TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Sistematika Kingdom: Plantae; tanaman aglaonema adalah Divisi: Spermatophyta; sebagai Subdivisi: berikut, Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Araceales; Famili: Araceae; Genus: Aglaonema; Spesies: Aglaonema modestum, A. brevispathum, A. cochinense, A. pumilum, A. hospitum, A. simplex, A. commutatum, A. costatum, A. densinervium, A. crispum (Leman, 2002). Aglaonema termasuk tanaman monokotil, akar aglaonema adalah akar serabut atau disebut juga wild root (akar liar) karena semua akar tumbuh dari pangkal batang dan berbentuk serabut. Akar yang sehat berwarna putih dan tampak berisi (gemuk), sedangkan akar yang sakit berwarna coklat (Puspitasari, 2010). Tanaman aglaonema mempunyai batang berbuku dan tidak berkayu. Buku merupakan tempat melekatnya tangkai daun. Pada setiap ruas buku terdapat satu mata tunas tidur yang sebenarnya mampu membentuk tanaman baru. Sedikitnya jumlah mata tunas tidur yang tumbuh disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kompetisi antar tunas dalam satu ruas setek batang, umur batang, kemampuan tumbuh mata tunas, dan kondisi lingkungan (Qodriyah dan Sutisna, 2010). Bentuk daun bulat lonjong, warna daun bervariasi antara lain hijau-putih, hijau-merah, bahkan merah menyala. Penampilannya semakin beranekaragam dengan munculnya aglaonema hibrid baru asal Thailand dan Indonesia. Tidak hanya warna daun yang mempesona, pola atau corak pada daun aglaonema membuatnya semakin memikat (Puspitasari, 2010). Universitas Sumatera Utara Pada daun aglaonema terdapat tangkai daun yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaan daun. Tangkai tersebut berpelepah yang saling bertaut menutup batang tanaman, sehingga orang sering mengira aglaonema tidak memiliki batang (Subono dan Andoko, 2005). Bunga aglaonema sangat sederhana, termasuk bunga majemuk tak terbatas, dan tergolong bunga tongkol (spadix). Bunga berbentuk bulir, tumbuh diketiak daun. Sebagaimana golongan Araceae lainnya, bunga aglaonema tertutup oleh seludang bunga (spatha) yang berfungsi untuk menarik serangga, serta merupakan perangkap bagi serangga yang mengunjungi bunga ini. Pada tongkol, bunga jantan terletak di bagian atas, sedangkan bunga betina di bagian bawah. Di antara kedua jenis bunga itu sering sekali terdapat bunga-bunga yang mandul. Bunga-bunga yang mandul ini secara kasat mata dapat dilihat dari warnanya yang putih dengan seludang putih kehijau-hijauan. Bunga jantan yang sudah masak akan terdapat serbuk sarinya yang juga berwarna putih (Purwanto, 2010). Penyerbukan yang berhasil ditandai dengan bakal buah membesar dan berkembang menjadi buah yang berada di pangkal bunga. Buah berbentuk bulat lonjong. Mula-mula buah berwarna hijau kekuningan, lalu berubah menjadi merah sebagai tanda sudah matang. Proses pemasakan buah sekitar 6 bulan. Buah yang sudah matang dipetik, lalu diambil biji-bijinya (Puspitasari, 2010). Syarat Tumbuh Iklim Aglaonema yang terlalu banyak terkena sinar matahari akan menyebabkan daun terbakar dan menguning lalu coklat kehitaman. Bila lokasi penanaman di dataran sedang sebaiknya menggunakan shading net 75% agar hanya 25% cahaya Universitas Sumatera Utara yang masuk. Di dataran rendah dianjurkan menggunakan shadding net 80-85% (Poli, 2009). Suhu, pH, kelembaban, intensitas cahaya, dan ketinggian lokasi mempengaruhi pertmbuhan aglaonema. Kisaran yang baik untuk pH 5,5-6,5, suhu 21-24oC, kelembaban 50-75%, intensitas cahaya 16-27 klux, dan ketinggian 300400 dpl/ dataran sedang. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi membuat daun agak tegak, berwarna pucat, dan muncul bercak-bercak disekitar daun. Kalau cahaya terlalu rendah, tanaman lebih kompak tetapi tumbuh pelan. Warna kurang keluar. Pada keadaan terbuka (tidak ada pohon tinggi disekitarnya), Aglaonema dapat tumbuh dengan baik apabila diberi naungan net 65-85% (Kadir, 2010). Secara umum aglaonema tumbuh baik pada ketinggian 300-400 mdpl. Variasi ketinggian yang cocok adalah antara 0-800 mdpl. Aglaonema yang bertekstur tebal, corak daun terang, dan kokoh dapat tumbuh di dataran sedang maupun rendah. Di dataran sedang bisa sampai 35 hari. Aglaonema dapat tumbuh baik pada suhu antara 24-30 oC di siang hari dan 18-24 oC di malam hari. Suhu yang terlalu rendah menyebabkan kekurangan fosfor dan merangsang produksi klorofil sehingga dapat menutup warna merah pada daun. Suhu terlalu tinggi membuat daun menjadi pucat. Aglaonema akan tumbuh baik pada kelembaban 50-75%. Kelembaban di bawah 50% menyebabkan daun cepat kering dan layu. Kelembaban di atas 75% menyebabkan tumbuh cendawan pada media tanam (Subono dan Andoko, 2005). Tanah Aglaonema membutuhkan media tanam yang baik untuk hidupnya. Medianya gembur dan porous agar akar yang baru mampu menembus media Universitas Sumatera Utara untuk mencari makanan. Media yang porous juga berfungsi membuang kelebihan air sehingga volume air tidak berlebihan. Media juga harus mengandung zat hara yang cukup sehingga tanaman tumbuh sehat mulai dari akar, batang, dan daun. Ada beberapa media yang dapat digunakan yakni sekam bakar, serbuk kelapa (cocopeat), dan pakis (Budiana, 2002). Menurut Subono dan Andoko (2005) tingkat porositas media yang diperlukan tanaman tergantung pada ketinggian daerah dan kelembaban udara. Pada dataran rendah yang curah hujan rendah dan panas, media tanam sebaiknya yang bias menehan air sehingga media tidak kering. Pada dataran tinggi yang umumnya sering hujan, gunakan media dengan porositas tinggi. Komposisi media tanam campuran arang sekam, cocopeat, dan zeolit dengan perbandingan 3:2:1 atau campuran media tanam lainnya yang memiliki porositas tinggi, sehingga mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi (Mubarok et al., 2012). Aglaonema memiliki preferensi terhadap jenis tanah yang lembab tapi tidak becek. Aglaonema umumnya ditanam dalam pot dengan media tanam sekam bakar. Media tanam yang lazim dipakai para pecinta aglaonema di Thailand, yaitu tanah dan sekam dicampur sedikit kompos daun dan tambahan cocopeat. Alat yang dibutuhkan dalam menanam aglaonema adalah sarung tangan karet, gunting tanaman, pot, media tanah, dan pupuk. Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum menanam aglaonema tentu saja memilih bibit yang baik (Mulyadi, 2015). Universitas Sumatera Utara Pemuliaan Mutasi Dalam bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi genotip tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar, rhizome, media kultur jaringan dan sebagainya (Balai Tanaman Pertanian, 2006). Pemuliaan mutasi merupakan alat untuk menghasilkan keragaman jenis tanaman baru yang mungkin dapat dipergunakan untuk teknik pemuliaan konvensional (Pehlman, 1983). Kelebihan utama dari pemuliaan mutasi adalah kemungkinan untuk merubah satu atau beberapa karakter penting lain yang sudah ada (Boertjes dan Harten, 1988). Istilah pemuliaan mutasi umumnya digunakan untuk menunjukkan pemakaian mutagen oleh pemuliaan tanaman dalam usahanya untuk menciptakan keragaman dari mutasi buatan. Bedanya dengan pemuliaan tanaman tergantung pada keragaman alami yang dapat diperoleh dari rekombinasi gen dan hibridisasi (Crowder, 1986). Kolkhisin Kolkhisin merupakan suatu alkaloid yang berasal dari umbi dan biji tanaman autumn crocus (Colchicum autumnale). Menurut Brewbaker (1983) dalam Ajijah dan Bermawie (2003), kolkhisin berpengaruh menghentikan aktivitas benang-benang pengikat kromosom (spindle) sehingga kromosom yang telah membelah tidak memisahkan diri dalam anafase pada pembelahan sel. Dengan terhentinya proses pemisahan kromosom pada metafase mengakibatkan Universitas Sumatera Utara penambahan jumlah kromosom dalam sel sehingga tanaman poliploid lebih kekar dan memiliki akar, batang, daun, bunga dan buah lebih besar dibandingkan dengan tanaman diploid. Kolkhisin diberikan pada bagian tanaman yang sedang melakukan pembelahan yakni pada titik tumbuh vegetatif misalnya pada benih, kecambah dan ujung batang tanaman (Samadi, 1997). Kolkhisin menghambat tahap metafase, mencegah polimerisasi tubulin menjadi mikrotubulin, mencegah tubulin tersebut menjadi serat benang fungsional (benang gelendong) sehingga