BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep-diri 1. Pengertian Konsep

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep-diri
1. Pengertian Konsep-Diri
Menurut Hurlock (1999) konsep-diri merupakan pandangan individu
mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua
komponen, yaitu konsep-diri yang sebenarnya dan konsep-diri yang ideal.
Konsep-diri yang sebenarnya merupakan gambaran mengenai diri individu,
sedangkan konsep-diri yang ideal merupakan gambaran individu mengenai
diri sebagaimana yang diinginkan individu tersebut.
Menurut Stuart dan Sudeen (1998), konsep-diri merupakan informasi
yan dimiliki individu yang berasal dari keyakinan, hasil pemikiran, pendapat,
dan prinsip individu yang kemudian akan berdampak pada individu saat
berhubungaan dengan oranglain. Menurut Burns (1993), konsep-diri adalah
bagaimana cara individu bersikap sesuai dengan kepercayaan individu
terhadap diri sendiri. Terakhir, menurut Calhoun dan Acocella (1990),
konsep-diri adalah keadaan pikiran individu yang berasal dari informasi yang
dimiliki individu mengenai dirinya, keyakinan individu terhadap dirinya, dan
penilaian individu terhadap dirinya sendiri.
Ada dua tipe konsep-diri yaitu konsep-diri positif dan negatif (Benner,
1985). Konsep-diri yang positif akan memungkinkan seseorang untuk bisa
bertahan menghadapi masalah yang akan dihadapinya, menjadi lebih percaya
diri, keren, berharga dan bangga pada diri mereka sendiri sehingga padangan
diri mereka terhadap mereka sendiri menjadi lebih positif dan akan membawa
dampak positif juga bagi orang lain disekitar individu. Sebaliknya, konsepdiri yang negatif merupakan penilaian yang negatif mengenai diri sendiri,
individu menilai dirinya sebagai figur yang mengecewakan. Penilaian yang
negatif individu terhadap diri sendiri akan cenderung menjadikan individu
menolak dirinya sendiri, sehingga individu akan lebih sering kurang percaya
diri, menjadi rendah diri dan merasa tidak mampu terhadap dirinya sendiri.
Penolakan diri juga dapat memicu munculnya sikap agresif dan perilaku
negatif, sehingga individu menjadi tertutup dan kurang tertarik untuk
menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Efek dari konsep-diri yang
negatif ini akan mempengaruhi hubungan interpersonal maupun fungsi
mental lainnya bagi individu. Konsep-diri ini penting dalam menentukan
perilaku seseorang di lingkungannya sehingga mengharapkan seseorang
memiliki penilaian positif mengenai dirinya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, konsep-diri di dalam penelitian
ini didefinisikan sebagai pengetahuan individu mengenai dirinya sendiri baik
itu bersifat positif ataupun negatif, di mana itu berasal dari ide, pikiran atau
pandangan, dan kepercayaan yang diketahui individu mengenai dirinya dan
itu berpengaruh terhadap diri sendiri dan juga saat berhubungan dengan orang
lain.
2. Fungsi Konsep-diri
Menurut Felker (1974) ada tiga fungsi konsep-diri, yaitu :
a. Konsep-diri berfungsi sebagai penjaga keseimbangan dalam diri
seseorang. Setiap individu memiliki pandangan, ide, perasaan dan
persepsi yang bermacam-macam yang dapat menimbulkan
ketidakseimbangan dan ketidakstabilan, karena pandangan, ide,
perasaan, dan persepsi tersebut dapat (namun tidak selalu) saling
bertentangan
satu
dengan
lainnya,
yang
akhirnya
dapat
menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Konsep-diri
berfungsi sebagai penyeimbang di dalam diri individu sehubungan
dengan berbagai pertentangan pandangan, ide, perasaan, dan
persepsi yang dimiliki oleh individu. Misalnya, pandangan
individu mengenai dugem (dunia gemerlap) itu tidak baik, tapi
perasaannya mengatakan bahwa itu sebenarnya sah-sah saja
tergantung apa yang dilakukan, tapi persepsi individu pada dugem
sudah negatif. Pada saat inilah konsep-diri berperan sebagai
penyeimbangan di dalam individu untuk menyeimbangkan
pandangan, perasaan dan juga persepsinya sehingga individu dapat
berperilaku yang sesuai dengan dirinya.
