BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi 2.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Investasi
2.1.1.1 Pengertian Investasi
Terdapat banyak pengertian mengenai investasi. Smith dan Skousen (1992
dalam Fahmi 2012:2) mengemukakan:
“Investing activities : transaction and events the purchase and sale of
securities (excluding cash equivalents), and buliding and equipment. And
other asset not generally held for sale, and the making, and collecting for
loans. They are not classified as operating activities, since the relate only
indirectly to the central, ongoing operations ofentity.”
Adapun pengertian lain investasi seperti yang dikemukakan oleh
Sunariyah (2011:4), yaitu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal dapat
dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana.
2.1.1.2 Tujuan Investasi
Tujuan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan dari aset yang
menjadi objek investasi. Selain itu menurut Fahmi dan Hadi (2011:7) dalam
bidang investasi kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai yaitu :
a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut.
b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(profit actual).
14
15
c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham.
d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
2.1.1.3 Bentuk-bentuk Investasi
Dalam aktivasinya investasi pada umumnya dikenal ada dua bentuk yaitu;
a. Real investment
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud,
seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik.
b. Financial investment
Investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis,
seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
Pada dua bentuk investasi ini William F. Sharpe, et all dalam Fahmi
(2012) menegaskan bahwa pada perekonomian primitif hampir semua investasi
lebih ke investasi nyata, sedangkan pada perekonomian moderen, lebih banyak
dilakukan investasi keuangan. Dimana lembaga-lembaga untuk investasi yang
berkembang pesat memberi fasilitas untuk berinvestasi nyata. Jadi kedua bentuk
investasi bersifat komplementer, bukan kompetitif. Sehingga kita bisa melihat
salah satu ukuran ekonomi suatu negara tersebut adalah maju dimana keberadaan
dan kualitas dari bursa efeknya diakui oleh para pebisnis.Sedangkan, menurut
Sunariyah (2011) bentuk investasi adalah sebagai berikut:
a.
Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets), adalah aktiva berwujud
seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate.
16
b. Investasi dalam bentuk sekuritas (marketable securities atau financial
assets), adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim
atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas.
2.1.1.4 Tipe-Tipe Investasi
Pada saat seorang pebisnis atau mereka yang memilki kelebihan dana dan
ingin berinvestasi maka ia dapat memilih dan memutuskan tipe aktiva keuangan
seperti apa yang akan dipilihnya. Fahmi (2012:4) mengemukakan bahwa dalam
hal ini ada dua tipe investasi yang dapat dipilih yaitu;
a. Direct investment
Direct investment (investasi langsung) adalah mereka yang memilki dana
dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva
keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui para
perantara atau berbagai cara lainnya. Terdapat beberapa macam Direct
investment (investasi langsung) yaitu :
1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan
a) Tabungan
b) Deposito
2. Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan
A. Investasi langsung di pasar uang
a) T-bill
b) Deposito yang dapat dinegoisasikan
B. Investasi langsung di pasar modal
17
a)
Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income securities)
1) T-bond
2) Federal agency securities
3) Municipal bond
4) Corporate bond
5) Convertible bond
b) Saham-saham (equity securities)
1) Saham preferen (preffered stock)
2) Saham biasa (common stock)
C. Investasi langsung di pasar turunan
a) Opsi
1) Waran (warrant)
2) Opsi put (put option)
3) Opsi cal (call option)
b) Future contract
b. Indirect investment
Indirect investment (investasi tidak langsung) adalah mereka yang memilki
kelebihan dana dapat melakukan keputusan investasi dengan tidak terlibat
secara langsung atau pembelian aktiva keuangan cukup hanya dengan
memegang dalam bentuk saham atau obligasi saja. Mereka yang
melakukan kebijakan Indirect investment (investasi tidak langsung)
umumnya cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan penting
pada suatu perusahaan. Contohnya membeli saham dan obligasi yang
18
dijual di pasar modal dan itu juga biasanya dilakukan melalui perusahaan
investasi atau adanya perantara (agent).
Perusahaan investasi menurut Jogiyanto (2008) adalah perusahaan yang
menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan
menggunakan dana yang diperoleh untuk di investasikan ke dalam
portofolionya (Hadi, 2012:7).
Investasi tidak
langsung
Investasi
langsung
Perusahaan
Investasi
Investor
Aktiva-aktiva
Keuangan
Investasi langsung
Gambar 2.1
Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung
Sumber: Jogiyanto (2008:7 dalam Hadi 2012:7)
2.1.1.5 Proses Investasi
Setiap melakukan keputusan investasi memerlukan suatu proses, yang
mana proses tersebut akan memberikan gambaran setiap tahap yang akan
ditempuh oleh perusahaan. Menurut Fahmi (2012:7-8) secara umum proses
manajemen investasi meliputi lima langkah yaitu:
a. Menetapkan sasaran investasi
Penetapan sasaran artinya melakukan keputusan yang bersifat fokus atau
menempatkan target sasaran terhadap yang akan di investasikan. Jika
sasaran investasi adalah dalam bentuk penyaluran kredit maka berarti
investasi tersebut dalam bentuk lembaga perbankan, leasing, bank
19
perkreditan dan sejenisnya yang bertugas untuk menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kepada publik yang mengalami
kekurangan dana.
b. Membuat kebijakan investasi
Pada tahap proses yang kedua ini menyangkut dengan bagaimana
perusahaan mengelola dana yang berasal dari stock, bond dan lainnya
untuk kemudian di distribusikan ke tempat-tempat yang dibutuhkan.
c. Memilih strategi portofolio
Ini menyangkut keputusan peranan yang akan di ambil oleh pihak
perusahaan, yaitu apakah bersifat aktif atau pasif. Pada saat perusahaan
melakukan investasi aktif maka semua kondisi tentang perusahaan akan
dengan cepat tergambarkan di pasar saham. Sedangkan secara pasif hanya
dapat dilihat pada indeks rata-rata saja, atau dengan kata lain bedasarkan
pada reaksi pasar saja tanpa ada sikap aktraktif.
d. Memilih asset
Disini pihak perusahaan berusaha memilih asset investasi yang nantinya
akan memberi return yang tertinggi (maximal return). Return disini dilihat
sebagai keuntungan yang akan mampu diperoleh.
e. Mengukur dan mevaluasi kinerja
Tahap ini merupakan tahap reevaluasi bagi perusahaan untuk melihat
kembali apa yang telah dilakukan selama ini dan apakah tindakan yang
telah dilakukan selama ini telah betul-betul maksimal atau belum. Jika
20
belum maka sebaiknya segera melakukan perbaikan agar kerugian tidak
akan terjadi nantinya.
2.1.2 Pasar Modal
2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan RI No 1548/KMK/90 (Sunariyah, 2011) adalah sebagai berikut:
“Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang teroganisasi, termasuk
didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di
bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung)
yang disipakan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi
dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara
pedagang efek.”
