II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kumbang Koksi ( Epilachna admirabili s

advertisement
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis)
Kumbang koksi adalah salah satu serangga dari ordo Coleoptera. Famili Coccinellidae
secara umum mempunyai bentuk tubuh bulat, panjang tubuh antara 8-10 mm. Kumbang
koksi mempunyai ciri khas pada sayap berwana merah dengan garis dan bercak hitam yang
bervariasi. Kumbang koksi betina muda dapat memakan polen dan nektar selain daun untuk
pertumbuhan dan perkembangan ovariumnya. Kumbang koksi betina pada masa reproduksi
memiliki kemampuan makan yang besar selama awal bulan dan memproduksi telur sebanyak
3000 butir. Morfologi larva bertipe campodeiform yaitu tubuh yang pipih, mempunyai 3
pasang kaki yang terletak pada bagian thorax, kepala prognathous yang aktif mencari pakan.
Larva berwarna cokelat kemerah-merahan, kuning dan hitam (Hanson et al., 1994).
Kumbang koksi dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya
memangsa serangga hama seperti spesies aphid. Walaupun demikian, ada beberapa spesies
koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman, yaitu dari sub-famili
Epilachninae. Serangga ini memakan daun dari
Coccinellidae yang cukup khas sehingga
sebagai
kumbang
kepik,
karena
famili Solanaceae. Penampilan famili
kebanyakan orang mengenal kumbang koksi
ukurannya
dan
perisainya
yang
juga
keras,
namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera) (Estiarana, 2012).
Kumbang ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di wilayah-wilayah tempat hidup tanaman
yang menyediakan makanannya. Di dunia ini kurang lebih ada sekitar 5.000 spesies dan yang
terbesar (Hanson et al., 1994).
2.1.1 Morfologi Kumbang Koksi
Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) memiliki penampilan yang cukup khas
sehingga mudah dibedakan dari serangga lainnya. Tubuhnya berbentuk bulat dengan sayap
keras di punggungnya yang disebut dengan elitra. Elitra berwarna oranye ditambah dengan
pola seperti totol-totol berwarna hitam yang bervariasi pada tiap individu. Elitra pada
E.admirabilis telihat kusam tidak mengkilat (Trisnadi, 2010). Fungsi elitra adalah sebagai
pelindung sayap belakang. Sayap belakangnya berwarna bening dan dilipat di bawah sayap
depan. Saat terbang, E.admirabilis mengepakkan sayap belakangnya secara cepat, sementara
sayap depan direntangkan untuk menambah daya angkat.
Kumbang koksi (E. admirabilis) memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat
membungkuk ke bawah. Posisi kepala seperti ini membantu saat makan hewan-hewan kecil
seperti kutu daun. Pada kakinya terdapat rambut-rambut halus berukuran mikroskopis yang
ujungnya seperti sendok. Rambut ini menghasilkan cairan yang lengket, sehingga kumbang
koksi bisa berjalan dan menempel di tempat-tempat licin seperti pada kaca atau langit-langit
(Alam, 1956).
2.1.2 Makanan dan Perilaku Epilachna admirabilis
Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) merupakan salah satu hama pertanian. E.
admirabilis diketahui memakan daun tanaman budidaya seperti daun terong, semangka, pare
dan labu, sehingga merusak tanaman dan merugikan petani (Trisnadi, 2010). Kumbang
koksi biasanya meninggalkan jejak yang khas pada daun bekas makanannya dan tidak
memakan urat daunnya. Kumbang koksi di wilayah empat musim juga melakukan hibernasi
(tidur panjang di musim dingin). Kumbang koksi biasanya berkumpul dalam jumlah besar di
tempat-tempat seperti di bawah balok kayu, kulit batang, atau timbunan daun saat
berhibernasi. Selama periode tidur panjang itu, mereka bertahan dengan memanfaatkan
persediaan makanan di tubuhnya (Bruyen et al , 2002).
