ANALISIS PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH, JUMLAH KANTOR LAYANAN, INFLASI, DAN PDB TERHADAP JUMLAH DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Disusun oleh : Ifat Marifat 11120456100156 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1437 H LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta. Jakarta, September 2016 Ifat Marifat / ABSTRAK Ifat Marifat : 1112046100156. “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, Skripsi S1 Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syariah Hidayatullah Jakarta, 2016, xiv, 95, 14. Penelitian ini bertujuan menjelaskan variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB dalam mempengaruhi jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dan cross section (data panel) periode kuartal I 2011 sampai dengan kuartal IV 2015. Sementara itu, variabel independen yang digunakan adalah tingkat bagi hasil deposito mudharabah (TBHDM), inflasi (INF), dan Produk Domestik Bruto (PDB) dan sebagai variabel dependen adalah jumlah deposito mudharabah. Metode yang digunakan adalah metode analisis pooled data / data panel dengan pendekatan fixed effect model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah secara simultan. Namun secara parsial, hanya tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh signifikan secara negatif terhadap jumlah deposito mudharabah. sedangkan inflasi dan PDB secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Kata Kunci : Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, PDB, Jumlah Deposito Mudharabah, Data Panel KATA PENGANTAR Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia” ini sesuai dengan harapan. Skripsi ini disusun sebagai syarat akhir untuk menyelesaikan jenjang S1 pada program studi Muamalat (Ekonomi Islam) konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak, Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. sebagai Ketua Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan arahan dan semangat kepada penulis dalam proses penyelasaian skripsi. 3. Bapak Abdurrauf, M.A. sebagai Sekretaris Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif vi Hidayatullah Jakarta, yang dengan sabar memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi. 4. Bapak Ir. Aries Koentjoro, M.M. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan masukan, arahan dan dorongan kepada penulis serta telah meluangkan waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Seluruh jajaran dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis. Dan jajaran karyawan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang melayani dan membantu penulis selama perkuliahan. Allah SWT, atas karunia dan pertolongannya sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. 6. Keluarga yang saya sayangi, Ibunda tercinta Ibu Arofiah dan Bapak tercinta Edi Junaedi yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan mendoakan saya ditiap shalatnya. Kakak-kakak saya teh yati, teh iroh, teh ilah, teh ayu, a cui, dan a dede yang telah membantu baik moril maupun materil dalam studi saya hingga selesai. 7. Sahabat-sahabat terbaik semasa kuliah Rafida, Seel, Maul, Adel, Ka Akip, teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012, teman-teman KKN Akrab, serta sahabat tersayang Widy, Beby, dan Desti yang telah menghabiskan banyak waktu bersama saya dalam suka dan duka, membantu saya dalam penyelsaian skripsi maupun perkuliahan, mengingatkan saya ketika melakukan kesalahan, menemani saya disaat vii saya membutuhkan mereka. Terima kasih atas apa yang kalian lakukan selama ini. Sukses buat kita semua. 8. M. Rizky Ramadhan yang selalu memberikan semangat, perhatian, dan dukungannya untuk saya dalam proses penyelesaian skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan dengan keterbatasan penulis, baik dalam kemampuan maupun pengetahuan serta pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mohon maaf dan mengharapkan saran serta kritik yang membangun demi penyempurnaan skirpsi ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya, serta bermanfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta, September 2016 Ifat Marifat viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................ii LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................... iv ABSTRAK ...................................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ........................................................................................xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 9 C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................. 11 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 12 E. Hipotesis....................................................................................... 14 F. Sistematika Penulisan .................................................................. 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ....................................................................... 