tahap anafase untuk pemisahan kromosom tidak terjadi. Tanpa benang gelendong tersebut, dinding pemisah gagal terbentuk sehingga kromosom dan duplikatnya tetap berada di dalam sel yang sama. Akibatnya pembelahan sel tidak berlangsung, sehingga pembelahannya dimulai dengan sel diploid diakhiri dengan terbentuknya sel tetraploid (Wiendra et al., 2011). Jumlah kromosom aglaonema bervariasi dari 2n = 42 sampai 60 tergantung spesies (Budiarto, 2016). Jumlah kromosom dasar dari Aglaonema adalah 2n = 16, yang kemudian mengalami poliploidi pada berbagai kasus (Henny et al., 2015). Pada tanaman kebanyakan, poliploidi buatan sering digunakan untuk memperbesar ukuran sel, mendorong ke arah perbesaran organ reproduki dan organ vegetatif, sehingga pertumbuhan dan produksi meningkat (Adaniya dan Shira, 2001). Sel-sel tumbuhan umumnya tahan terhadap konsentrasi larutan kolkhisin yang relatif kuat. Substansi kolkhisin cepat mengadakan difusi ke dalam jaringan tanaman dan kemudian menyebar luas keberbagai bagian tubuh tanaman melalui jaringan pengangkut. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa penggunaan Universitas Sumatera Utara kolkhisin yang agak kuat dan dalam waktu singkat memberikan hasil yang lebih baik daripada kebalikannya (Suryo, 1995). Dalam pemuliaan tanaman, untuk menentukan ukuran tingkatan ploidi penting dengan cara yang sederhana dan cepat yaitu mengukur dengan berbagai langkah – langkah pada pemuliaan tanaman. Pada banyak jenis tanaman, memiliki korelasi antara ukuran ploidy dan karakteristik fisiologis seperti urutan kloroplas pada sel pengawal, ukur an sel stomata, ukuran stomata dan ukuran diameter tepung sari (Omidbaigi et al., 2010). Umumnya kolkhisin bekerja efektif pada konsentrasi 0,001-1,00% dengan lama perlakuan berkisar antara 3-24 jam. Jika konsentrasi larutan kolkhisin dan lama waktu perlakuan kurang mencapai keadaan yang tepat, maka ploiploidi belum dapat diperoleh. Sebaliknya, jika konsentrasi terlalu tinggi atau waktu terlalu lama, maka kolkhisin memperlihatkan pengaruh negatif, yaitu penampilan menjadi jelek, sel-sel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan matinya tanaman (Suryo, 1995). Menurut penelitian Simamora (2016) perendaman kolkhisin selama 6 jam pada stek batang aglaonema dengan dosis 2 ppm, 4 ppm, dan 6 ppm menunjukkan bahwa pemberian dosis 6 ppm sangat berpengaruh nyata terhadap kontrol. Kromosom Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer atau kinektor yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema dan gen berjumlah Universitas Sumatera Utara dua buah (sepasang). Kromosom merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi menurut Hukum Mendel (Suprihati et al., 2007). Kromosom terdiri atas sentromer dan lengan kromosom. Sentromer tidak mengandung gen dan merupakan tempat melekatnya kromosom. Jika dilihat menggunakan mikroskop, sentromer terlihat terang karena kemampuan menyerap zat warna yang rendah. Sentromer memiliki fungsi penting dalam pembelahan sel mitosis. Lengan kromosom merupakan bagian kromosom yang mengandung gen. setiap kromosom memiliki satu atau dua lengan. Setiap lengan kromosom, terdapat benang halus yang terpilin. Benang-benang halus tersebut dikenal dengan kromatin. Benang-benang kromatin juga merupakan untaian DNA (deoxyribonucleic acid) yang berpilin dengan protein histon. Bentuk ikatan DNA dan protein histon disebut juga nukleosom (Ritonga dan Wulansari, 2010). Pengamatan terhadap jumlah kromosom saat mitosis, sering timbul kesulitan karena kromosom tumpang tindih antara yang satu dan yang lainnya dan kadang masih terlihat samar akibat kondensasi yang belum sempurna. Perbedaan kromosom menggambarkan perbedaan kandungan genetik pada suatu individu. Variasi utama yang dapat diamati yaitu ukuran atau panjang absolut, sifat kromosom terhadap pewarnaan, morfologis, ukuran relatif dan jumlah kromosom. Individu dalam satu spesies mempunyai jumlah kromosom yang sama tetapi spesies yang berbeda dalam satu genus mempunyai jumlah kromosom yang berbeda (Suliartini, 2003). Universitas Sumatera Utara