Kumbang koksi memiliki cara unik dalam mempertahankan diri. Bila merasa
terancam bahaya, ia akan berpura-pura mati dengan cara membalikkan tubuhnya dan menarik
kakinya ke dalam atau langsung terbang menjauh ketika dalam ancaman. Sebagai mekanisme
perlindungan lebih lanjut, ia akan mengeluarkan cairan berwarna kuning dari persendian
kakinya. Cairan ini memiliki bau dan rasa yang tidak enak sehingga jika berhasil,
pemangsanya tidak jadi memakannya karena tidak tahan dengan aroma cairan tersebut
(Dekker, 2003).
2.1.3 Reproduksi dan Daur Hidup Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis)
Kumbang
koksi
(Epilachna
admirabilis) melakukan
perkawinan
agar
bisa
berkembang biak. Kadang-kadang ada 2 kumbang koksi yang memiliki corak warna berbeda,
namun tetap bisa melakukan perkawinan dan berkembang biak secara normal, karena
dari spesies kumbang koksi yang sama dapat memiliki corak warna (variasi warna sayap
elitra) yang berbeda. Kumbang koksi betina memilih tempat yang banyak dihuni oleh
serangga sebagai sumber makanan saat telurnya menetas. Telur berwarna kuning, diletakkan
pada permukaan daun dengan posisi berdiri. Kumbang koksi bertelur di satu tanaman akan
meninggalkan pola gigitan pada daun agar tidak ada betina lain yang bertelur di tanaman
yang sama. Di wilayah empat musim, jika kumbang koksi betina tidak berhasil menemukan
tanaman yang cocok hingga menjelang musim dingin, maka koksi betina akan menunda
pelepasan telurnya hingga musim dingin usai (Chairunnisa, 2011).
Kumbang koksi dari ordo Coleoptera ini mengalami metamorfosis sempurna yaitu
berkembang dari telur, larva, kepompong, dan dewasa. Telur kumbang koksi yang berbentuk
lonjong dan berwarna kuning menetas sekitar 1 minggu setelah oviposisi. Larva kumbang
koksi bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini hidup dengan sumber
pakan sesuai makanan induknya, dan dalam perkembangannya melakukan pergantian kulit.
Larva kumbang koksi yang telah mencapai ukuran tertentu akan berhenti makan dan
memasuki fase
kepompong,
sekitar
usia
dua
minggu
sejak
pertama
kali
menetas. Kepompong ini biasanya menempel pada daun atau ranting. Imago selanjutnya akan
keluar dari kepompong setelah berumur sekitar satu minggu. Sayap depan kumbang koksi
yang baru keluar masih lemah, sehingga akan berdiam diri sejenak untuk mengeraskan
sayapnya sebelum mulai berakivitas. Kumbang koksi dapat hidup sampai 2 – 3 tahun di
habitatnya (Pracaya, 1993).
2.1.4 Taksonomi Epilachna admirabilis
Istilah taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis yang berarti susunan dan
nomos yang berarti hukum. Jadi secara umum, taksonomi berarti penyusunan yang teratur
dan bernorma mengenai organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang tepat
dengan menggunakan nama-nama yang sesuai dan benar.
Identifikasi, deskripsi, pengumpulan data tentang contoh serangga yang diselidiki
juga pencarian pustaka mengenai serangga tersebut seperti adaptasi, distribusi dan macam
tanaman inangnya termasuk dalam ilmu taksonomi. Taksonomi sebagian besar didasarkan
atas persamaan cirinya. Serangga dengan ciri yang sama dimasukkan dalam kelompok yang
sama. Kategori klasifikasi E. admirabilis adalah :
Kingdom
:
Animalia
Phylum
:
Arthropoda
Class
:
Insecta
Ordo
:
Coleoptera
Familia
:
Coccinellidae
Sub-Familia
:
Epilachninae
Genus
:
Epilachna
Species
:
Epilachna admirabilis (Lilies, 1991)
Di dalam taksonomi serangga, Epilachna admirabilis termasuk dalam ordo
Coleoptera, famili Coccinelidae dan sub-famili Epilachninae. Hewan dalam famili ini
memiliki tubuh lebar, oval mendekati bulat. Kepala sebagian atau keseluruhan berada di
pronotum, antena pendek, 3-6 ruas berwarna cerah dengan spot-spot hitam (Gambar 1).