17 1. Pengertian Perbankan Syariah.......................................... 17 2. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah ............................. 18 3. Produk dan Akad Perbankan Syariah ............................... 19 4. Deposito Mudharabah ..................................................... 26 ix a. Pengertian................................................................... 26 b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah .................. 28 c. Macam-macam Deposito Mudharabah...................... 30 5. Bagi Hasil ......................................................................... 31 6. Jumlah Kantor Layanan ................................................... 35 7. Inflasi................................................................................ 36 8. PDB .................................................................................. 39 G. Review Studi Terdahulu ............................................................... 40 H. Kerangka Berfikir......................................................................... 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 44 B. Populasi dan Metode Penentuan Sampel ..................................... 44 C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 46 D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................................... 47 E. Teknik Analisis Data .................................................................... 50 1. Pengujian Asumsi Klasik ....................................................... 52 2. Penentuan Model Estimasi ..................................................... 55 3. Tahapan Analisis Data ........................................................... 57 4. Pengujian Hipotesis ................................................................ 58 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisa dan Pembahasan .............................................................. 62 1. Pengujian Asumsi Klasik ....................................................... 62 2. Pemilihan Model Regresi Data Panel .................................... 66 3. Pengujian Hipotesis ................................................................ 72 a. Model Penelitian .............................................................. 72 b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ......................................... 78 c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..................................... 80 d. Uji Adjusted R2 ................................................................ 81 e. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................. 82 x BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 88 B. Saran ............................................................................................. 90 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 93 LAMPIRAN .................................................................................................. 96 xi DAFTAR TABEL No 1.1 Keterangan Halaman Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015 1.2 2 Perkembangan Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah 4 2.1 Perhitungan Bagi Hasil 33 2.2 Rewiew Studi Terdahulu 40 3.1 Proses Seleksi Sampel 45 4.1 Uji Multikolinearitas 64 4.2 Uji Heteroskedastisitas 65 4.3 Uji Autokorelasi 66 4.4 Hasil Regresi Data Panel Commont Effect Model 67 4.5 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model 68 4.6 Hasil Uji Chow 69 4.7 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model 71 4.8 Hasil Uji Hausman 72 4.9 Hasil Uji Signifikansi dengan Fixed Effect Model 73 4.10 Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian 75 4.11 Uji t 78 xii DAFTAR GAMBAR No Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Berpikir 43 4.1 Uji Normalitas 62 xiii DAFTAR LAMPIRAN No Keterangan Halaman 1 Data Penelitian 97 2 Data setelah diolah 101 3 Uji Fix Effect Model 106 4 Uji Normalitas 107 5 Uji Multikolinearitas 107 6 Uji Heteroskedastisitas 107 67 Uji Autokorelasi 108 xiv 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank di Indonesia menggunakan dua sistem perbankan (dual banking system), yaitu sistem konvensional dan syariah. Peranan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah prinsip-prinsip dalam transaksi keuangan operasional. Salah satu prinsip dalam operasional perbankan syariah adalah penerapan bagi hasil (profit and loss sharing). Prinsip ini tidak berlaku di perbankan konvensional yang merupakan sistem bunga.1 Peranan perbankan syariah di Indonesia bertumbuh kembang dengan munculnya UU No.21 Tahun 2008 mengenai perbankan syariah Di dalam UU tersebut perbankan syariah dimungkinkan untuk memperluas kegiatan usaha atau menerbitkan produk. Dengan munculnya UU tresebut maka perbankan syariah akan mempunyai ruang lingkup kerja yang jelas dan dapat menjaring pasar lebih luas. 1 