b. Konsep-diri memberikan pengaruh dalam diri individu untuk
menginterpretasikan pengalamannya. Interpretasi yang diperoleh
individu dari pengalamanya itu tergantung dari bagaimana individu
memandang dirinya. Misalnya, individu mendapat kritikan dari
teman-temannya karena tidak cocok berpakaian. Apabila individu
memiliki konsep-diri yang positif, maka individu menjadikan
kritikan itu menjadi suatu yang membangun dirinya. Namun,
apabila konsep-diri yang dimiliki individu itu negatif, maka
kritikan itu justru membuat dia semakin tidak percaya diri.
c. Konsep-diri mempengaruhi harapan seseorang terhadap dirinya
dan ini bergantung dari bagaimana individu melihat dan
mempersepsikan dirinya. Misalnya, individu yang memiliki
konsep-diri yang positif cenderung memiliki rencana ke depan
yang
lebih
matang
dan
percaya
dapat
mewujudkannya
dibandingkan individu yang memiliki konsep-diri yang negatif,
yang cenderung tidak yakin dengan dirinya sendiri.
3. Faktor-faktor Penentu Konsep-diri
Faktor-faktor penentu konsep-diri menurut Calhoun dan Accocela
(1990):
a. Orang tua. Orang tua memberikan pengaruh yang paling kuat, itu
dikarenakan kontak sosial yang paling awal dialami manusia.
Orang tua memberikan informasi yang menetap tentang diri
individu, mereka juga menetapkan pengharapan bagi anaknya.
Orang tua juga mengajarkan anak bagaimana menilai diri sendiri.
John Bowlby (dalam Papalia, 2004) meyakini adanya ikatan
penting antara orangtua dan anak, mulai dari bayi, remaja hingga
dewasa, hubungan antara anak dan orangtua mempengaruhi anak
menjadi individu yang mendapatkan rasa tanggung jawab, interaksi
timbal balik, stimulasi, sikap yang positif, kehangatan, penerimaan,
dan dukungan emosional.
b. Teman sebaya. Kelompok teman sebaya menduduki tempat kedua
setelah orang tua terutama dalam mempengaruhi konsep-diri anak.
Setelah anak memasuki tahap remaja, maka para remaja lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman sebayanya
dan secara tidak langsung akan membentuk suatu perilaku pada
remaja itu sendiri, ditambah lagi karena para remaja mudah
terpengaruh dan sering melakukan berbeagai hal untuk mencari
identitas dirinya untuk dapat memberntuk konsep-diri. Misalnya,
individu yang tidak merokok berteman dengan orang-orang yang
merokok cenderung akan menjadi perokok juga.
c. Masyarakat. Individu tinggal dan besar di dalam suatu masyarakat
dan menjadi bagian di dalamnya. Sehingga masyarakat memiliki
harapan pada setiap individu yang menjadi bagian dari suatu
masyarakat dan harapan ini masuk ke dalam diri individu, di mana
individu akan berusaha melaksanakan dan mencapai harapan
tersebut. Misalnya, masyarakat yang memiliki ekspetasi tinggi
pada individu menjadikan individu juga memiliki eskpetasi tinggi
terhadap dirinya sendiri.
d. Hasil dari proses belajar. Belajar adalah merupakan hasil
perubahan permanen yang terjadi dalam diri individu akibat dari
pengalaman (Hilgard & Bower, dalam Calhoun & Acocella, 1990).
Setiap pengalaman yang dialami oleh individu, baik itu dari
lingkungan atau orang sekitar, akan memberikan individu suautu
pembelajaran bahkan dapat membentuk sesuatu di dalam ditri
individu itu sendiri. Pembentukan dan pembelajaran itu bisa
menjadi hal yang positif ataupun negatif, semua tergantung dari
individu. Misalnya, Individu yang belajar dari pengalaman dirinya
ataupun dari proses kehidupan yang dijalaninnya secara positif,
menjadikan individu memiliki konsep-diri yang baik.
4. Komponen Konsep-diri
Konsep diri dibentuk oleh beberapa komponen. Komponen konsep diri
tersebut dikemukakan oleh Stuart dan Sudeen (1991), yang terdiri dari :
a. Gambaran Diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan
tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat
ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan pengalaman baru setiap individu.
