PERCOBAAN II INTERFEROMETER MICHELSON A. Judul Percobaan Judul percobaan ini adalah “ Interferometer Michelson” B. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah: 1. Mengamati perubahan gambar interferensi. 2. Mengukur panjang gelombang laser He-Ne. C. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan adalah: 1. Landasan dasar interferometer 2. Layar tembus cahaya 3. He-Ne laser 4. Tingkap 5. Cermin datar 6. Lensa f = 50 mm D. Dasar Teori Fenomena interferensi selalu berkaitan dengan teori gelombang cahaya. Pada hakekatnya cahaya mempunyai besaran amplitudo, panjang gelombang, fase serta kecepatan. Apabila cahaya melewati sebuah medium maka kecepatannya akan menglami perubahan. Jika perubahan tersebut diukur, maka dapat diperoleh informasi tentang keadaan objek / medium yang bersangkutan missal indeks bias, tebal medium dari bahan yang dilewatinya dan panjang gelombang sumbernya. Pengukuran panjang gelombang cahaya dapat dilakukan dengan cara interferensi. Untuk mendapatkan pola interferensi ada berbagai metode, antara lain dengan interferometer Michelson, interferometer Fabry Perol dan interferometer Twymen Green. Interferometer yang dikembangkan oleh A.A Michelson pada tahun 1881 menggunakan prinsip membagi amplitude gelombang cahaya menjadi dua bagian yang beridentitas sama. Dalam penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai fenomena fisis dari interferensi dan prinsip kerja interferometer Michelson. Sebagai kalibrasi alat optis dan sebagai dasar dalam pembuatan spectrometer. Untuk aplikasi lebih lanjut dapat diterapkan pada teknologi film topis. Di penelitian ini yang diamati adalah perubahan pola dan jumlah frinji (pola gelap terang) interferensi pada interferometer Michelson, sehingga dari perubahan pada frinji tersebut dapat dihitung nilai panjang gelombang laser dioda merah dan laser dioda hijau. Interferensi dan difraksi merupakan fenomena penting yang membedakan gelombang dari partikel. Interferensi adalah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu dalam satu titik di ruang. Sedangkan difraksi adalah pembelokan gelombang disekitar sudut yang terjadi apabila sebagian muka gelombang dipotong oleh halangan atau rintangan. Apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama tetapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan fasenya. Jika perbedaan fasenya 0 atau bilangan bulat kelipatan 360֠, maka gelombang akan sefase dan berinterferensi secara saling menguatkan (interferensi konstruktif). Sedangkan amplitudonya sama dengan penjumlahan amplitude masing-masing gelombang. Jika perbedaan fasenya 180֠ atau bilangan ganjil kali 180֠, maka gelombang yang dihasilkan akan berbeda fase dan berinterferensi secara saling melemahkan (interferensi destruktif). Amplitude yang dihasilkan merupakan perbedaan amplitude masing-masing gelombang. Perbedaan fase antara dua gelombang sering disebabkan oleh adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh oleh kedua gelmbang. Perbedaan panjang gelombang satu gelombang menghasilkan perbedaan fase 360֠, yang ekivalen dengan tidak ada perbedaan fase sama sekali. Perbedaan lintasan setengah panjang gelombang menghasilkan perbedaan fase 180֠. Umumnya, perbedaan lintasan yang sama dengan Δd menyumbang suatu perbedaan fase δ yang diberikan oleh: δ = ∆𝑑 𝜆 zπ= ∆𝑑 𝜆 360֠ Interferensi gelombang dari dua sumber teramati kecuali sumbernya koheren, atau perbedaan fase diantara gelombang konstan terhadap waktu. Karena berkas cahaya pada umumnya adalah hasil dari jutaan atom yang memancar secara bebas, dua sumber cahaya biasanya tidak koheren. Koherensi dalam optika sering dicapai dengan membagi cahaya dari sumber tunggal menjadi dua berkas atau lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk menghasilkan pola interferensi. Pembagian ini dapat dicapai dengan memantulkan cahaya dari dua permukaan yang terpisah. Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan pola interferensi dari perbedaan panjang lintasan disebut interferometer optic. Interferometer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu interferometer pembagi muka gelombang dan interferometer pembagi amplitude. Pada pembagi muka gelombang, muka gelombang pada berkas cahaya pertama dibagi menjadi dua, sehingga menghasilkan dua buag berkas sinar baru yang koheren, dan ketika jatuh dilayar akan membentuk pola interferensi yang berwujud garis gelap terang berselang seling. Di tempat garis terang, gelombang-gelombang dari kedua celah sefase sewaktu tiba ditempat tersebut. Sebaliknya ditempat garis gelap, gelombang-gelombang dari kedua celah berlawanan fase sewaktu tiba ditempat tersebut. Untuk pembagi amplitudo, diumpamakan sebuah gelombang cahaya jatuh pada suatu lempeng kaca yang tipis. Sebagian dari gelombang akan diteruskan dan sebagian lainnya akan dipantulkan. Kedua gelombang tersebut tentu saja mempunyai amplitudo yang lebih kecil dari gelombang sebelumnya. Ini dapat dikatakan bahwa amplitude telah terbagi. Jika dua gelombang tersebut bias disatukan kembali pada sebuah layar maka akan dihasilkan pola interferensi. Interferometer Michelson merupakan seperangkat peralatan yang memfaatkan gejala interferensi. Prinsip interferensi adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji. Pengukuran jarak yang tepat dapat diperoleh dengan menggerakkan cermin pada interferometer Michelson dan menghitung frinji interferensi yang bergerak atau berpindah, dengan acuan suatu titik pusat. Sehingga diperoleh jarak pergeseran yang berhubungan dengan perubahan frinji, sebesar: Δd = ∆𝑁 𝜆 𝑍 Dengan Δd adalah perubahan lintaan optis, λ adalah nilai panjang gelombang sumber cahaya dan ΔN adalah perubahan jumlah frinji (Phywe, 2006). Tidak ditemukan bahwa zat mampat (zat padat dan zat cair) pada setiap temperature memancarkan radiasi dengan berbagai panjang gelombang. E. Prosedur Percobaan Adapun prosedur percobaan adalah sebagai berikut: 1. Menyusun seperti gambar berikut. 2. Menghidupkan laser dan fokuskan pada layar menjadi satu bayangan (satu titik). 3. Mengatur tingkap agar kedua sinar dari cemin masuk melalui tingkap sehingga pada layar terlihat pola gelap terang pada layar. 4. Memutar tombol pada roda secara perlahan-lahan satu akli atau beberapa kali (bias sampai 6 putaran) dengan meletakkan jari-jari pada tuas yang tepat dan sekaligus menghitung intensitas maksimum atau minimum yang muncul dan menghilang ditengahtengah gambar interferensi. F. Data Percobaan Tabel Hasil Percbaan pada Interferometer Michelson No. Pergeseran Perputaran (Δl/mm) Jumlah Perputaran Intensitas (Z) 1. 5 x 10-3 17 2. 10 x 10-3 34 3. 15 x 10-3 49 4. 20 x 10-3 65 5. 25 x 10-3 80 Panjang gelombang laser 632,8 nm Hasil perhitungan: a) λ1. Z1 = 2.Δl1 λ1 = 2 𝛥𝑙1 𝑍1 = 2.(5 𝑥 10−ᶟ) 17 = 0.588 x 10-3 mm = 588 nm b) λ2. Z2 = 2.Δl2 λ2 = 2 𝛥𝑙2 𝑍2 = 2.(10 𝑥 10−ᶟ) 34 = 0.588 x 10-3 mm = 588 nm c) λ3. Z3 = 2.Δl3 λ3 = 2 𝛥𝑙3 𝑍3 = 2.(15 𝑥 10−ᶟ) 49 = 0.612 x 10-3 mm = 612 nm d) λ4. Z4 = 2.Δl4 λ4 = 2 𝛥𝑙4 𝑍4 = 2.(20 𝑥 10−ᶟ) 65 = 0.615 x 10-3 mm = 615 nm e) λ5. Z5 = 2.Δl5 λ5 = 2 𝛥𝑙5 𝑍5 = 2.(25 𝑥 10−ᶟ) 80 = 0.625 x 10-3 mm = 625 nm Tabel 2. Data Hasil Perhitungan ΔL (mm) Z λ(nm) 1. 5 x 10-3 17 588 2. 10 x 10-3 34 588 3. 15 x 10-3 49 612 4. 20 x 10-3 65 615 5. 