Azhary Husni, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal: Ekonomi dan Bisnis (Universitas Yarsi: Fakultas Ekonomi, 2009), h. 1 2 Setelah melewati masa-masa awal sekitar tahun 1992-1998., perbankan syariah mulai berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari keberadaannya yang mulai menjamur di Indonesia. Terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 162 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. BUS tersebut diantaranya yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Jabar Banten Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Maybank Syariah Indonesia, dan BTPN Syariah. Perbankan Syariah di Indonesia terlihat terus berkembang. Berdasarkan Laporan di Neraca secara triwulan tahun 2011-2015 dapat dilihat total aset Perbankan Syariah sebagai berikut: Tabel 1.1 Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015 (dalam milyar rupiah) Tahun Total Aset Peningkatan 2011 145.467 34% 2012 195.018 24% 2013 242.276 24% 2014 272.343 12% 2015 296.262 8,8% Sumber: Statistik Perbankan Syariah, www.ojk.go.id 3 Tabel 1.1 menunjukan adanya peningkatan total aset yang cukup baik selama 5 tahun terakhir pada perbankan syariah. Kenaikan tertinggi pada total aset terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 34%. Walaupun demikian nyatanya membuktikan bahwa perbankan syariah yang tercermin dari perkembangan total aset selalu mengalami peningkatan walaupun dengan persentase yang berbeda. Fungsi utama perbankan syariah yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, selain itu perbankan syariah juga melakukan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Dalam penghimpunan dana yang sebagian besar digunakan untuk pembiayaan mengalami peningkatan yang tinggi. Ekspansi pembiayaan tetap dilakukan dengan memperhatikan prudential banking sebagaimana arah kebijakan Bank Indonesia dan tetap memperhatikan syariah compliance sebagaimana yang digariskan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Dengan demikian, rasio pembiayaan bermasalah cukup terkendali, selain tetap berpegang teguh dalam koridor kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Kondisi permodalan perbankan syariah juga tetap dapat terjaga antara lain didukung oleh profitabilitas usaha yang cukup tinggi.2 2 www.ojk.go.id, Laporan pengawasan perbankan 2011, tentang Perbankan dan Stabilitas Keuangan, h. 19 4 Berdasarkan perkembangan pada setiap jenis produknya, produk penghimpunan dana khususnya simpanan berjangka (deposito mudharabah) merupakan produk yang stabil mengalami peningkatan sepanjang tahun. Perkembangan deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS) dari tahun 2011 sampai tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.2 Perkembangan Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah (BUS) (dalam milyar rupiah) Tahun 2011 Deposito Mudharabah 70.806 Peningkatan 60% 2012 84.732 19% 2013 107.812 27% 2014 883.731 71% 2015 784.154 -11% Sumber: Laporan Statistik Perbankan Syariah Berdasarkan tabel 1.2 di atas yang menunjukan bahwa perkembangan deposito mudharabah Bank Umum Syariah (BUS) pada tahun 2011 sampai 2015 mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun di tahun 2015 perkembangan deposito mudharabah terjadi penurunan, hal ini harus diperhatikan oleh BUS mengenai faktor apa saja yang membuat jumlah dana deposito mudharabah menurun. Namun jika dilihat dari peningkatan jumlah dana deposito mudharabah menunjukkan BUS sangat mampu memberikan 5 bagi hasil yang besar terhadap dana deposan. Adanya perkembangan deposito mudharabah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut berupa tingkat bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah dan jumlah kantor layanan bank syariah yang terdapat di Indonesia dan faktor eksternal berupa inflasi dan PDB. Deposito mudharabah adalah salah satu bentuk produk pendanaan perbankan syariah Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 1 ayat 22 deposito syariah adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dana bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah (UUS). Akad yang digunakan deposito mudharabah adalah akad yang sesuai dengan prinsip syariah, yakni mudharabah dengan profit sharing (bagi hasil), dengan pengertian simpanan yang ditabung atau didepositokan ke bank syariah akan disalurkan ke pembiayaan ke sektor riil, kemudian keuntungan yang didapat akan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama. Jika keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar. Akan tetapi, walaupun kemungkinan risiko cukup besar, banyak masyarakat sekarang yang menjadikan bank syariah sebagai ladang investasi menggiurkan untuk mendepositokan uangnya ke bank syariah karena tingkat keuntungan dari dana yang diinvestasikan cukup besar. 