BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Dasar / Umum 2.1.1 Komunikasi Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan orang- orang yang berada di sekitarnya, baik yang dikenal maupun yang tidak di kenal. Manusia tidak dapat tidak melakukan komunikasi karena komunikasi merupakan salah satu bagian hidup manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dan menjalin hubungan. 2.1.1.1 Definisi Komunikasi Menurut Schramm, ”komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berkomunikasi berarti sebenarnya umum kita (common) sedang atau berusaha bersama, apabila menumbuhkan kita suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu.” (Suprapto, 2006:4) 1 13 2 Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana mengutip pengertian komunikasi menurut Gerald R. Miller yang menyatakan bahwa komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. (Mulyana, 2007:68) Ada makna yang terkandung dalam setiap komunikasi. Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. (Mulyana, 2007:72) 2.1.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi Harold Lasswell menggambarkan unsur-unsur komunikasi sebagai berikut: a. Sumber (Who) Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber dapat seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Dalam menyampaikan informasi, sumber harus mengubah apa yang ada dalam pikiran dan perasaanya ke dalam simbol verbal dan nonverbal sehingga dapat dipahami oleh penerima pesan. Sumber disebut juga sebagai komunikator. b. Pesan (Says What) Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan dapat berupa verbal maupun non verbal yang mewakili perasaan dan 3 pikiran sumber. Komponen yang terkandung dalam sebuah pesan adalah makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. c. Saluran atau Media (In Which Channel) Media merupakan alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Media dapat berupa media cetak dan media elektronik atau dapat juga secara langsung (tatap muka). d. Penerima (To Whom) Penerima yakni orang yang menerima pesan verbal dan nonverbal dari sumber yang menjadi suatu gagasan yang ia pahami. e. Efek (With What Effect?) Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Efek tersebut misalnya perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan lain sebagainya.(Mulyana, 2007:69-71). Menurut Kotler berdasarkan paradigma Harold Lasswell, unsur-unsur dalam proses komunikasi adalah sender, encoding, messages, media, decoding, receiver, respons, feedback, noise. Dari kedua unsur komunikasi di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa unsur-unsur penting dalam komunikasi adalah sumber, pesan, media, penerima pesan, efek, serta gangguan dalam penyampaian pesan tersebut. 4 2.1.1.3 Proses Komunikasi Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. (Effendy, 2004:11) Menurut Effendy (2004:11), proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu: 1. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) kepada media. Lambang yang digunakan yaitu bahasa, gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. 2. Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. 5 2.1.1.4 Fungsi Komunikasi Menurut Deddy Mulyana (2004:129), fungsi komunikasi yaitu: 1. Komunikasi Sosial Ialah yang membangun konsep diri kita sebagai pribadi dan eksistensi kita dalam hidup untuk memperoleh kebahagian. 2. Komunikasi Ekspresif Ialah yang merupakan komunikasi sendiri atau dalam kelompok yang mengekspresikan kondisi perasaan kita (seperti marah, senang, takut dan lainnya). 3. Komunikasi Ritual Ialah yang dilakukan secara umum, kolektif dan melibatkan banyak orang (seperti upacara kenegaraan, keagamaan, perayaan hari besar dan lainnya). 4. Komunikasi Instrumental Ialah yang bersifat persuasive yang dapat merubah sikap, keyakinan, perilaku atau melakukan tindakan seseorang. 2.1.1.5 Model Komunikasi Dalam penelitian ini, model komunikasi yang digunakan peneliti adalah model komunikasi Lasswell. Lasswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan dan di jawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu who (siapa), says what (mengatakan apa), in which media (dalam media apa), to whom (kepada siapa) dan what effect (apa efek atau pengaruhnya). 6 2.1.1.6 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi dapat dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap 2. Komunikasi bertujuan untuk mengubah pendapat, opini, dan pandangan 3. Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku 4. Komunikasi bertujuan untuk mengubah kehidupan masyarakat (Effendy, 2003:55) 2.1.2 Komunikasi Massa 2.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa Menurut Severin, Tan dan Wright, komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang merupakan penggunaan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. (Winarni, 2003:8) Definisi komunikasi massa menurut Pool seperti yang dikutip Wiryanto (2003:3): “Komunikasi massa adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung. Pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluransaluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film / televisi.” 7 2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Berikut ini adalah fungsi dari komunikasi massa menurut Nurudin (2004:64-83) 1. Informasi Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen penting untuk mengetahui informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. 2. Hiburan Fungsi hiburan bagi media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibanding dengan fungsi-fungsi lainnya karena masyarakat kita menjadikan televisi menjadi sarana hiburan. 3. Persuasi Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk antara lain mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang, mengubah sikap, menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu, memperkenalkan etika atau menawarkan sistem tertentu. 4. Transmisi budaya Transmisi budaya adalah salah satu fungsi komunikasi yang paling luas, meskipun paling sedikit diperbincangkan. Transmisi budaya tak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi. 8 5. Mendorong kohesi sosial Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. 6. Pengawasan Bagi Lasswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. 7. Korelasi Fungsi korelasi di sini adalah fungsi menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. 8. Pewarisan sosial Dalam hal ini media massa berperan sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun pendidikan informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya. 2.1.2.3 Elemen-Elemen Komunikasi Massa Ada 9 elemen komunikasi massa, yaitu: 1. Komunikator 2. Isi 9 3. Khalayak (Audience) 4. Umpan Balik 5. Gangguan 6. Penjaga (Gate Keeper) 7. Pengatur 8. Penyaring (Filter) 9. Efek (Effect) (Nurudin, 2007:95) 2.1.2.4 Efek Komunikasi Massa Menurut Rakhmat (2005:219), ada 3 efek komunikasi massa yaitu: 1. Efek Kognitif Efek ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan / informasi. 2. Efek Afektif Efek ini timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, maupun yang tidak disenangi khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. 10 3. Efek Konatif / Behavioral Efek ini merupakan efek yang paling tinggi kadarnya. Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pada tindakan, kegiatan, atau kebisaaan berperilaku. 2.1.3 Media Elektronik Televisi Media televisi di Indonesia bukan lagi dilihat sebagai barang mewah, seperti ketika pertama kali ada (Kuswandi,1996:33). Sejak tumbuh suburnya industri televisi swasta, membuat penonton semakin dimanjakan oleh tayangan hiburan seperti infotainment, acara musik, film, sinetron dan lainnya. 2.1.3.1 Definisi Televisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi dapat didengar. (Mulyono, 2001:1162) Televisi adalah media komunikasi jarak jauh dengan penanyangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat, berasal dari bahasa Yunani “tele” yang berarti jauh dan “visi” yang berarti penglihatan.(Effendy,1989:361) 11 Dan menurut Hardiman, Televisi adalah sistem telekomunikasi penyiaran penerimaan suara dan gambar dari stasiun pusat ke berbagai wilayah lain. (Hardiman, 2006:130) 2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Sebagai media massa, televisi mempunyai fungsi komunikasi yang saling melengkapi, yaitu social function dan individual function. Fungsi terhadap masyarakat (social function) bersifat sosiologis, sedangkan fungsi terhadap individu (individual function) bersifat psikologis (Sasa Djuarsa,1993) : Kedua fungsi ini dijelaskan sebagai berikut : 1. Social Function, yaitu komunikasi massa terhadap masyarakat a. Pengawasan lingkungan b. Korelasi antar bagian didalam masyarakat untuk lingkungannnya c. Sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai d. Hiburan (Lasswell dan Weight, 1975) 2. Individual Function, yaitu komunikasi massa terhadap individu a. Pengawasan atau perencanaan informasi b. Mengembangkan konsep diri c. Fasilitasi dalam hubungan sosial menanggapi 12 d. Membantu melegakan emosi e. Substitusi dalam hubungan sosial f. Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan g. Bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi (Samuel L. Becker,1985) Televisi pada pokoknya mempunyai 3 (tiga) fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan. Sebagai subsistem dari sistem negara dan pemerintah dimana suatu stasiun beroperasi, maka fungsi penerangan, pendidikan, dan hiburan yang disiarkan suatu stasiun televisi kepada masyarakatnya tergantung dari sistem negara dan pemerintah yang bersangkutan. (Effendy,1993:24) Menurut penulis, berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media televisi sebagai media massa elektronik mempunyai fungsi untuk memberikan informasi yang bersifat informatif, edukatif, dan dapat memberikan informasi yang bersifat hiburan, serta mampu mempengaruhi sikap, pandangan, dan persepsi para pemirsanya. Namun demikian, media televisi juga mempunyai banyak kekuatan dan beberapa kelemahan, kekuatan dari media televisi adalah: a. Menguasai jarak dan waktu karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit 13 b. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan cukup cepat c. Daya rangsang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif) d. Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis Disamping itu pula ada kelemahan dari media televisi, yaitu : a. Bersifat ”transitory” Karena mempunyai sifat ini, maka isi pesannya tidak dapat di ’memori’ oleh pemirsa. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping b. Media televisi terikat oleh waktu tontonan c. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar d. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa (Kuswandi,1996:23-24) 2.1.3.3 Karakteristik Televisi Menurut Ardianto (2005:128-130), televisi mempunyai karakteristik sebagai berikut: 14 1. Audio Visual Televisi memiliki kelebihan untuk didengar sekaligus dapat dilihat (audio visual), maka khalayak televisi (audience) dapat melihat gambar yang bergerak. Harus ada kesesuaian yang harmonis antara gambar dan kata-kata. 2. Berpikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Tahap kedua yaitu penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih kompleks Pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan orang-orang yang terampil dan terlatih. 2.1.3.4 Program Acara Televisi Morissan (2005:100) mengelompokkan berbagai jenis program menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: 1. Program Informasi (berita) yang dibagi ke dalam dua jenis , yaitu: a. Berita Keras (hard news), segala informasi penting dan atau daya tarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien scepatnya. 15 Dalam hal ini berita keras dibagi dalam beberapa bentuk berita, yakni straight news, feature dan infotaiment. b. Berita Lunak (soft news), segala informasi penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam, namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Program yang masuk dalam kategori berita lunak, antara lain: current affair, magazine, dokumenter dan talk show 2. Program Hiburan (entertainment), segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk music, lagu, cerita dan permainan. Yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik dan pertunjukan. a. Drama, pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. b. Permainan (game show), merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing mendapatkan sesuatu. Program permainan dibedakan menjadi 3, yakni : quiz show, ketangkasan, dan reality show. c. Musik, dibedakan menjadi dua, yakni outdoor dan indoor. Program musik di televise sangat ditentukan dengan kemampuan artis dalam menarik audien. Tidak saja dari segi suara tapi juga dalam mengemas penampilan agar menjadi lebih menarik( Morisson,2008: 207) d. Pertunjukan, program yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi, baik dalam studio maupun luar studio. 