BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Karyawan 1. Pengertian kinerja karyawan Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padananya dalam bahasa inggris adalah performance. Istilah performance sering di Indonesiakan sebagai performance (Wirawan, 2009). Menurut Bangun (2012) “Kinerja adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job requirement)”. Sedangkan menurut Marwansyah (2010) “kinerja adalah pencapaian atau prestasi seseorang berkenaan dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan kinerja adalah suatu hasil pekerjaan karyawan yang diberikan oleh perusahaan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja Masalah kinerja dalam organisasi dapat di timbulkan atau disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan ke dalam empat penyebab utama masalah-masalah kinerja berikut ini (Marwansyah, 2010) 9 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 a. Pengetahuan atau ketrampilan Karyawan tidak tahu bagaimana menjalankan tugas-tugas secara benar kurangnya ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan. b. Lingkungan Masalah tidak berhubungan dengan karyawan, tetapi disebabkan oleh lingkungan kondisi kerja, proses yang buruk, ergonomika, dan lain-lain. c. Sumber daya Kurangnya sumber daya dan teknologi. d. Motivasi Karyawan tahu bagaimana menjalankan pekerjaan, tetapi tidak melakukannya secara benar. Ini mungkin saja disebabkan oleh proses seleksi yang tidak sempurna. Menurut A. Dale Timple (1992) dalam Mangkunegara (2012), terdapat dua faktor-faktor kinerja yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal Faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan seseorang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. 10 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 b. Faktor eksternal Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim oraganisasi. 3. Mengukur Kinerja Karyawan Standar pekerjaan dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan, dapat dijadikan sebagai dasar penilaian setiap pekerjaan. Untuk memudahkan penilaian kinerja karyawan, standar pekerjaan harus dapat diukur dan dipahami secara jelas. Menurut Bangun (2012) suatu pekerjaan dapat diukur dengan cara yaitu: a. Jumlah pekerjaan Dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan. Setiap pekerjaan memiliki persyaratan yang berbeda sehingga menuntuk karyawan harus memenuhi persyaratan tersebut baik pengetahuan, ketrampilan, maupun kemampuan yang sesuai. b. Kualitas pekerjaan Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat menghasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan tertentu. Setiap pekerjaan mempunyai standar kualitas tertentu yang harus disesuaikan oleh karyawan untuk dapat mengerjakannya sesuai ketentuannya. Karyawan 11 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 memiliki kinerja baik bila dapat menghasilkan pekerjaan sesuai persyaratan kualitas yang dituntut pekerjaan tersebut. c. Ketepatan waktu Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis pekerjaan tertentu harus diseleseikan tepat waktu, karena memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya. Jadi, bila pekerjaan pada suatu bagian tertentu tidak selesei tepat waktu akan menghambat pekerjaan pada bagian lain, sehingga mempengaruhi jumlah dan kualitas hasil pekerjaan. d. Kehadiran Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan. Ada tipe pekerjaan yang menuntut kehadiran karyawan selama delapan jam sehari untuk lima hari kerja seminggu. Kinerja karyawan ditentukan oleh tingkat kehadiran karyawan dalam mengerjakannya. e. Kemampuan kerja sama Tidak semua pekerjaan dapat diseleseikan oleh satu orang karyawan saja. Untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang karyawan atau lebih, sehingga membutuhkan kerja sama antar karyawan sangat dibutuhkan. Kinerja karyawan dapat dinilai dari kemampuannya bekerja sama dengan rekan sekerja lainnya. 12 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 4. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan membandingkan hasil kerja yang di capai karyawan dengan standar pekerjaan. Bila hasil kerja yang diperoleh sampai atau melebihi standar pekerjaan dapat dikatakan kinerja seorang karyawan termasuk pada kategori baik. Menurut Bangun (2012) “penilaian kinerja adalah proses yang dilakukan organisasi untuk mengevaluasi atau menilai keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugasnya”. Sedangkan Marwansyah (2010) menyatakan “penilaian kinerja (performance apprasial) adalah sistem formal untuk memeriksa atau mengkaji dan mengevaluasi kinerja seseorang atau kelompok”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan penilaian kinerja adalah proses yang dilakukan organisasi atau perusahaan secara teratur terhadap hasil pekerjaan seorang karyawan untuk mengukur kemampuan karyawan dalam menjalankan tugasnya. 