PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi susu olahan tahun 2008 di Indonesia mencapai 556.000 ton (berasal dari produksi susu nasional yaitu sebanyak 1,79 juta ton susu segar) dalam bentuk susu bubuk, susu kental manis dan susu cair. Saat ini mulai tumbuh dan berkembang industri-industri pengolahan susu berskala besar, menengah dan kecil yang umumnya menghasilkan susu cair yang berbasis pada penggunaan produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN). Namun untuk dapat berproduksi secara optimal, industri pengolahan susu tersebut saat ini masih harus mengimpor sekitar 70 persen bahan baku yang dibutuhkannya dari luar negeri seperti dari Amerika Serikat, New Zealand dan Australia (Purna et al., 2009). PT Nestle Indonesia (NI) yang merupakan industri pengolahan susu berskala besar memperoleh pasokan utama susu sapi segar dari hasil kemitraannya dengan 28 ribu peternak susu sapi di 40 koperasi di Jawa Timur. Produksi susu sapi di wilayah Jawa Timur saat ini mencapai 600 ton susu segar per hari. Dari jumlah itu 410 ton susu segar dipasarkan ke PT NI dan saat ini tiap harinya perusahaan tersebut meminta tambahan 140 ton susu segar. Jumlah susu segar tersebut dihasilkan oleh sekitar 130 ribu ekor sapi (Nugroho et al., 2008). Seiring dengan berkembangnya teknologi pangan, hasil produk olahan susu sapi semakin banyak dan berkembang. Di pasaran luas dapat dengan mudah ditemui berbagai jenis olahan susu sapi yang umum seperti susu segar, susu bubuk, susu skim, susu asam, susu kental manis, susu kental tidak manis, keju, es krim, kefir dan sebagainya. Namun terdapat pula produk olahan susu lain yang unik seperti permen susu, kerupuk susu, dodol susu, tahu susu dan noga susu yang diproduksi oleh Koperasi susu di Pangalengan (Masdin, 2009). Dalam kaitannya dengan manajemen pemasaran khususnya promosi, PT NI selaku perusahaan besar yang mengolah susu segar menjadi berbagai macam produk olahan baru, salah satunya yaitu susu bubuk formula untuk anak usia satu hingga tiga tahun “Nestle Batita” membutuhkan suatu media massa yang dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan produk susu tersebut kepada masyarakat luas. Peran media massa sangat penting dalam upaya memperkenalkan produk kebutuhan kepada masyarakat dalam memasarkannya. Perkembangan media massa, baik media massa cetak maupun media massa elektronik semakin beragam, didukung oleh kemampuan teknologi yang semakin canggih. Media massa bagi masyarakat tidak hanya berperan sebagai penyebar informasi dan peristiwa yang terjadi, tetapi media massa juga berperan dalam pemasaran suatu produk melalui iklan. Periklanan melalui media massa memegang peranan yang penting sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen. Produsen berupaya menjual produk yang diproduksi secara massal. Produsen tidak lagi berdiam diri menunggu datangnya pembeli melainkan berusaha memperkenalkan secara aktif produknya ke pasar. Di sisi lain, konsumen berusaha memperoleh informasi akan produk kebutuhannya yang beredar di pasaran. Kegiatan periklanan dapat memberikan informasi suatu produk kebutuhan kepada segmen konsumen tertentu secara persuasif. Dengan demikian kegiatan periklanan melalui media massa membangun komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dua pihak yang bersangkutan yaitu produsen dan konsumen. Efek komunikasi merupakan perubahan yang terjadi dalam diri audiens karena menerima pesan komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila menghasilkan perubahan, seperti: perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku nyata atau ketiganya. Perubahan tersebut dapat diketahui dari tanggapan yang diberikan audiens sebagai umpan balik (Wiryanto, 2000). Perubahan pengetahuan merupakan bentuk transformasi informasi eksternal menjadi satu pola pemikiran untuk membentuk sikap. Respons pada tahap kognitif terdiri dari tingkat pengenalan (awareness) dan pengetahuan (knowledge). Menurut Yuwani (1992), audiens mulai mengetahui informasi mengenai apa, dimana dan bagaimana