BAB 2 Landasan Teori 2.1 Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media (Effendy, 2003 : 79). Definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior) Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.Who Says What in Which Channel to Whom With What Effect?.Paradigma Lasswell tersebut menjelaskan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dan pertanyaan yang diajukan yakni komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Jadi, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media massa yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003 : 10). Menurut Edwin B. Filippo, komunikasi adalah kegiatan mendorong orang-orang lain untuk menafsirkan suatu ide dengan cara yang diinginkan oleh si pembcara atau si penulis (Moekijat, 2003:3). 2.2 Komunikasi Massa 10 2.2.1 Definisi Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Beberapa adalah definisi komunikasi massa menurut beberapa ahli: MenurutJosep A. Devito yakni, “First, mass communication is communication is addressed to masses, to an extremely large science. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communiaction mediated by audio and / or visual transmitter. Mass communiaction is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazines, films, books and tapes.” Pertama adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khayalak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khayalak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khayalak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan.Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita). Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) disebutkan, “Mass communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers(Komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massa / tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen).” Definisi komunikasi yang sebelumnya sudah cukup jelas. Komunikasi massa bisa didefinisikan dalam tiga ciri yakni: • Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim. • Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara. • Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar (Wright, 1959, hlm. 15). 2.2.2 Fungsi-fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain: • To Inform (menginformasikan) Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal memiliki fungsi memberikan informasi disamping fungsi-fungsi yang lain. • To Entertain (memberi hiburan) Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu karena masing-masing anggota keluarga mempunyai kesibukan sendiri-sendiri, misalnya suami dan istri kerja seharian sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan aktivitasnya masing-masing, ketika malam hari berada dirumah, kemungkinan besar mereka menjadikan televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga. Hal ini mendudukkan televisi sebagai alat utama hiburan (untuk melepaskan lelah). Acara hebat itu juga dianggap perekat keluarga karena dapat ditonton bersama-sama sambil bercanda. Pentingnya aspek hiburan dalam komunikasi juga diakui Charles R. Wright sehingga ia perlu membuat tabel untuk memperjelasnya. Tabel 2.1 Aktivitas Komunikasi Massa: Hiburan Masyarakat Individu Subkelompok Tertentu (Mis: Kebudayaan Kel. Politik) Pelepasan Fungsi bagi lelah Pelepasan Memperluas kelompok- lelah. kekuasaan, mengendalikan kelompok massa. bidang kehidupan Disfungsi Mengalihkan Meningkatkan Memperlemah publik kepastian, estetik menghindarkan memperendah “budaya pop” aksi sosial. cita rasa, memungkinkan pelarian / pengasingan diri. • To Persuade (membujuk) Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel dan surat pembaca merupakan contoh tulisan persuasif. Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk: (1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; (2) mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (3) menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu. • Transmission of the culture (transmisi budaya) Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Demikian juga, beberapa bentuk komunikasi menjadi bagian dari pengalaman dan pengetahuan individu. Melalui individu, komunikasi menjadi bagian dari pengalaman kolektif kelompok, publik, audience berbagai jenis, dan individu bagian dari suatu massa. Hal ini merupakan pengalaman kolektif yang direfleksikan kembali melalui bentuk komunikasi, tidak hanya melalui media massa, tetapi juga dalam seni, ilmu pengetahuan dan masyarakat sebelumnya yang telah menjadi bagian dari hak asasi manusia. Hal itu ditransmisikan oleh individu, orang tua, kawan sebaya, kelompok primer atau sekunder, dan proses pendidikan. Budaya komunikasi tersebut secara rutin dimodifikasi oleh pengalaman yang baru didapat. Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer dan historis. Dua tingkatan tersebut tidak dipisahkan, tetapi terjalin secara konstan. Apalagi, media massa merupakan alat utama didalam transmisi budaya pada kedua tingkatan tersebut. Didalam tingkatan kontemporer media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat dengan selalu memperkenalkan bibit perubahan secara terus-menerus. Hal ini merupakan faktor yang memberi petunjuk teka-teki yang mengitari media massa, mereka secara serempak pengukuh status quo dan mesin peubahan. Televisi, sebagai contoh, tidak hanya cermin tetapi juga sebagai pengikat waktu. Sebagaimana program televisi atau film yang mempertontonkan tema-tema tabu seperti telanjang dan seks, merefleksikan perubahan didalam struktur sosial (perubahan dimana televisi bertanggung jawab terhadap semua sebab itu). Ada dua hal tentang komunikasi sebagai sesuatu yang unik, misalnya dalam teori semantik umum dari menamakannya Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan. Alfred Korzybski (1962) kemampuan “pengikatan waktu (time-binding)” manusia yang didasarkan pada ingatan. Manusia sebagai makhluk dibumi telah dapat menyimpan secara sadar dan melupakannya dari generasi ke generasi selanjutnya. Kemudian, perkembangan dari spesies lebih atau kurang tetap. Kemampuan ini membimbing transmisi budaya sebagaimana fungsi media massa dan seluruh lembaga pendidikan, dan banyak sekali bagian dari fungsi ini. Pendapat dari Charles R. Wright dalam tabel berikut. Tabel 2.2 Aktivitas Komunikasi Massa: Transmisi Budaya Masyarakat Individu Subkelompo k Kebudayaan Tertentu (Mis: Kel. Politik) Fungsi Meningkatka Meningkatka n kohesivitas n Memperluas integritas kekuatan sosial. penekanan Memperluas pada norma- untuk dasar norma norma umum. bersama, pengalaman bersama. Mengurangi anomia. Melanjutkan sosialisasi; mencapai kedewasaan bahkan setelah mereka Mengurangi idiosinkratik. Mengurangi anomia. Menstandarisasikan . Memelihara lembaga lain konsensus budaya. sosialisasi. keluar dari lembaga misalnya lembaga sekolah Disfungsi Memperbesa r mendeperson massa alisasikan masyarakat. Mengurangi berbagai macam subkultur. 2.2.3 Elemen-elemen Komunikasi Massa Beberapa elemen dalam komunikasi massa, antara lain: • Komunikator Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator disini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur dan staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi komunikator merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator dalam komunikasi massa. Hiebert, Ungurait dan Bohn (HUB) pernah mengemukakan setidak-tidaknya lima karakteristik: 1) daya saing (competitiveness), 2) ukuran dan kompleksitas (size and complexity), 3) industrialisasi (industrialization), 4) spesialisasi (specialization), dan 5) perwakilan (representation). • Isi Masing-masing media massa mempunyai kebijakan sendiri-sendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab, masing-masing media melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. Bagi Ray Eldon Hiebert dkk (1985) isi media setidak-tidaknya bisa dibagi ke dalam lima kategori yakni; 1) berita dan informasi, 2) analisis dan interpretasi, 3) pendidikan dan sosialisasi, 4) hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan 6) hiburan. Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa. • Audience Audience yang dimaksud dlam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masing-masing audience berbeda satu sama lain diantaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya. Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audience dalam komunikasi massa setidaktidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut. 1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. 2. Audience cenderung besar, maksudnya berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. 3. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. • 4. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. 