BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi 2.1.1.1 Pengertian Investasi Terdapat banyak pengertian mengenai investasi. Smith dan Skousen (1992 dalam Fahmi 2012:2) mengemukakan: “Investing activities : transaction and events the purchase and sale of securities (excluding cash equivalents), and buliding and equipment. And other asset not generally held for sale, and the making, and collecting for loans. They are not classified as operating activities, since the relate only indirectly to the central, ongoing operations ofentity.” Adapun pengertian lain investasi seperti yang dikemukakan oleh Sunariyah (2011:4), yaitu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. 2.1.1.2 Tujuan Investasi Tujuan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan dari aset yang menjadi objek investasi. Selain itu menurut Fahmi dan Hadi (2011:7) dalam bidang investasi kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai yaitu : a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut. b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (profit actual). 14 15 c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham. d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. 2.1.1.3 Bentuk-bentuk Investasi Dalam aktivasinya investasi pada umumnya dikenal ada dua bentuk yaitu; a. Real investment Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik. b. Financial investment Investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond). Pada dua bentuk investasi ini William F. Sharpe, et all dalam Fahmi (2012) menegaskan bahwa pada perekonomian primitif hampir semua investasi lebih ke investasi nyata, sedangkan pada perekonomian moderen, lebih banyak dilakukan investasi keuangan. Dimana lembaga-lembaga untuk investasi yang berkembang pesat memberi fasilitas untuk berinvestasi nyata. Jadi kedua bentuk investasi bersifat komplementer, bukan kompetitif. Sehingga kita bisa melihat salah satu ukuran ekonomi suatu negara tersebut adalah maju dimana keberadaan dan kualitas dari bursa efeknya diakui oleh para pebisnis.Sedangkan, menurut Sunariyah (2011) bentuk investasi adalah sebagai berikut: a. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets), adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. 16 b. Investasi dalam bentuk sekuritas (marketable securities atau financial assets), adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas. 2.1.1.4 Tipe-Tipe Investasi Pada saat seorang pebisnis atau mereka yang memilki kelebihan dana dan ingin berinvestasi maka ia dapat memilih dan memutuskan tipe aktiva keuangan seperti apa yang akan dipilihnya. Fahmi (2012:4) mengemukakan bahwa dalam hal ini ada dua tipe investasi yang dapat dipilih yaitu; a. Direct investment Direct investment (investasi langsung) adalah mereka yang memilki dana dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui para perantara atau berbagai cara lainnya. Terdapat beberapa macam Direct investment (investasi langsung) yaitu : 1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan a) Tabungan b) Deposito 2. Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan A. Investasi langsung di pasar uang a) T-bill b) Deposito yang dapat dinegoisasikan B. Investasi langsung di pasar modal 17 a) Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income securities) 1) T-bond 2) Federal agency securities 3) Municipal bond 4) Corporate bond 5) Convertible bond b) Saham-saham (equity securities) 1) Saham preferen (preffered stock) 2) Saham biasa (common stock) C. Investasi langsung di pasar turunan a) Opsi 1) Waran (warrant) 2) Opsi put (put option) 3) Opsi cal (call option) b) Future contract b. Indirect investment Indirect investment (investasi tidak langsung) adalah mereka yang memilki kelebihan dana dapat melakukan keputusan investasi dengan tidak terlibat secara langsung atau pembelian aktiva keuangan cukup hanya dengan memegang dalam bentuk saham atau obligasi saja. Mereka yang melakukan kebijakan Indirect investment (investasi tidak langsung) umumnya cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan penting pada suatu perusahaan. Contohnya membeli saham dan obligasi yang 18 dijual di pasar modal dan itu juga biasanya dilakukan melalui perusahaan investasi atau adanya perantara (agent). Perusahaan investasi menurut Jogiyanto (2008) adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk di investasikan ke dalam portofolionya (Hadi, 2012:7). Investasi tidak langsung Investasi langsung Perusahaan Investasi Investor Aktiva-aktiva Keuangan Investasi langsung Gambar 2.1 Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung Sumber: Jogiyanto (2008:7 dalam Hadi 2012:7) 2.1.1.5 Proses Investasi Setiap melakukan keputusan investasi memerlukan suatu proses, yang mana proses tersebut akan memberikan gambaran setiap tahap yang akan ditempuh oleh perusahaan. Menurut Fahmi (2012:7-8) secara umum proses manajemen investasi meliputi lima langkah yaitu: a. Menetapkan sasaran investasi Penetapan sasaran artinya melakukan keputusan yang bersifat fokus atau menempatkan target sasaran terhadap yang akan di investasikan. Jika sasaran investasi adalah dalam bentuk penyaluran kredit maka berarti investasi tersebut dalam bentuk lembaga perbankan, leasing, bank 19 perkreditan dan sejenisnya yang bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada publik yang mengalami kekurangan dana. b. Membuat kebijakan investasi Pada tahap proses yang kedua ini menyangkut dengan bagaimana perusahaan mengelola dana yang berasal dari stock, bond dan lainnya untuk kemudian di distribusikan ke tempat-tempat yang dibutuhkan. c. Memilih strategi portofolio Ini menyangkut keputusan peranan yang akan di ambil oleh pihak perusahaan, yaitu apakah bersifat aktif atau pasif. Pada saat perusahaan melakukan investasi aktif maka semua kondisi tentang perusahaan akan dengan cepat tergambarkan di pasar saham. Sedangkan secara pasif hanya dapat dilihat pada indeks rata-rata saja, atau dengan kata lain bedasarkan pada reaksi pasar saja tanpa ada sikap aktraktif. d. Memilih asset Disini pihak perusahaan berusaha memilih asset investasi yang nantinya akan memberi return yang tertinggi (maximal return). Return disini dilihat sebagai keuntungan yang akan mampu diperoleh. e. Mengukur dan mevaluasi kinerja Tahap ini merupakan tahap reevaluasi bagi perusahaan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan selama ini dan apakah tindakan yang telah dilakukan selama ini telah betul-betul maksimal atau belum. Jika 20 belum maka sebaiknya segera melakukan perbaikan agar kerugian tidak akan terjadi nantinya. 