Gambar 1. Morfologi kumbang E. admirabilis
Pada umumnya Epilachna dengan elitra berbulu umumnya bersifat sebagai serangga
herbivor, namun apabila elitranya halus mengkilat, maka serangga ini umumnya adalah
bersifat predator. Larva berwarna gelap, ada yang berbercak-bercak kuning kemerahan dan
memiliki duri-duri halus. Umumnya dijumpai di setengah bagian atau tajuk tanaman baik di
habitat basah maupun kering.
2.2 Beberapa Tanaman yang Menjadi Makanan Epilachna admirabilis
2.2.1 Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)
Tanaman tomat berasal dari Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang,
pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1-1600 m dpl. Tanaman tomat tumbuh tegak
dengan tinggi 0,5-2,5 m, bercabang banyak, dan berbau khas. Tanaman tomat berdaun
majemuk menyirip, dengan bentuk bulat telur sampai memanjang, ujung runcing (acutus),
helaian daun besar dengan tepi berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang
10-40 cm, warna hijau muda (Cahyono, 1998).
Tomat berakar tunggang, dengan serabut akar yang menyebar ke arah samping.
Batang tanaman berwarna hijau berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi
cukup kuat. Pada ruas batang mengalami penebalan dan pada ruas bagian bawah tumbuh
akar-akar pendek. Selain itu batang tanaman tomat dapat bercabang dan diameter cabang
lebih besar jika dibandingkan dengan jenis tanaman sayur lainnya. Bunga tanaman tomat
berukuran kecil, diameternya sekitar 2 cm. Merupakan bunga majemuk, berkumpul dalam
rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota berbentuk bintang, warnanya kuning cerah.
Kelopak bunga (sepala) berjumlah 5 berwarna hijau dengan 6 petala berwarna kuning cerah.
Bunga tomat tergolong sebagai bunga sempurna, karena benang sari dan putik berada pada
satu bunga (Cahyono, 1998).
Bentuk buah tomat bervariasi tergantung dari varietasnya. Namun secara umum
buahnya merupakan buah buni, berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam
bentuk maupun ukurannya. Bijinya berbentuk pipih, warnanya kuning kecokelatan. Buah
tomat bisa dimakan langsung, atau diolah seperti dibuat jus, saus tomat, dimasak, dibuat
sambal goreng, atau dibuat acar tomat. Pucuk atau daun muda bisa digunakan sebagai bahan
untuk sayur. Buah tomat yang umum ada di pasaran bentuknya bulat. Tomat yang berukuran
besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, dan berwarna merah sering disebut sebagai tomat buah.
Tomat jenis ini biasa disantap segar sebagai buah. Tomat yang berukuran lebih kecil dikenal
sebagai tomat sayur karena sering digunakan di dalam masak-memasak. Buah tomat yang
berukuran kecil disebut tomat ceri yang digunakan untuk campuran membuat sambal atau
dalam hidangan selada. (Cahyono, 1998).
2.2.2 Tanaman Terong (Solanum melongena)
Terong merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Terong
menjadi kegemaran masyrakat karena digunakan sebagai sayur yang murah dan mudah
dicari. Kandungan gizi yang dimiliki terong antara lain vitamin A, B1, B2, C dan Fosfor.
Tanaman terong memiliki daun berbentuk bulat telur, elips atau memanjang. Luas permukaan
daun bisa mencapai 3-15 cm x 2-9 cm. Letak daun tersebar pada cabang batang, umumnya
berlekuk dengan tepi daun berombak. Kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut halus yang
berwarna kelabu. Tulang daun tersusun menyirip, pada pangkal tulang daun terdapat duri
(Christman, 2007).