5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Umpan Balik Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung (immediated feedback) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Misalnya dalam komunikasi antarpersonalyang melibatkan dua orang atau komunikasi kelompok. Di dalam komunikasi massa umpan balik biasanya terjadi secara tidak langsung. Artinya, antara komunikator dengan komunikan dalam komuikasi massa tidak terjadi kontak langsung yang memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain. Umpan balik secara tidak langsung, misalnya bisa ditunjukkan dalam letter to the editor / surat pembaca / pembaca penulis. • Gangguan 1. Gangguan Saluran Gangguan dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu ada. Di dalam media gangguan berupa sesuatu hal, seperti kesalah cetak, kata yang hilang atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar. Hal itu juga termasuk gambar tidak jelas dipesawat televisi, gangguan gelombang radio, baterai yang sudah aus, atau langganan majalah yang tidak datang. Kenyataannya, semakin kompleks teknologi yang digunakan masyarakat, semakin besar peluang munculnya gangguan. Semakin banyak variasi program acara yang disajikan, semakin meningkat munculnya gangguan. 2. Gangguan Semantik Gangguan yang berhubungan dengan saluranmungkin ada dimana-mana dan menjadi penghambat dalam komunikasi massa, tetapi tidak demikian hal nya dengan gangguan semantik (kata). Semantik bisa diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata kalimat. Oleh karena itu, gangguan semantik berarti gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan semantik lebih rumit, komplek, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri. • Gatekeeper Istilah gatekeeper ini pertama kali dikenalkan oleh Kurt Lewin dalam bukunya Human Relation (1947), seorang ahli psikologi dari autralia pada tahun 1947. Kata tersebut merupakan sebuah istilah yang berasal dari lapangan sosiologi, tetapi kemudian digunakan lapangan penelitian komunikasi massa. Menurut Bittner Gatekeeper (penapis informasi atau palang pintu) yakni beberapa individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang lain melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, video tape, compact disk, buku). Bittner menekankan akan arti pentingnya gatekeeper dalam proses komunikasi massa disamping melibatkan unsurunsur komunikasi sebagaimana umumnya, ia membutuhkan peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi. Media massa itu tidak berdiri sendiri. Di dalamnya ada beberapa individu yang bertugas melakukan pengolahan informasi sebelum informasi itu sampai kepada audience nya. Mereka yang bertugas itu sering disebut sebagai gatekeeper. Jadi, informasi yang diterima audience dalam komunikasi massa sebenarnya sudah diolah oleh gatekeeper dan disesuaikan dengan misi, visi media yang bersangkutan, khayalak sasaran dan orientasi bisnis atau ideal yang menyertainya. Dengan demikian, mereka yang disebut sebagai gatekeeper antara lain reporter, editor berita, bahkan editor film atau orang lain dalam media massa yang ikut menentukan arus informasi yang disebarkan. Semua saluran media massa mempunyai sejumlah gatekeeper. Mereka memainkan peranan dalam beberapa fungsi. Mereka dapat menghapus pesan atau mereka bahkan bisa memodifikasi dan menambahkan pesan yang akan disebarkan. Mereka pun bisa menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi yang lain. • Pengatur Ada pola hubungan yang saling terkait antara media massa dengan pihak Lain. Pihak lain yang dimaksud adalah pemerintah dan masyarakat. Hubungan ini biasanya selalu berjalan tidak harmonis sebab masing-masing pihak berbeda tuntutan dan saling menguasai satu sama lain. Hal itu pulalah mengapa hubungan ketiganya bisa disebut sebagai hubungan trikotomi, yakni hubungan yang tidak serasi antara ketiganya. Pada pemerintahan otoriter, pemerintah akan menguasai keduanya (masyarakat dan media massa). Akan tetapi, ada kalanya muncul otoritarianisme massa dimana kekuasaan masyarakat berada diatas keduanya (pemerintah dan media massa). Hal ini bisa disaksikan pada saat terjadi pergantian kepemimpinan otoriter ke pemerintahan demokratis, masyarakat justru merasa memiliki kekuasaan mutlak atas pemerintahan dan pers. Di sinilah, masyarakat sering mengontrol keberadaan media massa. Yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal dari dalam media tersebut, tetapi diluar media massa. Namun demikian, meskipun diluar media massa, kelompok itu bisa ikut menentukan kebijakan redaksional. Pengatur tersebut antara lain pengadilan, pemerintah, konsumen, organisasi professional dan kelompok penekan, termasuk narasumber dan pengiklan. Semua itu berfungsi sebagai pengatur. • Filter Filter adalah kerangka piker melalui mana audience menerima pesan. Filter ibarat sebuah bingkai kacamata tempat audience bisa melihat dunia. Hal ini berarti dunia riil yang diterima dalam memori sangat tergantung dari bingkai tersebut. Filter dibagi menjadi tiga jenis: 1) filter psikologis, 2) filter fisik, dan 3) filter budaya (warisan budaya, pendidikan, pengalaman kerja, sejarah politik). Semua filter tersebut akan memengaruhi kuantitas dan kualitas pesan yang diterima dan respons yang dihasilkan. Sementara itu, audience memiliki perbedaan filter satu sama lain. (Hiebert, Ungurait dan Bohn, 1985). 