6 Bagi hasil memiliki korelasi positif terhadap pertumbuhan DPK perbankan syariah hal ini menunjukan setiap peningkatan bagi hasil dapat meningkatkan pertumbuhan DPK perbankan syariah begitu juga sebaliknya. Margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini terjadi karena sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang disepakati saat nasabah membuka rekening. Pada sistem bagi hasil, kinerja bank syariah akan menjadi transparan kepada nasabah, sehingga nasabah bisa memonitor kinerja bank syariah atas jumlah bagi hasil yang diperoleh Apabila jumlah keuntungan meningkat, maka tingkat bagi hasil yang diterima nasabah juga akan meningkat, demikian pula sebaliknya, apabila jumlah keuntungan menurun, tingkat bagi hasil ke nasabah juga akan menurun, sehingga semua menjadi adil. Survey perilaku investasi dari kalangan konsumen perbankan yang dilakukan oleh BI tahun 2013 di pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan menyatakan bahwa dalam rangka memilih bank syariah, kemudahan akses mencapai 53,5 %, kredibilitas bank 27,4 %, dan profesionalisme 14 %. Dari survey tersebut kemudahan akses memiliki prosentase paling besar, dapat disimpulkan bahwa kemudahan akses menjadi salah satu faktor yang berperan penting bagi bank dalam menghimpun dana. Hal ini didukung oleh penelitian Penelitian Zidni (2008) juga menyatakan bahwa jumlah kantor layanan syariah 7 memiliki pengaruh positif dengan jumlah DPK Bank Negara Indonesia (BNI) syariah. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor ekonomi seperti inflasi dan PDB. Pengaruh inflasi terhadap simpanan mudharabah juga menggunakan perbandingan dengan simpanan konvensional yaitu apabila laju inflasi naik, sementara tingkat suku bunga simpanan bank tetap, akan mengakibatkan turunnya tingkat bunga riil perbankan. Kondisi ini akan mempengaruhi perilaku penyimpanan. Para deposan akan cenderung mengurangi simpanannya di bank dan digunakan untuk melakukan pembelian barang dan jasa atau diinvesatsikan dalam bentuk aset lain. Dengan demikian meningkatnya laju inflasi, dengan tidak diikuti kenaikan tingkat bunga akan dapat mengakibatkan menurunnya simpanan masyarakat pada lembaga perbankan.3 Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan Inflation Targeting Framework (ITF) dengan asumsi inflasi year on year terakhir yang ditetapkan oleh pemerintah di dalam PBN-P 2015 sebesar 5% sedangkan perkiraan realisasi sebesar 4%. Sementara itu, Badan Pusat Staitistik (BPS) mencatat inflasi dari Januari 2015 sampai dengan Juli 2015 sebesar 3,35% dan inflasi year on year periode Juli (2014-2015) sebesar 8,36%. Hal ini 3 Arwansyah, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat, (Media Ekonomi, 2003), h. 2 8 menunjukkan bahwa realisasi sampai dengan bulan juli 2015 telah melebihi target yang diterapkan pemerintah. Industri Perbankan Syariah Indoneisa, diharapkan terus bertumbuh untuk mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Dengan karakteristik perbankan syariah yang memiliki hubungan erat dengan sektor ekonomi riil produktif, secara konseptual perkembangan perbankan syariah akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian nasional, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada perbankan syariah, kecenderungan penurunan inflasi mendorong peningkatan aset perbankan syariah begitu pula sebaliknya kenaikan inflasi dapat menurunkan aset perbankan syariah4 Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi deposito mudharabah, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB). Variabel PDB digunakan untuk mewakili besarnya pendapatan atau kegiatan ekonomi. Kenaikan nilai PDB menunjukkan naiknya jumlah output yang diproduksi oleh suatu perekonomian. Pertumbuhan PDB tersebut juga mencerminkan naiknya pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan diperekonomian tersebut. Dalam kaitan antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan diketahui bahwa tidak semua pendapatan yang diterima akan digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian akan disimpan. Jadi, 4 www.bi.go.id 9 tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi dalam periode tertentu. Suatu kenaikan dalam pendapatan akan meningkatkan konsumsi dan tabungan. Dengan demikian terdapat hubungan positif antara pendapatan dan simpanan.5 Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian lainnya mulai dari variabel, objek penelitian lebih banyak dan data yang diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat akan lebih menggambarkan situasi Bank Umum Syariah pada saat ini. Berdasarkan pada fenomena tersebut, maka diperlukan suatu kajian yang mendalam. Maka penulis mencoba menelitinya dengan sebuah skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia”. B. Identifkasi Masalah Mengacu pada hal-hal di atas yang melatarbelakangi penelitian ini, maka penulis mengidentifikasi permasalahannya: 1. Jumlah deposito mudharabah dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. 5 Case dan Fair, Principle of Economic, (Practic Hall Inc, 2002), h. 6 10 2. Faktor tingkat bagi hasil deposito mudharabah akan mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan jumlah deposito mudharabah di Bank Umum Syariah. 