Batang tanaman terong tumbuh tegak, cabang-cabangnya tersusun rapat, berbentuk
bulat, berwarna keunguan. Batang ditutupi rambut tipis berwarna kelabu. Pada batang terong,
ada yang memiliki duri dan ada juga yang tidak. Sistem perakaran merupakan perakaran
tunggang berwarna putih kecoklatan (Christman, 2007).
Bunga tanaman terong merupakan bunga majemuk, tumbuh berseling pada cabang
batang. Panjang anak tangkai bunga antara 1-2 cm, kelopak bertaju lima, tabung kelopak
berbentuk lonceng dan bersudut dengan tinggi 5-6 mm. Mahkota berwarna ungu berjumlah
lima, satu sama lain dihubungkan dengan selaput tipis, kepala sari berwarna kuning,
tergolong dalam bunga berkelamin dua (hermaprodit). Apabila terjadi penyerbukan maka
kelopak bunganya akan ikut berkembang menjadi bagian buah. Buah dari tanaman terong ini
berbentuk buni atau bulat memanjang, dengan panjang tangkai kurang lebih 3cm, diameter
buah 3cm, buah berwarna keunguan atau kuning, bijinya berbentuk bulat pipih, berwarna
kuning kecoklatan (Christman, 2007).
2.2.3 Tanaman Cabai (Capsicum sp.)
Capsicum sp. merupakan tanaman perdu dari keluarga Solanaceae, yang berasal dari
amerika selatan. Penyebaran cabai hingga masuk ke Indonesia dilakukan oleh bangsa
Spanyol dan Portugis saat berdagang. Tanaman cabai mempunyai tinggi antara 50 - 150 cm.
Daun berbentuk bulat telur sampai lonjong atau bulat telur meruncing. Panjang daun 1 - 12
cm, lapisan daun tidak berbulu. Mahkota bunga berbentuk bintang, berwarna putih, putih
kehijauan atau kadang-kadang ungu. Ciri kelopak bunganya adalah memiliki panjang 2 - 3
mm, ada yang berbulu halus dan ada yang tidak. Buah berbentuk bulat panjang ,lurus atau
bengkok, ujung meruncing, pangkal lebih lebar dari pada ujung, panjang 2 - 6 cm, lebar 0,5 0,8 cm. Permukaan buah luar licin mengkilap dalam keadaan segar dan berkerut dalam
keadaan kering. Buah muda berwarna hijau muda hingga tua, buah masak berwarna merah
terang. Dinding buah liat, sangat tipis, tebal kurang dari 0,5 mm. Pangkal tangkal relatif
panjang, ramping, berwarna hijau kehitaman. Kelopak berbentuk lonceng, terdiri dari 5 helai
daun kelopak yang berlekatan satu sama lain, warna hijau kehitaman. Biji banyak, bentuk
bundar atau segitiga pipih, garis tengah lebih kurang 3mm.
Tanaman cabai merupakan tanaman budidaya yang dikembangkan pada lahan kering
(kebun) atau lahan basah (sawah). Cabai dapat tumbuh dengan baik pada lahan dengan
ketinggian 900m dari permukaan laut. Pertumbuhan cabai dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti iklim, unsur hara tanah, air dan faktor abiotik lainnya. Cabai menjadi
komoditas masyarakat Indonesia karena hampir semua masakan menggunakan cabai sebagai
bumbu pokok. Selain industri masakan, cabai menjadi bahan utama pada industri jamu dan
obat-obatan herbal. Cabai mempunyai cita rasa pedas yang dapat menambah selara makan.
Rasa pedas tersebut dikarenakan cabai mengandung zat capsaicin, selain itu terdapat
beberapa kandungan gizi seperti kalsium, vitamin A, B1, dan C (Chairunnisa, 2011)
Download