5. Manfaat Penilaian Kinerja Menurut Handoko dalam Martoyo (2007) terdapat 10 manfaat yang dapat di petik dari penilian kinerja sebagai berikut: a. Perbaikan prestasi kerja Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan departemen personalia dapat memperbaik kegiatan-kegiatan mereka demi perbaikan prestasi kerja. 13 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 b. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya. c. Keputusan-keputusan penempatan Promosi, transfer dan demosi (penurunan jabatan) biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu. d. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembang Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan. e. Perencanaan dan pengembangan karier Umpan balik prestasi kerja seseorang karyawan dapat mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti. f. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia. g. Ketidakakuratan informasional Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukan kesalahankesalahan dalam informasi analisa jabatan, rencana-rencana sumber 14 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 daya manusia, atau komponen-komponen sistem informasi manajemen informasi personalia yang tidak lainnya. akurat Menggantungkan (teliti) dapat diri pada mengakibatkan keputusan-keputusan personalia yang diambil tidak tepat. h. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnose kesalahan-kesalahan tersebut. i. Kesempatan kerja yang adil Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusankeputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi. j. Tantangan-tantangan eksternal Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar lingkungan kerja, seperti: keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-masalah pribadi lainnya. Dengan penilaian prestasi kerja tersebut, departemen personalia dimungkinkan untuk dapat menawarkan bantuan kepada semua karyawan yang membutuhkan atau yang diperkirakan memerlukan. B. Motivasi 1. Pengertian motivasi Istilah motivasi berasal dari kata latin “Movere” yang berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Kata “Movere” dalam bahasa inggris sering 15 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 disepadankan dengan “Motivation” yang berarti pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Menurut Priansa (2016) “motivasi adalah perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi pegawai untuk berperilaku terhadap pekerjaanya”. Motivasi adalah kondisi atau energi yang menggerakan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan (Mangkunegara, 2012). Sedangkan menurut Bangun (2012) “motivasi adalah suatu tindakan untuk mempengaruhi orang lain agar berperilaku (to behave) secara teratur”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan motivasi adalah suatu tindakan yang mendorong untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang secara teratur agar lebih baik dari sebelumnya. 2. Prinsip-prinsip dalam Motivasi Menurut mangkunegara (2012) terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja karyawan, yaitu: a. Prinsip partisipasi Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin. b. Prinsip komunikasi Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. 16 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 c. Prinsip mengakui andil bawahan Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. d. Prinsip pendelegasian wewenang Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. e. Prinsip memberi perhatian Pemimpin memberikan perhatian apa terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memptivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin. 3. Pendekatan-pendekatan motivasi Menurut Bangun (2012) motivasi dapat dipandang menjadi empat pendekatan antara lain: a. Pendekatan tradisional Pendekatan tradisional (traditional approach) pertama sekali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor dari manajemen ilmiah (scientific management school). Dalam model ini yang menjadi titik beratnya adalah pengawasan (controlling) dan pengarahan (directing). Pada pendekatan ini, manajer menentukan cara yang 17 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 paling efisien untuk pekerjaan berulang dan memotivasi karyawan dengan sistem insentif upah, semakin banyak yang dihasilkan maka semakin besar upah diterima. b. Pendekatan hubungan manusia Pendekatan hubungan manusia (human relation model) selalu dikaitkan dengan model pendapat Elton Mayo. Mayo menemukan bahwa kebosanan dan pengulangan berbagai tugas merupakan faktor yang dapat menurunkan motivasi, sedangkan kontak sosial membantu dalam menciptakan dan mempertahankan motivasi. Sebagai kesimpulan dari pendapat ini, manajer dapat memotivasi karyawan dengan memberikan kebutuhan sosial serta dengan membuat mereka merasa berguna dan lebih penting. c. Pendekatan sumber daya manusia Pendekatan sumber daya manusia yang menyatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. d. Pendekatan kontemporer Pendekatan kontemporer (Contemporary Approach) didominasi oleh tiga tipe motivasi: teori isi, teori proses dan teori penguatan. Teori isi (content theory) menekankan pada teori kebutuhankebutuhan manusia, menjelaskan berbagai kebutuhan manusia memengaruhi kegiatannya dalam organisasi. Manajer harus dapat 18 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 memahami kebutuhan para anggotanya untuk meningkatkan tanggung jawab dan kesetiaanya atas pekerjaan dan organisasi. 