CONTRIBUTION OF PASSION AS A COMPONENT IN LOVE WITH ATTITUDE TO PREMARITAL SEX RELATIONS STUDENT AT THE FACULTY OF PSYCHOLOGY, UNIVERSITY GUNADARMA Pradifta Ardi Guntari Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Passion, Attitude toward premarital sex, Students ABSTRACT In ancient times, sex is only feasible discussed and performed by couples already married, but at the present time a lot of teenagers or children who are not married have sex and make them this was an ordinary thing only. Performed sex before marriage or premarital sex is a behavior that involves physical touch limbs between men and women who have reached the stage of an intimate relationship, which is usually done without going through the formal process of marriage by law or religion and belief of each individual. In general, individuals in particular teenage premarital sex because it is driven by a sense of affection and deep love for his woman. Passion is part of the component that contains the passion of love and passion. This study aims to determine the contribution of passion as a component of love in attitudes toward premarital sex relations student at the Faculty of Psychology, Gunadarma University. Based on research results can be concluded that there is no significant contribution from the passion in attitudes toward premarital sex relations student at the Faculty of Psychology, Gunadarma University. The role of passion in attitudes toward premarital sex was found only 1% while another 99% influenced by other factors. Then, this research also showed that the passion and attitude toward premarital sex students in middle category or average. KONTRIBUSI PASSION SEBAGAI KOMPONEN CINTA PADA SIKAP TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRANIKAH MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA PRADIFTA ARDI GUNTARI Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Pada zaman dahulu, seks hanya layak diperbincangkan dan dilakukan oleh pasangan-pasngan yang telah menikah, namun pada masa sekarang ini banyak sekali remaja-remaja atau anak-anak yang belum menikah sudah melakukan seks dan buat mereka hal ini adalah sebuah hal yang biasa-biasa saja. Seks yang dilakukan sebelum menikah atau seks pranikah ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masingmasing individu. Pada umumnya, individu khususnya remaja melakukan seks pranikah karena didorong oleh rasa sayang dan cinta yang mendalam pada pasangannya. Passion merupakan bagian dari komponen cinta yang berisi hasrat dan gairah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi passion sebagai komponen cinta pada sikap terhadap hubungan seks pranikah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Berdasarkam hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat kontribusi yang signifikan dari passion pada sikap terhadap hubungan seks pranikah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Peran passion pada sikap terhadap hubungan seks pranikah ditemukan hanya 1% sedangkan 99% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Kemudian dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa passion dan sikap terhadap hubungan seks pranikah mahasiswa berada pada kategori sedang atau rata-rata. Kata Kunci : Passion, Sikap terhadap Hubungan Seks Pranikah, Mahasiswa I. PENDAHULUAN hal A. LATAR BELAKANG kehamilan Akhir-akhir ini perilaku seksual ini menjadi induced penyebab sebelum aborsi. terjadi menikah Estimasi dan kejadian dikalangan remaja menjadi populer, hal aborsi pada perempuan belum kawin tersebut dengan berkisar antara 25-50 persen dari meningkatnya kasus kehamilan sebelum seluruh total kasus aborsi (Iswarati, menikah, perkawinan dini, melahirkan usia 2008). dapat dilihat muda, aborsi, bahkan penyakit menular Pakar seks juga spesialis obstetri seksual. Kehamilan sebelum menikah dan dan ginekologi, Nugraha (2006) di induced aborsi tidak hanya berdampak Jakarta mengungkapkan bahwa 16- negatif pada kesehatan remaja tetapi juga 20% dari remaja yang bekonsultasi menjadi yang padanya telah melakukan hubungan berkepanjangan. Pada zaman dahulu, seks seks pranikah. Jumlah kasus tersebut hanya dan cenderung meningkat setiap tahunnya. dilakukan oleh pasangan-pasangan yang Dari sekitar lima persen pada yahun telah menikah, namun pada masa sekarang 1980-an, menjadi dua