bab 2 tinjauan pustaka

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ketertarikan masyarakat terhadap obat alami semakin meningkat karena
berkembangnya kepercayaan bahwa obat alami lebih sehat dan sedikit
menimbulkan efek samping daripada obat sintesis. Saat ini terjadi peningkatan
industri tanaman obat karena ketertarikan terhadap tanaman obat meningkat.
Kehadiran senyawa biologis aktif dalam minyak volatil jintan hitam (Nigella
sativa) telah menyoroti penggunaan obat tradisional tersebut. Biji jintan hitam
telah digunakan di Timur Tengah sebagai obat alami untuk berbagai penyakit
selama lebih dari 2000 tahun. Banyak senyawa aktif yang telah diisolasi dari biji
Nigella sativa termasuk timoquinon yang menunjukkan aktivitas anti bakteri dan
anti jamur (Kamel et al. 2011).
2.1 Morfologi Jintan Hitam (Nigella sativa)
Jintan hitam atau yang dikenal dengan nama black cumin (Nigella sativa)
merupakan tanaman asli Eropa Selatan dan banyak ditemukan di India. Tanaman
jintan hitam merupakan jenis tanaman rempah yang tergolong dalam famili
Ranunculaceae. Tanaman ini ditumbuhkan di berbagai daerah di dunia, khususnya
di negara-negara Timur Tengah (Nergiz dan Ötles 1993).
Klasifikasi jintan hitam (Hutapea 1994) :
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Ranunculales
Suku
: Ranunculaceae
Marga
: Nigella
Jenis
: Nigella sativa
Gambar 1 Tanaman dan biji jintan hitam.
(sumber: Vobiscum 2011).
5
Tanaman jintan hitam merupakan tanaman semak dengan ketinggian lebih
kurang 30 cm. Ekologi dan penyebaran tanaman ini tumbuh mulai dari daerah
Levant (Mediterania) ke arah timur Samudra Indonesia sebagai gulma semusim
dengan keanekaragaman yang kecil. Budidaya perbanyakan tanaman dilakukan
dengan biji. Batang jintan hitam berwarna hijau kemerahan, tegak, lunak, beralur,
berusuk dan berbulu kasar, rapat atau jarang, dan disertai dengan adanya bulubulu yang berkelenjar. Akar tanaman ini termasuk akar tunggang dan berwarna
coklat. Daunnya berbentuk daun lanset garis (lonjong), panjang 1.5-2 cm.
Daunnya tunggal dengan ujung dan pangkal yang runcing, tepi beringgit dan
berwarna hijau. Pertulangan daun menyirip dengan tiga tulang daun yang berbulu
(Hutapea 1994).
Jintan hitam memiliki kelopak bunga kecil, berjumlah lima, berbentuk
bundar telur, ujungnya agak meruncing sampai agak tumpul, pangkal mengecil
membentuk sudut yang pendek dan besar (Gambar 1). Tanaman ini memiliki
bunga majemuk dan berbentuk karang. Benang sari jintan hitam jumlahnya
banyak, kepala sari jorong dan sedikit tajam, berwarna kuning serta tangkai sari
berwarna kuning. Buah jintan hitam seperti polong, bulat panjang, dan coklat
kehitaman. Bijinya kecil, bulat, hitam, jorong bersusut tiga tidak beraturan, sedikit
berbentuk kerucut, panjang 3 mm, dan berkelenjar (Hutapea 1994) (Gambar 2).
Gambar 2 Biji jintan hitam (sumber: Paarakh 2010).
6
2.2 Kandungan Bahan Aktif Jintan Hitam
Biji dan daun jintan hitam mengandung saponin, polifenol, minyak atsiri,
minyak lemak, melantin (saponin), nigelin (zat pahit), nigelon, dan timoquinon.
Kandungan biji jintan hitam lainnya, yaitu ditimoquinon, timol, carvacrol,
nigelicine, nigelidine, nigelimine-N-oxide, dan alpha-hedrin. Komposisi biji jintan
hitam disajikan pada Tabel 1. Biji jintan hitam juga mengandung logam yang
berjumlah sekitar 1510.8 mg per 100 g biji. Kandungan logam biji jintan hitam
tersaji pada Tabel 2.