Selain itu, pengertian pasar modal adalah tempat pertemuan antara
penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar
yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana
(surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh
emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan
dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan
otoritas di pasar modal sebagai emiten (Sunariyah, 2011:4).
Menurut Siegel dan Shim (1999:68 dalam Fahmi, 2012:55), pasar modal
adalah pusat perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Adapun
menurut Shook (2002:71 dalam Fahmi, 2012:55), pasar modal merupakan sebuah
pasar tempat dana-dana modal, seperti ekuitas dan hutang, diperdagangkan.
Dengan demikian, pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
21
maupun institusi lain (misanya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan
jual beli.
2.1.2.2 Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memilki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalanjan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan:
a. Fungsi ekonomi, karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan
dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer).
b. Fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilki dana, sesuai
dengan karakteristik investasi yang dipilih.
2.1.2.3 Manfaat Keberadaan Pasar Modal
Berikut ini merupakan manfaat keberadaan pasar modal, diantaranya :
1. Sumber pembiayaan
Sebagai salah satu sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi perusahaan
dalam mengembangkan usahanya.
2. Wahana investasi
Sebagai tempat investasi bagi investor yang ingin berinvestasi di aset
keuangan.
22
3. Penyebaran kepemilikan perusahaan
Sebagai tempat untuk penyebaran kepemilikan perusahaan kepada
masyarakat.
4. Keterbukaan dan profesionalisme
Salah satu industri yang sangat terbuka dan menjunjung tinggi
profesionalisme sehingga akan mendorong terciptanya iklim usaha yang
sehat
5. Lapangan kerja
Menciptakan lapangan kerja/profesi bagi masyarakat, baik sebagai pelaku
pasar maupun investor.
2.1.2.4 Jenis-jenis Pasar Modal
Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar
modal dimana sekuritas tersebut diperjual belikan. Sunariyah (2011:12)
menjelaskan bahwa jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu :
1. Pasar perdana (primary market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang
ditetapkan
oleh
pihak
penerbit
sebelum
saham
tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan,
bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan
saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual pertama kalinya
23
(penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga
saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan
perusahaan yang akan go public (emiten) berdasarkan analisis
fundamental yang bersangkutan.
2. Pasar sekunder (secondary market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder
dimana saham dan sekuritas lain diperjual belikan secara luas, setelah
melalui masa penjualan di masa perdana. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli
dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran ini dipengaruhi oleh
beberapa
faktor
yaitu: (a) faktor
internal
perusahaan, yang
berhubungan dengan kebijkan internal pada suatu perusahaan beserta
kinerja yang telah dicapai, (b) faktor eksternal perusahaan, yaitu halhal di luar kemampuan perusahaan atau di luar kemampuan
manajemen untuk mengendalikan.
3. Pasar ketiga (third market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di
luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu
sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi,
dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina
oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan. Jadi, dalam
24
pasar ketiga ini tidak memilki pusat lokasi perdagangan yang
dinamakan lantai bursa (floor trading). Operasi yang ada pada pasar
ketiga
berupa
pemusatan
informasi
yang
disebut
“trading
information”. Informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi;
harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya
mengenai surat berharga yang bersangkutan.
4. Pasar keempat (fourth market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara pemodal
atau dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham ke
pemegang lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Jadi,
tetap pada akhirnya transaksi antar pemodal juga harus dicatatkan di
bursa efek.
2.1.2.5 Bentuk Efisiensi Pasar Modal
Bentuk efisiensi pasar ditentukan oleh informasi yang tersedia. Informasi
yang tercermin dalam harga saham akan menentukan bentuk pasar efisien yang
dapat diacapai. Secara teoritikal dikenal tiga bentuk pasar modal yang efisien
(Sunariyah, 2011:181-182), yaitu:
1. Hipotesa pasar efisien bentuk lemah (The weak form efficient market
hypothesis)
Adalah suatu pasar modal dimana harga saham mereflesikan semua
informasi harga historis. Harga saham sekarang dipengaruhi oleh harga
saham masa lalu lebih lanjut informasi masa lalu dihubungkan kepada
25
harga saham untuk membantu menentukan harga saham sekarang.
Berbagai kecenderungan harga saham dapat ditentukan oleh analisis
kecenderungan informasi masa lalu.
2. Hipotesa pasar efisien bentuk setengah kuat (Semistrong form efficient
market hypothesis)
Harga saham pada suatu pasar modal menggambarkan semua informasi
yang dipublikasi sampai ke masyarakat keuangan, tujuannya adalah untuk
meminimalkan
ketidaktahaun
mengenai
operasi
perusahaan,
dan
dimaksudkan untuk menjelaskan dan menggambarkan kebenaran nilai dari
suatu efek yang telah dikeluarkan oleh suatu institusi. Jenis informasi yang
dipublikasikan termasuk semua informasi dalam laporan keuangan,
laporan tahunan, harga saham historis. Semua informasi yang relevan
dipublikasi menggambarkan harga saham yang relevan.
3. Hipotesa pasar efisien bentuk kuat (Strongform efficient market
hypothesis)
Pasar modal yang efisien dalam bentuk kuat merupakan tingkat efisiensi
pasar yang tertinggi. Konsep pasar efisien bentuk kuat mengandung arti
bahwa semua informasi direfleksikan dalam harga saham, baik informasi
yang dipublikasikan (privat information) maupun informasi yang tidak
dipublikasikan (non public information).
26
2.1.3 Saham
2.1.3.1 Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling diminati
investor karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Siegel dan Shim
(1999:41 dalam Fahmi, 2012:81) mengemukakan bahwa:
Saham adalah:
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu
perusahaan
b. Kertas yang tercantum dengan jelas dengan nilai nominal, nama
perusahaan yang di ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan
kepada setiap pemegangnya.
c. Persediaan yang siap di jual.
Adapun pengertian saham adalah sebagai berikut (http:// www.idx.co.id/ idid/
beranda/ informasi/ bagiinvestor/ saham.aspx) :
“Saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memilki klaim atas
pendapatan peusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).”
2.1.3.2 Jenis-jenis Saham
Dalam pasar modal terdapat dua jenis saham yang paling umum dikenal
oleh publik (Fahmi, 2012:81-83), yaitu :
a. Common stock (saham biasa)
Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal dimana pemegangnya
diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan
RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk
27
menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak,
yang selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam
bentuk dividen. Common stock ini memilki beberapa jenis yaitu :
1) Blue chip stock
Adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan
memilki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang
berkualitas.
2) Growth stock
Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan
laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan
karenanya mempunyai PER yang tinggi (Husnan, 2005:354 dalam
Fahmi, 2012:82).
3) Defensive stock
Adalah saham yang cenderung stabil dalam masa resesi atau
perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan deviden,
pendapatan, dan kinerja pasar (Shook, 2002:132 dalam Fahmi,
2012:82).