puluh persen ini banyak sekali remaja dan anak-anak pada yang belum menikah sudah melakukan (www.solusisehat.net). Sementara itu hubungan seksual dan bagi mereka hal ini Dra. adalah sebuah hal yang biasa-biasa saja. psikolog Seks yang dilakukan sebelum menikah sekolah swasta di Jakarta, juga melihat atau seks pranikah ialah perilaku yang fenomena banyaknya pasangan remaja melibatkan sentuhan secara fisik anggota yang berhubungan dengan calo jasa badan antara pria dan wanita yang telah pengguguran kandungan di Jakarta mencapai pada tahap hubungan intim, Pusat yang biasanya dilakukan tanpa melalui pencegah kehamilan. masalah layak sosial diperbincangkan tahun Yulia dan dan S. 2000 Singgih konselor penggunaan Gunarsa, di sebuah obat-obat proses pernikahan yang resmi menurut Dalam suatu penelitian tentang hukum maupun menurut agama dan perilaku seks pranikah pada remaja, kepercayaan masing-masing individu (Bird 97,05 persen mahasiswi di Jogja & Keith, 1994). mengaku sudah tidak perawan. Mereka Perilaku seksual sebelum menikah juga mengaku melakukan kegiatan seks meningkat sejalan dengan modernisasi dan pranikah atau kehilangan virginitas globalisasi sosial saat ini. Umur pertama kali semasa kuliah. Penelitian ini dilakukan melakukan hubungan seksual juga menurun, terhadap 1.660 responden atau 83 persen dari target 2.000 responden. Sampel persen dari 474 remaja yang dijadikan penelitiannya berasal dari 16 perguruan sampel penelitian, ternyata mengaku tinggi di Jogja. Waktu penelitiannya pun telah melakukan hubungan seks tanpa cukup lama, mulai 16 Juli 1999 hingga 16 nikah (BPS, 2004). Juli 2002. Penelitian ini dilakukan oleh Setiap Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan kebudayaan (LSCK) serta Pusat Latihan Bisnis dan sendiri tentang hal-hal yang boleh atau Humaniora (LSCK Pusbih) (Jawa Pos, 2002). tidak boleh, yang baik atau tidak baik Hasil polling Sahara Indonesia Foundation, untuk dilakukan dalam pendekatan, menunjukkan bahwa kuantitas remaja yang pembicaraan dan perilaku seks. Hal ini melakukan seks pranikah sebanyak 38.288 – dipengaruhi 53.603 orang dari 765.762 remaja di pendidikan Kabupaten 2004). pelayanan kontrasepsi, konseling serta Dikatakan, seratus orang hamil dari dua ratus tindakan aborsi. Hal-hal seperti ini remaja putri pelaku seks (50% dari sampel), pada gilirannya juga akan berpengaruh dan sembilan puluh dari seratus remaja hamil pada skema kognisi masing-masing itu melakukan aborsi (90%). Survei LDFEUI individu dan NFCPB tahun 2004 terhadap remaja akhirnya mempengaruhi perilakunya berusia 15-24 tahun di dua puluh kabupaten (Metts, dalam Sarwono, 1999). Dengan di Jabar, Jateng, Jatim, dan Lampung demikian, perilaku seksual manusia ditemukan dapat berbeda-beda tergantung pada Bandung 46,2% (tahun berasumsi bahwa kehamilan tidak terjadi jika berhubungan masyarakat mempunyai juga seks anggota atau ukurannya oleh adanya untuk remaja, masyarakat dan skema kognisinya. seks sekali. Selain itu, survei MCR terhadap Pada umumnya, individu remaja (yang berpacaran) dikatakan bahwa khususnya remaja melakukan seks perilaku seks sebagai ungkapan cinta, mode pranikah karena didorong oleh rasa sesuai tuntutan zaman. Persepsi itu sebagai sayang dan cinta yang mendalam pada indikator pasangannya. Sebagaimana penelitian bahwa mereka tidak merasa canggung untuk melakukannya. Terdapat yang dilakukan pada juga penelitian tentang perilaku seks bebas di mahasiswa Universitas Indonesia di antara generasi muda. Penelitian tersebut Jakarta menunjukkan bahwa 36,2% mengungkap perilaku seks bebas generasi dari anak baru gede alias ABG. Data penelitian perilaku tersebut menunjukkan bahwa ternyata di ungkapan kalangan remaja bangsa Indonesia, 50% keakraban dan perhatian (dalam Cuan, mahasiswa seksual sayang, yang 200 melakukan adalah rasa orang karena memiliki, 1999). Cinta merupakan rasa menyayangi dengan kebutuhan kasih sayang yang yang amat sangat. Oleh karena itu jika kita tinggi mungkin akan mendapatkan mencintai seseorang maka akan sangat takut pengalaman gairah dengan orang yang untuk kehilangan dan ditinggalkan (Rystiono, memberikan kasih sayang tersebut. 