2.1.2 Pasar Modal 2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No 1548/KMK/90 (Sunariyah, 2011) adalah sebagai berikut: “Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang teroganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disipakan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.” Selain itu, pengertian pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten (Sunariyah, 2011:4). Menurut Siegel dan Shim (1999:68 dalam Fahmi, 2012:55), pasar modal adalah pusat perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Adapun menurut Shook (2002:71 dalam Fahmi, 2012:55), pasar modal merupakan sebuah pasar tempat dana-dana modal, seperti ekuitas dan hutang, diperdagangkan. Dengan demikian, pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan 21 maupun institusi lain (misanya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli. 2.1.2.2 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memilki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalanjan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan: a. Fungsi ekonomi, karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). b. Fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilki dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. 2.1.2.3 Manfaat Keberadaan Pasar Modal Berikut ini merupakan manfaat keberadaan pasar modal, diantaranya : 1. Sumber pembiayaan Sebagai salah satu sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya. 2. Wahana investasi Sebagai tempat investasi bagi investor yang ingin berinvestasi di aset keuangan. 22 3. Penyebaran kepemilikan perusahaan Sebagai tempat untuk penyebaran kepemilikan perusahaan kepada masyarakat. 4. Keterbukaan dan profesionalisme Salah satu industri yang sangat terbuka dan menjunjung tinggi profesionalisme sehingga akan mendorong terciptanya iklim usaha yang sehat 5. Lapangan kerja Menciptakan lapangan kerja/profesi bagi masyarakat, baik sebagai pelaku pasar maupun investor. 2.1.2.4 Jenis-jenis Pasar Modal Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual belikan. Sunariyah (2011:12) menjelaskan bahwa jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu : 1. Pasar perdana (primary market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual pertama kalinya 23 (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten) berdasarkan analisis fundamental yang bersangkutan. 2. Pasar sekunder (secondary market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjual belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di masa perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a) faktor internal perusahaan, yang berhubungan dengan kebijkan internal pada suatu perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai, (b) faktor eksternal perusahaan, yaitu halhal di luar kemampuan perusahaan atau di luar kemampuan manajemen untuk mengendalikan. 3. Pasar ketiga (third market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan. Jadi, dalam 24 pasar ketiga ini tidak memilki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan lantai bursa (floor trading). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut “trading information”. Informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi; harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan. 4. Pasar keempat (fourth market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Jadi, tetap pada akhirnya transaksi antar pemodal juga harus dicatatkan di bursa efek. 2.1.2.5 Bentuk Efisiensi Pasar Modal Bentuk efisiensi pasar ditentukan oleh informasi yang tersedia. Informasi yang tercermin dalam harga saham akan menentukan bentuk pasar efisien yang dapat diacapai. Secara teoritikal dikenal tiga bentuk pasar modal yang efisien (Sunariyah, 2011:181-182), yaitu: 1. Hipotesa pasar efisien bentuk lemah (The weak form efficient market hypothesis) Adalah suatu pasar modal dimana harga saham mereflesikan semua informasi harga historis. Harga saham sekarang dipengaruhi oleh harga saham masa lalu lebih lanjut informasi masa lalu dihubungkan kepada 25 harga saham untuk membantu menentukan harga saham sekarang. Berbagai kecenderungan harga saham dapat ditentukan oleh analisis kecenderungan informasi masa lalu. 2. Hipotesa pasar efisien bentuk setengah kuat (Semistrong form efficient market hypothesis) Harga saham pada suatu pasar modal menggambarkan semua informasi yang dipublikasi sampai ke masyarakat keuangan, tujuannya adalah untuk meminimalkan ketidaktahaun mengenai operasi perusahaan, dan dimaksudkan untuk menjelaskan dan menggambarkan kebenaran nilai dari suatu efek yang telah dikeluarkan oleh suatu institusi. Jenis informasi yang dipublikasikan termasuk semua informasi dalam laporan keuangan, laporan tahunan, harga saham historis. Semua informasi yang relevan dipublikasi menggambarkan harga saham yang relevan. 3. Hipotesa pasar efisien bentuk kuat (Strongform efficient market hypothesis) Pasar modal yang efisien dalam bentuk kuat merupakan tingkat efisiensi pasar yang tertinggi. Konsep pasar efisien bentuk kuat mengandung arti bahwa semua informasi direfleksikan dalam harga saham, baik informasi yang dipublikasikan (privat information) maupun informasi yang tidak dipublikasikan (non public information). 26 2.1.3 Saham 2.1.3.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling diminati investor karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Siegel dan Shim (1999:41 dalam Fahmi, 2012:81) mengemukakan bahwa: Saham adalah: a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan b. Kertas yang tercantum dengan jelas dengan nilai nominal, nama perusahaan yang di ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. c. Persediaan yang siap di jual. Adapun pengertian saham adalah sebagai berikut (http:// www.idx.co.id/ idid/ beranda/ informasi/ bagiinvestor/ saham.aspx) : “Saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memilki klaim atas pendapatan peusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).” 