Tabel 1 Komposisi biji jintan hitam
Komposisi
Jumlah (mg/100g)
Air (moisture)
6.4 ± 0.15
Lemak
32.0 ± 0.54
Serat Kasar
6.6 ± 0.69
Protein
20.2 ± 0.82
Abu
4.0 ± 0.29
Karbohidrat
37.4 ± 0.87
Sumber : (Nergiz dan Ötles 1993)
Tabel 2 Kandungan logam dalam biji jintan hitam
Komposisi
Kalsium
Jumlah (mg/100g)
188.0 ±
1.50
57.5 ±
0.50
85.3 ±
1180.0 ±
16.07
10.00
Besi
Natrium
Kalium
Sumber : (Nergiz dan Ötles 1993)
Komposisi asam lemak biji jintan hitam juga cukup beragam. Biji jintan
hitam mengandung asam lemak tak jenuh dan asam lemak esensial, yaitu asam
linoleat dan asam linolenat. Secara lengkap komposisi asam lemak dan sterol biji
jintan hitam tersaji pada Tabel 3.
7
Tabel 3 Komposisi asam lemak dan sterol biji jintan hitam
Asam lemak
Miristat (C14:0)
Palmitat (C16:0)
Stearat (C18:0)
Oleat (C18:1)
Linoleat (C18:2)
Arakhidat (C20:0)
Eicosadienoat
Jumlah (mg/100g)
1.2 ± 0.04
11.4 ± 1.00
2.9 ± 0.24
21.9 ± 1.00
60.8 ± 2.67
Sedikit
1.7 ± 0.11
Sterol
Campesterol
Stigmasterol
β-sitosterol
Jumlah (mg/100g)
11.9 ± 0.99
18.6 ± 1.52
69.4 ± 2.78
Sumber : (Nergiz dan Ötles 1993)
Kandungan tokoferol dan polifenol dalam biji jintan hitam menunjukkan
adanya senyawa fenolik yang merupakan faktor utama yang berkhasiat sebagai
obat dan zat pembentuk rasa. Kandungan tokoferol dan polifenol dari minyak biji
jintan hitam tersaji pada Tabel 4. Biji jintan hitam dapat direkomendasikan
sebagai makanan tambahan yang cukup bergizi. Kandungan vitamin biji jintan
hitam tersaji pada Tabel 5.
Tabel 4 Kandungan tokoferol dan polifenol minyak biji jintan hitam
Komposisi
Jumlah (mg/100g)
Total tokoferol
340 ± 8.66
Alfa-tokoferol
40 ± 10.00
Beta-tokoferol
50 ± 15.00
Gamma-tokoferol
250 ± 13.00
Total polifenol
1 744 ± 10.60
Sumber : (Nergiz dan Ötles 1993)
Tabel 5 Komposisi vitamin dalam biji jintan hitam
Vitamin
(mg/100g)
B1 (Thiamin)
831 ± 11.36
B2 (Riboflavin)
63 ± 3.32
B6 (Pyridoxin)
789 ± 8.89
PP (Niasin)
6 311 ± 16.52
Asam Folat
42 ± 4.58
Sumber : (Nergiz dan Ötles 1993)
8
Selain komposisi kimia dan kandungan komponen aktif yang beragam,
kandungan gizi jintan hitam cukup tinggi. Hal tersebut dilihat berdasarkan
kandungan asam amino dan asam lemaknya. Jintan hitam mengandung delapan
jenis dari sepuluh asam amino esensial dan tujuh jenis dari sepuluh asam amino
non esensial. Komposisi asam amino biji jintan hitam tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6 Persentase komposisi asam amino dalam biji jintan hitam
Asam amino
Alanin
Valin
Glisin
Isoleusin
Leusin
Prolin
Treonin
(mg/100g)
3.77
3.06
4.17
4.03
10.88
5.34
1.23
Asam amino
Serin
Asam aspartat
Metionin
Fenilalanin
Asam glutamat
Tirosin
Lisin
Arganin
(mg/100g)
1.98
5.02
6.16
7.93
13.21
6.08
7.62
19.52
Sumber : (Babayan et al. 2006)
2.3 Manfaat Jintan Hitam (Nigella sativa) dalam Penelitian
Jintan hitam umumnya digunakan di Timur Tengah sebagai obat tradisional
untuk memperbaiki berbagai kondisi kesehatan manusia. Biji jintan hitam
biasanya ditambahkan pada makanan tradisional dan dicampur dengan roti
ataupun madu sebagai pemberi cita rasa (Al-Saleh et al. 2006). Biji jintan hitam
berkhasiat sebagai anthelmintik. Biji jintan hitam juga berguna sebagai pelancar
ASI, peluruh gas dalam saluran pencernaan, pencegah muntah, pencahar, pengelat
dan pengobatan pasca persalinan (Hutapea 1994). Menurut Achyad dan Rasyidah
(2000), kandungan biji jintan hitam antara lain minyak atsiri, minyak lemak,
melantin (saponin), zat pahit nigelin, nigelon, dan timoquinon. Minyak atsiri pada
umumnya bersifat anti bakteri, anti peradangan, dan dapat menghangatkan perut.