2006). Dalam Psikologi sebagai ilmu kebanyakan hubungan, yang kebutuhan seksual menjadi bagian mempelajari manusia, sudah lama tertarik utama dari gairah. Namun kebutuhan dengan konsep cinta karena manusia satu- lain satunya makhluk yang dapat merasakan dominasi, kepatuhan dan aktualisasi cinta. Bentuk umum dari cinta yang paling diri juga merupakan faktor penentu. seperti harga diri, afiliasi, sering dikemukakan oleh para ahli psikologi Mahasiswa sebagai remaja akhir, yaitu passionate love yang diartikan sebagai memiliki tugas perkembangan dan fase kecenderungan untuk terus menerus tidak perkembangan seksualnya mendorong dapat melupakan pasangannya, baik dalam mereka pikiran, ucapan maupun perbuatan. Cinta heteroseksual, seperti pacaran. Dalam yang membara ini juga ditandai dengan menjalin relasi heteroseksual seorang hasrat seksual, mudah terangsang secara individu fisik, selalu ingin bersama, tidak mau untuk memikirkan kalau harus berpisah dan selalu perilaku seksual. Hal ini dikarenakan ingin kelenjar seks yang sedang bekerja (seks berbalas cinta (Hatfield dalam Sarwono, 1999). Sternberg untuk menjalin memiliki melakukan relasi kecenderungan berbagai bentuk primer) bukan saja berpengaruh pada (1988) mencirikan cinta penyempurnaan tubuh (khususnya yang sebagai segitiga (Triangular theory of love) berhubungan yang terdiri dari tiga komponen yang mana sekunder), melainkan juga berpengaruh salah satu dari komponen tersebut adalah jauh pada kehidupan psikis, moral dan passion (gairah). Passion (gairah) merupakan sosial. Pada kehidupan psikis remaja, dorongan-dorongan yang mengarah kepada perkembangan percintaan, daya tarik fisik, seksualitas dan mempunyai pengaruh kuat dalam minat semacamnya dalam suatu hubungan cinta. remaja Kebanyakan gairah Ketertarikan antar lawan jenis ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kemudian berkembang ke pola kencan hasrat seksual. Tetapi setiap keterbangkitan yang psikofisiologis sebagai pasangan kencan dan romans yang individu akan ditetapkan sebagai teman hidup. pengalaman orang dapat gairah. menganggap dikatakan Misalnya, dengan organ terhadap lebih ciri-ciri serius lawan serta seks seksual jenis. memilih Sedangkan pada kehidupan moral, seiring mahasiswa Fakultas Psikologi dengan bekerjanya kelenjar seks (gonads), Universitas Gunadarma. tak jarang timbul konflik dalam diri remaja atau mahasiswa. Masalah yang timbul yaitu akibat adanya pertimbangan dorongan moral seks yang dan seringkali bertentangan (Santrock, 2001). Secara terdapat leksikal, dalam 1. Pengertian Seks Pranikah Seks pranikah adalah hubungan seksual menurut Kamus II. TINJAUAN PUSTAKA arti Besar yang yang dilakukan sepasang insan sebelum oleh mereka Bahasa diikat tali perkawinan (Melodina, Indonesia (1991), mahasiswa diartikan 1990). Menurut Scazoni & Scazoni sebagai orang yang belajar di perguruan (dalam tinggi. Perguruan tinggi sendiri merupakan mengatakan bahwa seks pranikah satuan pendidikan yang menyelenggarakan yang dilakukan oleh pria dan wanita pendidikan tinggi. yang belum terikat tali perkawinan Sedangkan menurut Kusumaningrum sensus penduduk (BPS, 1990) didapat suatu dimana data bahwa mahasiswa adalah setiap orang menikah satu sama lain atau masing- yang secara resmi terdaftar mengikuti masing akan menikah dengan orang pendidikan perguruan tinggi dengan batas lain. Jadi tidak hnya terbatas pada usia antara 18-30 tahun. orang yang yang sudah pacaran saja. Berdasarkan disimpulkan uraian bahwa di atas, terdapat dapat Bird nantinya 2000) dan mereka Keith (1994) akan juga pengaruh mengatakan bahwa premarital seks passion sebagai komponen cinta pada sikap adalah salah satu bentuk sexual terhadap hubungan seks pranikah. Namun intercourse yang dilakukan oleh demikian, seperti yang diketahui, sikap pasangan terhadap hubungan seksual sangat beragam. terikat tali pernikahan. Hubungan seksual pranikah tidak hanya yang Crooks & keduanya Baur tidak (1999), dipengaruhi oleh passion sebagai bagian mengatakan bahwa seks pranikah dari juga adalah hubungan penis-vagina yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Oleh terjadi diantara sepasang manusia karena itu, dalam penelitian ini, peneliti sebelum ingin mengetahui apakah ada kontribusi Sedangkan passion sebagai komponen cinta pada sikap mengatakan bahwa seks pranikah terhadap umumnya terjadi diantara mereka komponen cinta hubungan melainkan seks pranikah mereka Hurlock menikah. (1993) yang telah meningkat remaja menuju masa dewasa. Hal ini sangat mungkin