2.2.4 Efek-efek Komunikasi Massa Efek komunikasi massa bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Secara sederhana Keith R. Stamm dan John E. Bowes (1990) membagi kedua bagian dasar yaitu: 1. Efek Primer Efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Bisa dikatakan secara sederhana bahwa efek primer terjadi jika ada orang mengatakan telah terjadi proses komunikasi terhadap objek yang dilihatnya. 2. Efek Sekunder Efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih). Menurut John R. Bittner (1996), focus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media memengaruhi audience, tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada dirinya. Faktor interaksi yang terjadi antar individu akan ikut memengaruhi pesan yang diterima. 2.3 Media Massa 2.3.1 Definisi Media Massa Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa disbanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Media massa (mass media) merupakan berbagai macam media atau wahana komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan sebagai surat kabar, sedangkan secara luas sebagai media pemberitahuan), media-media cetak pada umumnya (majalah dan jurnal), dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televisi yang mampu menjangkau masyarakat luas (Jeffkins, 2004: 420). 2.3.2 Bentuk-Bentuk Media Massa Media massa terbagi atas 3 bagian utama, yaitu media cetak, media elektronik dan media internet (media online): 1. Media Cetak Media cetak adalah suatu media yang statis yang mengutamakan pesan-pesan visual dalam melaksanakan fungsinya sebagai media penyampaian informasi, maka media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi utama adalah memberikan informasi atau menghibur.Media cetak juga adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan sebagainya. Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak. Jenis media cetak dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Surat Kabar Surat kabar adalah media komunikasi yang berisikan informasi aktual dari berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, kriminal, budaya, seni, olahraga, luar negeri, dalam negeri, dan sebagainya. Boleh dikatakan bahwa surat kabar adalah media massa tertua sebelum ditemukannya film, radio dan televisi. Surat kabar lebih menitikberatkan pada penyebaran informasi (fakta ataupun peristiwa) agar diketahui publik. Kelebihan surat kabar anttara lain mampu menyajikan informasi / berita secara komprehensif, bisa dibawa kemana-mana, bisa didokumentasikan, bisa dibaca berulang-ulang, dan mudah diperoleh jika diperlukan. Cukup dengan mengeluarkan sejumlah uang, pembaca bisa menikmati sajian berita. Dari segi periode terbit, ada surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian adalah surat kabar yang terbit setiap hari , baik dalam edisi pagi maupun edisi sore. Sedangkan surat kabar mingguan adalah surat kabar yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu. b. Tabloid Tabloid adalah media komunikasi yang berisikan informasi aktual yang disajikan secara lebih mendalam dan dilengkapi ketajaman analisis. Hanya saja informasi yang disajikan lebih sebagai penunjang bagi bidang profesi atau gaya hidup tertentu. Berbeda dengan surat kabar yang terbit harian, umumnya tabloid terbit mingguan. Selain itu, format tabloid pun relatif berbeda dari surat kabar ataupun majalah. Tabloid yang kini beredar lebih banyak mengacu pada penyajian informasi yang bersifat segmented, berorientasi pada bidang profesi atau gaya hidup tertentu, seperti ekonomi, keuangan, tenaga kerja, peluang usaha, kesehatan, ibu dan anak, kuliner dan sebagainya. c. Majalah Majalah adalah media komunikasi yang menyajikan informasi secara dalam, tajam dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama dibandingkan dengan surat kabar dan tabloid serta menampilkan gambar / foto yang lebih banyak. Selain itu, halaman muka (cover) dan foto dalam majalah lebih memiliki daya tarik, dan ciri lainnya, majala dapat diterbitkan secara mingguan, dwi mingguan, bulanan bahkan dwi atau triwulan. Majalah adalah media yang paling sedehana organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya dan tidak membutuhkan modal yang banyak.Ini karena majalah terbit secara berkala dibandingkan dengan surat kabar yang harus terbit setiap harinya. Sehingga, dari segi jumlah, orang yang terlibat dalam penyajian informasi disurat kabar jauh lebih banyak dibandingkan dengan majalah. Dominick (1999) mengklasifikasikan majalah ke dalam lima kategori yaitu: 1) general consumer magazine (majalah konsumen umum); 2) business publication (majalah bisnis); 3) literacy reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah); 4) newsletter (majalah khusus terbitan berkala); dan 5) public relations magazines (majalah humas). 