REUMATOID ARTRITIS JUVENIL { Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA) } DEFINISI Reumatoid artritis juvenil merupakan suatu bentuk artritis yang biasanya terjadi pada anak-anak. Istilah ini lebih mengarah kepada sinovitis kronik ( ≥ 6 minggu) yang terjadi pada anak-anak, biasanya menyerang anak wanita. ETIOLOGI Etiologi pasti dari kelainan ini masih belum diketahui. Ada beberapa teori, antara lain teori autoimun dan teori genetik. INSIDENSI DAN EPIDEMIOLOGI Dari beberapa penelitian, didapatkan bahwa JRA banyak terjadi pada anakanak. Lebih banyak ditemui pada anak-anak wanita. Ditemukan adanya keterkaitan dengan ras. Schwartz, dkk (1997) menemukan bahwa orang kulit hitam lebih sering terserang JRA pada usia yang lebih tua, dibandingkan orang kulit putih. Di Amerika, angka prevalensi penyakit ini sebesar 10-20 kasus per 100.000 anak. Dari beberapa penelitian yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika, maka prevalensi yang ditemukan bervariasi dari 11-83 kasus per 100.000. Secara internasional, JRA lebih sering ditemukan pada populasi tertentu, seperti negara-negara bagian di Amerika, Inggris, Columbia, dan Norwegia. Sebuah studi di Swedia, tepatnya di Minnesota, ditemukan 85 kasus per 100.000 populasi. PATOGENESIS Ada beberapa teori mengenai patogenesis JRA, antara lain; o Teori autoimun Teori ini menyatakan bahwa sel-sel imun tubuh salah mengidentifikasi sel-sel tubuhnya sendiri sebagai benda asing, sehingga terjadilah reaksi inflamasi. Beberapa ahli mengemukakan, bahwa hal ini memiliki 2 tahap, yaitu; 1. Adanya faktor genetik, sehingga seseorang mempunyai kecenderungan untuk terkena JRA, 2. Adanya faktor pemacu, seperti stres, infeksi virus, bakteri, dll. o Teori genetik KLASIFIKASI Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dan organ yang diserang, maka JRA dibagi menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Pausiartrikular JRA. 2. Poliartrikular JRA. 3. Sistemik Onset JRA. Pausiartikular JRA Pausiartrikular menyerang empat atau beberapa persendian, biasanya sendi besar. ± 50% penderita JRA mengalami tipe ini. Sendi yang paling sering terserang antara lain; lutut, tumit dan siku. Selain itu, juga sering ditemukan menyerang persendian pergelangan tangan, tulang belakang, jari-jari tangan dan kaki. Pausiartrikular JRA lebih sering hanya menyerang persendian pada salah satu sisi tubuh. Akan tetapi, dapat juga menyerang kedua sisi (simetris artritis). Ada 2 tipe Pausiartikular JRA, yaitu: Tipe pertama; Biasanya menyerang anak wanita usia < 7 tahun Berhubungan dengan terjadinya iridosiklitis kronik dan uveitis Perlu dilakukan tes untuk memeriksa Anti-Nuklear Antibodi (ANA) Tipe kedua; Biasanya menyerang anak laki-laki, biasanya usia > 8 tahun Sering ditemui melibatkan sendi sakroiliaka, sendi paha, lutut, tumit dan tendon Dapat juga mengakibatkan efek inflamasi pada mata, akan tetapi reaksi yang timbul lebih sering bersifat akut, yaitu uveitis akut Karena dapat menyerang tendon, maka dapat juga ditemui adanya radang pada tulang tempat origo dan insersio tendon tersebut Biasanya berhubungan dengan faktor genetik HLA B27 A B C Gambar 1. A. Pausiartikular tipe 1, asimetrik artritis pada lutut kanan. B. Pausiartikular tipe 2, terdapat simetris artritis. C. Kronik iridosiklitis pada pausiartrikular Poliartikular JRA Sesuai dengan namanya, maka tipe ini mennyerang lima atau lebih persendian. Lebih sering menyerang anak wanita daripada laki-laki. Poliartikular lebih sering menyerang sendi-sendi kecil, seperti persendian pada jari-jari tangan dan persendian pada tangan. Akan tetapi, ini juga dapat ditemukan pada persendian penopang berat badan, seperti lutut, paha dan tumit. Biasanya simetris, gejala-gejala lain yang dapat ditemukan