4) Cyclical stock
Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat
ekonomi semarak dan jatuh harga secara cepat saat eknomi lesu.
5) Seasonal stock
Adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak
musiman, misalnya karena cuaca dan liburan.
28
6) Speculative stock
Adalah saham yang kondisinya memilki tingkat spekulasi yang
tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah
rendah atau negatif. Ini biasanya dipakai untuk membeli saham
pada perusahaan pengeboran minyak.
b. Preferred stock (saham istimewa)
Preferred stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual
oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai
nominal
dimina
pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen
yang akan diterima setiap kuartalan (tiga bulanan). Disebut istimewa,
karena pemegang saham istimewa mempunyai hak keistimewaan di atas
pemegang saham biasa, yang diperjanjikan pada saat emisi saham.
Keistimewaan ini merupakan suatu kesepakatan antara pemodal dengan
emiten. Perusahaan (emiten) yang menerbitkan saham preferensi, memilki
tanggung jawab untuk memenuhi keistimewaan pemegang saham
preferensi tersebut.
2.1.3.3 Keuntungan Memiliki Saham
Bagi pihak yang memilki saham akan memperoleh beberapa keuntungan
sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu :
a. Memperoleh deviden yang akan diberikan pada setiap akhir tahun.
b. Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang
dimiliki tersebut di jual kembali pada harga yang lebih mahal.
29
c. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis common stock (saham
biasa
2.1.3.4 Penilaian Investasi Saham
Menurut Sunariyah (2011:166-167) untuk menganalisis surat berharga
saham digunakan dua analisis yaitu:
a. Analisis teknikal
Analisis teknikal (technical analysis) merupakan suatu teknis analisis yang
menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha
mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar
secara keseluruhan. Analisis ini menggunakan data pasar yang
dipublikasikan, seperti : harga saham, volume perdagangan, indeks harga
saham gabungan dan individu. Fokus analisis teknikal adalah ketetapan
waktu. Sasaran yang ingin dicapai pada pendekatan ini adalah ketetapan
waktu dalam memprediksi pergerakan harga (price movement) jangka
pendek suatu saham. Para analisis teknikal lebih menekankan pada
perubahan harga dari pada tingkat harga, oleh ebab itu analisis lebih
ditekankan untuk meramal trend perubahan harga tersebut.
b. Analisis fundamental
Analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham
memilki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para
pemodal atau analisis. Nilai intrinsik ini merupakan suatu fungsi dari
variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan
30
suatu return yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham
tersebut. Hasil estimasi nilai instrinsik kemudian dibandingkan dengan
harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar suatu
saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai instrinsiknya. Terdapat dua
pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam melakukan
penilaian saham, yaitu pendekatan laba (price earning ratio) dan
pendekatan nilai sekarang (present value approach).
2.1.3.5 Sertifikat Saham
Setiap pemegang saham memperoleh sertifikat sebagai tanda kepemilikan
pada perusahaan. Pada setiap sertifikat saham tercantum nama, alamat dan hak
saura (voting) para pemegang saham. Sebagai suatu surat berharga mengandung
perikatan hukum formal, yang setiap penerbitannya dijamin oleh undang-undang
(Sunariyah, 2011:125). Nilai sertifikat dabat dibagi menjadi empat yaitu:
1. Nilai nominal (par value)
Adalah harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan
usaha. Harga saham tersebut merupakan harga yang sudah diotorisasi
oleh rapat umum pemegang saham. Harga ini tidak berubah-ubah dari
yang telah ditetapkan oleh rapat umum pemegang saham.
2. Nilai buku (book value)
Nilai saham akan bermacam-macam dari waktu perusahaan didirikan,
nilai saham tersebut berubah karena adanya kenaikan atau penurunan
31
harga saham. Nilai buku untuk setiap lembar saham dihitung dari
pembagian jumlah nilai buku dengan jumlah lembar saham.
3. Nilai dasar (base price)
Nilai dasar sautu saham sangat berkaitan dengan harga pasar saham
yang bersangkutan setelah dilakukannya penyesuain karena corporate
action (aksi emiten). Nilai dasar ini merupakan harga perdana saham
tersebut. Nilai dasar ini juga digunakan dalam perhitungan indeks
harga saham sehingga akan terus berubah jika emiten melakukan stock
split,right issue dan lain-lain.
4. Nilai pasar (market price)
Adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di
bursa efek. Apabila bursa efek telah tutup maka harga pasar adalah
harga penutupannya (clossing price).
2.1.4 Tindakan Korporasi
Pada dasarnya terdapat dua tindakan korporasi yang dapat dilakukan oleh
suatu emiten. Berdasarkan situs resmi dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) yang dapat diproses oleh KSEI yaitu:
1. Tindakan korporasi wajib
Tindakan korporasi wajib adalah tindakan korporasi atau Corporate Action
(CA) yang tidak memerlukan tindakan atau instruksi dari pemegang
rekening yang akan mendapatkan hak CA melalui C-BEST.Pemegang
rekening hanya menerima hak CA dari emiten yang melakukan kegiatan
tersebut.Jenis CA yang terjadi dalam tindakan korporasi jenis ini adalah:
32
a. Pembayaran bunga obligasi
Bunga obligasi akan diberikan kepada pemegang rekening yang
memiliki obligasi hingga tanggal yang telah ditentukan oleh emiten
(record date). Pada tanggal pembayaran, C-BEST secara otomatis
akan mendistribusikan bunga dari obligasi tersebut ke masing-masing
rekening yang berhak berdasarkan daftar pemegang rekening pada
tanggal record date.
b. Pembayaran pokok obligasi
Pembayaran nilai pokok obligasi akan diberikan pada tanggal jatuh
tempo, KSEI akan memberikan daftar pemegang obligasi, yaitu daftar
pihak yang memiliki obligasi hingga tanggal jatuh tempo kepada
emiten/BAE. Emiten/BAE akan memberikan dana pembayaran nilai
pokok obligasi ke KSEI. Pendistribusian pembayaran pokok obligasi
akan diberikan ke pemegang rekening yang berhak setelah KSEI
menerima dana dari Emiten/BAE.
c. Dividen tunai
Dividen tunai akan diberikan kepada pemegang rekening atau sub
rekening yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan
memperhitungkan besaran pajak dan dividen tunai bersih yang berhak
diterima oleh pemegang rekening berdasarkan tingkat pajak yang
dikenakan terhadap setiap
pemegang rekening.