Menurut Berkowitz (dalam terjadi mengingat pada saat seseorang Azwar, 1995) sikap adalah suatu memasuki masa remaja, mulai timbul bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. dorongan-dorongan dalam Sikap seseorang terhadap suatu objek dirinya. Apalagi pada masa ini minat adalah perasaan mendukung atau mereka dalam membina hubungan sosial memihak mulai terfokus pada lawan jenis. perasaan seksual di Hubungan seks pranikah merupakan hubungan seksual yang dilakukan sebelum pasangan tersebut terikat dalam lembaga (favorable) tidak maupun mendukung atau memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Menurut para ahli psikologi perkawinan yang sah, menurut hukum sosial yang berlaku. Hubungan seksual pranikah (dalam Azwar, 1995) sikap adalah ini masih dipandang negatif oleh sebagian suatu pola perilaku tendensi atau besar orang, namun ada sebagian orang kesiapan yang setuju dalam hubungan seksual untuk menyesuaikan diiri dalam pranikah jika didasari oleh kasih sayang, situasi komitmen dan tanggung jawab (Harber & sederhananya adalah respon terhadap Reiyon, 1984 : Rice, 1990 : Sorenson stimuli sosial yang terkondisikan. dalam Conger, 1991). & psikologi antisipatif, sosial kepribadian predisposisi atau secara Sebelumnya, Menurut Leon Mann (dalam hubungan seksual hanya boleh dilakukan Azwar, 1995) sikap adalah sebagai apabila individu telah menikah. Namun sesuatu yang menentukan bagaimana sekarang, seseorang berorientasi tampaknya hubungan seksual bileh saja lingkungan fisik dilakukan asalkan kedua belah pihak sama- Dengan sama setuju/ sama-sama saling mencintai/ seseorang siap untuk bertingkah laku kalau mereka akan menikah nantinya. menurut cara tertentu terhadap objek walaupun belum menkah, Dari uraian di atas, dapat ditarik memiliki sosial yang atau terhadap sosialnya. sikap tertentu ada. Sikap kesimpulan bahwa seks pranikah adalah membangkitkan motif & mendorong suatu bentuk hubungan seksual yang orang dilakukan sepasang insan tanpa terikat tali bertingkah pernikahan. menjauhi objek tersebut. yang bersangkutan laku mendekati untuk atau Secord dan Backman (dalam 2. Sikap Azwar, 1995) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi seseorang tindakan terhadap (konasi) suatu aspek di lingkungan sekitarnya. bahwa seks diantara sepasng anak manusia merupakan salah satu dari proses keintiman dan heteroseksual yang juga merupakan Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan Hubungan sikap merupakan proses terakhir. Duval & Miller (1985) menjelaskan bahwa respon mendukung atau tidak mendukung keintiman terhadap yang dilakukan oleh sepasang manusia perasaan mengikuti suatu proses peningkatan suatu diwujudkan ebjek dalam tertentu bentuk heteroseksual (afeksi), pemikiran (kognisi) dan tindakan yang dimulai dari : (konasi). a. Sentuhan (hanya yang berupa pegangan tangan, pelukan) b. 3. Sikap terhadap Seks Pranikah Sikap terhadap seks pranikah adalah suatu evaluasi terhadap hubungan seks Cium (mulai dari kecupan, sampai deep kissing) Petting yaitu meraba-raba yang dilakukan diluar ikatan pernikahan daerah erotis pasangannya dengan lawan jenis (heteroseksual) berupa (biasanya ekspresi perasaan ringan maupun tidak yang mendukung mendukung, menerima maupun menolak, menyukai maupun tidak menyukai, menyetujui c. maupun tidak mulai sampai dari yang meraba alat kelamin. d. Hubungan seksual (sexual intercourse) menyetujui. 5. Faktor-faktor 4. Komponen Seks Pranikah Duvall & Miller (1985) mengatakan Mendorong yang Remaja Melakukan Seks Pranikah bahwa melakukan seks sebelum menikah Menurut sebuah penelitian yang (premarital intercourse) merupakan salah dilakukan oleh Yayasan Keluarga satu bentuk tingkah laku seks yang dapat Kaiser (Kaiser Family Fondation, muncul sehubungan dengan adanya dorongan dalam Santrock, 1998), terdapat seks dan kebutuhan sosialnya. Hubungan faktor-faktor seksual pada manusia juga memiliki fungsi remaja melakukan seks di luar sebagai ekspresi cinta, cara berkomunikasi pernikahan yaitu: secara intim dan cara untuk mencapai kedekatan emosional. yang mendukung a. Bentuk penyaluran kasih sayang Hal yang salah dalam masa pacaran bahwa seorang remaja akan mudah Seringkali remaja memiliki ini membawa terpengaruh oleh stimulasi yang pandangan yang salah bahwa masa merangsang pacaran merupakan seseorang boleh