2.1.3.2 Jenis-jenis Saham Dalam pasar modal terdapat dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik (Fahmi, 2012:81-83), yaitu : a. Common stock (saham biasa) Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk 27 menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. Common stock ini memilki beberapa jenis yaitu : 1) Blue chip stock Adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memilki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas. 2) Growth stock Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan karenanya mempunyai PER yang tinggi (Husnan, 2005:354 dalam Fahmi, 2012:82). 3) Defensive stock Adalah saham yang cenderung stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan deviden, pendapatan, dan kinerja pasar (Shook, 2002:132 dalam Fahmi, 2012:82). 4) Cyclical stock Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh harga secara cepat saat eknomi lesu. 5) Seasonal stock Adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan. 28 6) Speculative stock Adalah saham yang kondisinya memilki tingkat spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif. Ini biasanya dipakai untuk membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak. b. Preferred stock (saham istimewa) Preferred stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal dimina pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartalan (tiga bulanan). Disebut istimewa, karena pemegang saham istimewa mempunyai hak keistimewaan di atas pemegang saham biasa, yang diperjanjikan pada saat emisi saham. Keistimewaan ini merupakan suatu kesepakatan antara pemodal dengan emiten. Perusahaan (emiten) yang menerbitkan saham preferensi, memilki tanggung jawab untuk memenuhi keistimewaan pemegang saham preferensi tersebut. 2.1.3.3 Keuntungan Memiliki Saham Bagi pihak yang memilki saham akan memperoleh beberapa keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu : a. Memperoleh deviden yang akan diberikan pada setiap akhir tahun. b. Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang dimiliki tersebut di jual kembali pada harga yang lebih mahal. 29 c. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis common stock (saham biasa 2.1.3.4 Penilaian Investasi Saham Menurut Sunariyah (2011:166-167) untuk menganalisis surat berharga saham digunakan dua analisis yaitu: a. Analisis teknikal Analisis teknikal (technical analysis) merupakan suatu teknis analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti : harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu. Fokus analisis teknikal adalah ketetapan waktu. Sasaran yang ingin dicapai pada pendekatan ini adalah ketetapan waktu dalam memprediksi pergerakan harga (price movement) jangka pendek suatu saham. Para analisis teknikal lebih menekankan pada perubahan harga dari pada tingkat harga, oleh ebab itu analisis lebih ditekankan untuk meramal trend perubahan harga tersebut. b. Analisis fundamental Analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memilki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analisis. Nilai intrinsik ini merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan 30 suatu return yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai instrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar suatu saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai instrinsiknya. Terdapat dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu pendekatan laba (price earning ratio) dan pendekatan nilai sekarang (present value approach). 2.1.3.5 Sertifikat Saham Setiap pemegang saham memperoleh sertifikat sebagai tanda kepemilikan pada perusahaan. Pada setiap sertifikat saham tercantum nama, alamat dan hak saura (voting) para pemegang saham. Sebagai suatu surat berharga mengandung perikatan hukum formal, yang setiap penerbitannya dijamin oleh undang-undang (Sunariyah, 2011:125). Nilai sertifikat dabat dibagi menjadi empat yaitu: 1. Nilai nominal (par value) Adalah harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan usaha. Harga saham tersebut merupakan harga yang sudah diotorisasi oleh rapat umum pemegang saham. Harga ini tidak berubah-ubah dari yang telah ditetapkan oleh rapat umum pemegang saham. 2. Nilai buku (book value) Nilai saham akan bermacam-macam dari waktu perusahaan didirikan, nilai saham tersebut berubah karena adanya kenaikan atau penurunan 31 harga saham. Nilai buku untuk setiap lembar saham dihitung dari pembagian jumlah nilai buku dengan jumlah lembar saham. 3. Nilai dasar (base price) Nilai dasar sautu saham sangat berkaitan dengan harga pasar saham yang bersangkutan setelah dilakukannya penyesuain karena corporate action (aksi emiten). Nilai dasar ini merupakan harga perdana saham tersebut. Nilai dasar ini juga digunakan dalam perhitungan indeks harga saham sehingga akan terus berubah jika emiten melakukan stock split,right issue dan lain-lain. 4. Nilai pasar (market price) Adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Apabila bursa efek telah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (clossing price). 2.1.4 Tindakan Korporasi Pada dasarnya terdapat dua tindakan korporasi yang dapat dilakukan oleh suatu emiten. Berdasarkan situs resmi dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dapat diproses oleh KSEI yaitu: 1. Tindakan korporasi wajib Tindakan korporasi wajib adalah tindakan korporasi atau Corporate Action (CA) yang tidak memerlukan tindakan atau instruksi dari pemegang rekening yang akan mendapatkan hak CA melalui C-BEST.Pemegang rekening hanya menerima hak CA dari emiten yang melakukan kegiatan tersebut.Jenis CA yang terjadi dalam tindakan korporasi jenis ini adalah: 32 a. Pembayaran bunga obligasi Bunga obligasi akan diberikan kepada pemegang rekening yang memiliki obligasi hingga tanggal yang telah ditentukan oleh emiten (record date). Pada tanggal pembayaran, C-BEST secara otomatis akan mendistribusikan bunga dari obligasi tersebut ke masing-masing rekening yang berhak berdasarkan daftar pemegang rekening pada tanggal record date. b. Pembayaran pokok obligasi Pembayaran nilai pokok obligasi akan diberikan pada tanggal jatuh tempo, KSEI akan memberikan daftar pemegang obligasi, yaitu daftar pihak yang memiliki obligasi hingga tanggal jatuh tempo kepada emiten/BAE. Emiten/BAE akan memberikan dana pembayaran nilai pokok obligasi ke KSEI. Pendistribusian pembayaran pokok obligasi akan diberikan ke pemegang rekening yang berhak setelah KSEI menerima dana dari Emiten/BAE. c. Dividen tunai Dividen tunai akan diberikan kepada pemegang