produk, jasa, gagasan atau ide yang ditampilkan melalui iklan pada tahap kognitif. Bungin (2001) menyatakan bahwa proses komunikasi iklan diawali dengan adanya muatan ide dari komunikator yaitu produsen, untuk memberi citra sebuah produk, jasa, gagasan, atau ide yang diiklankan. Muatan ide tersebut dikomunikasikan kepada audiens yang menerimanya. Dalam proses tersebut, 2 komunikator menciptakan ide yang akan dikomunikasikan kepada audiens. Kemudian, audiens mengalami perubahan pengetahuan dan sikap terhadap ide tersebut. Jadi, efektivitas komunikasi iklan dapat dilihat dari perubahan pengetahuan dan sikap konsumen terhadap produk yang diiklankan. Bulan Januari 2009, PT NI selaku produsen susu bubuk “Nestle Batita” menyiarkan iklan televisi susu bubuk terbaru dengan durasi tiga puluh detik dan sering ditayangkan pada jam-jam acara infotainment, talkshow dan sinetron di televisi. Menampilkan tokoh seorang anak balita yang mengenakan sepatu ukuran dewasa, dimana ibunya merasa bangga akan kemampuan baru yang dimiliki anaknya tersebut. Iklan tersebut diiringi oleh musik/jingle dan diakhiri dengan ditampilkannya produk susu bubuk Batita dengan slogan “pilihan nutrisi tepat di awal pertumbuhan”. Produk susu Batita merupakan produk baru dari susu Dancow untuk anak usia satu hingga tiga tahun dan perlu untuk diperkenalkan kepada target khalayak khususnya ibu rumah tangga yang memiliki anak usia satu hingga tiga tahun. Upaya memperkenalkan produk susu tersebut salah satunya dilakukan dengan membuat iklan televisi baru yang perlu diukur efektivitasnya dalam mengubah pengetahuan dan sikap khalayak target terhadap produk. Sejalan dengan uraian di atas, upaya mengefektifkan iklan susu bubuk Batita di televisi memerlukan pengkajian terhadap sejauhmana iklan produk tersebut dapat mengubah pengetahuan dan sikap konsumen terhadap produk. Perumusan Masalah Pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap informasi-informasi produk susu Batita dapat diubah ke arah yang lebih positif (pengetahuan akan produk susu Batita meningkat, memiliki kepercayaan bahwa susu Batita bermanfaat untuk perkembangan anaknya, tertarik akan kelebihan-kelebihan yang ditawarkan susu Batita, berusaha menyarankan orang lain untuk ikut mengkonsumsi susu Batita dan sebagainya), dengan mengusahakan agar ibu rumah tangga menyaksikan iklan televisi susu Batita karena iklan televisi tersebut dikatakan efektif apabila dapat meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap ibu rumah tangga terhadap produk ke arah yang lebih positif. 3 Ibu rumah tangga sebagai pengambil keputusan dalam konsumsi susu bubuk untuk balita, akan memberikan perhatian yang lebih pada iklan televisi susu Batita dan akan memberikan penilaian tersendiri terhadap pesan iklan televisi tersebut. Penilaian terhadap pesan iklan dilihat dari perubahan pengetahuan dan sikap terhadap produk. Berdasarkan uraian di atas, maka ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan permasalahan, yaitu: 1. Bagaimanakah efektivitas iklan televisi susu “Nestle Batita” dalam meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga tentang produk susu bubuk pertumbuhan tersebut? 2. Bagaimanakah efektivitas iklan televisi susu “Nestle Batita” dalam mengubah sikap ibu rumah tangga terhadap produk susu bubuk pertumbuhan tersebut? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui efektivitas iklan televisi susu “Nestle Batita” dalam meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga tentang produk susu bubuk pertumbuhan tersebut. 2. Mengetahui efektivitas iklan televisi susu “Nestle Batita” dalam mengubah sikap ibu rumah tangga terhadap produk susu bubuk pertumbuhan tersebut. Kegunaan Penelitian Penelitian ini ditujukan pada pihak-pihak yang berkepentingan dalam produksi iklan televisi (PT NI), masyarakat konsumen khususnya ibu rumah tangga serta pihak lainnya dalam memahami lebih banyak mengenai efektivitas iklan susu bubuk pertumbuhan “Nestle Batita” dalam mengubah pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap produk. 4