Minyak biji jintan hitam (Nigella sativa) mengandung sejumlah bahan kimiawi
yang mempunyai aktivitas sebagai anti alergi, anti asma, anti inflamasi, anti
prostaglandin dan anti histamin (Subiyanto dan Diding 2008).
.
9
Gambar 3 Ekstrak minyak jintan hitam komersial.
Hasil penelitian pada Cancer and Immuno Biological Laboratory
mengemukakan jintan hitam dapat menstimulasi sumsum tulang dan sel imun,
produksi interferon, melindungi sel normal dari perusakan sel oleh virus,
menghancurkan sel tumor dan memproduksi sel B sehingga meningkatkan jumlah
antibodi. Jintan hitam juga baik dikonsumsi oleh orang yang sehat karena jintan
hitam mengikat radikal bebas dan menghilangkannya. Selain itu jintan hitam
mengandung beta-carotene yang dikenal dapat menghancurkan sel karsinogenik.
Biji jintan hitam kaya akan sterol khususnya betasterol yang dikenal mempunyai
aktivitas anti karsinogenik (CCR 2000).
Menurut Houghton dan Zarka (1995) timoquinon yang terkandung dalam
minyak
Nigella
sativa
dapat
menghambat
jalur
siklooksigenase
dan
lipooksigenase dari metabolisme arakhidonat. Lipooksigenase dapat mengatalisis
pembentukan leukotrienes dari asam arakhidonat yang berfungsi sebagai mediator
dari alergi dan peradangan. Siklooksigenase adalah enzim yang pertama dalam
metabolisme siklooksigenase yang dihasilkan dari asam arakhidonat yang
akhirnya menghasilkan prostaglandin dan trombosit. Prostaglandin juga
merupakan
mediator
peradangan.
Timoquinon
juga
dapat
menghambat
peroksidasi non enzimatis. Asam lemak tidak jenuh yang tidak lazim yang mirip
dengan asam arakhidonat juga berperan dalam penghambatan substrat. Hal ini
dapat mendukung fakta bahwa minyak Nigella sativa dapat melawan rematik dan
peradangan (El-Dakhakhny et al. 2002).
10
2.4 Madu
Manfaat madu yang sangat banyak bagi kesehatan menyebabkan
penggunaannya sangat beragam. Salah satu pemanfaatan madu adalah dengan
menambahkan atau mencampurkan herbal yang memiliki khasiat tertentu seperti
memelihara kesehatan, mengobati penyakit, dan perawatan tubuh. Tanaman yang
sering dipakai sebagai campuran madu herbal antara lain adas, bawang putih,
asam jawa, ciplukan, belimbing wuluh, kayu manis, kapulaga, teh, sirih, cengkeh,
jahe, jeruk nipis, mengkudu, dan jintan hitam (Suranto 2004).
Madu adalah sari nektar bunga yang dihisap oleh lebah dan dikumpulkan
dalam sarangnya untuk lebah ratunya. Madu sebagai zat manis yang dihasilkan
oleh lebah madu, berasal dari nektar bunga yang berkembang atau dari sekresi
tanaman yang dikumpulkan oleh lebah. Nektar kemudian diubah bentuk dan
dikombinasikan dengan zat khusus yang ada pada tubuh lebah, selanjutnya
disimpan hingga masak di dalam ruang penghasil madu di dalam sarang lebah.