2. Media Elektronik Media elektronik merupakan salah satu jenis media massa yang memiliki kekhususan. Kekhususannya terletak pada dukungan elektronik dan teknologi yang menjadi ciri dan kekuatan dari media berbasis elektronik. Dukungan elektronik ini pula yang membedakannya dengan media cetak. Salah satu kelebihan media elektronik adalah sifatnya yang real time, disiarkan secara langsung saat kejadian berlangsung. Hal ini menyebabkan media elektronik lebih digandrungi oleh publik. Media elektronik lebih instan dibandingkan dengan media cetak. Namun, sifat media elektronik yang real time pun terkadang menjadi kendala bagi pendengar / pemirsa karena berita yang disajikan belum tentu diketahui. Pendengar atau pemirsa yang pada saat berita disiarkan tidak dalam keadaan mendengar radio atau menonton televisi, maka tidak dapat mengikuti perkembangan berita yang disajikan. Kendala ini memberi konsekuensi kepada stasiun radio atau televisi untuk melakukan pengulangan informasi atau siaran.Jenis media elektronik terdiri dari sebagai berikut: a. Radio Radio adalah media massa elektronik tertua dan paling luwes. Keunggulan radio siaran ini adalah berada dimana saja: ditempat tidur (ketika orang akan tidur atau bangun tidur), di dapur, di dalam mobil, dan berbagai tempat lainnya. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan ke empat, maka radio mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, disamping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi (Elvinaro, 2004: 115) Radio merupakan media komunikasi yang bersifat auditif (dengar). Penyajian beritanya mengandalkan sistem gelombang elektronik. Kecepatannya merupakan ciri utama dari media elektronik berbentuk radio. Penyebaran informasi dan berita melalui radio dapat berlangsung cepat dan lebih luas. Lebih jelasnya beberapa keunggulan radio antara lain sebagai berikut: • Bersifat Langsung Karena penyusunan dan penyajian beritanya tanpa melalui proses yang rumit bila dibandingkan dengan proses penyajian berita dimedia cetak, sehingga dapat disiarkan secara langsung (live) dan cepat. • Jangkauan Luas Karena didukung oleh sistem gelombang suara sehingga informasiyang disajikan dapat menembus ke berbagai wilayah di dunia. • Bersifat Interaktif Karena proses komunikasinya bersifat dua arah (two way traffic of communication), pedengar radio dapat memberi komentar atau respons terhadap informasi / berita yang disiarkan. Berbeda dengan media cetak yang bersifat one way of communication, sehingga umpan balik pesan bersifat tertunda ( delayed feedback). • Nilai Aktualitas Berita Lebih Tinggi Karena penyiaran berita bisa dilakukansecara langsung (live) kepada khayalaknya, sehingga peristiwa yang sementara terjadi atau peristiwa yang baru saja terjadi bisa langsung disiarkan. Tak heran, jika radio bisa memperbarui (meng-update) beritanya setiap satu jam. Berbeda dengan media cetak yang butuh waktu sehari untuk menyajikan berita terbarunya kepada pembaca. • Menarik Karena bersifat lebih dinamis dengan dukungan unsur musik, kata-kata dan efek suara. • Informasi atau berita melalui radio dapat merangsang imajinasi pendengarnya. Bersifat lebih akrab karenasifat siarannya yang mudah, ringan dan terkesan dialogis. • Pendengar radio bisa menikmati sajian informasi serta hiburan sembari melakukan aktivitas lainnya. b. Televisi Televisi adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronis dengan memadukan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton dirumahrumah tak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio.Dan tak mungkin dapat melihat-lihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada unsur-unsur film (Fransiscus, 2012: 22). Televisi bersifat dengar-lihat (audio-visual) dengan penyajian berita yang berorientasi pada reproduksi dari kenyataan. Kekuatan utama dari media televisi adalah suara dan gambar, televisi lebih menarik daripada radio. Dampak pemberitaan melalui televisi bersifat power full, karena melibatkan aspek suara dan gambar, sehingga lebih memberi pengaruh yang kuat kepada pemirsa. Media