BERITA TERKINI Efek Neuroprotektif Astaxanthin Pasca-perdarahan Subaraknoid adhesion molecule-1), dan nuclear factor kappa B DNA-binding. Hasilnya menunjukkan bahwa terapi pascaperdarahan subaraknoid dengan astaxanthin dosis tinggi secara bermakna menurunkan peningkatan aktivitas nuclear factor kappa B, ekspresi sitokin inflamasi dan intercellullar adhesion molecule-1 pada transkripsi messenger RNA, serta sintesis protein. Lebih lanjut, efek yang bermanfaat tersebut menyebabkan perbaikan kaskade cedera otak sekunder termasuk edema serebral (otak), kerusakan sawar darah otak, gangguan fungsi neurologi, dan degenerasi sel saraf. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa terapi astaxanthin bersifat neuroprotektif terhadap perdarahan subaraknoid, mungkin melalui supresi inflamasi serebral. N euroinflamasi dan stres oksidatif berperan penting dalam perkembangan cedera (injury) otak dini setelah perdarahan subaraknoid. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa cedera otak dini sangat berkontribusi terhadap outcome yang buruk pasca-perdarahan subaraknoid. Astaxanthin, salah satu carotenoid, telah menunjukkan mempunyai sifat antiinflamasi dan antioksidan yang poten dalam berbagai model cedera jaringan. Namun, efek potensial astaxanthin pada perdarahan subaraknoid masih belum diteliti. Oleh karena itu, dilakukan suatu studi untuk menilai efek protektif astaxanthin terhadap neuroinflamasi pada perdarahan subaraknoid sisterna preciasmatik tikus. Dalam studi tersebut, tikus secara acak menjalani operasi atau prosedur perdarahan subaraknoid palsu, dan astaxanthin (25 mg/ kg atau 75 mg/kg) atau vehikulum dengan volume yang sama diberikan per oral 30 menit setelah perdarahan subaraknoid. Semua tikus dibunuh pada 24 jam setelah perdarahan subaraknoid. Skor neurologi, kandungan cairan otak, permeabilitas sawar darah otak, dan kematian sel saraf diperiksa. Inflamasi otak dinilai dengan perubahan ekspresi rata-rata pada aktivitas myeloperoxidase, sitokin (interleukin-1β, tumor necrosis factor-α), molekul adhesi (intercellular Studi hewan lain juga telah menunjukkan bahwa injeksi astaxanthin intraserebroventrikuler 30 menit pasca-perdarahan subaraknoid secara bermakna mengurangi cedera otak dini (termasuk edema otak, kerusakan sawar darah-otak, apoptosis sel saraf, dan gangguan fungsi otak) setelah perdarahan subaraknoid. Sementara itu, terapi astaxanthin 3 jam setelah perdarahan subaraknoid dengan pemberian oral juga bersifat neuroprotektif pada tikus dan kelinci. Sebagai tambahan, para peneliti menemukan bahwa terapi astaxanthin dapat mencegah kerusakan oksidatif dan meningkatkan kadar antioksidan endogen pada korteks serebral tikus setelah perdarahan subaraknoid. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pemberian astaxanthin dapat mengurangi cedera otak dini setelah perdarahan subaraknoid, secara potensial melalui efek antioksidannya yang poten. Disimpulkan bahwa astaxanthin mungkin dapat menjadi zat terapeutik yang menjanjikan untuk cedera otak dini setelah perdarahan subaraknoid. (EKM) REFERENSI: 1. Zhang XS, Zhang X, Wu Q, Li W, Wang CX, Xie GB, et al. Astaxanthin offers neuroprotection and reduces neuroinflammation in experimental subarachnoid hemorrhage. J Surg Res. 2014;192(1):206-13. doi: 10.1016/j.jss.2014.05.029. 2. Zhang XS, Zhang X, Zhou ML, Zhou XM, Li N, Li W, et al. Amelioration of oxidative stress and protection against early brain injury by astaxanthin after experimental subarachnoid hemorrhage. J Neurosurg. 2014;121(1):42-54. doi: 10.3171/2014.2.JNS13730. 370 CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015