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berprilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian
personal tertentu.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.
d. Peran
Peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Peran yang
ditetapkan adalah perran dimana seseorang tidak punya pilihan,
sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau
dipilih oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi
merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok
dengan ideal diri.
e. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh.
B. Identitas PUNK
1. Definisi Identitas PUNK
Identitas PUNK di dalam penelitian ini merupakan salah satu
bentuk dari identitas sosial. Identitas sosial (social identity) adalah bagian
dari konsep-diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang
keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi
nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut (Tajfel & Tunner, 1979).
Identitas sosial berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa
bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu. Hogg dan Abram
(1990) menjelaskan identitas sosial sebagai rasa keterkaitan, peduli,
bangga atau tidak yang berasal dari pengetahuan seseorang di dalam
dirinya sebagai keanggotaanya dalam suatu kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai identitas sosial,
maka dapat disimpulkan identitas sosial adalah pengetahuan individu
mengenai dirinya yang diperoleh dari identitasnya dalam suatu kelompok
baik itu membuat dia merasa bangga atau tidak. Dengan begitu,
mengaplikasikan definisi identitas sosial tersebut pada afiliasi individu
terhadap komunitas PUNK, maka identitas PUNK di dalam penelitian ini
kami definisikan sebagai individu yang memperoleh pengetahuan
mengenai dirinya yang diperoleh dari identitas dia sebagai anggota dari
komunitas PUNK.
2. Komponen Identitas PUNK
Identitas sosial terdiri atas tiga komponen (Ellemerss, 1999), yaitu
komponen kognitif, evaluatif, dan emosional. Berhubung identitas PUNK,
merupakan varian dari identitas sosial, maka identitas PUNK juga
memiliki ketiga komponen tersebut:
a. Cognitive component. Kesadaran kognitif akan keanggotaannya
dalam
kelompok,
seperti
self-categorization.
Individu
mengkategorisasikan dirinya dengan kelompok tertentu yang akan
menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai
dengan keanggotaan kelompoknya (Ellemers, 1999). Komponen
ini juga berhubungan dengan self stereotyping yang menghasilkan
identitas pada diri individu dan anggota kelompok lain yang satu
kelompok dengannya. Self stereotyping dapat memunculkan
perilaku kelompok (Hogg, 2001). Dikaitkan dengan kelompok
PUNK, individu yang merupakan bagian dari kelompok PUNK,
secara otomatis telah mengkategorisasikan dirinya sebagai
PUNKers sehingga individu tersebut berperilaku seperti layaknya
PUNKers. Misalnya berpakaian serba hitam, model rambut
mowahk, mengenakan asesories (seperti gelang, cincin, anting, dll)
serba hitam, dan sepatu boot hitam. Dengan begitu individu
berperilaku sesuai dengan kelompoknya.
b. Evaluative component. Merupakan nilai positif atau negatif yang
dimiliki oleh individu terhadap keanggotaannya dalam kelompok,
seperti group self esteem. Evaluative component ini menekankan
pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap keanggotaan
kelompoknya (dalam Ellemers, 1999). Jika dikaitkan dengan
komunitas
PUNK,
individu
akan
mendapatkan
evaluative
component melalui keanggotaannya dalam komunitas PUNK.
c. Emotional component. Merupakan perasaan keterlibatan emosional
terhadap kelompok, seperti affective commitment. Emotional
component ini lebih menekankan pada seberapa besar perasaan
emosional yang dimiliki individu terhadap kelompoknya (affective
commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam
kelompok yang dievaluasi secara positif karena kelompok lebih
berkontribusi terhadap social identity yang positif. Hal ini
menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota kelompok
sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya
yang
kuat
terhadap
kelompoknya
walaupun
kelompoknya
diberikan karakteristik negatif (dalam Ellemers, 1999). Pada
individu
yang
berada
dalam
komunitas
PUNK,
individu
memperoleh komitmen diri pada komunitas PUNK yang ia miliki.
Sehingga individu merasa memiliki ikatan emosional mejandikan
individu cenderung menilai kelompok PUNK secara positif karena
kelompok PUNK memberikan kontribusi yang besar terhadap
identitas sosial individu.