rekening atau sub rekening yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan memperhitungkan besaran pajak dan dividen tunai bersih yang berhak diterima oleh pemegang rekening berdasarkan tingkat pajak yang dikenakan terhadap setiap pemegang rekening. Emiten akan memberikan total dividen tunai bersih (net) setelah menerima konfirmasi pembayaran dari KSEI. Pada tanggal distribusi, sistem 33 KSEI akan mendistribusikan dividen tunai ke rekening pemegang rekening yang berhak. d. Dividen saham KSEI akan mendistribusikan dividen saham kepada pemegang rekening atau sub rekening yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan memperhitungkan besaran dividen saham yang akan diterima dan pajak yang dikenakan kepada setiap pemegang rekening. e. Distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Rights akan diberikan kepada pemegang rekening yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan memperhitungkan besaran HMETD yang akan diterima setiap pemegang rekening sesuai dengan rasio yang diberitahukan oleh emiten kepada KSEI dan KSEI akan mendistribusikan HMETD tersebut ke rekening yang berhak. f. Saham bonus Penanganan saham bonus hampir sama dengan dividen saham, namun tidak memperhitungkan pajak. g. Distribusi waran Distribusi waran ini tidak sama dengan pemberian waran kepada pemegang saham yang melakukan exercise waran atau yang diberikan kepada pemegang saham yang mendapatkan saham hasil IPO. Distribusi waran ini akan diberikan kepada pemegang rekening yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan 34 memperhitungkan besaran waran yang akan diterima setiap pemegang rekening sesuai dengan rasio yang diberitahukan oleh emiten kepada KSEI. Emiten/BAE akan memberikan total waran yang akan didistribusikan kepada KSEI pada tanggal distribusi, dimana KSEI akan mendistribusikan waran itu ke rekening yang berhak. Waran ini selanjutnya akan diperdagangkan atau di-exercise oleh pemegang rekening. h. Mandatory conversion Aktivitas CA ini adalah untuk kegiatan mengubah jumlah efek yang dimiliki oleh pemegang rekening dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh emiten. Kegiatan ini terdiri dari: a) Merger dan akuisisi Merger adalah kegiatan yang dilakukan oleh emiten untuk melakukan penggabungan atas sahamnya. Seluruh emiten yang melakukan merger ini akan menjadi saham emiten (Issuer) baru atau akan menggunakan salah satu nama emiten dari seluruh emiten tersebut. Kegiatan merger/akuisisi akan mengubah komposisi jumlah kepemilikan saham yang dimiliki pemegang rekening. Sistem akan mengubah komposisi jumlah efek secara otomatis berdasarkan rasio (perhitungan) yang diberikan Emiten/BAE. Perubahan ini dilakukan pada tanggal yang sudah ditentukan oleh Emiten/BAE. 35 b) Stock Split/Reverse Split Stock Split dan Reverse Split akan mengubah komposisi jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang rekening. Sistem akan mengubah komposisi itu secara otomatis berdasarkan data yang diberikan Emiten terkait. Perubahan ini dilakukan pada tanggal yang sudah ditentukan oleh Emiten/BAE. 2. Voluntary Corporate Action Tindakan korporasi sukarela memerlukan instruksi/respon dari pemegang rekening/Investor untuk melakukan tindakan korporasi (Pemenuhan Hak Pemodal). Kegiatan Voluntary Corporate Action antara lain: a. Pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan Waran Pelaksanaan (exercise) HMETD dan waran dilakukan oleh pemegang rekening melalui C-BEST. KSEI akan memberikan daftar pemegang rekening yang telah melakukan exercise. Selanjutnya, KSEI akan mendistribusikan saham hasil exercise tersebut ke dalam rekening setelah menerima total saham atas exercise dari Emiten/BAE. Setelah tanggal jatuh tempo, sisa HMETD yang tidak di-exercise akan dihilangkan/didebet secara otomatis dari rekening. b. Proxy Voting Proxy Voting adalah perhitungan jumlah suara yang tercatat untuk kegiatan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada tanggal pencatatan atas RUPS, sistem akan mencatat seluruh rekening yang 36 memiliki saldo efek atas emiten yang melakukan kegiatan RUPS. Sistem akan mengeluarkan laporan konfirmasi tertulis kepada pemegang rekening yang berhak. Dalam laporan ini dikonfirmasikan pula jumlah suara/Efek yang dimiliki untuk keperluan RUPS tersebut. 2.1.5 Stock Split/ Pemecahan Saham 2.1.5.1 Pengertian Pemecahan Saham Menurut Kieso (2004:743 dalam Dwimulyani, 2008) stock split adalah sebagai berikut: ”Stock split is managements of many corporations belief that for better public relations, wider ownership of the corporation. Stock is desirable. They wish, therefore, to have a market price sufficiently low to be within range of the majority of potensial investors to reduce the market value of share the common devise of stock split is employed.” Pernyataan ini dapat diartikan bahwa pihak manajemen dari banyak perusahaan percaya bahwa untuk hubungan masyarakat lebih baik, maka perluasan dalam kepemilikan saham perusahaan sangat dibutuhkan. Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowitz (1999 dalam Fahmi , 2012:125) pemecahan saham adalah sebagai berikut: “Pemecahan saham (stock split) adalah peningkatan jumlah saham yang beredar dengan mengurangi nilai nominal saham, misalnya nilai nominal satu saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang masing masing memilki nilai nominal setengah dari nilai nominal awal.” 2.1.5.2 Jenis Pemecahan Saham Pada dasarnya terdapat dua jenis pemecahan saham yang dilakukan yaitu pemecahan saham naik (split up) dan pemecahan saham turun (split down atau 37 reverse stock split). Menurut Ewijaya dan Indriantoro (1999 dalam Indarti dan Purba, 2011): 1. Pemecahan naik (split-up) Penurunan nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, 1:10 dan sebagainya. 2. Pemecahan turun (split down) Peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham turun dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, 10:1 dan sebagainya. Menurut Samsul (2006:190 dalam Fahrizal, 2013), terdapat dua jenis pemecahan saham (stock split) yang dapat dilakukan yaitu : 1. Split up, berarti suatu saham lama ditarik dari peredaran diganti dengan dua saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari nominal sebelumnya. Tindakan split up hanya akan menaikkan jumlah saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas. 2. Split down atau reverse split , berarti tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total 38 modal disetor dan total ekuitas. Split 5:1 berarti lima saham lama diganti dengan suatu saham baru. Jadi Stock split up atau disebut juga stock split merupakan pemecahan nominal saham menjadi lebih kecil dan menambah jumlah saham yang beredar berdasarkan faktor pemecahannya. Stock split down atau reverse split merupakan pemecahan saham menjadi nominal yang lebih besar dan mengurangi jumlah saham yang beredar berdasarkan faktor pemecahannya. 