Emiten akan
memberikan total dividen tunai bersih (net) setelah menerima
konfirmasi pembayaran dari KSEI. Pada tanggal distribusi, sistem
33
KSEI akan mendistribusikan dividen tunai ke rekening pemegang
rekening yang berhak.
d. Dividen saham
KSEI akan mendistribusikan dividen saham kepada pemegang
rekening atau sub rekening yang memiliki saham pada saat recording
date. Sistem akan memperhitungkan besaran dividen saham yang akan
diterima dan pajak yang dikenakan kepada setiap pemegang rekening.
e. Distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Rights akan diberikan
kepada pemegang rekening yang memiliki saham pada saat recording
date. Sistem akan memperhitungkan besaran HMETD yang akan
diterima setiap pemegang rekening sesuai dengan rasio yang
diberitahukan
oleh
emiten
kepada
KSEI
dan
KSEI
akan
mendistribusikan HMETD tersebut ke rekening yang berhak.
f. Saham bonus
Penanganan saham bonus hampir sama dengan dividen saham, namun
tidak memperhitungkan pajak.
g. Distribusi waran
Distribusi waran ini tidak sama dengan pemberian waran kepada
pemegang saham yang melakukan exercise waran atau yang diberikan
kepada pemegang saham yang mendapatkan saham hasil IPO.
Distribusi waran ini akan diberikan kepada pemegang rekening yang
memiliki
saham
pada
saat
recording
date.
Sistem
akan
34
memperhitungkan besaran waran yang akan diterima setiap pemegang
rekening sesuai dengan rasio yang diberitahukan oleh emiten kepada
KSEI. Emiten/BAE akan memberikan total waran yang akan
didistribusikan kepada KSEI pada tanggal distribusi, dimana KSEI
akan mendistribusikan waran itu ke rekening yang berhak. Waran ini
selanjutnya akan diperdagangkan atau di-exercise oleh pemegang
rekening.
h. Mandatory conversion
Aktivitas CA ini adalah untuk kegiatan mengubah jumlah efek yang
dimiliki oleh pemegang rekening dikarenakan aktivitas yang dilakukan
oleh emiten. Kegiatan ini terdiri dari:
a) Merger dan akuisisi
Merger adalah kegiatan yang dilakukan oleh emiten untuk
melakukan penggabungan atas sahamnya. Seluruh emiten yang
melakukan merger ini akan menjadi saham emiten (Issuer) baru
atau akan menggunakan salah satu nama emiten dari seluruh
emiten
tersebut.
Kegiatan
merger/akuisisi
akan
mengubah
komposisi jumlah kepemilikan saham yang dimiliki pemegang
rekening. Sistem akan mengubah komposisi jumlah efek secara
otomatis
berdasarkan
rasio
(perhitungan)
yang
diberikan
Emiten/BAE. Perubahan ini dilakukan pada tanggal yang sudah
ditentukan oleh Emiten/BAE.
35
b) Stock Split/Reverse Split
Stock Split dan Reverse Split akan mengubah komposisi jumlah
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang rekening. Sistem
akan mengubah komposisi itu secara otomatis berdasarkan data
yang diberikan Emiten terkait. Perubahan ini dilakukan pada
tanggal yang sudah ditentukan oleh Emiten/BAE.
2. Voluntary Corporate Action
Tindakan korporasi sukarela memerlukan instruksi/respon dari pemegang
rekening/Investor untuk melakukan tindakan korporasi (Pemenuhan Hak
Pemodal). Kegiatan Voluntary Corporate Action antara lain:
a. Pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan
Waran
Pelaksanaan (exercise) HMETD dan waran dilakukan oleh pemegang
rekening melalui C-BEST. KSEI akan memberikan daftar pemegang
rekening yang telah melakukan exercise. Selanjutnya, KSEI akan
mendistribusikan saham hasil exercise tersebut ke dalam rekening
setelah menerima total saham atas exercise dari Emiten/BAE. Setelah
tanggal jatuh tempo, sisa HMETD yang tidak di-exercise akan
dihilangkan/didebet secara otomatis dari rekening.
b.
Proxy Voting
Proxy Voting adalah perhitungan jumlah suara yang tercatat untuk
kegiatan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada tanggal
pencatatan atas RUPS, sistem akan mencatat seluruh rekening yang
36
memiliki saldo efek atas emiten yang melakukan kegiatan RUPS.
Sistem akan mengeluarkan laporan konfirmasi tertulis kepada
pemegang rekening yang berhak. Dalam laporan ini dikonfirmasikan
pula jumlah suara/Efek yang dimiliki untuk keperluan RUPS tersebut.
2.1.5 Stock Split/ Pemecahan Saham
2.1.5.1 Pengertian Pemecahan Saham
Menurut Kieso (2004:743 dalam Dwimulyani, 2008) stock split adalah
sebagai berikut:
”Stock split is managements of many corporations belief that for better
public relations, wider ownership of the corporation. Stock is desirable.
They wish, therefore, to have a market price sufficiently low to be within
range of the majority of potensial investors to reduce the market value of
share the common devise of stock split is employed.”
Pernyataan ini dapat diartikan bahwa pihak manajemen dari banyak
perusahaan percaya bahwa untuk hubungan masyarakat lebih baik, maka
perluasan dalam kepemilikan saham perusahaan sangat dibutuhkan.
Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowitz (1999 dalam Fahmi ,
2012:125) pemecahan saham adalah sebagai berikut:
“Pemecahan saham (stock split) adalah peningkatan jumlah saham yang
beredar dengan mengurangi nilai nominal saham, misalnya nilai nominal
satu saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang masing
masing memilki nilai nominal setengah dari nilai nominal awal.”
2.1.5.2 Jenis Pemecahan Saham
Pada dasarnya terdapat dua jenis pemecahan saham yang dilakukan yaitu
pemecahan saham naik (split up) dan pemecahan saham turun (split down atau
37
reverse stock split). Menurut Ewijaya dan Indriantoro (1999 dalam Indarti dan
Purba, 2011):
1. Pemecahan naik (split-up)
Penurunan nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya
jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor
pemecahan 1:2, 1:3, 1:10 dan sebagainya.
2. Pemecahan turun (split down)
Peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah
saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham turun dengan faktor
pemecahan 2:1, 3:1, 10:1 dan sebagainya.
Menurut Samsul (2006:190 dalam Fahrizal, 2013), terdapat dua jenis
pemecahan saham (stock split) yang dapat dilakukan yaitu :
1. Split up, berarti suatu saham lama ditarik dari peredaran diganti dengan
dua saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari
nominal sebelumnya. Tindakan split up hanya akan menaikkan jumlah
saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total
modal disetor dan total ekuitas.
2. Split down atau reverse split , berarti tindakan menurunkan jumlah saham
beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di
pasar agar image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan
menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan satu
saham baru yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total
38
modal disetor dan total ekuitas. Split 5:1 berarti lima saham lama diganti
dengan suatu saham baru.
Jadi Stock split up atau disebut juga stock split merupakan pemecahan
nominal saham menjadi lebih kecil dan menambah jumlah saham yang beredar
berdasarkan faktor pemecahannya. Stock split down atau reverse split merupakan
pemecahan saham menjadi nominal yang lebih besar dan mengurangi jumlah
saham yang beredar berdasarkan faktor pemecahannya.