3. Faktor jumlah kantor layanan menjadi faktor yang mempengaruhi jumlah deposito, karena ketika meluasnya kantor layanan bank syariah di Indonesia masyarakat lebih mudah untuk untuk akses ke bank syariah tersebut. 4. Suku bunga sebagai imbalan yang akan diperoleh pada bank konvensional juga menjadi penentu jumlah deposito mudharabah Apabila tingkat suku bunga tinggi, orang akan lebih tertarik menyimpan dana di bank konvensional sehingga deposito pada bank syariah akan menurun. Tetapi sangat bertentangan dengan prinsip yang ada di Bank Umum Syariah. 5. Tingkat suku bunga yang pada bank konvensional juga dipengaruhi oleh inflasi. Semakin tinggi inflasi maka semakin tinggi suku bunga yang diharapkan akan diterima. Begitupun sebaliknya jika inflasi turun maka suku bunga turun sehingga orang akan lebih tertarik mendepositokan dananya pada bank syariah dengan sistem bagi hasil. 6. Faktor PDB diperhitungkan untuk mewakili tingkat pendapatan atau kegiatan ekonomi. Hal ini berkaitan bahwa tingkat pendapatan menggambarkan kemampuan masyarakat untuk menabung. 11 Semakin tinggi pendapatan, maka akan tinggi tingkat simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah. C. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memfokuskan penulisan dalam menganalisis, penulis menyampaikan batasan pada skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Objek penelitian dibatasi pada 8 Bank Umum Syariah dan tidak termasuk Unit Usaha Syariah serta BPRS. b. Faktor internal bank yang mempengaruhi jumlah deposito mudharabah dibatasi pada tingkat bagi hasil deposito mudharabah dan jumlah kantor layanan, sedangkan faktor eksternal pada sektor makroekonomi dibatasi pada inflasi dan PDB. c. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulan periode 2011 sampai dengan 2015 berdasarkan Laporan Publikasi Keuangan Bank pada masing-masing bank yang dipublikasikan di website masing-masing bank, laporan statistik perbankan syariah, dan Badan Pusat Statistik (BPS). 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah terhadap jumlah deposito mudaharabah di Bank Umum Syariah secara parsial? b. Bagaimana pengaruh jumlah kantor layanan terhadap jumlah deposito mudaharabah di Bank Umum Syariah secara parsial? 12 c. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Umum Syariah secara parsial? d. Bagaimana pengaruh PDB terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Umum Syariah secara parsial? e. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudaharabah di Bank Umum Syariah secara simultan? D. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Umum Syariah. b. Untuk menganalisis pengaruh jumlah kantor layanan terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Umum Syariah. c. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Umum Syariah. d. Untuk menganalisis pengaruh PDB terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Umum Syariah. 13 e. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Umum Syariah secara simultan. 2. Manfaat penelitian a. Bagi Penulis Peneletian ini memberikan tambahan pengetahuan mengenai pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. b. Bagi perusahaan Sebagai sumber informasi dalam pelaksanaan mengenai bagi hasil pada Bank Umum Syariah dan sebagai bentuk evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah. c. Bagi Mahasiswa Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian di masa yang akan datang. d. Bagi Nasabah Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi nasabah untuk memasukkan dananya ke deposito mudharabah bank syariah. 14 E. Hipotesis Hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. H0: tingkat bagi hasil deposito mudharabah tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. H1: tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. 2. H0 : jumlah kantor layanan tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. H1 : jumlah kantor layanan berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. 3. H0: inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. H2: inflasi berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. 4. H0: PDB tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. H3: PDB berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. 15 5. H0: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah secara simultan. H4: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah secara simultan. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibagi menjadi lima bab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang; latar belakang, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang Perbankan Syariah serta menjelaskan tentang konsep deposito mudharabah bank syariah, review studi terdahulu, dan kerangka berfikir. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang sumber data yang digunakan dalam penulisan ini yaitu data input dan output pembahasan dan metode analisisnya yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan regresi data panel. 