antara lain; demam yang tidak tinggi, nodul pada sendi-sendi yang terserang, pada pemeriksaan darah ditemukan reumatoid faktor (+). Anemia merupakan salah satu masalah yang umumnya ditemukan pada penderita ini. Pada sebagian kecil kasus, dapat ditemukan efek pada organ dalam. Gambar 2. Poliartrikular JRA Pada tipe ini dapat ditemukan adanya destruksi persendian, misalnya pada sendi temporo-mandibular sehingga akan menyebabkan nyeri saat mengunyah, kebiasaan makan dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dari gigi dan tulang tersebut. Sistemik Onset JRA Sistemik onset JRA menyerang seluruh atau hampir seluruh sistem pada tubuh penderita. Angka prevalensi tipe ini merupakan jumlah yang paling sedikit dibandingkan kedua tipe di atas, kurang lebih 10-20% dari penderita JRA. Proporsi antara wanita dan laki-laki sama.Dapat timbul pada usia anak berapapun, dan kadang-kadang ditemukan pada usia dewasa. Tipe ini dikarakteristikan dengan demam tinggi yang bersifat intermiten, 39.5°C atau lebih, naik turun secara cepat ke suhu normal maupun subnormal. Suhu biasanya naik pada sore hari, akan tetapi kadang-kadang pada pagi dan sore hari. Penderita dapat menggigil, bila suhu tubuhnya naik. Demam dapat bertahan beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Gambar 3. Karakteristik demam Sistemik onset JRA Kebanyakan pasien juga ditemukan rash Salmon pink yang khas, yang sering ditemukan saat demam. Rash yang timbul multipel, @ 1 cm, makula merah pucat, dengan daerah tengah rash yang lebih terang, biasanya tidak disertai pruritus. Gambar 4. Rash Salmon pink pada Sistemik JRA Selain itu juga pada 2/3 kasus dapat ditemukan manifestasi ekstra-artikular, seperti limfadenopati, hepatosplenomegali, dengan hasil tes fungsi hepar abnormal ringan, termasuk peningkatan sedikit transaminase dan hiperbilirubinemia ringan. Pleuritis dan perikarditis dapat ditemukan pada 50% pasien, walaupun ringan dan bahkan mungkin asimptomatik. Nyeri abdominal dapat terjadi akibat adenitis mesenterik atau bahkan peritonitis. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan melalui beberapa langkah,yaitu; Anamnesis. Onset timbulnya penyakit, terutama pada usia anak-anak < 16 tahun Lebih sering pada jenis kelamin wanita Arthritis dialami ≥ 6 minggu Kekakuan terutama pada pagi hari Sendi yang terkena membengkak, nyeri dan terasa hangat Ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan gejala yang sama Pemeriksaan fisik Sendi yang terkena membengkak, nyeri dan terasa hangat Terasa kaku, terutama pada pagi hari Rash Nodul-nodul pada persendian yang terkena Tanda-tanda inflamasi organ-organ internal Tanda-tanda inflamasi pada mata, seperti uveitis, iridosiklitis kronik Radiografi Pemeriksaan X-ray atau teknologi yang lebih canggih, dilakukan untuk melihat adakah kerusakan pada persendian, akibat reaksi inflamasi kronik Tujuan utama pemeriksaan radiografi adalah untuk menyingkirkan penyebab lain dari artritis yang terjadi, seperti infeksi, tumor, dll. Laboratorium LED meningkat Hitung jenis; limfopeni, neutropeni, trombositopeni Anemia Tes Alanin Aminotransferase (ALT) Urinalisis dengan pemeriksaan mikroskopik, untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi Anti-Nuklear Antibodi (ANA) Ditemukan ± 25% pada penderita JRA, terutama pada kasus pausiartikular Positif jika titer 1: 80, dan negatif jika titer 1: 40 Jika ditemukan pada anak wanita, maka kemungkinan uveitis meningkat Titer yang sangat tinggi kadang berhubungan dengan penyakit rematik lainnya, seperti SLE Reumatoid faktor (RF), jarang ditemukan pada kasus sistemik JRA, RF merupakan salah satu marker poliartrikular persisten hingga dewasa. DIAGNOSIS BANDING —Penyakit rematik lain —Infeksi pada sendi —Malignancy — Penyakit non-rematik pada tulang dan persendian lainnya — PENATALAKSANAAN Secara umum, penatalaksanaan JRA secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: 1. Non bedah 2. Bedah Non Bedah Pengobatan dengan cara non bedah dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu; Medikasi Dengan menggunakan obat-obatan Tujuan jangka pendek terapi ini adalah untuk mengurangi reaksi inflamasi, nyeri, pembengkakan dan memaksimalkan fungsi persendian yang terserang. Tujuan jangka panjang adalah untuk menghambat perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini, mencegah kerusakan tulang, kartilago, soft tissue seperti otot, tendon dan kapsul persendian. Obat-obat yang dapat digunakan antara lain; Analgetik, ex: Asetaminofen 30-50 asetil 75-90 mg/kgBB/hari Anti inflamasi, OAINS: - Asam salisilat mg/kgBB/hr oral,3-4 dosis - Naproksen 10-15 mg/kgBB/hr, dibagi 2 dosis - Tolmetin, dosis inisial 20 mg/kgBB/hr, kemudian 15-30 mg/kgBB/hr, dibagi 3 dosis diberi bersama makanan atau antasid Slow Acting Anti-imflamatory Rheumatic Drugs (SAARDS): - Hidroksi klorokuin, 6-7 mg/kgBB/hr, setelah 8 minggu diturunkan jadi 5 mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis, jika 6 bulan tak ada perbaikan, obat dihentikan - Sulfasalazine (Azulfadine) 30-50 mg/kgBB/hr, dibagi 4-6 dosis. Setelah tak ada keluhan, dosis diturunkan perlahan-lahan sampai 25 mg/kgBB/hr. - Gold Ridaura, Auranofin Myochrysine dosis Compound dan dimulai (Auranofin, Salganol) 0,1-0,2 peroral. mg/kgBB/hr (maksimal 9 mg/hr) kemudian ditingkatkan 1 mg/kgBB/hr setiap 3 bulan sanpai mencapai dosis maksimal - Penicillamine (DePen dan Cuprimine) dosis inisial 3 mg/kgBB/hr selama 3 bulan, lalu 6 mg/kgBB/hr dalam 2 dosis selama 3 bulan, sampai dosis maksimum 10 mg/kgBB/hr, dibagi 3-4 dosis selama 3 bulan Kortikosteroid: digunakan jika ada gejala sistemik, komplikasi organ internal, ex: - Prednison 0,25-1 mg/kgBB/hr Immunosupresan, ex: Metotrexate (MTX), 10-25 mg/m2/minggu peroral atau intramuskular atau sub kutan, dosis tunggal ataupun dibagi dua dosis TNF inhibitor, ex: Etanercept (Enbrel). Dosis obat: usia <4 th tidak dianjurkan, 4-17 tahun 0,4 mg/kgBB SC dibagi 2 dosis Diet Anak-anak dengan penyakit kronik biasanya malas makan. Sehingga si anak akan mengalami penurunan berat badan, pertumbuhan yang lamban, ditambah lagi semakin menumpuknya efek samping obat- obatan yang diberikan. Oleh karena itu, kita harus dapat membujuk anak tersebut untuk mau makan. Kita harus mengurangi jumlah makanan akan tetapi tingkat kandungan gizi makanan tersebut harus ditingkatkan. Anak dengan artritis memerlukan tambahan Ca dan vitamin D Terapi Fisik o Exercise Pada JRA exercise merupakan suatu bagian yang penting. Bagi anak-anak dengan artritis, exercise dapat menjaga otot tetap kuat, mengurangi dan mencegah kekakuan dari persendian Terapi hangat o Seperti rendam persendian yang kaku dengan air hangat, mandi air hangat. Bedah Bedah ortopedik memegang peranan dalam terapi bedah JRA. Akan dilakukan synovectomy, yaitu pembuangan jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Akan tetapi bedah ortopedi memiliki peranan yang lebih besar dalam melakukan rehabilitasi pada pasien yang sudah mengalami kerusakan pada tulang, dan soft tissue pada persendian mereka. PROGNOSIS Sebagian besar anak dengan JRA tipe pausiartrikular terjadi remisi spontan (70-90%), hanya sebagian kecil yang persisten Prognosis lebih buruk pada JRA tipe sistemik dan poliartritis KOMPLIKASI Kerusakan tulang dan sendi yang terkena, seperti: destruksi, ankilosing, luksasi, fraktur. Perikarditis Sindroma aktivasi makrofag Hipotensi Komplikasi pada mata, seperti; uveitis, iridosiklitis Komplikasi akibat penggunaan obat, seperti: steroid Dan lain-lain