18 2.2. Kerangka Pemikiran Earning Per Share adalah Rasio antara

advertisement
2.2. Kerangka Pemikiran
Earning Per Share adalah Rasio antara pendapatan setelah pajak dengan
jumlah saham yang beredar (Sawidji Widiatmojo, 2005:97). Earning Per Share
(EPS) sebagai ukuran profitabilitas perusahaan yang menjadi dasar penetapan
tujuan perusahaan dan juga sebagai dasar pertimbangan calon investor dalam
mengambil keputusan, memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya. Indikator
dari Earning Per Share dapat di hitung dengan menggunakan Laba bersih setelah
pajak dibagi oleh Jumlah saham yang beredar. Laba bersih adalah selisih antara
pendapatan dengan beban perusahaan baik operasional dan non operasional.
Jumlah saham beredar adalah jumlah saham yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan yang dimiliki oleh orang dalam dan investasi publik umum. Apabila
perusahaan mempunyai banyak aliran kas bebas, maka perusahaan cenderung
untuk meningkatkan penggunaan uang kas untuk keuntungan perusahaan atau
dengan kata lain perusahaan lebih memilih untuk melakukan investasi yang
mempunyai nilai positif. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang
saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per Share
(EPS) karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap
lembar saham biasa dan menggambarkan prospek perusahaan di masa depan.
Penelitian yang di lakukan Mita Maryati
(2012) dan Nela Noviasari
(2012), menunjukkan bahwa secara parsial variabel earning per share (EPS)
berpengaruh terhadap harga saham dan dividen per share (DPS) sangat
berpengaruh positif dan secara parsial terhadap harga saham. Begitupun menurut
hasil penelitian Siti Marfuatun dan Iin Indarti (2012),hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara earning per share terhadap harga
18
19
saham. Hal ini dikarenakan earning per share menunjukkan laba yang dihasilkan
oleh masing – masing saham yang beredar.
Dividen Per Share merupakan Total semua dividen tunai yang dibagikan
dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar (Tjiptono dan Hendy,
2001:130).
Perusahaan yang mampu memberikan dividen yang besar, harga
saham juga akan meningkat. Sebaliknya, perusahaan yang terus menerus tidak
membagikan dividennya maka harga saham juga akan menurun.
Indikator yang digunakan untuk mengukur
dividen per share adalah
dividen tunai dan Jumlah saham beredar. Dividen tunai merupakan salah satu
pembagian dividen yang paling sering dilakukan oleh perusahaan. Bagi perusahan
yang membayar dividen tentu akan mengurangi laba ditahan dan kas. Jumlah
saham beredar adalah jumlah saham yang telah dikeluarkan oleh perusahaan yang
dimiliki oleh orang dalam dan investasi publik umum. Dividen tunai menentukan
penempatan laba yaitu antara membayar kepada pemegang saham dan
menginvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Nilai dividen yang diukur
berdasarkan DPS juga bermanfaatkan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2008:143) harga saham adalah harga yang terjadi di
pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan
oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Ada
kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen,
dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Teori
tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dividen. Menurut
teori ini, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di
masa yang akan datang. Jika harga saham suatu perusahaan mengalami kenaikan
20
maka calon investor akan menilai bahwa suatu emiten tersebut dapat mengelola
perusahaan dengan baik sehingga akan menimbulkan kepercayaan calon investor
untuk menanamkan modalnya pada emiten tersebut semakin kuat. Semakin
banyak permintaan saham pada suatu emiten maka harga emiten tersebut
meningkat.
Berkaitan dengan pengaruh Earning Per Share terhadap Dividen Per
Share dengan penelitian yang didukung oleh Syamsuddin (2007) bahwa pada
umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham sangat tertarik akan earning
per share karena hal ini menggambarkan laba bersih perusahaan untuk setiap
lembar saham dan dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh
perusahaan maka laba bersih tentu saja akan mempengaruhi besarnya dividen.
Teori ini didukung dengan hasil kajian empirik dari Setiawati (2012)
menyebutkan earning per share berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap dividend per share, karena apabila Earning Per Share tinggi maka dalam
pembagian dividen pun akan tinggi karena dengan laba yang di dapatkannya
besar, sehingga perusahaan dapat membagikan dividen nya kepada para investor
,dan apabila Earning Per Share turun maka dividen juga akan turun bahkan
perusahaan pun tidak dapat membagikan laba nya kepada para investor karena
laba yang di peroleh nya sedikit.
Berkaitan dengan pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap harga saham
dikemukakan oleh Menurut Eduardus Tandelilin (2010:232), mengungkapkan
“Variabel keuangan yang dapat dijadikan sebagai komponen utama dalam analisis
fundamental adalah Earning per Share (EPS), karena terdapat hubungan antara
perubahan earning dengan perubahan harga saham”. Karena Earning Per Share
21
yang besar menunjukan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan
bersih yang besar dari setiap lembar sahamnya. Peningkatan EPS berarti juga
peningkatan taraf kemakmuran investor, hal ini mendorong investor untuk
menambah modal yang ditanamkan. Menurut Darmaji dan Hendi (2001 :149)
menyatakan : Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham
karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham, maka harga
saham cenderung naik.
Dividen Per Share merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga
saham, seperti yang dikemukakan oleh Ridwan S dan Inge (2003 :391 ), jika
pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen
akan menjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator kondisi
perusahaan yang akan datang maka mungkin bisa berdampak buruk terhadap
harga saham. Penurunan dividen akan menurunkan nilai pasar saham dan kondisi
yang sebaliknya kenaikan dividen akan meningkatkan nilai pasar saham. Dividen
Per Share menggambarkan besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang
akan didistribusikan kepada pemegang saham biasa. Semakin tinggi Dividen Per
Share menunjukan semakin tinggi jumlah rupiah per lembar saham yang diterima
oleh para pemegang saham.