2.1.5.3 Tujuan Pemecahan Saham Menurut Fahmi (2012:126) terdapat beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu ; a. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk membeli/memilki saham tersebut. b. Mempertahankan tingkat likuidasi saham. c. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memilki saham tersebut. d. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilkian dana dari investor kecil tidak akan terjangkau. e. Menambah jumlah saham yang beredar. f. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang 39 rendah maka karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi. g. Menerapkan diversifikasi investasi. 2.1.5.4 Manfaat Pemecahan Saham Dengan adanya keputusan pemecahan saham (stock split) memberikan hasil yang postif pada suatu perusahaan. Menurut Hanafi (2007 dalam Lasmanah dan Bagja, 2014) manfaat pemecahan saham adalah sebagai berikut: “Stock split carried out by the company with the hope can provide the following advantage: Lowering stock price, make the stock more liquid tobe traded, raises marketability and market efficiency. 1. Changing the old lot investors (buying shares below 500 pieces) into a round lot (buy stocks at least 500 sheets). 2. Utilizing investor psychology about higher profit level due to lower base price. 3. Enhance public attractiveness to invest 4. Signaling good firm condition.” 2.1.5.5 Kerugian Pemecahan Saham Menurut Mc Gouch (1993 dalam Sari, 2011) selain keuntungan yang diperoleh dari stock split yang dilakukan juga memilki kerugian bagi perusahaan adalah adanya biaya pemecahan yang termasuk didalamnya biaya transfer agen untuk proses sertifikat dan biaya lainnya, sedangkan bagi pemegang saham tidak ada kerugiannya. Biaya broker setelah pemacahan saham menimbulkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat stock split. Tingginya biaya broker ini merupakan daya tarik bagi broker untuk benar-benar melakukan analisis setepat mungkin agar harga saham berada pada tingkat perdagangan yang 40 optimal serta mampu memberikan informasi yang menguntungkan bagi perusahaan dan investor. Selain itu kerugian yang diterima oleh pemodal yaitu biaya surat saham yang akan naik kerena kepemilkan yang tadinya cukup diawali oleh selembar surat saham kemudian menjadi 2 lembar. Biaya back office diperusahaan efek, biaya kliring dan biaya kustodian dipengaruhi oleh jumlah fisik surat saham adalah biaya broker setelah pemecahan saham akan menjadi lebih tinggi. 2.1.5.6 Mekanisme Pemecahan Saham Berdasarkan pendapat Nasarudin (2004), mekanisme dan informasi mengenai kebijakan stock split akan diberitahukan oleh Dewan Direksi berdasarkan dengan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berikut ini merupakan contoh stocksplit yang dilakukan oleh PT Astra Otoparts Tbk mengenai jadwal pelaksanaan beserta tanggal dari awal diputuskannya pemecahan saham pada Rapat Umum Pemegang Saham sampai tahap diperdagangkannya saham dengan nilai nominal baru hasil pemecahan saham di bursa. PT Astra Otoparts memiliki rasio pemecahan nilai nominal saham (stock split) sebesar 1:5 dengan nilai nominal lama Rp 500,- per saham menjadi nominal baru Rp 100,- per saham. No 1 - 2 - Tabel 2.1 Jadwal Pelaksanaan Pemecahan Saham (Stock Split) Keterangan Tanggal Akhir perdagangan saham dengan nilai 23 Juni 2011 nominal lama (nominal Rp 500,- per saham) di pasar reguler dan pasar negosiasi. Mulai perdagangan saham dengan nilai 24 Juni 2011 nominal baru (nominal Rp 100,- per saham) 41 No 3 - 4 - - - Keterangan Tanggal di pasar reguler dan pasar negosiasi. Tanggal terakhir penyelesaian transaksi 28 Juni 2011 saham dengan nilai nominal lama Rp 500 Tanggal penentuan pemegang saham yang berhak atas hasil Stock Split (Recording Date) Tanggal distribusi saham dengan nilai 30 Juni 2011 nominal baru Rp 100,- per saham hasil pemecahan saham (Stock Split)awal hari Awal perdagangan saham di pasar tunai dengan nilai nominal baru Rp 100,- per saham Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi saham dengan Nilai Nominal Baru Rp 100,per saham Sumber : PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) 2.1.5.7 Teori Pemecahan Saham Menurut Jogiyanto (2000 dalam Fahmi, 2012:128-129) terdapat dua teori mengenai pemecahan saham yaitu : a. Signaling Theory Menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal mengenai prospek perusahaan yang baik di masa yang akan datang kepada investor. Meskipun pemecahan saham tidak memilki nilai ekonomis namun pasar tetap bereaksi tehadap pengumuman tersebut karena mengetahui adanya prospek perusahaan yang menguntungkan di masa yang akan datang. b. Trading Range Theory Trading Range Theory menyatakan bahwa harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurang aktifnya perdagangan saham sehingga mendoong perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Dengan melakukan 42 pemecahan saham diharapkan akan semakin banyak investor yang melakukan transaksi. Jadi, signaling theory menjelaskan bahwa pemecahan saham (stock split) memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return di masa depan yang substansial. Sedangkan trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham (stock split) dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham (Indarti dan BR. Purba, 2011). 