2.1.5.3 Tujuan Pemecahan Saham
Menurut Fahmi (2012:126) terdapat beberapa tujuan suatu perusahaan
melakukan stock split, yaitu ;
a. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga
memberatkan publik untuk membeli/memilki saham tersebut.
b. Mempertahankan tingkat likuidasi saham.
c. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memilki saham
tersebut.
d. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena
jika terlalu mahal maka kepemilkian dana dari investor kecil tidak
akan terjangkau.
e. Menambah jumlah saham yang beredar.
f. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang
ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang
39
rendah maka karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi
diversifikasi investasi.
g. Menerapkan diversifikasi investasi.
2.1.5.4 Manfaat Pemecahan Saham
Dengan adanya keputusan pemecahan saham (stock split) memberikan
hasil yang postif pada suatu perusahaan. Menurut Hanafi (2007 dalam Lasmanah
dan Bagja, 2014) manfaat pemecahan saham adalah sebagai berikut:
“Stock split carried out by the company with the hope can provide the
following advantage: Lowering stock price, make the stock more liquid
tobe traded, raises marketability and market efficiency.
1. Changing the old lot investors (buying shares below 500 pieces) into a
round lot (buy stocks at least 500 sheets).
2. Utilizing investor psychology about higher profit level due to lower base
price.
3. Enhance public attractiveness to invest
4. Signaling good firm condition.”
2.1.5.5 Kerugian Pemecahan Saham
Menurut Mc Gouch (1993 dalam Sari, 2011) selain keuntungan yang
diperoleh dari stock split yang dilakukan juga memilki kerugian bagi perusahaan
adalah adanya biaya pemecahan yang termasuk didalamnya biaya transfer agen
untuk proses sertifikat dan biaya lainnya, sedangkan bagi pemegang saham tidak
ada kerugiannya. Biaya broker setelah pemacahan saham menimbulkan
bertambahnya biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat stock split. Tingginya
biaya broker ini merupakan daya tarik bagi broker untuk benar-benar melakukan
analisis setepat mungkin agar harga saham berada pada tingkat perdagangan yang
40
optimal serta mampu memberikan informasi yang menguntungkan bagi
perusahaan dan investor.
Selain itu kerugian yang diterima oleh pemodal yaitu biaya surat saham
yang akan naik kerena kepemilkan yang tadinya cukup diawali oleh selembar
surat saham kemudian menjadi 2 lembar. Biaya back office diperusahaan efek,
biaya kliring dan biaya kustodian dipengaruhi oleh jumlah fisik surat saham
adalah biaya broker setelah pemecahan saham akan menjadi lebih tinggi.
2.1.5.6 Mekanisme Pemecahan Saham
Berdasarkan pendapat Nasarudin (2004), mekanisme dan informasi
mengenai kebijakan stock split akan diberitahukan oleh Dewan Direksi
berdasarkan dengan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Berikut ini merupakan contoh stocksplit yang dilakukan oleh PT Astra Otoparts
Tbk mengenai jadwal pelaksanaan beserta tanggal dari awal diputuskannya
pemecahan saham pada Rapat Umum Pemegang Saham sampai tahap
diperdagangkannya saham dengan nilai nominal baru hasil pemecahan saham di
bursa. PT Astra Otoparts memiliki rasio pemecahan nilai nominal saham (stock
split) sebesar 1:5 dengan nilai nominal lama Rp 500,- per saham menjadi nominal
baru Rp 100,- per saham.
No
1
-
2
-
Tabel 2.1
Jadwal Pelaksanaan Pemecahan Saham (Stock Split)
Keterangan
Tanggal
Akhir perdagangan saham dengan nilai
23 Juni 2011
nominal lama (nominal Rp 500,- per saham)
di pasar reguler dan pasar negosiasi.
Mulai perdagangan saham dengan nilai
24 Juni 2011
nominal baru (nominal Rp 100,- per saham)
41
No
3
-
4
-
-
-
Keterangan
Tanggal
di pasar reguler dan pasar negosiasi.
Tanggal terakhir penyelesaian transaksi
28 Juni 2011
saham dengan nilai nominal lama Rp 500
Tanggal penentuan pemegang saham yang
berhak atas hasil Stock Split (Recording Date)
Tanggal distribusi saham dengan nilai 30 Juni 2011
nominal baru Rp 100,- per saham hasil
pemecahan saham (Stock Split)awal hari
Awal perdagangan saham di pasar tunai
dengan nilai nominal baru Rp 100,- per
saham
Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi
saham dengan Nilai Nominal Baru Rp 100,per saham
Sumber : PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
2.1.5.7 Teori Pemecahan Saham
Menurut Jogiyanto (2000 dalam Fahmi, 2012:128-129) terdapat dua teori
mengenai pemecahan saham yaitu :
a. Signaling Theory
Menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal mengenai
prospek perusahaan yang baik di masa yang akan datang kepada investor.
Meskipun pemecahan saham tidak memilki nilai ekonomis namun pasar
tetap bereaksi tehadap pengumuman tersebut karena mengetahui adanya
prospek perusahaan yang menguntungkan di masa yang akan datang.
b. Trading Range Theory
Trading Range Theory menyatakan bahwa harga saham yang terlalu tinggi
menyebabkan kurang aktifnya perdagangan saham sehingga mendoong
perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Dengan melakukan
42
pemecahan saham diharapkan akan semakin banyak investor yang
melakukan transaksi.
Jadi, signaling theory menjelaskan bahwa pemecahan saham (stock split)
memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return di
masa depan yang substansial. Sedangkan trading range theory menyatakan bahwa
pemecahan saham (stock split) dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham
(Indarti dan BR. Purba, 2011).
2.1.6
Likuiditas Saham
Menurut Bursa Efek Indonesia (Informasi Umum Pasar Modal, Stock
Exchange dalam Ferdian, 2012) pengertian likuiditas saham disini adalah
kelancaran yang menunjukkan tingkat mudahnya dalam mencairkan modal
investasi.
Sedangkan menurut Tandelilin (2010 dalam Damayanti, Atmadja, dan
Darmawan, 2014), Likuiditas saham adalah tingkat keaktifan dari sebuah saham
untuk dapat dijual atau dijadikan uang tunai oleh investor yang memilikinya.
Likuiditas saham dapat terbentuk karena mekanisme permintaan dan penawaran
terhadap saham. Semakin banyak pelaku pasar yang meminati pasar akan
mendorong peningkatan harga saham.
