oleh pimpinan untuk mencapai
kinerja yang diharapkan. Idealnya komunikasi kepemimpinan bersifat inspiratif
sehingga menghasilkan kinerja anggota organisasi yang melebihi ekspektasi. Namun
jika komunikasi kepemimpinan ideal tersebut masih merupakan sesuatu yang sangat
sulit dicapai, dalam tahap awal cukuplah komunikasi kepemimpinan yang otoritatif
namun aspiratif agar responsif dan setidaknya ditaati oleh anggota organisasi serta
dapat menggerakkan roda birokrasi untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan
sebelumnya.
111
Download