2.1.6 Likuiditas Saham Menurut Bursa Efek Indonesia (Informasi Umum Pasar Modal, Stock Exchange dalam Ferdian, 2012) pengertian likuiditas saham disini adalah kelancaran yang menunjukkan tingkat mudahnya dalam mencairkan modal investasi. Sedangkan menurut Tandelilin (2010 dalam Damayanti, Atmadja, dan Darmawan, 2014), Likuiditas saham adalah tingkat keaktifan dari sebuah saham untuk dapat dijual atau dijadikan uang tunai oleh investor yang memilikinya. Likuiditas saham dapat terbentuk karena mekanisme permintaan dan penawaran terhadap saham. Semakin banyak pelaku pasar yang meminati pasar akan mendorong peningkatan harga saham. Likuiditas saham merupakan salah satu indikator dari reaksi pasar terhadap suatu pengumuman, seperti yang dikemukakan oleh Copeland (1979), Lakonishok dan Lev (1987) serta Lamoureux dan Ponn (1987 dalam W Mila, 2010) dimana likuiditas saham dapat diukur dengan besarnya Trading Volume Activity (TVA). Trading Volume Activity merupakan perbandingan antara jumlah 43 saham perusahaan yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Marwan Asri dan Faisal (1998) dalam W Mila (2010) menjelaskan Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu instrument yang dapat digunakanuntuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameterperusahaan volume perdagangan saham dipasar modal. 2.1.7 Harga Saham 2.1.7.1 Pengertian Harga Saham Harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar-belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan (Fortuna, 2010). Untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual ataupun membeli saham. Menurut Ang (1997 dalam Fortuna, 2010) nilai dari suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga jenis: 1. Nilai nominal (par value) Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham, yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Ketentuan nilai nominal saham sesuai dengan UUPT No. 1/1995 harus dalam mata uang rupiah, jika tanpa nilai nominal maka saham itu tidak dapat diperdagangkan. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar saham yang secara hukum harus ditahan di perusahaan 44 untuk proteksi pada kreditor yang tidak dapat diambil pemegang saham (Keiso dan Weygandt, 1996) 2. Harga dasar (base price) Harga dasar adalah harga yang berfungsi dalam perhitungan indeks harga saham. Harga ini akan berubah sesuai dengan aksi emiten yang dilakukan, seperti right issue, stock split, dan lain-lain. Untuk saham baru harga dasar adalah harga saham pada pasar perdana. 3. Nilai pasar (market price) . Harga pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar (Jogiyanto:88) dalam (Fortuna, 2010). Harga pasar merupakan harga yang paling mudah diketahui. Harga pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Jika pasar bursa sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. 2.1.7.2 Harga Saham dan Pembentuannya Harga saham di bursa sangat ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berartikekuatan permintaan dan penawaran. Karena permintaan dan penawaran atas saham berfluktuasi setiap harinya maka harga saham pun akan mengikuti pola fluktuasi tersebut. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih banyak, harga saham akan cenderung meningkat, sedangkan pada kondisi dimana penawaran saham lebih banyak, harga saham akan cenderung menurun. Faktor- 45 faktor yang menentukan harga saham di pasar adalah (Husnan, 1993 dalam Fortuna, 2010): 1. Taksiran akan penghasilan yang diterima. 2. Besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor, yang mana dipengaruhi oleh keuntungan bebas resiko yang ditanggung investor. Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperolehnya laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. 2.1.7.3 Harga Saham Relatif Sebelum Pemecahan Saham Pemecahan saham (stock split) merupakan suatu aksi emiten di mana dilakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil. Proses pemecahan saham dengan cara menukarkan saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nilai nominal baru. Harga saham sebelum pemecahan saham adalah perbandingan antara harga saham sebelum stock split dengan hasil perbandingan antara nilai nominal saham sebelum stock split dengan nilai nominal saham tersebut setelah stock split (Fortuna, 2010). Harga saham yang digunakan adalah closing price harian emiten yang melakukan 46 pemecahan saham selama 10 hari sebelum pemecahan saham. Formulasinya adalah sebagai berikut: Dimana : HT = harga teoritis HAS = harga akhir saham dengan nilai nominal lama 2.1.7.4 Harga Saham Reatif Setelah Pengumuman Pemecahan Saham Harga pasar saham relatif setelah pemecahan saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang terjadi setelah stock split(Fortuna, 2010). Harga saham yang digunakan adalah closing price harian dari emiten yang melakukan pemecahan saham 10 hari sesudah pemecahan saham. Formulasinya adalah sebagai berikut : HRs = Ps Keterangan : HRs = Harga pasar saham relatif setelah pemecahan saham Ps = Harga saham setelah pemecahan saham 2.1.8 Volume Perdagangan Menurut Sumiyana (2007 dalam Iin dan Purba, 2011), Volume perdagangan merupakan jumlah transaksi yang dipedagangkan pada waktu 47 tertentu. Volume diperlukan untuk menggerakan harga saham, dengan semakin meningktnya jual beli saham, maka aktivitas perdagangan di bursa akan semakin meningkat. Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham, maka aktivitas perdagangan saham di bursa akan semakin meningkat. Besarnya aktivitas volume perdagangan saham dapat diukur dengan menggunakan Trading Volume Activity (TVA). TVA merupakan suatu persamaan yang menunjukkan nilai perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan dalam waktu tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu. Adapun formulasi untuk TVA adalah sebagai berikut : TVAi,t= Volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor (Ang, 2007 dalam Indarti dan Purba, 2011). Semakin meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut diminati oleh masyarakat. Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. 2.1.9 Event Studi (Studi Peristiwa) Menurut Jogiyanto (2000 dalam Sari, 2011), Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar modal terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu 48 pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efesiensi pasar bentuk setengah kuat. Pasar akan bereaksi pada saat pengumuman informasi itu dapat diterima pasar atau investor. Reaksi pasar dalam hal ini adalah volume perdagangan saham. Jika pasar bereaksi cepat terhadap informasi yang telah dipublikasikan maka pasar tersebut dikatakan pasar efisien. Dalam event study dikenal istilah: 1. Event window (jendela peristiwa) 2. Event date (tanggal peristiwa) 3. Estimation period (periode estimasi) Periode peristiwa disebut juga dengan periode pengamatanatau jendela peristiwa (event window) mempunyai panjang yang bervariasi, lama dari jendela yang umumnya digunakan berkisar 3 hari – 121 hari untuk data harian dan 3 bulan-121 bulan untuk data bulanan. Sedangkan lama periode estimasi yang umum digunakan adalah berkisar dari 100 hari – 300 hari untuk data harian dan berkisar 24 – 60 bulan untuk data bulanan (Jogiyanto, 1998 dalam Mila, 2010). 