televisi memiliki fungsi yang lebih dominan pada hiburan dibandingkan dengan fungsi memberi informasi dan mendidik. • Karakteristik Televisi Peran media massa penyiaran amat menonjol, hal ini karena media massa penyiaran, khususnya media massa televisi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Darwanto, 2007: 42): • a. Keserempakan b. Mampu meliput daerah yang tidak terbatas c. Bisa dimengerti yang buta huruf d. Bisa diterima mereka yang cacat tubuh. Program Televisi Ada beberapa jenis progra acara televisi, yaitu: a. Program Drama Program siaran drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita. Untuk membedakannya dengan sinetron noncerita adalah: format sinetron yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu: sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama saduran dan sinetron yang dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah (soenarto, 2007: 62-63) b. Program non Drama Program non drama merupakan bentuk acara yang tidak disertai bumbu cerita. Acara non drama diolah seperti apa adanya. Program jenis dokumenter termasuk program non dramatik ini bisa didapatkan dari keadaan senyatanya, bisa mengenai alam, budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian (Soenarto, 2007: 62). Program non drama ditelevisi menurut Sony Set adalah acara terbanyak yang kita tonton selama hidup kita. Dari tayangan reality show, talk show, kuis, games, features, star talent search, audisi para bintang, kombinasi program televisi dan sebagainya menghiasi hari-hari kita dengan wacana (Set, 2008: 20). • Desain Produksi Acara Televisi Pada prinsipnya penyelenggaraan siaran stasiun televisi umum terbagi menjadi dua, yakni siaran karya artistik dan karya jurnalistik. Siaran karya jurnalistik merupakan produksi acara televisi dengan pendekatan jurnalistik yang mengutamakan kecepatan penyampaian informasi dari sumber pendapat, realitas atau peristiwa yang terjadi (Muda, 2005: 59). a. Program jurnalistik yaitu program yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termasuk ke dalam proses penyajian kepada khayalak. Menurut Roland E. Wolesly dan Lawrence R. Campbell di dalam exploring journalism, yang dikutip oleh Askurifai Baskin dalam bukunya, “jurnalistik ialah tindakan diseminasi informasi, opini dan hiburan untuk orang ramai yang sistematik dan dapat dipercaya kebenarannyamelalui media komunikasi massa modern” (Wahyudi, 1991: 148). Program jurnalistik antara lain: o Berita aktual (news bulletin) yang bersifat timeconcern o Berita non-aktual (news magazine) yang bersifat timeless o Penjelasan masalah hangat (current affairs), seperti: 2.3.3 Efek Media Massa Seperti yang diungkapkan oleh Donald K. Robert (Robert dalam Rakhmat 2005:218), efek media massa hanyalah “perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Apabila fokus pada pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Selain itu, terdapat tiga pendekatan yang disampaikan oleh Steven M. Chaffee yaitu pendekatan yang pertama adalah kecenderungan kita dalam melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Pendekatan yang kedua adalah ketika kita melihat jenis perubahan yang terjadi pada khyalak. Pendekatan yang ketiga adalah meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa, baik itu individu, kelompok, hingga bangsa sekalipun (Chaffee dalam Rakhmat, 2005:218) Berkaitan dengan tipe pendekatan yang kedua, terdapat tiga efek perubahan yaitu penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap dan perubahan perilaku. Dengan istilah lain, ketiga efek tersebut adalah: 1. Efek Kognitif Efek ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khayalak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.Pembentukan dan perubahan citra terjadi karena realitas yang sudah terseleksi.Akibatnya muncullah stereotipe. Berkaitan dengan ‘Agenda Setting’, media mempegaruhi khayalaknya mengenai apa yang dianggap penting, sehingga hal lain menjadi terabaikan. Efek prososial kognitif membicarakan bagaimana media massa memberikan manfaat seperti apa yang dikehendaki oleh khyalaknya. 2. Efek Afektif Efek afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khayalak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. Beberapa faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional media massa antara lain suasana emosional (mood), skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual, serta tingkat identifikasi. 3. Efek Behavioral Efek ini merajuk pada perilaku yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Hal ini disebabkan karena khayalak belajar dari apa yang disampaikan oleh media massa. Masyarakat cenderung meniru perilaku yang mereka amati. 