Adapun hubungan Earning Per Share dengan Dividen Per Share Menurut
hasil penelitian Zulkifli Usman (2009) “Angka yang ditunjukkan dari Earning
Per Share inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan
yang menjual sahamnya ke masyarakat luas (go public) karena investor maupun
calon investor berpandangan bahwa Earning Per Share mengandung informasi
yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya Dividen Per Share
22
dan tingkat harga saham dikemudian hari, serta Earning Per Share juga relevan
untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividen”.
Peningkatan maupun penurunan Earning Per Share merupakan tolak ukur dari
pergerakan dividen. Penetapan dividen yang diperoleh mengharuskan pihak
perusahaan mengikuti perkembangan dari laba per lembar saham (Earning Per
Share). Mengamati penelitian di atas, terdapat pengaruh antara Earning per share
dengan Dividen Per Share. Perusahaan akan memiliki dividen yang besar apabila
mampu menghasilkan Earning Per Share yang tinggi. Selain itu, dengan Earning
per share yang semakin meningkat akan menarik investor untuk berinvestasi.
Earning per share yang semakin meningkat, akan memberikan gambaran
besarnya jumlah dividen yang akan diperoleh dari setiap saham yang dimiliki.
Hubungan Earning Per share dengan harga saham Menurut Tandelilin
(2001) “bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap
paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning
perusahaan di masa mendatang. Dengan itu terdapat hubungan yang signifikan
antara perubahan earning per share dan perubahan saham. Apabila EPS tinggi,
investor menganggap perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang
akan datang, karena investor percaya bahwa nilai suatu saham akan bergantung
pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setiap lembar saham.
Apabila EPS yang dihasilkan sesuai dengan harapan investor, maka keinginan
investor untuk menanamkan modalnya juga meningkat dan akan meningkatkan
harga saham seiring dengan tingginya permintaan akan saham.
23
Hubungan Dividen per share dengan harga saham.
Signalling theory
menyebutkan bahwa ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada
pengumuman kenaikan dividen dan harga saham akan turun jika ada pengumuman
penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang menyebutkan bahwa dividen itu
sendiri tidak menyebabkan kenaikan/penurunan harga saham, tetapi prospek
perusahaan yang ditunjukkan dengan meningkat/menurunnya dividen yang
dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori ini dikenal dengan
teori signal atau isi informasi dari dividen. (Information Content of Dividend).
Menurut teori ini, dividen mempunyai kandungan informasi yaitu prospek
perusahaan di masa mendatang. . Menurut Halim (2005) “Pengaruh penurunan
besarnya dividen yang dibayar dapat menjadi informasi yang kurang baik bagi
perusahaan karena dividen merupakan tanda tersedianya laba perusahaan dan
besarnya dividen yang dibayar sebagai informasi tingkat pertumbuhan laba saat
ini dan masa mendatang. Dengan anggapan tersebut, harga saham menjadi turun,
karena banyak pemegang saham akan menjual sahamnya
Sesuai dengan konsep dan teori di atas, Harga saham dapat dipengaruhi
diantaranya Earning Per Share dan Dividen Per Share Sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mita Maryati (2012), Fica Marcellyna (2012), Volanda Azis
Saleh (2012), Nurmala (2001), Gede Priana
(2009), Anggun Amelia Babar
(2010), Sumiati (2007), Nela Noviasari (2012), hasil penelitian Siti Marfuatun dan
Iin Indarti (2012), hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
antara earning per share terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan earning per
share menunjukkan laba yang dihasilkan oleh masing – masing saham yang
beredar. Dan dapat disimpulkan juga bahwa Earning Per Share (EPS) alat ukur
24
yang paling sering digunakan oleh perusahaan untuk dapat mengukur keberhasilan
dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan sehingga
dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Semakin tinggi EPS,
permintaan terhadap harga saham akan meningkat. Dengan meningkatnya
permintaan, akan menjadikan harga saham semakin tinggi dan Dividen Per Share
yang digunakan untuk mengukur berapa jumlah rupiah yang akan diberikan
kepada pemilik saham dari keuntungan dari setiap lembar saham dengan semakin
tinggi Dividen Per Share, maka permintaan atau minat terhadap saham akan
meningkat. Jika permintaan meningkat, harga saham juga akan meningkat,
Bambang (1995:269).
Semakin tinggi Earning Per Share dan Dividen Per Share yang dihasilkan
perusahaan, maka akan mengakibatkan semakin tinggi harapan investor untuk
mendapatkan keuntungan yang besar. Hal tersebut membuat permintan terhadap
saham semakin besar dan akan menjadikan naiknya harga saham.
Maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai
berikut: Harga saham (Y) dipengaruhi oleh Earning Per Share (X1), Dividen Per
Share (X2). Secara Sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:
25
Earning Per Share (EPS)
(X1)
Indikatornya:
- Laba Bersih
- Jumlah Saham Beredar
Harga Saham
(Y)
Indikatornya:
Harga Saham Penutupan
(Closing Price)
Dividend Per Share (DPS)
(X2)
Indikatornya:
- Dividend Tunai
- Jumlah Saham Beredar
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.
Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
2.
Earning Per Share (EPS) secara parsial signifikan berpengaruh terhadap
harga saham
3.
Dividen Per Share (DPS) secara parsial siginifikan berpengaruh terhadap
harga saham
Download