Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh……………… Selamat siang…..Salam sejtera buat kita semua…………… Hari ini kita melanjutkan perkuliahan kita yakni matakuliah Akuntansi Biaya….. Pada pertemuan ke 9 ini, kita akan membahas materi tentang Sisten Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan atau Job Order Costing. Di dalam menghitung biaya produksi terdapat dua sistem perhitungan yakni; 1. Sistem perhitungan berdasarkan pesanan (job order costing) dan ; 2. Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing). Tujuan dari kedua sistem perhitungan biaya tersebut sama yakni untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya yang digunakan sebaiknya ekonomis dalam pengoperasiannya. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing atau job costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain. Misalnya, jika suatu percetakan secara simultan mempersiapkan pesanan untuk label, kertas kado berwarna, dan gambar tempel, maka selain pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan tampilan fisiknya, biaya per unit pesanan-pesanan tersebut juga berbeda, sehingga perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan. Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya pesanan (job cost sheet), yang berbentuk kertas atau elektronik. Meskipun banyak pesanan dapat dikerjakan secara simultan, setiap kartu biaya pesanan mengumpulkan rincian untuk satu pesanan tertentu saja. Rincian tersebut mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang dibebankan ke setiap pesanan. Ketiga biaya tersebut kemudian diakumulasikan untuk pada akhirnya diketahuilah biaya produksi untuk suatu pesanan. A. Biaya Bahan Baku Langsung Berawal dengan adanya pesanan, maka departemen produksi/pabrik yang bertugas melaksanakan pesanan tersebut membuat perencanaan terlebih dahulu yaitu rencana produksi yang memuat, antara lain: bahan baku yang dibutuhkan dengan Surat Permintaan Pembelian (Purchase Requisition). Surat permintaan Pembelian ini sebagai pedoman pembelian untuk melaksanakan pesanan atau dasar untuk mengirim Order Pembelian (Purchase Order). Selanjutnya petugas pembelian setibanya pesanan akan mengadakan pemeriksaan, apakah jumlah tersebut sesuai atau tidak dengan pesanan yang dilakukan, setelah mendapat persetujuan. Bagian pembelian mengeluarkan Bukti Penerimaan Bahan (Receiving Report) yang memuat jumlah keadaan barang yang diterima. Penerimaan ini dicatat dengan mendebit perkiraan Bahan Baku (Material) dan sebaliknya untuk perkiraan Hutang Dagang (Kas dicatat disebelah kredit). Bagian produksi memulai aktivitasnya dengan membuat Bon Pengeluaran Bahan (Material Requisition). Ikhtisar mengenai bon pengeluaran bahwa secara periodik merupakan bukti untuk memindahkan biaya bahan baku langsung dari perkiraan pengendalian bahan baku ke perkiraan pengendalian Barang dalam Proses (Work in Process). Biaya yang dipindahkan tersebut merupakan biaya bahan baku langsung yang dibebankan untuk setiap pesanan. B. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang tidak berwujud, tidak seperti pemakaian bahan baku maka untuk sistem ini harus dilaksanankan dengan seksama mengenai perlakuan baiya tenaga kerja langsung, agar dapat ditetapkan untuk jumlah yang tepat mengenai upah TKL yang harus dibayarkan kepada pekerja (buruh) di dalam periode pembayaran upah dan pembebanan yang tepat atas biaya buruh ke perkiraan Biaya Fabrikase dan ke masing-masing pesanan. Biaya biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja: 1. Jam kerja Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai kegiatan produksi yakni dengan memasukkan unsur biaya overhead dan membebankan kepada pesanan yang bersangkutan. 2. Waktu Nganggur: Waktu dimana sebagai akibat kerusakan mesin, kekurangan pekerjaan atau kesalahan manajemen dsb. Karyawan tidak bekerja . Kondisi tetap menjadi tanggungjawab manajemen, oleh karena itu ia tetap tetap harus membayar upah karyawan. 3. Perlakuan: Diperlakukan sebagai elemen Biaya Overhead Pabrik Insentif: pemberian penghargaan dalam bentuk gajai upah sebagai upaya memberikan motivasi kerja atau penghargaan karena prestasi yang baik. 4. Premi Lembur: Pembayaran gaji-upah kepada karyawan karena ia bekerja lebih dari standar yang ditentukan ( diatas 40 jam per minggu). C. Biaya Overhead Biaya Overhead pabrik adalah biaya-biaya bahan tak langsung, tenaga kerja tak langsung dan biaya-biaya pabrik lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu pekerjaan, hasil produksi/tujuan biaya akhir (Usry & Hammer, 1991 –368). Pendapat ahli lainya menyatakan bahwa biaya overhead pabrik merupakan setiap biaya yang tidak secara langsung melekat pada suatu produk, yaitu semua biaya-biaya diluar biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik mencakup biaya produksi lainnya seperti pemanasan ruang pabrik, penerangan, penyusutan pabrik dan mesin-mesin. Biaya pabrik seperti pemeliharaan, gudang bahanbahan dan hal lain yang memberikan pelayanan-pelayanan kepada bagian produksi juga merupakan bagian dari biaya overhead pabrik. Langkah Penentuan tarif Biaya Overhead Pabrik; 1. Menyusun Anggaran 2. Memilih Dasar Pembebanan kepada produk dengan memperhatikan: Pertama, tentukan BOP yang dominan jumlahnya. Setelah itu, pelajari sifat-sifat BOP dan kaitan erat antar sifat tsb. dengan dasar pembebanan yang dipakai. Adapun Macam dasar pemilihan, yakni satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, jam tenaga kerja langsung, dan jam mesin. 