konsekuensi gairah seksualnya, masa dimana misalnya dengan melihat film porno mencintai maupun dan cerita-cerita yang berbau seks. dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal ini, bentuk ungkapan cinta (kasih sayang) dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya pemberian berpelukan, b. Pengertian Cinta Gibran (2000) mengatakan hadiah bunga, bahwa cinta adalah tema paling dan bahkan signifikan berciuman dan universal dalam melakukan hubungan seksual. Dengan kehidupan manusia. Cinta adalah anggapan yang salah ini, maka juga akan sebuah esensi alami pada diri menyebabkan tindakan yang salah. manusia yang tidak mengenal batas- Kehidupan Iman yang rapuh batas ruang dan waktu. Cinta adalah Kehidupan beragama yang baik suatu kekuatan yang tidak terbatas, dan benar ditandai dengan pengertian, yang tidak membedakan wilayah pemahaman dalam kultur, agama ideologi. dan menjalankan ketaatan ajaran-ajaran dengan baik, tanpa dipengaruhi siyuasi c. 6. agama, ras, suku dan Menurut Strong dan Devault dan kondisi apapun. Dalam keadaan apa (1989) saja, orang yang taat beragama, selalu sekaligus dapat dan seseorang merasa mencintai orang mengendalikan diri agar tidak berbuat lain, maka ia bertindak selayaknya hal-hal yang bertentangan dengan ajaran orang yang jatuh cinta. Sternberg agama. (1989) menyatakan bahwa cinta Faktor kematangan biologis bukanlah suatu kesatuan tunggal, menempatkan diri Dapat diketahui bahwa masa remaja ditandai dengan adanya cinta adalah tindakan. perasaan Apabila melainkan gabungan dari berbagai kematangan perasaan, hasrat dan pikiran, yang biologis. Dengan kematangan biologis, terjadi secara bersamaan sehingga seorang remaja sudah dapat melakukan menghasilkan perasaan global yang fungsi reproduksi sebagaimana layaknya dinamakan cinta. orang dewasa lainnya, sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Mary Ann Lamana (dalam Suriawinata, 1997) menyatakan bahwa cinta adalah suatu emosi yang penerimaan dan penghargaan dari penting dan mendalam, yang ditimbulkan orang yang dicintai, sebagai cara oleh yang untuk mengatasi perasaan terasing adanya dan kesendirian untuk mencapai pemuasan signifikan, kebutuhan disertai dengan penerimaan dan perhatian dari orang yang integritas dirinya. dicintai dan dihasilkan dalam hubungan yang intim. 7. Hasrat (passion) Seringkali orang menganggap cinta Mendatu (2009) menyatakan adalah suatu perasaan manusia yang paling bahwa komponen hasrat (passion) sederhana dan paling mudah dimengerti, memfokuskan namun ternyata cinta bukanlah suatu perasaan dan keterbangkitan yang bentuk emosi yang sederhana melainkan muncul dari daya tarik fisik dan daya bentuk tarik emosi yang kompleks, yang pada seksual. intensnya Individu yang mempunyai banyak elemen-elemen yang mengalami jenis cinta ini mengalami berlawanan keterterikan fisik yang nyata, selalu di dalamnya (dalam Kammeyer, 1998). memikirkan orang yang dicintai Meskipun cinta melibatkan seluruh sepanjang waktu, melakukan kontak komponen daro diri yang rumit sehingga mata yang intens pada saat bertemu, tidak mudah untuk diteliti, namun Grasha mengalami & Kirchenbaum (dalam Fitri, 1998) terlambung ke awan, mengagumi mencoba mendefinisikan cinta sebagai dan terpesona dengan pasangan, pemberian kasih sayang dan perhatian detak yang besar kepada orang lain, yang berjumpa, dihubungkan dengan adanya aktifitas sejahtera, ingin selalu bersama yang memberi dan menerima secara timbal dicintai, memiliki energi yang besar balik, serta kesediaan untuk bereaksi dan untuk menghormati orang tersebut. pasangan, Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa cinta adalah suatu bentuk emosi yang kompleks, unik, perasaan jantung indah meningkat mengalami melakukan bila perasaan sesuatu merasa demi memiliki kesamaan dalam banyak hal, dan merasa sangat berbahagia. Sternberg (1988) mengatakan penting dan mendalam, yang diekspresikan bahwa hasrat merupakan dorongan- dalam bentuk tindakan dan pemenuhan dorongan yang mengarah kepada kebutuhan dan perhatian terhadap orang percintaan, yang dicintai, disertai dengan adanya seksualitas dan semacamnya dalam daya tarik fisik, suatu hubungan cinta. Dalam kebanyakan hasrat merupakan daya tarik awal hubungan, kebutuhan seksual menjadi antara bagian hubungan cinta, terapi keintimanlah utama dari hasrat. Namun