Likuiditas saham merupakan salah satu indikator dari reaksi pasar
terhadap suatu pengumuman, seperti yang dikemukakan oleh Copeland (1979),
Lakonishok dan Lev (1987) serta Lamoureux dan Ponn (1987 dalam W Mila,
2010) dimana likuiditas saham dapat diukur dengan besarnya Trading Volume
Activity (TVA). Trading Volume Activity merupakan perbandingan antara jumlah
43
saham perusahaan yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah
saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Marwan Asri dan Faisal
(1998) dalam W Mila (2010) menjelaskan Trading Volume Activity (TVA)
merupakan suatu instrument yang dapat digunakanuntuk melihat reaksi pasar
modal terhadap informasi melalui parameterperusahaan volume perdagangan
saham dipasar modal.
2.1.7 Harga Saham
2.1.7.1 Pengertian Harga Saham
Harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan
pembeli saham yang dilatar-belakangi oleh harapan mereka terhadap profit
perusahaan (Fortuna, 2010). Untuk itu investor memerlukan informasi yang
berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam mengambil keputusan
untuk menjual ataupun membeli saham. Menurut Ang (1997 dalam Fortuna,
2010) nilai dari suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga
jenis:
1. Nilai nominal (par value)
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham, yang berfungsi
untuk tujuan akuntansi. Ketentuan nilai nominal saham sesuai dengan
UUPT No. 1/1995 harus dalam mata uang rupiah, jika tanpa nilai nominal
maka saham itu tidak dapat diperdagangkan. Nilai nominal ini merupakan
modal per lembar saham yang secara hukum harus ditahan di perusahaan
44
untuk proteksi pada kreditor yang tidak dapat diambil pemegang saham
(Keiso dan Weygandt, 1996)
2. Harga dasar (base price)
Harga dasar adalah harga yang berfungsi dalam perhitungan indeks harga
saham. Harga ini akan berubah sesuai dengan aksi emiten yang dilakukan,
seperti right issue, stock split, dan lain-lain. Untuk saham baru harga dasar
adalah harga saham pada pasar perdana.
3. Nilai pasar (market price)
.
Harga pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar (Jogiyanto:88) dalam (Fortuna,
2010). Harga pasar merupakan harga yang paling mudah diketahui. Harga
pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan di pasar bursa. Jika pasar bursa sudah tutup, maka harga
pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah
yang menyatakan naik turunnya suatu saham.
2.1.7.2 Harga Saham dan Pembentuannya
Harga saham di bursa sangat ditentukan oleh kekuatan pasar, yang
berartikekuatan permintaan dan penawaran. Karena permintaan dan penawaran
atas saham berfluktuasi setiap harinya maka harga saham pun akan mengikuti
pola fluktuasi tersebut. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih banyak,
harga saham akan cenderung meningkat, sedangkan pada kondisi dimana
penawaran saham lebih banyak, harga saham akan cenderung menurun. Faktor-
45
faktor yang menentukan harga saham di pasar adalah (Husnan, 1993 dalam
Fortuna, 2010):
1. Taksiran akan penghasilan yang diterima.
2. Besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor, yang
mana dipengaruhi oleh keuntungan bebas resiko yang ditanggung
investor.
Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham
menurut Weston dan Brigham (1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar
saham, saat diperolehnya laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang
perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya
yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal
seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham.
2.1.7.3 Harga Saham Relatif Sebelum Pemecahan Saham
Pemecahan saham (stock split) merupakan suatu aksi emiten di mana
dilakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil.
Proses pemecahan saham dengan cara menukarkan saham dengan nilai nominal
lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nilai nominal baru. Harga saham
sebelum pemecahan saham adalah perbandingan antara harga saham sebelum
stock split dengan hasil perbandingan antara nilai nominal saham sebelum stock
split dengan nilai nominal saham tersebut setelah stock split (Fortuna, 2010).
Harga saham yang digunakan adalah closing price harian emiten yang melakukan
46
pemecahan saham selama 10 hari sebelum pemecahan saham. Formulasinya
adalah sebagai berikut:
Dimana :
HT
= harga teoritis
HAS = harga akhir saham dengan nilai nominal lama
2.1.7.4 Harga Saham Reatif Setelah Pengumuman Pemecahan Saham
Harga pasar saham relatif setelah pemecahan saham adalah harga yang
dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang terjadi setelah stock
split(Fortuna, 2010). Harga saham yang digunakan adalah closing price harian
dari emiten yang melakukan pemecahan saham 10 hari sesudah pemecahan
saham. Formulasinya adalah sebagai berikut :
HRs = Ps
Keterangan :
HRs = Harga pasar saham relatif setelah pemecahan saham
Ps = Harga saham setelah pemecahan saham
2.1.8
Volume Perdagangan
Menurut Sumiyana (2007 dalam Iin dan Purba, 2011), Volume
perdagangan merupakan jumlah transaksi yang dipedagangkan pada waktu
47
tertentu. Volume diperlukan untuk menggerakan harga saham, dengan semakin
meningktnya jual beli saham, maka aktivitas perdagangan di bursa akan semakin
meningkat. Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas
jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham, maka aktivitas
perdagangan saham di bursa akan semakin meningkat.
Besarnya aktivitas volume perdagangan saham dapat diukur dengan
menggunakan Trading Volume Activity (TVA). TVA merupakan suatu persamaan
yang menunjukkan nilai perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan
dalam waktu tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu.
Adapun formulasi untuk TVA adalah sebagai berikut :
TVAi,t=
Volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran
(supply) dan permintaan (demand) yang merupakan manifestasi dari tingkah laku
investor (Ang, 2007 dalam Indarti dan Purba, 2011). Semakin meningkatnya
volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut
diminati oleh masyarakat. Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima
dalam analisis teknikal.
2.1.9 Event Studi (Studi Peristiwa)
Menurut Jogiyanto (2000 dalam Sari, 2011), Event study merupakan studi
yang mempelajari reaksi pasar modal terhadap suatu peristiwa (event) yang
informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat
digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu
48
pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efesiensi pasar bentuk
setengah kuat. Pasar akan bereaksi pada saat pengumuman informasi itu dapat
diterima pasar atau investor. Reaksi pasar dalam hal ini adalah volume
perdagangan saham.
Jika pasar bereaksi cepat terhadap informasi yang telah dipublikasikan
maka pasar tersebut dikatakan pasar efisien. Dalam event study dikenal istilah:
1. Event window (jendela peristiwa)
2. Event date (tanggal peristiwa)
3. Estimation period (periode estimasi)
Periode peristiwa disebut juga dengan periode pengamatanatau jendela
peristiwa (event window) mempunyai panjang yang bervariasi, lama dari jendela
yang umumnya digunakan berkisar 3 hari – 121 hari untuk data harian dan 3
bulan-121 bulan untuk data bulanan. Sedangkan lama periode estimasi yang
umum digunakan adalah berkisar dari 100 hari – 300 hari untuk data harian dan
berkisar 24 – 60 bulan untuk data bulanan (Jogiyanto, 1998 dalam Mila, 2010).