4. Teori kebutuhan berprestasi Mcclelland David McClelland memelopori pemikiran tentang motivasi kerja dengan mengembangkan motivasi berbasis teori dan model, dan digunakan dalam perbaikan metode penilaian kinerja, serta penilaian dan tes berbasis kompetensi, ide-nya telah diadopsi secara luas diberbagai organisasi. McCelland (1987) dalam Priansa (2016) memperkenalkan teori kebutuhan berprestasi atau Need for achievement (N.Ach), yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. McClelland mendefinisikan motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat sosial, kebutuhan yang muncul akibat pengaruh eksternal. McCleland memperkenalkan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku “The Achieving Society” yaitu: a. Kebutuhan Berprestasi (Need for achievement atau N-Ach) Need for achievement adalah kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecah masalah. Seseorang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi cenderung untuk mengambil resiko. Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. 19 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlihan, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-ach tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki n-ach yang tinggi diantaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan. b. Kebutuhan Kekuasaan (Need of Power atau N-Pow) Need of Power adalah kebutuhan akan kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai autoritas, untuk memiliki pengaruh kepada orang lain. Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. McCleland menyatakan ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan yaitu, pribadi dan kekuasan 1. Pribadi Contoh dari kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin organisasi yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana organisasinya akan bergerak. 20 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 2. Sosial Kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh pemimpin. c. Kebutuhan Berafiliasi (Need for Affilation atau N-Affil) Need for Affilation yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain. Kebutuhan akan afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu mereflesikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan dan menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya. 21 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 C. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Disiplin berasal dari bahasa latin, yaitu “diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan, kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Organisasi tanpa didasari dengan disiplin maka sangat mempengaruhi kinerja. Disiplin menitikberatkan pada bantuan kepada karyawan untuk mengembangkan sikap yang baik terhadap pekerjaan. Menurut Hasibuan (2008) “disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”. Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut (Siagian, 2008). Dari uraian diatas dapat disimpulkan disiplin adalah tindakan yang dibuat oleh pihak manajemen baik secara tertulis maupun tidak tertulis kepada anggota organisasi untuk mendorong terciptanya ketaatan sesuai dengan standar-standar organisasi yang telah ditetapkan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan Menurut Hasibuan (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan diantaranya: a. Tujuan dan Kemampuan Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. 22 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. b. Teladan Pimpinan Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin c. Balas Jasa Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya semakin besar balas jasa, semakin baik kedisiplinan karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil, kedisiplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik 23 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 d. Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik, akan menciptakan kedisiplinan yang baikpula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan agar kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula. e. Waskat Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya. 24 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 f. Sanksi Hukuman Hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang. g. Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani menindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demkian, pimpinan akan memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. h. Hubungan Kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari Direct Single Relationship, Direct Group Relationship, dan Cross Relationship hendaknya berjalan harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana kemanusiaan yang serasi serta memikat, baik secara vertikal maupun horizontal diantara semua 25 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 karyawannya. Terciptanya Human Relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yangbaik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik. 3. Jenis-jenis Disiplin Menurut Marwansyah (2010) disiplin dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu: a. Disiplin Preventif Tindakan yang diambil untuk mendorong karyawan agar mengikuti standar dan aturan sehingga pelanggaran bisa dicegah. Tujuan pokok disiplin preventif adalah mendorong terbentuknya disiplindiri, dan departemen SDM memainkan peran penting dalam upaya ini. Upaya pencegahan dilakukan dengan mengembangkan program-program untuk mengontrol ketidakhadiran dan keluh kesah, mengkomunikasikan standar-standar kepada karyawan dan mendorong karyawan untuk mengikutinya, dan mendorong peran serta karyawan dalam penetapan standar, karena karyawan akan memberikan dukungan yang lebih besar kepada aturan-aturan yang ikut mereka ciptakan. b. Disiplin Korektif Tindakan yang dilakukan sesudah terjadinya pelanggaran. Tindakan ini bertujuan agar tidak terjadi pelanggaran lebih jauh 26 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 dan untuk menjamin bahwa di masa mendatang para karyawan akan mengikuti standar dan aturan organisasi. Tindakan korektif atau disciplinary action biasanya berbentuk hukuman, seperti peringatan atau skorsing tanpa gaji. Tindakan disiplin biasanya diprakarsai oleh atasan langsung karyawan tetapi mendapat persetujuan dari amanajer di jenjang yang lebih tinggi atau departemen SDM. 4. Proses Tindakan Disiplin Dalam penerapan sistem disiplin, perlu ditetapkan pula sebuah proses pengajuan sanggahan atau keberatan (due process). Proses ini biasanya dituntut pula oleh undang-undang atau peraturan pemerintah, arbitrator, dan serikat pekerja. Due process berarti bahwa aturan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk menerapkan tindakan disiplin, benar-benar diikuti dan karyawan memiliki kesempatan untuk memberi tanggapan/sanggahan atas tuduhan yang di jatuhkan atas diri mereka. Menurut Cascio, W. F dalam Marwansyah (2010) sebuah tindakan disiplin harus memenuhi syarat berikut ini: a. Segera Tindakan disiplin harus diberlakukan segera sesudah terjadinya pelanggaran. Selain itu, penting dicatat bahwa orang didisiplinkan bukan karena kepribadian mereka tetapi karena apa yang mereka lakukan (perilaku). 27 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 b. Dengan Peringatan Karyawan harus mendapatkan peringatan yang memadai. Setiap karyawan harus mengetahui secara jelas konsekuensi dari perilaku kerja yang diharapkan. c. Konsisten Agar dipersepsikan sebagai sesuatu yang adil, tindakan disiplin mesti diberlakukan secara konsisten jika ditemukan situasi pelanggaran yang sama. d. Tidak bersifat Pribadi (impersonal) Manajer tidak boleh membeda-bedakan bawahannya dalam penerapan tindakan disiplin. Siapapun yang melanggar aturan, harus ditindak. 5. Pendekatan-pendekatan Disiplin Menurut Gomez-Meija, Balkin, Dan Cardy dalam Marwansyah (2010) menyebutkan dua pendekatan terhadap disiplin, yakni: a. Disiplin Progresif Serangkaian tindakan intervensi manajemen yang memberi kesempatan kepada karyawan untuk memperbaiki perilaku yang salah sebelum dihentikan. b. Disiplin Positif. Prosedur disiplin yang mendorong karyawan untuk memantau perilaku mereka sendiri dan bertanggung jawab atas tindakan- 28 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 tindakan mereka. Sistem disiplin progresif memiliki sebuah prosedur disiplin empat tahap yaitu: 1. Peringatan lisan (verbal warning) Seseorang yang melakukan pelanggaran ringan menerima peringatan lisan dari atasan langsung dan diberitahu bahwa jika masalah ini berlanjut dalam periode waktu tertentu, ia akan mendapat hukuman yang lebih berat. 2. Peringatan tertulis (written warning) Karyawan melanggar kembali aturan yang sama dalam periode waktu tertentu dan sekarang menerima peringatan tertulis dari atasan langsung. peringatan ini masuk dalam arsip karyawan. karyawan diberi tahu bahwa ketidakmampuaanya untuk memperbaiki perilaku dalam periode waktu tertentu, akan berujung pada sanksi yang lebih berat. 3. Pemberhentian sementara (suspension) Karyawan tetap gagal merespons peringatan dan kembali melakukan pelanggaran aturan kerja. Karyawan ini sekarang diberhentikan sementara dari pekerjaan tanpa mendapat gaji untuk waktu tertentu. 