Karakteristik madu secara umum adalah manis sedikit asam, kental, dan berwarna
kuning coklat. Karakteristik ini dipengaruhi oleh jenis nektar yang dihisap oleh
lebah penghisap madu. Nektar adalah cairan yang kandungan utamanya terdiri
dari berbagai macam gula. Senyawa lain adalah senyawa bernitrogen, mineral,
vitamin, asam organik, pigmen, dan sedikit zat beraroma.
Madu memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Madu mengandung
berbagai jenis gula, yaitu monosakarida, disakarida dan trisakarida. Monosakarida
terdiri atas glukosa dan fruktosa sekitar 70%, disakarida, yaitu maltosa sekitar 7%
dan sukrosa antara 1-3%, sedangkan trisakarida antara 1-5%. Dalam madu juga
terdapat banyak kandungan asam amino, vitamin, mineral, enzim serta serat.
Asam amino yang terdapat dalam madu berjumlah 18 jenis. Vitamin dalam madu
berupa thiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, folat, vitamin B6, B12, C, A,
D, E dan vitamin K. Enzim yang terkandung dalam madu antara lain enzim
invertase, amilase atau diastase, glukosa oksidase, katalase, dan asam fosfatase.
Madu mengandung sekitar 15 jenis asam sehingga pH madu sekitar 3,9
(Tirtawinata 2006). Semua enzim dalam madu berguna untuk metabolisme tubuh.
Madu memiliki kandungan gula berupa fruktosa dan glukosa, kandungan
karbohidrat yang tinggi tetapi rendah lemak (Suranto 2004).
11
Manfaat madu bagi kesehatan, yaitu menghasilkan energi, meningkatkan
daya tahan tubuh, dan stamina tubuh. Madu dapat mengatasi penyakit lambung,
radang usus, jantung, dan hipertensi. Manfaat madu lainnya, yaitu mengobati
penyakit tuberkulosis, sakit mata, tekanan darah rendah, penyakit liver, impotensi,
dan penyakit infeksi saluran kemih. Karakteristik madu yang kental dan sedikit
asam membuat madu memiliki daya simpan yang cukup lama. Menurut
Tirtawinata (2006) madu memiliki kadar pH 3.9. Nilai pH yang cukup rendah ini
tidak terasa saat madu dikonsumsi karena rasa asam ini tertutupi oleh rasa manis
madu. Jumlah mineral Fe dalam madu dapat meningkatkan jumlah eritrosit dan
kadar hemoglobin dalam darah. Madu mengandung energi rata-rata 326 Kkal per
100 g, terutama merupakan kontribusi dari gula. Selain mengandung gula yang
memberikan rasa manis, madu mengandung vitamin B, C, K, antibiotik, dan
enzim yang berasal dari lebah saat mengekstrak madu (Suranto 2004).
Gambar 4 Ekstrak minyak jintan hitam kombinasi madu komersial.
Campuran antara madu dan rempah-rempah disebut madu herbal. Madu
dengan penambahan herbal dapat bermacam-macam sesuai jenis maupun olahan
herbal yang ditambahkan pada madu. Pembuatan madu herbal dapat bermanfaat
dalam menambah manfaat madu, memberikan keragaman produk madu dan
rempah-rempah yang selama ini masih terbatas, serta mengembangkan produk
madu herbal sebagai pemanis alami yang memiliki sifat dan fungsi tertentu.
Rempah-rempah dicampurkan dalam bentuk ekstrak airnya pada pembuatan madu
herbal (Suranto 2004).
12
2.5 Mencit (Mus musculus)
Hewan percobaan atau hewan laboratorium, yaitu semua jenis hewan
dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan sebagai salah satu sarana dalam
kegiatan penelitian biologi dan kedokteran. Hewan percobaan adalah hewan yang
sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna
mempelajari dan mengembangkan berbagai bidang ilmu dan skala penelitian serta
pengamatan laboratorik. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah
memenuhi persyaratan tertentu seperti genetis atau keturunan, lingkungan yang
memadai dalam pengelolaannnya, faktor ekonomi, mudah tidaknya diperoleh, dan
mampu memberikan reaksi biologis (Malole dan Pramono 1989).