2.4 Konsep dan Definisi Respon Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Menurut Gulo (1996), respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Individu manusia berperan serta sebagai pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan bentuk respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri (Azwar, 1988).Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orangorang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagiannya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : A. Kognitif Yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu.Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. B. Afektif Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu.Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu. C. Konatif Yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan.Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Sembiring, 2011) 2.5Teori S-O-R Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah; • Pesan (stimulus, S) • Komunikan (organism, O) • Efek (Response, R) Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : • Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. • Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. • Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). • Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : (a) perhatian, (b) pengertian, dan (c) penerimaan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley diatas (pada uraian teori S-O-R) yang menyatakan ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R, secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai produk yang iklannya telah disaksikan di televisi. Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki.Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi.Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan.Keseimbangan inilah yang merupakan system dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang.Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut.Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal. Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang.Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien. Jika kita amati dari sisi keterpengaruhan, maka secara pragmatis iklan televisi mudah mempengaruhi kelompok remaja dibandingkan kelompok dewasa. Artinya, jika teori S-O-R kita hubungkan dengan keberadaan remaja, maka kekuatan rangsangan iklan televisi begitu kental dalam memantulkan respon yang sebanding. Sistem seleksi yang semestinya melalui proses penyaringan yang ketat terkalahkan oleh sifat mudah dipengaruhi. Akibatnya terjadi pergeseran implementasi toritikal dari teori S-O-R menjadi teori S-R.Artinya, respon yang ditimbulkan sebagai konsekuensi adanya stimulus iklan televisi yang diterima remaja tanpa melalui filter organisme yang ketat. Kontribusi Teori S-O-R begitu terlihat dalam iklan televisi. Dilihat dari sudut pandang target sasaran, secara kondisional yang gampang dipersuasi adalah remaja. Remaja.Remaja yang masih berada pada masa transisi memiliki tingkat selekivitas yang lebih rendah di bandingkan dengan dengan orang dewasa.Konsekuensinya, wajar jika remaja menjadi kelompok sasaran utama iklan televisi.Akibatnya, tanpa disadari remaja telah memposisikan diri sebagai kelompok hedonis dengan rating tinggi.Keinginan yang selalu menggebu-gebu dalam memenuhi kebutuhan hidup adalah indikasi yang pas sekaligus menggambarkan betapa remaja begitu sukar untuk menunda desakan kebutuhan emosinya.Membeli dan mencoba seakan menjadi bagian hidup remaja yang sejalan dengan mengkristalnya kognisi tentang aneka ragam kebutuhan yang ditawarkan televisi melalui iklannya yang akomodatif dan fantastis. 2.6 Kerangka Pikir Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) Gambar 2.1 Kerangka Pikir Program Suka-suka Nizam ANTV Respon Anak (Y) (X) 1. Variabel Independen (X) Dalam penelitian ini variabel independennya adalah (X) Program ”Suka-suka Nizam” ANTV 2. Variabel Dependen (Y) Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah (Y) Respon Anak 2.7 Hipotesis Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui pengaruh program Suka-suka Nizam ANTV terhadap respon anak (studi kasus siswa/i Sekolah Dasar Budaya Tambora Jakarta Barat) hipotesisnya adalah: Ho = Tidak adanya pengaruh program “Suka-suka Nizam” terhadap respon dikalangan siswa-siswi di SD Budaya, Tambora Jakarta Barat. Ha = Adanya pengaruh program “Suka-suka Nizam” terhadap respondikalangan siswasiswi di SD Budaya, Tambora Jakarta Barat.