4. Pemberhentian atau pemecatan (discharge) Karyawan kembali melanggar aturan dalam periode waktu tertentu dan kemudian diberhentikan karena pelanggaran ini. 29 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 D. Lingkungan Kerja 1. Pengertian Lingkugan Kerja Lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat penting bagi karyawan di dalam melakukan aktivitas pekerjaan. Karyawan dituntut secara maksimal untuk menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini, perusahaan harus mampu memberikan fasilitas yang memadai agar karyawan dapat memberikan kinerja yang diinginkan. Menurut Nitisemito (2010) dalam Nugroho dan Satrio (2016) mendefinisikan “lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang diembankan. Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009) dalam Prasetyo dkk (2015) menjelaskan “lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik perseorangan maupun sebagai kelompok. Dari uraian diatas dapat disimpulkan lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para karyawan untuk menjalankan tanggung jawabnya dalam bekerja, baik yang berbentuk fisik maupun berbentuk non fisik, yang dapat mempengaruhi kinerjanya secara optimal dan mampu menyelesaikan tugas yang di berikan oleh perusahaan secara efektif. 30 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 2. Jenis-jenis Lingkungan Kerja Menurut Sedarmayanti (2007) dalam Nugroho dan Satrio (2016) menyatakan secara garis bahwa secara garis besar jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu: a. Lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. b. Lingkungan kerja non fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. 3. Indikator-indikator lingkungan kerja Menurut Sedarmayanti (2009) dalam Rosa (2015) indikatorindikator lingkungan kerja yaitu sebagai berikut: a. Penerangan atau cahaya di tempat kerja Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat menyelamatkan dan kelencaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada 31 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit tercapai. b. Sirkulasi udara ditempat kerja Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. c. Kebisingan di tempat kerja Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian. d. Bau tidak sedap di tempat kerja Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat 32 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja. e. Keamanan ditempat kerja Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu faktor keamanan perlu diwujudkan keberadaanya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan ditempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga satuan petugas pengaman. E. Hubungan Antara Variabel (variabel dependen dengan variabel independen) 1. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Karyawan Motivasi memiliki hubungan dengan kinerja karyawan, hal ini dapat dilihat dari pendapat para ahli. Menurut Hamzah (2012) “motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja karyawan, karyawan yang memiliki niat untuk merubah tingkah laku dalam bekerja, akan mempermudah pencapaiannya dalam menyelesaikan tanggung jawabnya dalam hal bekerja. Artinya karyawan yang memiliki motivasi tinggi secara tidak langsung akan terdorong untuk bekerja keras untuk meningkatkan kinerjanya secara 33 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 optimal. Sebaliknya karyawan yang memiliki motivasi yang rendah tidak memiliki gairah yang tinggi dalam bekerja dan mudah menyerah dalam melaksanakan tugas yang sudah diberikan oleh perusahaan. 2. Hubungan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan Menurut Davis dan Werther dalam Marwansyah (2010) “disiplin adalah tindakan manajemen yang mendorong terciptanya ketaatan pada standar-standar organisasi”. Dari pengertian diatas terdapat keterkaitan hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja karyawan. Dalam hal ini, manajemen secara langsung memberikan peraturan-peraturan kepada para karyawan untuk di taati secara jasmani dan rohani. Tujuan dengan pemberian peraturan-peraturan dalam perusahaan untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi para karyawan, dengan demikian karyawan dapat memberikan kontribusi semaksimal mungkin untuk menciptakan kinerja yang sesuai diinginkan oleh perusahaan. 3. Hubungan Lingkungan Kerja dengan Kinerja Karyawan Menurut Nitisemito (2010) dalam Nugroho dan Satrio (2016) mendefinisikan “lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang diembankan. Lingkungan kerja memiliki hubungan dengan kinerja karyawan karena baik atau buruknya kinerja seorang karyawan salah satunya disebabkan oleh lingkungan kerjanya sendiri. Lingkungan kerja yang baik akan mempengaruhi karyawan dalam menjalankan tugas pekerjaan yang sudah di embankan. 34 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 Sebaliknya apabila lingkungan kerja yang buruk akan memperlambat para karyawan dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian perusahaan harus mampu menyediakan lingkungan kerja yang baik bagi karyawan. F. Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Hasil dari penelitian akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain yaitu : Tabel. 2.1 Peneliti Terdahulu No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian 1 Patricia M. Sahangggamu dan Silvya L. Mandey (Desember 2014) Pengaruh Pelatihan Kerja, Motivasi dan Disiplin kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Dana Raya 2 Jonathan Richardo (2015) Pengaruh Pelatihan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Prudential Cabang Mrt Starts Keterangan Pelatihan kerja, Motivasi dan Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun secara simultan. Dalam penelitian ini motivasi semakin banyak diberikan kepada karyawan semakin berpengaruh untuk meningkatkan kinerja karyawan Pelatihan kerja dan Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun secara simultan. 35 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 G. 3 Hindria Hestisani, I Wayan Bagia dan I Wayan Suwendra (2014) 4 Sopar Sihar Imanuel Siagian dan Khuzaini (Agustus 2015) 5 Kiruja Ek dan Elegwa Mukuru (2013) 6 Nurul Ikhsan Sahlan, Peggy A. Mekel dan Irvan Trang (2015) Pengaruh Motivasi berprestasi dan Disiplin Kerja terhadap kinerja pegawai pada badan kepegawaian daerah kabupaten Buleleng Pengaruh Pelatihan, Kepuasan Kompensasi, Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Armada International Motor Daihatsu Surabaya) Effect of motivation on employee performance in public middle level technical training institutions in Kenya Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Bank Sulut Cabang Airmadidi Motivasi berprestasi dan Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai baik secara parsial maupun secara simultan Pelatihan, Kepuasan kompensasi, Motivasi dan Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun secara simultan. Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Ada hubungan langsung ketika motivasi meningkat kinerja pegawai meningkat. Lingkungan Kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan peneliti terdahulu yang sudah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa adanya keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen. Keterkaitan tersebut dapat dilihat sebagai berikut: 36 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 1. Keterkaitan Motivasi dengan Kinerja Karyawan. Keterkaitan motivasi dengan kinerja karyawan dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Richardo (2015) yang berjudul pengaruh pelatihan kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan PT. Prudential Cabang Mrt Starts. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. 2. Keterkaitan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan. Keterkaitan disiplin kerja dengan kinerja karyawan dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Siagian dan Khuzaini (2015) yang berjudul pengaruh pelatihan, kepuasan kompensasi, motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Armada International Motor Daihatsu Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Dilihat dari hasil pengujian dapat diartikan bahwa disiplin kerja karyawan merupakan bagian dari faktor kinerja sehingga akan meningkatkan kinerja karyawan. 3. Keterkaitan Lingkungan Kerja dengan Kinerja Karyawan. Keterkaitan lingkungan kerja dengan kinerja karyawan dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Satrio (2016) yang berjudul Pengaruh motivasi dan lingkungan kerja Terhadap kinerja karyawan auto 2000 Sungkono Surabaya. Hasil pengujian menunjukkan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan auto 2000 Sungkono Surabaya departemen 37 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 servis. Hal ini mengindikasikan semakin tinggi lingkungan kerja mengenai kebersihan tempat kerja, pencahayaan, sirkulasi udara, peralatan kerja, kebisingan, keamanan, hubungan antar pimpinan dengan karyawan tersebut akan membuat karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut. Keterkaitan variabel independen dengan variabel dependen dapat dijadikan sebuah kerangka pemikiran untuk penelitian. Kerangka pemikiran yang diajukan untuk penelitian ini adalah berdasarkan pada hasil telaah teoritis seperti yang telah diuraikan diatas. Dari uraian diatas dapat diajukan model kerangka pemikiran sebagai berikut Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Motivasi (X1) H1 H2 Disiplin Kerja Kinerja Karyawan (X2) (Y) H3 Lingkungan Kerja H4 (X3) 38 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017 H. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011). Hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H1: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan H2: Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan H3: Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan H4: Motivasi, disiplin kerja dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan 39 Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja…, Eki Rizkiyandi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017