2.2 Penelitian Tedahulu Sebagai acuan dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pemecahan saham (stock split) diantaranya sebagai berikut: Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No 1 Nama Peneliti I Gusti Ayu Mila W, (2010) Judul Analisis pengaruh pemecahan saham (stock split) Alat Analisis Uji beda dua ratarata Persamaan Penggunaan variabel X yaitu pemecahan saham dan Perbedaan Peneliti sebelumnya menggunakan variabel Y abnormal 49 No Nama Peneliti 2 Chotyahani Hasna Rizka Fortuna, (2010) 3 Iin Indarti dan Desti Mulyani Br.Purba, (2011) 4 Artiza Brilian Sari, (2011) 5 Muhammad Ade Hernoyo (2013) Judul terhadap volume perdagangan saham dan abnormal return saham pada perusahaan yang Terdaftar di BEI tahun 2007 – 2009 Analisis pengaruh stock split terhadap Harga saham pada perusahaan go Public di bursa efek indonesia Analisis perbandingan Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Pengaruh stock split terhadap abnormal return dan trading volume activity pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Pengaruh stock split announcement terhadap volume perdagangan dan return Alat Analisis Uji peringkat bertanda wilcoxon (wilcoxon signed rank test) Uji beda t-test Uji paired sample ttest Uji beda t-test Persamaan Perbedaan penggunaan variabel Y yaitu volume perdagangan saham return saham dan periode yang diteliti pada tahun 2007-2009 Penggunaan variabel X yaitu pemecahan saham danpenggunaa nvariabel Y hargasaham Penggunaan variabel X yaitu pemecahan saham dan penggunaan variabel Y yaituhargasaha mdan volume perdagangan saham Penggunaan variabel X yaitu pemecahan saham dan penggunaan variabel Y yaitu trading volume activity Periode yang diteliti pada tahun 20072009 Penggunaan variabel X yaitu pemecahan saham dan penggunaan variabel Y Peneliti sebelumnya menggunakan variabel Y yaitu return saham Periode yang diteliti pada tahun 2007 Peneliti sebelumnya menggunakan variabel Y yaitu abnormal return 50 No Nama Peneliti 6 BambangBagja (2014) 7 Ni luh Damayanti,Anant awikrama Tungga Atmadja, dan Nyoman Ari Surya Darmawan (2014) 8 Putu Sri Widyahari, I WayanBagja, danFridayanaYud iaatmaja (2014) 9 Fifi Lailatul, Judul AnalisisPerbed aanAbnormal Returndan Volume PerdaganganSa hamSebelumda nSesudahPerist iwa Stock Split Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20102013 Analisis pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap tingkat keuntungan (return) saham dan likuiditas saham (studi pada perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 20082013) AnalisisPerbed aan Volume PerdaganganSa hamdanReturn SahamSebelu mdanSesudah Stock Split Analisis Harga Alat Analisis Persamaan yaitu volume perdagangan saham Ujibedadu Penggunaan a rata-rata variabel X yaitu pemecahan saham dan penggunaan variabel Y yaitu volume perdagangan saham Perbedaan Peneliti sebelumnya menggunakan variabel Y yaitu abnormal return saham, danperiode yang ditelititahun 2010-2013 Uji beda dua ratarata Penggunaan variabel X yaitu pemecahan saham dan penggunaan variabel Y yaitu volume perdagangan saham Peneliti sebelumnya menggunakan variabel Y yaitu abnormalretur n saham , dan periode yang digunakan dalam penelitian tahun 20082013 UjiWilcox on Signed Rank Penggunaan variabel X yaitu pemecahan saham dan penggunaan variabel Y yaitu volume perdagangan saham UjiPaired Penggunaan Peneliti sebelumnya menggunakan variabel Y yaitu return saham , dan periode yang digunakan dalam penelitian tahun 20102013 Periode yang 51 No Nama Peneliti Mahala Zahroh, dan Z.A Dwiatmanto (2015) Judul Saham Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Stock Split (Studi Pada Perusahaan Terdaftar Yang Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia tahun 20122014) Alat Analisis Sampe tTest Persamaan variabel X yaitu pemecahan saham dan penggunaan variabel Y yaitu harga saham Perbedaan digunakan dalam penelitian tahun 20122014 Sumber : dari berbagai jurnal dan skripsi 2.3 Kerangka Pemikiran Bagi investor, tujuan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan dari aset yang dijadikan objek. Investor dapat melakukan aktivitas financial investment yaitu transaksi jual beli aset keuangan untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan investasi. Salah satu sarana atau tempat untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Bagi investor, tujuan investasi melalui pasar modal adalah memperoleh tingkat pengembalian (return) yang lebih besar dibandingkan dana yang ditanamkannya. Sedangkan bagi perusahaan, pasar modal merupakan suatu sarana untuk dapat meningkatkan kebutuhan dana dalam jangka panjang dengan cara menjual saham. Efek perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal salah satunya adalah saham. Menurut Ardiyos (2007:534) saham adalah sebagai berikut: 52 “Saham adalah surat bukti kepemilikan dalam suatu perseroan terbatas yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang kemudian memberi hak atas dividen dan lain-lain sesuai dengan besar kecilnya investasi modal pada perusahaan tersebut”. Dalam melakukan investasi, para investor membutuhkan suatu informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dan acuan dalam pengambilan suatu keputusan yang berkaitan dengan pemilihan portofolio investasinya. Dengan adanya informasi dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Di dalam pasar modal terdapat banyak informasi yang dapat diperoleh, baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (private) (Indarti dan Purba, 2011). Salah satu informasi yang diperlukan adalah berkaitan dengan tindakan korporasi (corporate action). Menurut http://panduan- saham.blogspot.co.id/2012/03/economic-outlook2012.html, pengertian tindakan korporasi adalah sebagai berikut: “Corporate Action adalah setiap tindakan emiten yang memberikan hak yang sama kepada seluruh pemegang saham seperti hak untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), hak untuk memperoleh dividen, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), warrant, merger/akuisisi, stock split atau hak lainnya.” Salah satu jenis corporate action yang terjadi dalam tindakan korporasi adalah pengumuman stock split atau pemecahan saham. Informasi ini dapat memilki makna atau nilai jika keberedaan tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, yang akan tercermin dalam perubahan harga saham, volume perdagangan, indikator lainnya (Hastuti dan Lestari, 2005 dalam Indarti dan Purba, 2011). Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi 53 n lembar saham. Menurut Fakhruddin (2008 dalam Fahmi, 2012:125), Pemecahan saham adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil, misalnyadarinilai nominal Rp 1.000,00 per sahammenjadiRp 500,00 per saham.Stock split menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik sehingga akan memberikan keuntungan pada investor (Muharam, 2009 dalam Damayanti, Atmadja, dan Darmawan, 2014). Dengan demikian, stock split merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik investor. Adapun bentuk hubungan stock split dengan trading range theory adalah dilihat dari segi pandangan intenal perusahaan yang memotivasi pihak perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Hal ini sebagaimana dikatakan Khomsiyah dan Sulistiyo (2001 dalam Fahmi, 2012:129) bahwa berdasarkan trading range theory tingkat kemahalan saham merupakan motivasi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Selain itu, stock split dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk menjaga agar harga saham tidak terlalu tinggi sehingga akan meningkatkan likuiditas perdagangannya (Jogiyanto, 2003:416 dalam Hernoyo, 2013). Likuiditas saham dapat terbentuk karena mekanisme permintaan dan penawaran suatu saham. Semakin banyak pelaku pasar yang meminati pasar akan mendorong peningkatan harga saham (Damayanti, Atmadja, Darmawan, 2014). Likuiditas saham dapat terlihat melalui aktivitas harga saham serta volume perdagangan atau trading volume activities (TVA) (Damayanti, Atmadja, Darmawan, 2014). 54 Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham (Fortuna, 2010). Harga saham di bursa sangat ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berarti kekuatan permintaan dan penawaran. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih banyak, hargasaham akan cenderung meningkat, sedangkan pada kondisi dimana penawaran saham lebih banyak, harga saham akan cenderung menurun (Astuti, 2012). Peristiwa pemacahan saham akan merubah harga saham relative suatu perusahaan setelah menyesuaikan melalui hargadasar. Dengan mengarahkan harga saham pada range tertentu diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang dapat terlibat dalam aktivitas perdagangan saham. Para pelaku pasar modal sangat dipengaruhi oleh perubahan harga saham. Hubungan antara peristiwa sebelum dan sesudah stock split terhadap harga saham dapat dibuktikan dalam trading range theory. Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham digunakan sebagai alat untuk mengatur kembali harga saham pada kisaran harga yang diinginkan sehingga semakin memungkinkan bagi investor untuk membeli dalam jumlah yang banyak (Hernoyo, 2013). Hal ini dibuktikan oleh penelitian Iin dan Purba (2011) yang mengemukakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata harga saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham. Jika semakin banyak partisipan pasar, maka dapat meningkatkan likuiditas saham. Harga saham yang rendah setelah pemecahan saham akan memicu daya beli dan meningkatkan likuiditas saham yang kemudian menyebabkan permintaan pasar akan saham tersebut naik sehingga meningkatkan harga saham (Astuti, 55 2012). Terjadinya peningkatan permintaan karena harga saham lebih murah membuat harga saham naik (Astuti, 2012).Untuk mengetahui apakah informasi pemecahan saham dapat mempengaruhi harga saham, maka dilakukan pengujian terhadap harga saham relatif 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah pemecahan saham. Sedangkan, volume perdagangan saham adalah tingkat permintaan (demand) dan penawaran (supply) terhadap saham suatu perusahaan (Hernoyo, 2013). Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham, maka aktivitas perdagangan saham di bursa akan semakin meningkat. Semakin meningkatnya volume perdagangan saham menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh masyarakat (Damayanti, Atmadja, dan Darmawan, 2014). Peristiwa pemacahan saham akan merubah jumlah komposisi volume perdagangan saham suatu perusahaan. Hubungan antara peristiwa sebelum dan sesudah stock split terhadap volume perdagangan dapat dibuktikan dalam trading range theory. Trading range theory mengemukakan bahwa harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan likuiditas saham.Besar kecilnya pengaruh stock split terhadap volume perdagangan saham dilihat dari besar kecilnya jumlah saham yang diperdagangkan (Westonn dan Copeland, 1997 dalam Mila, 2010). Untuk melihat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah kebijakan pemecahan saham dapat dilihat dari aktivitas perdagangan saham yang bersangkutan yang diukur dengan Trading hari hari sebelum dan 10 56 hari sesudah pemecahan saham. Berdasarkan urain diatas dapat digambarkan sebagai berikut : Investasi Perusahaan yang terdaftar di BEI (Stock Splits) Harga saham Rata-rata harga saham relatif sebelum stock split Volume perdagangan saham Rata-rata harga saham relatif sesudah stock split Rata-rata volume perdagangan saham sebelum stock split Uji Beda Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Rata-rata volume perdagangan saham sesudah stock split 57 2.4 Hipotesis Hipotesispenelitianmerupakanpernyataanhubunganantarvariabelpenelitian dalamrumusan yang kebenarannya dapat diuji secara empiris. Hipotesis penelitian dirumuskan dari hasil pengembangan kerangka teoritis, dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban atas masalah penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya (Nuryaman, dan Christina, 2015:55). Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian dapat dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut: H1 : Terdapat perbedaan harga saham sebelum dan sesudah dilakukannya stock split pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 H2 : Terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah dilakukannya stock split pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014