3. Menghitung Tarif Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanannya telah dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan rumus : BOP yang dianggarkan = Tarif biaya overhead pabrik/taksiran dasar pembebanan Perhitungan biaya berdasarkan pesanan pada perusahaan manufaktur digunakan untuk menelusuri beberapa biaya secara langsung ke setiap segmen output. Hal ini terjadi ketika pelanggan memesan atau segmen lain dari ouput tidak semuanya serupa. Setiap segmen output yang teridentifikasi disebut pesanan. Rincian dari biaya pesanan dikumpulkan di kartu biaya pesanan, yang juga berfungsi sebagai buku pembantu untuk akun Barang dalam Proses. Adapun rincian dari biaya pesanan meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Ketiga biaya tersebut diakumulasikan dan didapatlah biaya produksi untuk setiap pesanan. D. SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN Sistem Akuntansi Persediaan bertujuan untuk mencatat mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang. Sistem ini berkaitan erat dengan sistem penjualan, sistem retur penjualan, sistem pembelian, dan sistem akuntansi biaya produksi. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari: persediaan produk jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan bahan habispakai pabrik, persediaan suku cadang. Dalam perusahaan dagang , persediaan hanya terdiri dari satugolongan, yaitu persediaan barang dagangan, yang merupakan barang yang dibeli untuk tujuandijual kembali.Ada macam metode pencatatan persediaan: metode mutasi persediaan ( perpetual inventory ) dan metode persediaan fisik ( physical inventory method ). Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Dalam metode fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Akuntasi persediaan secara manual, diselenggarakan dua catatan akuntansi, yaitu di fungsi gudang diselenggarakan kartu gudang untuk mencatat kuantitas persediaan dan mutasi tiap jenis barang yang disimpan digudang, dan di fungsi akuntansi diselenggarakan kartu persediaan yang digunakan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok barang yang disimpan digudang. 1. SISTEM DAN PROSEDUR YANG BERSANGKUTAN DENGAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN Sistem dan brosedur yang bersangkutan dengan sistem akuntansi persediaan adalah: 1. Prosedur pencatatan produk jadi. 2. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual. 3. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli 4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuain kembali harga pokok persediaan produkdalam proses. 5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli. 6. Prosedur pencatatan kepada pemasok. harga pokok persediaan yang dikembalikan 7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang. 8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian baranggu dan. 9. Sistem penghitungan fisik persediaan. 1. Prosedur Pencatatan Produk Jadi Dokumen sumber yang digunakan dalam prosedur pencatatan produk jadi adalah laporan produk selesai dan bukti memorial. Laporan produk selesai digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat tambahan kuantitas produk jad dalam kartu gudang. Bagian jurnal mencatat harga pokok produk jadi di dalam jurnal adalah: Persediaan Produk Jadi Barang dalam proses Rp.xxx Rp.xxx 2. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi Yang Dijual Catatan akuntansi yang digunakan dalam prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual adalah kartu gudang, kartu persediaan, jurnal umum. Dalam prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual, kartu gudang berfungsi untuk mencatat mutasi kuantitas persediaan produk jadi karena transaksi penjualan, sedangkan kartu persediaan berfungsi untuk mencatat mutasi kuantitas dan harga pokok persediaan produk jadi yang dijual. Berdasarkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekapitulasi harga pokok penjualan dicatat dalam jurnal umum adalah: Harga Pokok Penjualan Rp. Xxx Presediaan Produk Jadi Rp. Xxx 3. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi Yang Diterima Kembali Dari Pembeli Pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima dari pembeli dilakukan oleh Bagian KartuPersediaan berdasarkan memo kredit yang diterima oleh bagian kartu persediaan dari bagian permintaan melalui bagian piutang. Bagian jurnal mencatat harga pokok produk jadi yang diterima dari pembeli didalam jurnal retur penjualan adalah: Persediaan Produk Jadi Rp. Xxx Harga Pokok Penjualan Rp.xxx 4. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan Dalam Proses Pencatatn persediaan dalam prose umumnya dilakukan oleh perusahaan pada akhir periode,pada saat dibuat laporan keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan. Dicatat dalam jurnal adalah: Persediaan Produk dalam Proses Rp. Xxx Barang dalam proses Rp. Xxx Pada awal periode akuntasi dibuat jurnal penyesuaian kembali adalah; Barang dalam proses Rp. Xxx Presediaan produk dalam proses Rp. Xxx Laporan produk dalam proses yang diterima oleh bagian kartu persediaan dari bagian produksi berisi informasi kuantitas produk dalam proses dan taksiran tingkat penyelesaian produk dalam proses yang ada difungsi produksi pada akhir periode akuntansi. Dicatat dalam jurnal umum adalah: Barang dalam proses biasa overhead pabrik Rp. Xxx Biasa overhead pabrik yang dibebankan Rp. Xxx 5. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan Yang Dibeli Bagian utang membuat bukti kas keluar sebagai dokumen sumber pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli berdasarkan dokumen pendukung: surat order pembelian yang diterima daribagian pembelian. Oleh bagian utang , bukti kas keluar dicatat di dalam register bukti kas keluar dengan jurnal: Persediaan Rp. Xxx Bukti kas keluar yg akan dibayar Rp. xxx