2.2
Penelitian Tedahulu
Sebagai acuan dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan pemecahan saham (stock split) diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No
1
Nama Peneliti
I Gusti Ayu Mila
W, (2010)
Judul
Analisis
pengaruh
pemecahan
saham
(stock split)
Alat
Analisis
Uji beda
dua ratarata
Persamaan
Penggunaan
variabel X
yaitu
pemecahan
saham dan
Perbedaan
Peneliti
sebelumnya
menggunakan
variabel Y
abnormal
49
No
Nama Peneliti
2
Chotyahani
Hasna Rizka
Fortuna, (2010)
3
Iin Indarti dan
Desti Mulyani
Br.Purba, (2011)
4
Artiza Brilian
Sari, (2011)
5
Muhammad Ade
Hernoyo (2013)
Judul
terhadap
volume
perdagangan
saham dan
abnormal
return saham
pada
perusahaan
yang
Terdaftar di
BEI tahun
2007 – 2009
Analisis
pengaruh stock
split terhadap
Harga saham
pada
perusahaan go
Public di bursa
efek indonesia
Analisis
perbandingan
Harga Saham
dan Volume
Perdagangan
Saham
Sebelum dan
Sesudah Stock
Split
Pengaruh stock
split terhadap
abnormal
return dan
trading volume
activity pada
perusahaan
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia)
Pengaruh stock
split
announcement
terhadap
volume
perdagangan
dan return
Alat
Analisis
Uji
peringkat
bertanda
wilcoxon
(wilcoxon
signed
rank test)
Uji beda
t-test
Uji paired
sample ttest
Uji beda
t-test
Persamaan
Perbedaan
penggunaan
variabel Y
yaitu volume
perdagangan
saham
return saham
dan periode
yang diteliti
pada tahun
2007-2009
Penggunaan
variabel X
yaitu
pemecahan
saham
danpenggunaa
nvariabel Y
hargasaham
Penggunaan
variabel X
yaitu
pemecahan
saham dan
penggunaan
variabel Y
yaituhargasaha
mdan volume
perdagangan
saham
Penggunaan
variabel X
yaitu
pemecahan
saham dan
penggunaan
variabel Y
yaitu trading
volume activity
Periode yang
diteliti pada
tahun 20072009
Penggunaan
variabel X
yaitu
pemecahan
saham dan
penggunaan
variabel Y
Peneliti
sebelumnya
menggunakan
variabel Y
yaitu return
saham
Periode yang
diteliti pada
tahun 2007
Peneliti
sebelumnya
menggunakan
variabel Y
yaitu
abnormal
return
50
No
Nama Peneliti
6
BambangBagja
(2014)
7
Ni luh
Damayanti,Anant
awikrama Tungga
Atmadja, dan
Nyoman Ari
Surya Darmawan
(2014)
8
Putu Sri
Widyahari, I
WayanBagja,
danFridayanaYud
iaatmaja (2014)
9
Fifi Lailatul,
Judul
AnalisisPerbed
aanAbnormal
Returndan
Volume
PerdaganganSa
hamSebelumda
nSesudahPerist
iwa Stock Split
Pada
Perusahaan
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
Periode 20102013
Analisis
pengaruh
pemecahan
saham (stock
split) terhadap
tingkat
keuntungan
(return) saham
dan likuiditas
saham (studi
pada
perusahaan
yang go public
di Bursa Efek
Indonesia
periode 20082013)
AnalisisPerbed
aan Volume
PerdaganganSa
hamdanReturn
SahamSebelu
mdanSesudah
Stock Split
Analisis Harga
Alat
Analisis
Persamaan
yaitu volume
perdagangan
saham
Ujibedadu Penggunaan
a rata-rata variabel X
yaitu
pemecahan
saham dan
penggunaan
variabel Y
yaitu volume
perdagangan
saham
Perbedaan
Peneliti
sebelumnya
menggunakan
variabel Y
yaitu
abnormal
return saham,
danperiode
yang
ditelititahun
2010-2013
Uji beda
dua ratarata
Penggunaan
variabel X
yaitu
pemecahan
saham dan
penggunaan
variabel Y
yaitu volume
perdagangan
saham
Peneliti
sebelumnya
menggunakan
variabel Y
yaitu
abnormalretur
n saham , dan
periode yang
digunakan
dalam
penelitian
tahun 20082013
UjiWilcox
on Signed
Rank
Penggunaan
variabel X
yaitu
pemecahan
saham dan
penggunaan
variabel Y
yaitu volume
perdagangan
saham
UjiPaired
Penggunaan
Peneliti
sebelumnya
menggunakan
variabel Y
yaitu return
saham , dan
periode yang
digunakan
dalam
penelitian
tahun 20102013
Periode yang
51
No
Nama Peneliti
Mahala Zahroh,
dan Z.A
Dwiatmanto
(2015)
Judul
Saham
Sebelum Dan
Sesudah
Pengumuman
Stock Split
(Studi Pada
Perusahaan
Terdaftar Yang
Melakukan
Stock Split di
Bursa Efek
Indonesia
tahun 20122014)
Alat
Analisis
Sampe tTest
Persamaan
variabel X
yaitu
pemecahan
saham dan
penggunaan
variabel Y
yaitu harga
saham
Perbedaan
digunakan
dalam
penelitian
tahun 20122014
Sumber : dari berbagai jurnal dan skripsi
2.3
Kerangka Pemikiran
Bagi investor, tujuan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan dari
aset yang dijadikan objek. Investor dapat melakukan aktivitas financial investment
yaitu transaksi jual beli aset keuangan untuk memperoleh keuntungan dalam
bentuk surat-surat berharga atau sekuritas yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan investasi.
Salah satu sarana atau tempat untuk melakukan investasi adalah pasar
modal. Bagi investor, tujuan investasi melalui pasar modal adalah memperoleh
tingkat pengembalian (return) yang lebih besar dibandingkan dana yang
ditanamkannya. Sedangkan bagi perusahaan, pasar modal merupakan suatu sarana
untuk dapat meningkatkan kebutuhan dana dalam jangka panjang dengan cara
menjual saham. Efek perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal salah
satunya adalah saham. Menurut Ardiyos (2007:534) saham adalah sebagai
berikut:
52
“Saham adalah surat bukti kepemilikan dalam suatu perseroan terbatas
yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang kemudian memberi
hak atas dividen dan lain-lain sesuai dengan besar kecilnya investasi modal
pada perusahaan tersebut”.
Dalam melakukan investasi, para investor membutuhkan suatu informasi
yang dapat digunakan sebagai dasar dan acuan dalam pengambilan suatu
keputusan yang berkaitan dengan pemilihan portofolio investasinya. Dengan
adanya informasi dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang terjadi, sehingga
keputusan yang diambil diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Di dalam pasar modal terdapat banyak informasi yang dapat diperoleh, baik
informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (private) (Indarti dan
Purba, 2011). Salah satu informasi yang diperlukan adalah berkaitan dengan
tindakan
korporasi
(corporate
action).