16 2.2 Teori-Teori Khusus 2.2.1 Production House 2.2.1.1 Definisi Production House Production House adalah sebuah badan usaha yang mempunyai organisasi dan keahlian dalam memproduksi program-program audio dan audio-visual untuk disajikan kepada khalayak sasarannya baik secara langsung maupun melalui broadcasting house. Production house juga mengelola informasi gerak atau statis dimana informasi yang didapat bersumber dari manusia ataupun peristiwa yang ada (Sandjaya,2003:10). Suatu production house lebih terfokus pada kegiatan produksi audiovisual berupa pengembangan program-program video dan televisi. Informasi yang bersumber dan manusia atau peristiwa dapat dikumpulkan, diseleksi, kemudian diolah melalui proses produksi menjadi karya artistik atau karya jurnalistik. Proses produksi yang dilakukan melalui pendekatan artistik melahirkan produkproduk artistik yang mengutamakan keindahan, sedangkan produksi dilakukan melalui pendekatan jurnalistik lebih mengutamakan kecepatan, faktual, dan aktualistik (Sandjaya,2003:11). Bahwa di setiap proses produksi akan banyak melibatkan berbagai pihak, baik pihak manajemen rumah produksi, pelaksana produksi (kerabat kerja produksi), pendukung (artis / pemain / figuran) dan lain-lain yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan produksi. 17 2.2.1.2 Tahap-Tahap Produksi Dalam proses pembuatan produksi sebuah program acara televisi memerlukan tahapan pelaksaan produksi yang jelas dan efisien dibandingkan tahapan sebelumnya. Untuk melaksanakan tahapan-tahapan produksi dilaksanakan sesuai Standart Operation Procedur (SOP). Namun tidak semua acara terkait dengan SOP tersebut, seperti untuk acara berita karena terkait dengan nilai aktualitas dan faktualitasnya sehingga tidak perlu melewati tahapan tersebut. Didalam bukunya Television Production, Alan Wurtzel menguraikan prosedur kerja untuk memproduksi program siaran televisi, disebut Four Stage of Television Production. Keempat tahapannya addalah sebagai berikut : a. Pre Production Planning b. Setup and Rehearsal c. Production d. Post / Pasca Production Secara skematis keempat tahapan produksi ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pre Production Planning Pada tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan yang akan datang. Tahapan pra-produksi meliputi tiga bagian seperti berikut ini : • Penemuan Ide 18 Tahapan ini dimulai ketika seoramg produser menemukan idea tau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesuadah riset. • Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (Time Schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. • Persiapan Tahapan ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan, dan suratmenyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang sudah ditetapkan. b. Setup and Rehearsal • Setup merupakan tahapan persiapan-persiapan yang bersifat teknis dan dilakukan oleh anggota ini bersama kerabat kerjannya, sejak dari mempersiapkan peralatan yang akan digunakan baik untuk keperluan didalam maupun diluar studio, sampai mempersiapkan denah untuk seting lampu, microfon maupun tata dekorasi. 19 • Rehearsal (latihan) tidak saja berlaku bagi para artispendukungnya, tetapi sangat penting pula bagi anggota kerabat kerja, sejak dari switcher, penata lampu, penata suara, floor director, cameramen sampai ke pengarah acaranya sendiri. Dalam latihan ini dipimpin sendiri oleh pengarah acara. c. Production Yang dimaksud dengan production adalah upaya merubah bentuk naskah menjadi bentuk auditif bagi radio dan audio visual untuk telivisi. Di dalam pelaksanaan produksi, karakter produksi lebih ditentukan oleh karakter naskahnya. Sebab naskah merupakan hasil penuangan ide atau gagasan. Karakter produksi menurut lokasinya di bagi menjadi tiga baian, yaitu : • Produksi yang dilaksanakan sepenuhnya didalam studio • Produksi yang sepenuhnya diselenggarakan diluar studio • Produksinya merupakan gabungan di dalam dan di luar studio d. Post / Pasca Production Pada tahapan ini terakhir atau tahapan post production, dimaksudkan merupakan tahap penyelesaian atau penyempurnaan dari bahan baik yang berupa pita auditif maupun pita audio visual. Tahap penyelesaian atau penyempurnaan meliputi : • Melakukan editing baik suara atau gambar 20 • Pengisian grafik pemangku gelar atau berupa insert visualisasinya • Pengisian narasi • Pengisian sound efek dan ilustrasi • Melakukan evaluasi terhadap hasil produksinya Tiga langkah utama pada tahap paska produksi ( Wibowo, 2007 : 195) : • Edittng Off line Setelah shoting selesai, script boy/ girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shoting berdasarkan catatan shoting, gambar serta time codenya. Kemudian berdasarkan catatantersebut, sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing off line sesuai dengan gagasan yang ada dalam synopsis dan treatment. Sesudah hasil editing off line dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Editing script ini sudah dilengkapi dengan uraian narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi music. Kemudian hasil shoting asli dan naskah editing diserahkan kepada editor untuk dibuat editing on line. • Editing on line Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shoting asli. Sambungan sambungan setiap shot dan adengan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang 21 sempurna. Stelah editing on line ini siap, proses berlanjut dengan mixing. • Mixing Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi music yang juga sudah direkam, dimasukkan kedalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan music harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang penting dalam post production sudah selesai. 