25 x 10-3 80 625 No. G. Grafik Hubungan jumlah putaran intensitas (Z) 90 80 70 60 50 jumlah putaran intensitas (Z) 40 30 20 10 0 0 2 4 6 H. Pembahasan Percobaan kali ini ialah percobaan tentang Interferometer Michelson. Dalam percobaan ini, praktikan mengalami kesulitan dalam mengkalibrasi, sinar laser harus tepat mengenai dinding dan berbentuk setengah gelombang. Pada percobaan ini, kami praktikan mengambil data sebanyak 5 data terhadap 1 putaran, 2 putaran, 3putaran, 4 putaran dan 5 putaran. Dari 5 data yang diambil, dapat diketahui bahwa jumlah pergeseran pertukaran intensitas gelap terangnya simetris yakni ketika 1 putaran menghasilkan 17 putaran intensitas (z), kemudian 2 putaran menghasilkan 34 putaran intensitas (z), selanjutnya 3 putaran menghasilkan 49 putaran intensitas (z), berikutnya 4 putaran menghasilkan 65 putaran intensitas (z) dan yang terakhir 5 putaran menghasilkan 80 putaran intensitas (z). Dari perhitungan dihasilkan untuk panjang gelombang λ1 = 588 nm, λ2 = 588 nm, λ3 = 612 nm, λ4 = 615 dan λ5 = 625. Sehingga semakin banyak jumlah putaran intensitas (z) maka panjang gelombang (λ) juga semakin besar. I. Pertanyaan 1. Konsep apa yang dapat anda jelaskan tentang percobaan ini. Jawab: Fenomena interferensi selalu berkaitan dengan teori gelombang cahaya. Pada hakekatnya cahaya mempunyai besaran amplitudo, panjang gelombang, fase serta kecepatan. Apabila cahaya melewati sebuah medium maka kecepatannya akan menglami perubahan. Jika perubahan tersebut diukur, maka dapat diperoleh informasi tentang keadaan objek / medium yang bersangkutan missal indeks bias, tebal medium dari bahan yang dilewatinya dan panjang gelombang sumbernya. Pengukuran panjang gelombang cahaya dapat dilakukan dengan cara interferensi. Untuk mendapatkan pola interferensi ada berbagai metode, antara lain dengan interferometer Michelson, interferometer Fabry Perol dan interferometer Twymen Green. Interferometer yang dikembangkan oleh A.A Michelson pada tahun 1881 menggunakan prinsip membagi amplitude gelombang cahaya menjadi dua bagian yang beridentitas sama. 2. Bandingkan hasil yang anda peroleh dengan panjang gelombang laser He-Ne pada literature, jika terdapat perbedaan apa yang menyebabkan, jelaskan. Jawab: Perbandingan panjang gelombang laser He-Ne pada literature dengan panjang gelombang laser He-Ne pada saat percobaan : Panjang gelombang pada literature: λ = 632,8 nm Panjang gelombang saat percobaan: λ1 = 588 nm; λ2 = 588 nm; λ3 = 612 nm; λ4 = 615 nm; λ5 = 626 nm. Dari perbandingan diatas terdapat perbedaan antara panjang gelombang laser He-Ne di literature dengan pada saat melakukan percobaan, dimana perbedaan nilai panjang gelombangnya hanya selisih sedikit. Perbedaan ini mungkin disebabkan pada saat mengkalibrasi untuk menyatukan cahaya yang terbagi menjadi dua supaya menyatu (satu titik cahaya saja) itu tidak tepat, dan bisa juga disebabkan karena pada saat melihat dan menghitung pola gelap terangnya tidak teliti, sehingga menyebabkan perbedaan panjang gelombang yang bervariasi nilainya dan terdapat selisih sedikit dengan panjang gelombang yang di literature. J. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Kesimpulan dari percobaan ini adalah: 1. Hasil pengamatan pada Δl adalah berturut-turut 5 x 10-3 mm, 10 x10-3 mm, 15 x10-3 mm, 20 x10-3 mm, dan 25 x 10-3 mm. 2. Hasil perhitungan pada panjang gelombang adalah λ1 = 588 nm, λ2 = 588 nm, λ3 = 612 n, λ4 = 615 nm dan λ5 = 625 nm. 3. Setiap pergeseran selalu melibatkan pola gelap dan terangnya. b. Saran Disarankan untuk lebih teliti dalam mengkalibrasi dan menghitung pola gelap terangnya dan juga harus lebih sabar.