Menurut
http://panduan-
saham.blogspot.co.id/2012/03/economic-outlook2012.html, pengertian tindakan
korporasi adalah sebagai berikut:
“Corporate Action adalah setiap tindakan emiten yang memberikan hak
yang sama kepada seluruh pemegang saham seperti hak untuk menghadiri
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), hak untuk memperoleh dividen,
saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), warrant,
merger/akuisisi, stock split atau hak lainnya.”
Salah satu jenis corporate action yang terjadi dalam tindakan korporasi
adalah pengumuman stock split atau pemecahan saham. Informasi ini dapat
memilki makna atau nilai jika keberedaan tersebut menyebabkan investor
melakukan transaksi di pasar modal, yang akan tercermin dalam perubahan harga
saham, volume perdagangan, indikator lainnya (Hastuti dan Lestari, 2005 dalam
Indarti dan Purba, 2011).
Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi
53
n lembar saham. Menurut Fakhruddin (2008 dalam Fahmi, 2012:125), Pemecahan
saham adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil,
misalnyadarinilai nominal Rp 1.000,00 per sahammenjadiRp 500,00 per
saham.Stock split menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik
sehingga akan memberikan keuntungan pada investor (Muharam, 2009 dalam
Damayanti, Atmadja, dan Darmawan, 2014). Dengan demikian, stock split
merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik
investor.
Adapun bentuk hubungan stock split dengan trading range theory adalah
dilihat dari segi pandangan intenal perusahaan yang memotivasi pihak perusahaan
untuk melakukan pemecahan saham. Hal ini sebagaimana dikatakan Khomsiyah
dan Sulistiyo (2001 dalam Fahmi, 2012:129) bahwa berdasarkan trading range
theory tingkat kemahalan saham merupakan motivasi perusahaan untuk
melakukan pemecahan saham. Selain itu, stock split dilakukan perusahaan dengan
tujuan untuk menjaga agar harga saham tidak terlalu tinggi sehingga akan
meningkatkan likuiditas perdagangannya (Jogiyanto, 2003:416 dalam Hernoyo,
2013).
Likuiditas saham dapat terbentuk karena mekanisme permintaan dan
penawaran suatu saham. Semakin banyak pelaku pasar yang meminati pasar akan
mendorong peningkatan harga saham (Damayanti, Atmadja, Darmawan, 2014).
Likuiditas saham dapat terlihat melalui aktivitas harga saham serta volume
perdagangan atau trading volume activities (TVA) (Damayanti, Atmadja,
Darmawan, 2014).
54
Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual
dan pembeli saham (Fortuna, 2010). Harga saham di bursa sangat ditentukan oleh
kekuatan pasar, yang berarti kekuatan permintaan dan penawaran. Pada kondisi
dimana permintaan saham lebih banyak, hargasaham akan cenderung meningkat,
sedangkan pada kondisi dimana penawaran saham lebih banyak, harga saham
akan cenderung menurun (Astuti, 2012).
Peristiwa pemacahan saham akan merubah harga saham relative suatu
perusahaan setelah menyesuaikan melalui hargadasar. Dengan mengarahkan harga
saham pada range tertentu diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang
dapat terlibat dalam aktivitas perdagangan saham. Para pelaku pasar modal sangat
dipengaruhi oleh perubahan harga saham. Hubungan antara peristiwa sebelum dan
sesudah stock split terhadap harga saham dapat dibuktikan dalam trading range
theory. Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham digunakan
sebagai alat untuk mengatur kembali harga saham pada kisaran harga yang
diinginkan sehingga semakin memungkinkan bagi investor untuk membeli dalam
jumlah yang banyak (Hernoyo, 2013). Hal ini dibuktikan oleh penelitian Iin dan
Purba (2011) yang mengemukakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata harga
saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah pengumuman
pemecahan saham.
Jika semakin banyak partisipan pasar, maka dapat meningkatkan likuiditas
saham. Harga saham yang rendah setelah pemecahan saham akan memicu daya
beli dan meningkatkan likuiditas saham yang kemudian menyebabkan permintaan
pasar akan saham tersebut naik sehingga meningkatkan harga saham (Astuti,
55
2012). Terjadinya peningkatan permintaan karena harga saham lebih murah
membuat harga saham naik (Astuti, 2012).Untuk mengetahui apakah informasi
pemecahan saham dapat mempengaruhi harga saham, maka dilakukan pengujian
terhadap harga saham relatif 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah pemecahan
saham.
Sedangkan, volume perdagangan saham adalah tingkat permintaan
(demand) dan penawaran (supply) terhadap saham suatu perusahaan (Hernoyo,
2013). Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual
beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham, maka aktivitas
perdagangan saham di bursa akan semakin meningkat. Semakin meningkatnya
volume perdagangan saham menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati
oleh masyarakat (Damayanti, Atmadja, dan Darmawan, 2014).
Peristiwa pemacahan saham akan merubah jumlah komposisi volume
perdagangan saham suatu perusahaan. Hubungan antara peristiwa sebelum dan
sesudah stock split terhadap volume perdagangan dapat dibuktikan dalam trading
range theory. Trading range theory mengemukakan bahwa harga saham yang
tidak terlalu tinggi akan meningkatkan likuiditas saham.Besar kecilnya pengaruh
stock split terhadap volume perdagangan saham dilihat dari besar kecilnya jumlah
saham yang diperdagangkan (Westonn dan Copeland, 1997 dalam Mila, 2010).
Untuk melihat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan
sesudah kebijakan pemecahan saham dapat dilihat dari aktivitas perdagangan
saham yang bersangkutan yang diukur dengan Trading hari hari sebelum dan 10
56
hari sesudah pemecahan saham. Berdasarkan urain diatas dapat digambarkan
sebagai berikut :
Investasi
Perusahaan yang
terdaftar di BEI
(Stock Splits)
Harga saham
Rata-rata harga
saham relatif
sebelum stock split
Volume
perdagangan saham
Rata-rata harga
saham relatif
sesudah stock split
Rata-rata volume
perdagangan saham
sebelum stock split
Uji Beda
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Rata-rata volume
perdagangan saham
sesudah stock split
57
2.4
Hipotesis
Hipotesispenelitianmerupakanpernyataanhubunganantarvariabelpenelitian
dalamrumusan yang kebenarannya dapat diuji secara empiris. Hipotesis penelitian
dirumuskan dari hasil pengembangan kerangka teoritis, dengan tujuan untuk
mendapatkan jawaban atas masalah penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya
(Nuryaman, dan Christina, 2015:55). Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian
dapat dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:
H1 :
Terdapat perbedaan harga saham sebelum dan sesudah dilakukannya stock
split pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014
H2 :
Terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
dilakukannya stock split pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode
2011-2014
Download