C. PUNK
PUNK berasal dari Bahasa Inggris, yang merupakan singkatan dari
“Public United Not Kingdom”, yang berarti “kesatuan suatu masyarakat di
luar kerajaan”. Pada awalnya, di London-Inggris PUNK merupakan subbudaya yang dulunya adalah sebuah gerakan untuk menentang para elit politik
yang berkuasa di Inggris pada saat itu. Namun, PUNK juga dapat berarti jenis
musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an (Ronaldo, 2008). PUNK
selalu dikacaukan oleh golongan Skinhead yang merupakan golongan musik
rock yang pertama ada dan lebih mayoritas pada saat itu. Skinhead merupakan
sebuang gang fasis Jerman yang memiliki idiologi antisemit, cenderung
rasialis, dan cenderung meniru idiologi Nazi yang fasis sehingga anggota ini
tidak mendapat tempat secara luas pada generasi perkotaan Jerman. Perbedaan
ini sangat jelas antara kelompok Skinhead dan PUNK memiliki idiologi yang
berbeda (Havoe, 2001).
Akan tetapi pada tahun 1980-an, PUNK mulai menyebar di kawasan
Amerika, kelompok PUNK dan Skinhead bergabung dengan alasan memiliki
semangat yang sama. Pada awalnya pergerakan ini dikarenakan Amerika
mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dirimulkan oleh menurutnya
moral para tokoh politik sehingga meningkatkan jumlah pengangguran dan
kriminalitas dikalangan masyarakat merajalela. Dari sinilah PUNK berusaha
menyindir dengan cara mereka sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan
lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat dengann tempo cepat dan
menghentak. Banyak yang salah mengartikan PUNK, mereka menganggap
PUNK sebagai “glue sniffer” dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi
wabah penggunaan "lem berbau tajam" untuk mengganti bir yang tak terbeli
oleh mereka. Kemudian citra PUNK semakin buruk dikarenakan mereka
berkeliaran dijalanan dan melakukan tindakan kriminal. PUNK juga
merupakan sebuah gerakan perlawanan bagi anak muda yang berlandaskan
dari keyakinan "we can do it ourselves" (Hebdige, 2005).
Selain itu PUNK adalah merupakan bagian dari musik rock di mana
genre musik itu berasal dari musik rock and roll yang terlebih dahulu munvul
sebelum PUNK. Di mana pada akhirnya musik PUNK adalah musik yang
menjadi milik generasi muda yang memberontak terhadap segala bentuk
“kemapanan”. Sejarah PUNK terbagi atas beberapa generasi, ciri khas PUNK,
gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kaum PUNK dan sebagainya. Memasuki
tahun 1960-an, PUNK, muncul sebagai suatu aliran musik baru. Masa itu
PUNK
sudah
menjadi
sebuah
sub-genre
dari
musik
rock.
Ciri
pemberontakannya semakin tampak dan segala rupa aksi panggung yang ugalugalan, mulai muncul seiring berkembangnya musik PUNK (Hebdige, 2005).
Sekumpulan orang-orang hidup di jalanan berambut warna-warni
dengan gaya mohawk dan berdiri tegak, mengenakan jaket kulit hitam, sepatu
boots, celana ketat, badan bertato, dengan asesoris seperti rantai, gembok,
gelang hitam karet (spike) dan juga anting-anting tindik di hidung dan telinga.
Fashion yang seperti ini dikenal dengan komunitas PUNK. Fashion ini salah
satu modernisasi kebudayaan yang berada di Indonesia, salah satunya ada di
kota Medan. Komunitas PUNK yang anggotanya diduduki oleh kaum muda
ini lebih dikenal dengan pengekspresian diri secara bebas, baik itu free sex,
nongkrong di jalanan, minum-minuman beralkohol, mengamen, dan berbagai
bentuk kehidupan bebas lainnya.