pria dan wanita sebenarnya kebutuhan lain seperti harga yang diri, afiliasi, dominasi, kepatuhan dan diantara aktualisasi diri juga merupakan faktor kemungkinan penentu. Kualitas dari macam-macam keintiman terbentuk lebih dahulu, hubungan itu berbeda-beda pada setiap baru orang, (Sternberg, 1988). Selain memiliki situasi dan keadaan dalam hubungan cinta. kedekatan keduanya. setelah fungsi Hasrat cenderung untuk berinteraksi mempertahankan dalam yang keintiman Tapi lain itu juga juga bahwa timbul saling ada hasrat mendukung, dapat memiliki secara kuat dengan keintiman. Dalam fungsi yang bertolak belakan pada hubungan antara orang dan jenis kelamin situasi-situasi tertentu, seperti pada yang berlawanan, hasrat dapat segera pria timbul kebutuhan seksual dengan wanita pada awal hubungan cinta. Sedangkan keintiman timbul beberapa saat setelahnya. Ada kemungkinan mencari pemenuhan tuna susila. bahwa Sampel pada penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN Penelitian yang ini menggunakan mahasiswa Fakultas Psikologi pendekatan kuantitatif yang bermaksud Universitas Gunadarma berjumlah untuk mengetahui sebagai kontribusi passion 93 orang. Usianya berkisar antara cinta terhadap 19-22 tahun dan paling tidak, sudah komponen hubungan seks pranikah Fakultas Psikologi Gunadarma. Dalam mahasiswa pernah Universitas pengalaman penelitian ini menggunakan metode kuisioner. berpacaran.. berpacaran Lamanya tidak memiliki pengaruh terhadap passion dan kontribusinya terhadap hubungan seksual pranikah. A. Subjek Penelitian Populasi adalah mahasiswa Universitas kelamin dalam Fakultas Gunadarma pria keseluruhannya penelitian Psikologi yang maupun berjumlah ini berjenis wanita 100 IV. HASIL DAN ANALISIS Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi passion yang sebagai komponen cinta pada sikap orang. terhadap hubungan seks pranikah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas tidak terdapat kontribusi passion Gunadarma. Hasil ini sebagai komponen cinta pada sikap menunjukkan bahwa dalam terhadap hubungan seks pranikah penelitian hipotesis penelitian ini ditolak yaitu tidak terdapat mahasiswa kontribusi yang signifikan antara passion Universitas Gunadarma. sebagai komponen Fakta tersebut sesuai dengan pranikah hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Young Adult Reproductive Gunadarma. Hasil pengujian hipotesis Health Survey (IYARHS, dalam dalam penelitian ini dihitung dengan Widyastuti, 2008) pada tahun 2002- menggunakan uji regresi sederhana dan 2003 yang menemukan bahwa laki- diperoleh dengan laki lebih menerima hubungan seks signifikansi sebesar 0,096 (˃0,05), dan pranikah daripada perempuan, dan 6 diperoleh Adjusted R Square sebesar dari 10 laki-laki menerima hubungan 0,019. seks jika mereka saling mencintai hubungan F seks sebesar Banyak pada Psikologi sikap terhadap cinta Fakultas sekali 2,827 faktor yang dan berencana menikah. Survey mempengaruhi sikap mahasiswa terhadap IYARHS 2002-2003 hubungan menemukan bahwa seks pranikah, diantaranya remaja Indonesia pendidikan. Pada umumnya, laki-laki lebih menerima hubungan seks pranikah, dapat khususnya hubungan seksual yang umumnya di adalah faktor jenis kelamin dan tingkat menerima pada juga dilakukan tidak oleh pranikah dibandingkan perempuan dan perempuan. Dan remaja perempuan remaja perempuan yang berpendidikan yang tidak berpendidikan cenderung rendah cenderung lebih dapat menerima empat kali lebih besar menerima hubungan hubungan seks pranikah daripada seks pranikah daripada sebayanya yang berpendidikan tinggi. Jika dilihat dari deskripsi jenis kelamin subjek dalam penelitian diantaranya adalah ini dimana perempuan 66,7% yang sebayanya yang berpendidikan. Selain itu, Iswarati (2008) dalam jurnal penelitiannya juga menyatakan bahwa ketika remaja sedang menjalani pendidikan di perguruan pria dan perempuan tinggi, maka semakin jelas bahwa passion mengenai sikap mereka terhadap sebagai komponen cinta bukanlah faktor hubungan seksual pranikah yang yang mempengaruhi sikap mahasiswa dilakukan terhadap hubungan seks pranikah sehingga menunjukkan bahwa yang setuju remaja, ditanyakan umumnya terhadap hubungan seksual pranikah saat-saat paling awal kehidupan. adalah remaja dengan umur lebih tua, Semua pergaulan kecil antara tempat tinggal di perdesaan, berpendidikan orangtua