Mencit adalah hewan pengerat (rodensia) yang cepat berkembang biak,
mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat
anatomis dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik (Malole dan Pramono
1989). Mencit termasuk ordo rodensia, memiliki sepasang gigi seri yang
berbentuk pahat, sangat tajam, dan senantiasa tumbuh terus (Sigit 2004).
Sistem taksonomi mencit menurut Besselsen (2004):
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Mamalia
Subkelas
: Theria
Ordo
: Rodensia
Suborder
: Sciurognathi
Famili
: Muridae
Subfamili
: Murinae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus musculus
Gambar 5 Mencit (Mus musculus).
(Sumber: Raslytetebano 2011).
Data biologis mencit diantaranya memiliki berat lahir pada mencit berkisar
0.5-1.0 g. Lama hidup mencit sekitar 1-3 tahun, dapat mencapai 3 tahun. Usia
mencapai pubertas mencit dewasa 35 hari. Saat mencapai dewasa, berat tubuh
mencit jantan dapat mencapai 20-40 g, sedangkan pada betina hanya 18-35 g.
13
Suhu tubuh mencit sekitar 35-39ºC. Lama kebuntingan mencit adalah 19-21 hari.
Jumlah anak yang dilahirkan berkisar 6-15 ekor. Aktivitas hewan ini lebih banyak
di malam hari karena termasuk hewan nokturnal. Indera penciumannya sangat
peka untuk mendeteksi pakan, predator, dan signal (feromon). Penglihatan mencit
jelek karena sedikit sel conus sehingga tidak dapat membedakan warna. Mencit
merupakan
hewan
yang
hidup
soliter
atau
berkelompok (Smith
dan
Mangkoewidjojo 1988).
2.6 Lambung dan Usus Mencit (Mus musculus)
2.6.1 Lambung
Sistem pencernaan pada vertebrata terdiri atas dua bagian besar, yaitu
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan umumnya
berupa kelenjar mukosa, hati, dan pankreas. Sistem pencernaan pada hewanhewan vertebrata dibangun oleh pembuluh-pembuluh yang sifatnya sangat
muskuler. Sistem pencernaan dimulai dari bagian mulut sampai ke anus. Adapun
organ-organnya adalah rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus
(duodenum, jejunum, dan ileum), usus besar yang terdiri atas kolon dan rektum,
serta usus buntu yang pertumbuhannya rudimenter pada sebagian hewan (Ganong
2005). Fungsi motorik lambung, yaitu penyimpanan sejumlah besar makanan
sampai makanan dapat diproses di dalam duodenum. Pencampuran makanan ini
dibantu dengan sekresi dari lambung sampai membentuk suatu campuran setengah
cair yang disebut kimus. Fungsi pengosongan makanan dengan lambat dari
lambung ke dalam usus halus pada kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
absorpsi yang tepat oleh usus halus (Guyton dan Hall 1997).
Secara histologi lambung terdiri dari beberapa bagian, yaitu mukosa,
kelenjar lambung, dan tunika muskularis. Membran mukosa lambung membentuk
lipatan longitudinal yang disebut rugae dan terdiri atas 3 komponen, yaitu
epitelium, lamina propia, dan muskularis mukosa. Kelenjar lambung berbentuk
sederhana dan bertipe tubular, serta mengandung berbagai jenis sel, yaitu sel
parietal, sel utama (Chief cell), dan sel lendir leher (mucous neck cell). Sel parietal
dapat ditemukan di daerah mukosa yang mengelompok di daerah proksimal
kelenjar dan menghasilkan sekreta asam klorida (HCl) (Gartner dan Hiatt 2001).
14
Gambar 6 Histologi lambung secara 3 dimensi (sumber: NIPHE 2011).
SP
SC
Gambar 7 Sel parietal dan sel chief dengan pewarnaan HE. Keterangan (SP) sel
parietal (SC) dan sel chief (sumber: SAHB 2009).