D. Identitas PUNK dan Konsep-diri
Identitas dapat berasal dari berbagai aspek seperti etnis, kebangsaan,
kelas sosial, jenis kelamin, seksualitas, dan juga komunitas. Berbagai aspek
tersebut muncul dalam individu sehingga terkadang memicu konflik dan
membuat krisis identitas, di mana identitas memberi gagasan tentang siapa diri
seseorang (Hogg, 1990). Ini cenderung terjadi pada para remaja yang mencari
jati diri sehingga mudah mengalami krisis identitas. Salah satu pembentuk
identitas didapat dari identitas sosial individu. Keanggotaan dalam suatu
kelompok dan peran dalam kelompok merupakan unsur yang penting dalam
identitas sosial. Kelompok menjadi suatu hal yang penting bagi seorang
remaja ataupun kaum muda, di mana memiliki teman di lingkungannya dalam
suatu regu dan kelompok. Mereka akan merasa nyaman ketika berada dengan
sahabat ataupun kelompok mereka dan mereka akan kesepian tanpa sahabat
ataupun teman kelompoknya. Remaja akan merasa lebih dekat dengan teman
daripada dengan orangtua karena pada saat itu remaja lebih banyak berbagi
pengalaman dan perhatiannya pada teman sebaya.
Identitas sosial merupakan pengetahuan individu tentang dirinya baik
itu nilai-nilai, emosional ataupun kognitif yang berasal dari keanggatoaan
individu di dalam suatu kelompok (Tajfel & Tunner, 1979). Identitas yang
dimiliki oleh anggota kelompok PUNK diperoleh dari identitas sosial mereka
yang terbentuk karena komunitas PUNK. Keterkaitan, kepedulian, saling
percaya dan juga kebanggan yang mereka miliki berasal dari komunitas
PUNK yang kemudian menjadi identitas PUNK di dalam diri mereka.
Identitas sosial merupakan bagian dari konsep-diri yang dimiliki individu,
oleh karena itu identitas PUNK mempengaruhi konsep-diri individu. Secara
tidak langsung, gambaran diri, pengetahuan, gaya hidup para anggota
komunitas PUNK telah menjadi bagian konsep-diri individu. Melalui identitas
PUNK individu memiliki konsep-dirinya sendiri baik itu konsep-diri yang
negatif ataupun yang positif semua tergantung bagaimana komunitas itu
berpengaruh bagi individu dan juga bagaimana individu menganggap
komunitas itu sangat mempengaruhi konsep-dirinya. Konsep-diri sangat
penting dalam kehidupan setiap individu, karena melalui konsep-dirilah
individu memandang dirinya, menilai dirinya, pikiran dan perasaanya
terbentuk dan itu juga akan menentukan bagaimana individu berperilaku.
Konsep-diri seseorang dinyatakan dan terlihat melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang
memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan dia
sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut
kemudian membantu pembentukan konsep-diri pada individu.
Perasaan seseorang bahwa ia memiliki gaya hidup yang berbeda di
tengah masyarakat yang tidak menyukai, berpandangan negatif dan
menganggap mereka berbahaya bagi masyarakat, juga akan membentuk
konsep-diri. Individu akan berusaha melihat diri mereka terhadap orang lain
yang memiliki perbedaan kecil atau yang serupa dengan mereka. Jika dilihat
dari perkembangan komunitas PUNK yang terus berkembang seiringnya
dengan perkembangan budaya yang dapat mempengaruhi budaya lain, dapat
dikatakan bahwa komunitas PUNK membawa pengaruh positif bagi para
anggotanya, dengan begitu identitas PUNK pada individu baik maka konsepdiri yang terbentuk menjadi lebih positif.
E. Kerangka Berpikir
Konsep-diri
Remaja
Komunitas
PUNK
Identitas
PUNK
Identitas
Sosial
Teman
Sebaya
hubungan
identitas PUNK
dengan
Konsep-diri
F. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka hipotesa
penelitian adalah: Ada hubungan antara konsep-diri dengan identitas PUNK
pada komunitas PUNK di Kota Medan. Di mana komponen dari identitas
PUNK, yaitu cognitive component (kesadaran kognitif), evaluative component
(nilai-nilai yang dimiliki individu) dan emotional component berhubungan
positif dengan konsep-diri pada komunitas PUNK di kota Medan. Semakin
tinggi hubungan antara komponen identitas PUNK dengan konsep-diri maka
konsep-diri yang dimiliki individu cenderung positif, begitu juga sebaliknya
apabila semakin rendah hubungan antara komponen identitas PUNK dengan
konsep-diri maka konsep-diri yang dimiliki akan cenderung negatif pada
anggota komunitas PUNK tersebut.
Download