dan anaknya mempunyai lebih rendah, dan berjenis kelamin laki- makna emosional tersembunyi dan laki. Dengan melihat kenyataan ini dapat landasan individu dalam membentuk diketahui bahwa variabel demografi, jenis inti pandangan serta kemampuan kelamin, tempat tinggal, punya teman yang emosionalnya. telah melakukan hubungan seksual pra Sedangkan sikap terhadap seks nikah, dan adanya dorongan dari teman pranikah yang berada pada kategori yang pernah melakukan hubungan seksual sedang kemungkinan terjadi karena pra nikah merupakan variabel paling pengaruh dari lingkungan. Seperti berpengaruh secara bermakna terhadap dijelaskan oleh Krech & Crutchfield sikap remaja melakukan hubungan seksual (1982) bahwa terbentuknya sikap pranikah. Dari hasil penelitiannya juga salah ditemukan lingkungan dimana individu adalah bahwa remaja laki-laki satunya dipengaruhi cenderung 2 kali lebih banyak untuk anggotanya. bersikap setuju terhadap remaja yang menyesuaikan melakukan hubungan seksual pranikah sikap kelompok, karena ia butuh dibanding remaja perempuan. diterima Berdasarkan Mean Empirik (ME) dan Individu oleh sikapnya oleh cenderung dengan kelompoknya. Partisipan penelitian yang dalam hal Mean Hipotetik (MH) pada skala passion ini dan sikap terhadap seks pranikah dalam Psikologi tabel 12 dan tabel 14 sebelumnya dapat berada pada lingkungan pergaulan diketahui bahwa secara umum partisipan yang memiliki sikap yang sedang- penelitian memiliki passion yang rata-rata sedang saja terhadap seks pranikah dan sehingga mereka pun cenderung sikap terhadap hubungan seks pranikah yang juga sedang atau rata-rata. Sedangnya passion yang dimiliki oleh partisipan dalam penelitian ini disebabkan karena pembelajaran mahasiswa Fakultas Universitas Gunadarma untuk bersikap konformis terhadap lingkungan pergaulannya. Berdasarkan uraian di atas individu terdapat jelas bagaimana kontribusi ketika passion sebagai komponen cinta berada di lingkungan keluarga. Seperti pada sikap terhadap hubungan seks yang diutarakan oleh Goleman (2007) pranikah bahwa pembelajaran emosi dimulai pada Psikologi Universitas Gunadarma. terhadap faktor adalah kehidupan emosinya Mahasiswa Fakultas mereka raskan terhadap pasangan secara positif yaitu dengan V. PENUTUP a. hasil disimpulkan melakukan hubungan seks pranikah Kesimpulan Dari tidak penelitian bahwa dapat tidak 2. Bagi Orang Tua: terdapat Penulis menyarankan agar kontribusi yang signifikan antara passion para orangtua dapat lebih terbuka dengan sikap terhadap hubungan seks kepada pranikah mahasiswa Fakultas Psikologi memberikan pendidikan seksual Universitas tersebut sejak dini agar anak-anak dapat kemungkinan dikarenakan faktor lain yang memahami resiko dan dampak lebih dominan yang dapat mempengaruhi negatif sikap terhadap hubungan seks pranikah. peroleh dari hubungan seksual Faktor lain tersebut antara lain seperti jenis pranikah. Gunadarma. Hal anak-anaknya yang akan dan mereka kelamin dan tingkat pendidikan subjek 3. Bagi Peneliti Selanjutnya: penelitian. Berdasarkan hasil penelitian Sehubungan dengan juga diketahui bahwa passion mahasiswa penelitian tergolong sedang-sedang saja, hal tersebut menyarankan untuk melakukan kemungkinan faktor penelitian kembai pada populasi terhadap lain yang berbeda dari populasi keluarga. dipengaruhi Selain itu, oleh sikap ini penuis hubungan seks pranikah pada mahasiswa penelitian juga tergolong sedang-sedang saja, hal hasilnya tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh sehingga diperoleh pemahaman faktor lingkungan. yang dapat lebih mengenai b. sebelumnya, agar dibandingkan komprehensif kontribusi passion Saran sebagai komponen cinta pada Berdasarkan hasil penelitian, maka sikap terhadap hubungan seks saran yang dapat diberikan adalah sebagai pranikah berikut: Psikologi 1. Bagi Mahasiswa: mahasiswa menalurkan masukan bagi hendaknya perasaan Fakultas Universitas Gunadarma. Selain itu, penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mahasiswa cinta juga menyarankan untuk para melakukan penelitian kembali dapat dengan menggunakan variabel yang lain dengan sikap terhadap hubungan seks pranikah agar dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam lagi 4. Bagi Fakultas dan Universitas Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk memberikan tambahan program studi pada kurikulum khususnya pada mata kuliah, pengetahuan di bidang psikologi seksual agar para mahasiswa mendapatkan informasi yang tepat tentang hubungan seks pranikah dan perasaan cinta mereka terhadap pasangan dapat diekspresikan dengan positif DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2007). Seks pranikah remaja, trend kah? Available at http://www.google.co.id/search ?hl=id&q=faktor+faktor+yang+ mempengaruhi+seks+pra+nikah &btnG=Telusuri&meta=cr%3D countryID Ajen, D. (2006). Perilaku seks untuk remaja. Jakarta: Kawan Pustaka Anastasi, A & Urbina, S. (2003). Tes psikologi (7th ed). Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia Azwar, S. (2003). Tes prestasi : fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Basow, S. A. (1992). Gender stereotype and roles. California : Brooks/ Cole Publ. Co. Bird, G & Keith, M. (1994). Families and intimate relationship. New york : McGraw-Hill,Inc BPS, NFPB & MoH. (2004). Indonesia young adult reproductive health survey 2002-2003. Calverton : ORC Macro Conger, J. J. (1991). Adolescene and youth : psychological development in a changing world (4th ed). New york : Harper Collin Publisher Crooks, R & Baur, K. (1999). Our sexuality (7th ed). Pasivic Grove California : Brooks/ Cole Publishing Company Duval, E. M., & Miller, P.C. (1985). Marriage and family development (6th ed). Boston : Allyn & Bacon Fitri, F. F. (1998). Hubungan antara percintaan melalui internet : studi kasus terhadap empat subjek dewasa awal. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Universitas Indonesia Gibran, K. (2001). Atas nama cinta (Alih bahasa ; A. E Cahyono). Jakarta : Diadit Media Hurlock, E. B. (1993). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Alih bahasa : Istiwati & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga Koentjaraningrat. (1993). Metodemetode penelitian masyarakat (3rd ed). Jakarta : PT Gramedia Krech, D., Crutchfield, R. S., Ballachev, E. L. (1982). Individual in society. London: McGraw-Hill,Inc Kusumaningrum, N. I. (2002). Hubungan antara kesepian dan harga diri dengan kesiapan untuk berkorban melakukan hubungan seks pra nikah. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mar’at. (1981). Sikap manusia, perubahan serta pengukurannya (cet. 1). Jakarta : Ghalia Indonesia Mendatu, A. (2009). Mengerti cinta (dari dasar hingga relung). Yogyakarta : Pustaka Pelajar Melodina, P. (1990). Kesehatan mental remaja putri yang telah melakukan hubungan seksual pra nikah. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Nevid, J. S., Rathus, L. F., Rathus, S. A. (1995). Human sexuality (2nd ed). Boston: : Allyn & Bacon Prabowo, H & Suhendra, E.S. (2008). Diktat kursus SPSS. Jakarta : Universitas Gunadarma Rystiono, Iwan. (2006). Definisi cinta. Available at http://ryst.linuxae.org/lets-talk/definisi-cinta/ Santrock, J. W. (2003) Adolescene terjemah: Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta : Erlangga Sarwono, S. W. (2001). Psikologi sosial dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta : Raja Grafindo Perdana Sternberg, R. (1988). The psychology of love. New Haven & London : Yale University Press Sternberg, R. (1988). The triangle of love. New york : Basic Book Inc., Publisher Strong, B & De Vault, C. (1989). The marriage and family experience (1st ed). St. Paul West Publishing Co. Sugiyono. (2005). Metode penelitian administrasi. Edisi 11. Jakarta : Alfabeta Suriawinata. (1997). Cinta pada pria dan wanita : studi penelitian pasangan suami istri yang berusia 20-45 tahun dan memiliki usia perkawinan 1-25 tahun. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Syafrudin. (2008). Remaja dan hubungan seksual pranikah. Available at http://id.shvoong.com/me dicine-andhealth/1799376-remajadan-hubungan-seksualpranikah/ Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan Bahasa Indonesia. (1991). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Widyarini, Nilam. (2007). Bahan ajar psikologi sosial 2. Depok : Universitas Gunadarma Widyastuti, E. S. (2009). Faktor personal dan sosial yang mempengaruhi sikap remaja terhadap hubungan seks pranikah : sebuah studi di lokalisasi Sunan Kuning dan Gambilangu Semarang. Thesis (tidak diterbitkan). Semarang : Universitas Diponegoro Wirawan, H. E. (1998). Buku ajar psikologi sosial 1. Jakarta : Universitas Tarumanegara