BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata. Agar mata terasa nyaman dan penglihatan baik, sel-sel epitel permukaan mata kornea dan konjungtiva harus dalam keadaan jernih dan lembab. Mata lembab disebabkan karena adanya air mata yang membasahi permukaan mata setiap saat (Reidy, 2012). Penurunan produksi air mata dapat menyebabkan mata kering dan terasa tidak nyaman seperti iritasi, perih, lengket, merah dan terasa terbakar (Pflugfelder, 2004). Hal tersebut mengganggu kualitas hidup dan mempengaruhi kegiatan sehari-hari seperti membaca, menggunakan komputer, bekerja, mengemudi dan terasa lebih buruk pada saat berada pada kondisi lingkungan yang panas, berangin dan ruangan berpendingin udara. Insidensi dan prevalensi mata kering cenderung meningkat pada usia tua terutama pada wanita usia 50 tahun keatas pasca menopause karena perubahan hormonal 1 (Asyari, 2002). Schaumberg (2003) 2 Penelitian yang dilakukan oleh melaporkan bahwa prevalensi mata kering pada populasi di Amerika Serikat yang berumur ≥50 tahun yaitu perempuan sebanyak 7,8% atau sekitar 3,2 juta dan laki-laki sebanyak 4,7% atau sekitar 1,6 juta. Mata kering dapat terjadi pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dan pasien yang menjalani operasi bedah pada mata seperti lasik dan fakoemulsifikasi (Asyari, 2007). Pasien diabetes melitus sering mengeluhkan gejala mata kering dan produksi air matanya menurun (Goebbels, 2000). Pasien diabetes melitus memiliki risiko tinggi untuk menderita katarak (Klein et al., 1985). Sekitar 20% dari semua operasi katarak dilakukan pada pasien diabetes mellitus (Hamilton et al., 1996). Terapi defintif pada katarak adalah prosedur penggantian lensa. Banyak teknik yang diterapkan pada prosedur penggantian lensa mata. Metode fakoemulsifikasi merupakan salah satu metode yang banyak digunakan saat ini dimana peralatan operasi yang sudah sangat canggih sehingga hasil para dari dokter proses bedah operasi mata dapat memaksimalkan dengan waktu yang efisien (Yanoff, 2008). memiliki beberapa terjadinya Metode fakoemulsifikasi komplikasi, penurunan produksi salah air mata 3 tentunya satunya adalah pasca operasi (Liu et al., 2008). I.2 Perumusan Masalah 1. Seberapa besar penurunan produksi air mata pada pasien katarak menjalani dengan operasi diabetes katarak melitus dengan yang metode fakoemulsifikasi. 2. Hubungan diabetes mellitus terhadap penurunan air mata. 3. Hubungan operasi katarak dengan metode fakoemulsifikasi terhadap penurunan air mata. I.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan besar produksi air mata pada pasien katarak diabetik dan pasien katarak non diabetik pasca operasi fakoemulsifikasi. I.4 4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data objektif mengenai perbandingan besarnya produksi air mata pada pasien yang menjalani operasi fakoemulsifikasi secara clear corneal incision antara pasien katarak diabetik dibandingkan pasien katarak non diabetik. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan pasien mengenai pentingnya air mata. I.5 Keaslian penelitian Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan dalam hal variasi subyek yang diteliti meliputi perbedaan ras dan lokasi penelitian. Penelitian mengenai pengaruh diabetes melitus maupun operasi fakoemulsifikasi terhadap air mata sudah pernah dilakukan diantaranya : • Cho et al., (2009) meneliti terjadinya gejala mata kering pada 49 pasien katarak pasca operasi katarak dengan mengevaluasi perubahan nilai dari tes diagnostik yang diukur pre operasi dan pasca operasi menggunakan tear break-up time, tear meniscus height 5 dan tes schirmer. Disebutkan hasil dari penelitian ini bahwa operasi katarak menyebabkan terjadinya mata kering. • Gupta et al., (2010) meneliti produksi air mata dan stabilitas lapisan air mata pada 50 penderita diabetes melitus tipe 2 menggunakan tear break-up time, tes schirmer dan conjunctional impression cytology dan dari hasilnya disebutkan bahwa pada penderita diabetes melitus mengalami penurunan produksi air mata.