2.2.1.3 Ciri-Ciri Rumah Produksi Ciri khas yang dimiliki rumah produksi adalah: a. Masa kerja relative 24 jam sehari b. Tidak bekerja berdasarkan birokrasi c. Aturan luwes d. Demokratis e. Kreatif f. Saling menghargai, saling percaya, dan saling pengertian diantara pimpinan dan pelaksana. 22 2.2.2 Documentary ( film dokumenter) 2.2.2.1 Definisi Documentary Adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926. Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film dokumenter. Mereka merekam hal seharihari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan. Sejak era film bisu, film dokumenter berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks dengan jenis dan fungsi yang semakin bervariasi. Inovasi teknologi kamera dan suara memiliki peran penting bagi perkembangan film dokumenter. Sejak awalnya film dokumenter hanya mengacu pada produksi yang menggunakan format film (seluloid) namun selanjutnya berkembang hingga kini menggunakan format video (digital). 23 2.2.2.2 Jenis-Jenis Dokumenter No. a. Jenis-Jenis Dokumenter Laporan Perjalanan Keterangan Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan dokumenter untuk ini jenis adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film. b. Sejarah Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah 24 satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. c. Potret/ Biografi Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas – di dunia atau masyarakat tertentu – atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang jenis ini menarik. d. Nostalgia Film–film sebenarnya dekat dengan jenis 25 sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian–kejadian dari seseorang atau satu kelompok. e. Rekonstruksi Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya penonton sehingga dibantu kepada harus rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. Contoh film jenis 26 ini adalah Jejak Kasus, Derap Hukum dan Fokus. f. Jenis Investigasi memang dokumenter ini kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun Umpamanya tidak. korupsi dalam penanganan bencana, jaringan kartel atau mafia di sebuah negara, tabir dibalik sebuah peristiwa pembunuhan, ketenaran instan sebuah band dan sebagainya. Peristiwa seperti itu ada yang sudah terpublikasikan dan ada pula yan belum, namun persisnya seperti apa bisa jadi tidak 27 banyak orang yang mengetahui. g. Perbandingan & Kontradiksi Dokumenter ini mentengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu seperti film Hoop Dreams (1994) yang dibuat oleh Selama empat mengikuti remaja Steve James. tahun, perjalanan Chicago ia dua keturunan Afro-America, William Gates dan Arthur Agee untuk menjadi atlit basket professional. h. Ilmu Pengetahuan Film dokumenter genre ini sesungguhnya dekat yang dengan paling masyarakat Indonesia, misalnya saja pada masa Orde Baru, TVRI sering memutar program berjudul Dari Desa Ke Desa ataupun 28 film luar yang banyak dikenal dengan nama Flora dan Fauna. Jenisnya ada 2, yaitu film dokumenter sains dan film instruksional. i. Buku Harian Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber–genre ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema–temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa yang dialami atau bahkan perlakuan kawan– kawannya terhadap dirinya. 29 Musik j. Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun pada masa 1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat banyak diproduksi. Memang salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan Pannebaker membuat film – film yang sebenarnya hanya mendokumentasikan pertunjukkan musik. Tabel 2.1 2.2.2.3 Tipe-tipe Dokumenter No. Tipe-Tipe Keterangan Dokumenter a. Tipe Expository Tipe ini yang paling klasik dibandingkan yang lain karena banyak digunakan untuk film dokumenter yang ditayangkan oleh televisi pada masa sekarang. Pada tahun 1930-an, tokoh besar 30 dokumenter, John Grierson menawarkan sebuah betuk yang sangat berbeda dari dokumenter sebelumnya yang dianggap terlalu puitik. Tawaran tersebut adalah paparan yang (explanation) berupa yang bersamaan gambar–gambar di dengan film. menggunakan menjelaskan penjelasan maka dengan Menurutnya, paparan yang pembuat film dokumenter bisa ‘naik kelas’ dari yang semula mengangkat tema–tema propaganda sosial ke tema–tema masalah sosial di dunia. b. Tipe Observational Film merupakan dokumenter film yang observational filmmaker-nya menolak untuk mengintervensi objek dan peristiwanya. Mereka berusaha untuk netral dan tidak memberi menghakimi subjek atau peristiwanya. Tipe ini juga menolak 31 menggunakan narasi (voice-of-god), komentar dari luar ruang cerita, wawancara, bahkan menolak penggunaan tulisan panjang yang menjelaskan adegan (intertitles). Penekanannya untuk memaparkan potongan kehidupan manusia secara akurat atau mempertunjukkan gambaran kehidupan manusia secara langsung. Cara ini dipergunakan sebagai observasi sederhana untuk mereka bentangan peristiwa yang ada di depan filmmaker-nya. Dengan bahasa sederhana, filmmaker tidak ikut campur terhadap subjek atau peristiwa yang ada di depannya dan ia hanya merekam dengan kameranya dan alat perekam suaranya. Hal inilah yang membuat tipe observational dikenal dengan Direct Cinema yang akhirnya menjadi sebuah gaya dalam film dokumenter. c. Tipe Interactive Tipe dokumenter interctive menjadi kebalikan dari dokumenter observational, di 32 mana pada observational, filmmaker tidak pernah atau tidak boleh tampak di dalam filmnya. Sedangkan tipe interactive, filmmaker-nya menampakkan diri secara menyolok di layar dan sering melibatkan diri pada peristiwa serta berinteraksi dengan subjeknya. Aspek utama dari dokumenter interactive adalah wawancara, terutama dengan subjek–subjeknya sehingga bisa didapatkan komentar–komentar dan respon langsung dari narasumbernya (subjek film). Dengan demikian subjek dalam film tersebut bisa menyampaikan pendapat dan pandangan mereka terhadap permasalahan yang diangkat oleh filmmaker-nya. d. Tipe Reflexive Filmmaker dalam dokumenter reflexive sudah melangkah satu tahap lebih maju dibandingkan tipe interactive. Tujuannya untuk membuka ‘kebenaran’ lebih lebar kepada penontonnya. Tipe ini lebih memfokuskan pada bagaimana film itu 33 dibuat artinya penonton dibuat menjadi sadar akan adanya unsur–unsur film dan proses pembuatan film tersebut, justru hal inilah yang menjadi titik perhatiannya. e. Tipe Poetic Film dokumenter tipe poetic cenderung memiliki interpretasi subjektif pada subjek– subjeknya. mengabaikan Pendekatan dari kandungan tipe ini penceritaan tradisional yang cenderung menggunakan karakter tunggal (individual characters) dan peristiwa yang harus dikembangkan. Editing dalam dokumenter poetic sangat nyata bahwa kesinambungan (continuity) tidak memiliki dampak apapun sebab dalam editingnya lebih mengeksplorasi asosiasi dan pola yang melibatkan ritme dalam waktu (temporal rhythms) dan jukstaposisi ruang (spatial juxtapositions). Table 2.2 2.2.2.4 Unsur-Unsur Dokumenter 34 a. UNSUR VISUAL • Observasionalisme Reaktif Pembuatan film dokumenter dengan bahan yang sebisa mungkin diambil langsung dari subyek yang difilmkan. Hal ini berhubungan dengan ketepatan observasi oleh operator kamera/sutradara • Observasionalisme Proaktif Pembuatan film dokumenter dengan memilih materi film secara khusus sehubungan dengan observasi terdahulu oleh operator kamera/sutradara • Mode Ilustratif Pendekatan terhadap dokumenter yang berusaha menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan oleh narator/voice over • Mode Asosiatif Pendekatan dalam dunia dokumenter yang berusaha menggunakan potongan-potongan dengan berbagai cara. Dengan demikian, diharapkan arti metafora dan simbolis yang ada pada informasi harafiah dalam film, dapat mewakili b. UNSUR VERBAL • Overhead Exchange Rekaman pembicaraan anatra dua sumber atau lebih yang terkesan direkam secara tidak sengaja dan secara langsung • Kesaksian 35 Rekaman observasi, opini atau informasi, yang diungkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar dan sumber lain yang berhubungan dengan subyek dokumenter. Hal ini merupakan tujuan utama dari wawancara • Eksposisi Penggunaan voice over atau orang yang langsung berhadapan dengan kamera, secara khusus mengarahkan penonton yang menerima informasi dan argumen