15
Sel utama (Chief cell) melapisi bagian bawah kelenjar lambung dan
mengeluarkan enzim pepsinogen yang merupakan prekursor dari enzim
pencernaan pepsin. Sel lendir leher terletak menyebar diantara sel-sel parietal
pada bagian leher kelenjar dan berfungsi mensekresi mukus di permukaan. Tunika
muskularis terdiri dari tiga lapisan otot. Lapisan dalam berupa lapisan otot miring,
lapisan tengah berupa lapisan otot sirkuler, dan lapisan luar berupa lapisan otot
longitudinal (Gartner dan Hiatt 2001).
2.6.2 Usus Halus
Intestinum merupakan salah satu organ sistem pencernaan. Fungsi utama
saluran pencernaan, yaitu mencerna dan memecah makanan menjadi lebih kecil
dan sederhana sehingga dapat diserap oleh sirkulasi tubuh guna menunjang
kehidupan organisme. Secara makroskopis usus halus dibagi menjadi duodenum,
jejunum, dan ileum. Ketiga bagian ini pada dasarnya mempunyai struktur
histologi yang hampir sama. Lapisan-lapisan penyusun dinding usus halus mulai
dari dalam ke luar lumen usus terdiri dari tunika mukosa, tunika submukosa,
tunika muskularis, dan tunika serosa (Frappier 2006). Histologi lapisan-lapisan
penyusun dinding usus halus dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Histologi duodenum dengan pewarnaan HE. Keterangan (1) tunika
mukosa, (2) tunika submukosa, (3) tunika muskularis, (4) tunika
serosa, (5) vili, (6) kripta pada mukosa, (7) kelenjar Brunner pada
submukosa (sumber: Gunin 2000).
16
Mukosa duodenum terdiri atas beberapa lapisan, yaitu epitelium, lamina
propia, dan muskularis mukosa. Epitel duodenum merupakan epitel silindris
sebaris yang terdiri dari beberapa sel, yaitu sel penyerap, sel goblet, dan sel DNES
(Diffuse Neuroendocrine System). Sel penyerap mengandung beberapa enzim
seperti alkalin posphatase, ATPase, maltase, dan amino peptidase. Sel goblet
terletak menyebar diantara sel penyerap dan sel ini membuat musinogen yang
merupakan komponen mukus lapisan pelindung lumen. Sel DNES memproduksi
hormon parakrin dan endokrin (Gartner dan Hiatt 2001). Lamina propia terdiri
atas jaringan ikat retikular dan fibroplastik yang longgar dan kaya pembuluh
darah, saraf, maupun otot licin. Pencernaan di usus halus ditunjang oleh vili. Vili
merupakan penjuluran mukosa yang berbentuk jari dan merupakan ciri khas usus
halus. Tinggi vili ini bervariasi tergantung pada daerah dan jenis hewannya.
Panjang vili usus halus pada mencit neonatus lebih pendek dibandingkan mencit
dewasa (Shackelford dan Elwell 1999).
Gambar 9 Sel goblet pada duodenum tikus dengan pewarnaan HE
(sumber: SAHB 2009).
Submukosa duodenum terdiri dari kelenjar Brunners yang mensekresikan
lendir. Selain itu ditemukan pula serabut-serabut saraf dan sel ganglion yang
disebut pleksus submukosa atau pleksus Meissner. Pleksus ini berperan dalam
pengaturan sekresi dan aliran darah serta membantu beberapa fungsi sensorik
17
seperti menerima sinyal-sinyal terutama dari epitel usus dan dari reseptor
regangan di dalam dinding usus (Guyton dan Hall 1997). Tunika muskularis dari
duodenum terdiri dari lapis eksterna longitudinal dan lapis interna sirkular yang
memiliki serabut otot halus berbentuk sirkuler. Diantara kedua lapis tersebut
terdapat pleksus saraf parasimpatis yang disebut plexus Auerbach’s. Suplai darah
untuk usus halus diberikan melalui cabang-cabang dari arteri mesenterica celiaca
dan cranialis yang menembus tunika muskularis kemudian tunika submukosa.
Lapisan terluar usus halus atau tunika serosa merupakan suatu lapisan jaringan
penyambung yang tertutup mesotel (Frappier 2006).
Download