16 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang perhitungan data yang diperoleh dalam penelitian sehingga akan diketahui hasilnya, dan penjelasan kenapa hal itu bisa terjadi, kemudian akan didapatkan kesimpulan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil-hasil perhitungan analisis dan berisi saran yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi. DAFTAR PUSTAKA 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Perbankan Syariah Bank Syariah atau Bank Islam adalah badan usaha yang fungsinya sebagai penghimpunan dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan hukum islam sebagaimana yang diatur dalam Al-Quran dan Al-Hadis.1 Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan Syariah, Perbankan Syariah adalah “segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS), mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Islam atau di Indonesia disebut dengan bank syariah merupakan lembaga keungan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi disektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (Investasi, jual beli, atau lainnya) berdarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau 1 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), h. 11 18 kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro.2 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, Bank Syariah berarti Bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam, yaitu mengacu pada Al-Quran dan Alhadis. Sedangkan pengertian muamalat adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, baik hubungan pribadi maupun antara perorangan dengan masyarakat.3 2. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah Sesuai dengan tujuan yang dijelaskan di dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yaitu: a. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. b. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. c. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). 2 3 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 30 Muhamad Sadi Is, Konsep Hukum Perbankan Syariah, (Malang: Setara Press, 2015), h. 39 19 Dalam menjalankan operasinya, bank syariah memiliki empat fungsi sebagai berikut: a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank. b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki pemilik dana/shahibul maal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana. c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas dan pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah d. Sebagai pengelola fungsi sosial dari keempat uraian di atas. 3. Produk dan Akad Perbankan Syariah Dalam menjalankan usahanya bank syariah dituntut untuk mampu bertahan ditengah persaingan dunia perbankan. Hal ini memicu bank syariah untuk lebih berinovasi dalam menciptakan sebuah produk yang dapat menarik minat nasabah menanamkan dananya di bank syariah. Produk inilah yang akan membantu bank syariah mampu bertahan dan berkembang. Produk perbankan syariah dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Produk Penghimpunan Dana (funding), Produk Penyaluran Dana (financing) dan Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan bank kepada nasabahnya. a. Penghimpunan Dana (funding) 20 Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dana yang dihimpun dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional bank syariah yang telah ditetapkan secara luas adalah wadi’ah dan mudharabah. Masing-masing produk dan akad dengan lebih rinci dibahas pada uraian berikut. (1) Prinsip Wadi’ah Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.4 Produk dalam prinsip wadi’ah adalah produk giro wadi’ah merupakan simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro (current account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaiannya. Produk lainnya adalah tabungan wadi’ah, yang merupakan simpanan dari nasabah dalam bentuk 4 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 108 21 rekening tabungan (savings account) untuk kemanan dan kemudahan pemakaiannya, seperti halnya giro wadi’ah (2) Prinsip Mudharabah Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan suatu usaha. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.5 b. Penyaluran Dana (financing) Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam kategori berikut: (1) Prinsip Jual Beli (a) Murabahah Pembiayaan murabahah, yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang dengan kewajiban mengembalikan talangan dana tersebut seluruhnya ditambah margin keuntungan bank pada waktu jatuh tempo. Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.6 (b) Istishna 5 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 109 6 Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005,) h. 106 22 Pembiayaan istishna adalah pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang atau jasa dengan pembayaran dimuka, dicicil, atau tangguh bayar. Nasabah wajib mengembalikan talangan dana tersebut ditambah margin keuntungan bank secara mencicil sampai lunas dalam jangka waktu tertentu atau tunai sesuai dengan kesepakatan. Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.7 (c) Salam Pembiayaan salam yaitu berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang/jasa dengan pembayaran diantarkan/berbentuk dimuka sebelum nasabah barang/jasa berkewajiban mengembalikan talangan dana tersebut ditambah margin keuntungan bank secara mencicil sampai lunas dalam jangka waktu tertentu atau tunai sesuai dengan kesepakatan. Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.8 (2) Prinsip Bagi Hasil (a) Mudharabah 7 Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), h. 109 8 Ibid, h. 112 23 Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Porsi bagi hasil ditetapkan bagi mudharib lebih besar daripada sahibul maal. (b) Musyarakah Pembiayaan musyarakah yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka terbatas sesuai kesepakatan. Porsi bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase kontribusi masing-masing. (3) Prinsip Sewa-menyewa (a) Ijarah Pembiayaan ijarah yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk memiliki suatu barang/jasa dengan kewajiban menyewa barang tersebut sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Pada akhir jangka waktu tersebut pemilikan barang dihibahkan ke nasabah. Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah. (b) Ijarah Muntahiya Bittamlik Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik adalah akad sewa menyewa barang antara bank dengan penyewa yang 24 diikuti janji, bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada penyewa. (4) Prinsip Pinjam-Meminjam Pembiayaan Qardhul Hasan, yaitu pembiayaan berupa pinjaman tanpa dibebani baiaya apapun bagi kaum dhuafa yang merupakan asnaf/zakat/infak/sedekah dan ingin mulai berusaha kecil-kecilan. Nasabah hanya wajib mengembalikan pinjaman pokoknya saja pada waktu jatuh tempo dengan sesuai kesepakatan dengan membayar biaya-biaya administrasi.9 c. Jasa Pelayanan (1) Al-Wakalah Al-wakalah yaitu jasa melakukan tindakan/pekerjaan mewakili nasabah sebagai pemberi kuasa. Untuk mewakili nasabah melakukan tindakan atau pekerjaan tersebut nasabah diminta untuk mendepositokan dana secukupnya. Atas pemberian jaminan ini bank memperoleh fee. (2) Al-Hiwalah Al-hiwalah yaitu jasa pengalihan tanggung jawab pembayaran utang dari seseorang yang berutang kepada orang lain. Atas pemberian jaminan ini bank memperoleh fee. (3) Al-Kafalah 9 Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), h. 113 25 Al-kafalah yaitu pemberian jaminan oleh bank sebagai penanggung (kafil) kepada pihak ketiga atas kewajiban pihak kedua (yang ditanggung). Atas pemberian jaminan ini bank memperoleh fee. (4) Ar-Rahn Ar-rahn yaitu menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Nilai barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.10 Nasabah diwajibkan membayar kembali utangnya pada saat jatuh tempo dan membayar sewa tempat penyimpanan barang jaminannya. Bank mendapatkan pendapatan berupa sewa tempat penyimpanan barang jaminan.11 (5) Al-Jualah Al-jualah yaitu jasa pelayanan pesanan/permintaan tertentu dari nasabah, misalnya untuk memesan tiket pesawat atau barang dengan menggunakan kartu debit atau kredit/cek/transfer. Atas jasa pelayanan ini bank memperoleh fee. Bentuk jasa pelayanan ini tidak disebutkan dalam ketentuan PBI, baik untuk Bank Umum Syariah ataupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah. 10 Edy Setiadi, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2013), h. 13 11 Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), h. 114 26 4. Deposito Mudharabah a. Pengertian Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga (rupiah dan valuta asing) yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antar penyimapan dengan bank yang bersangkutan.12 Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu, dan hasilnya lebih tinggi dari pada tabungan. Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh tempo. Produk penghimpunan dana ini biasanya dipilih nasabah yang memiliki kelebihan dana, sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan pula untuk salah satu sarana berinvestasi.13 Menurut UU N0. 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 7, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank 12 Veithzal Rivai, Bank and Financial Instituation Management Conventional and Sharia System, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 417 13 Nurianto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: CV. Al Fabeta, 2010), h. 35 27 yang bersangkutan.14 Sedangkan menurut UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 tentang perbankan, Deposito adalah Investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan Bank Syariah/atau UUS. Deposito investasi mudharabah adalah dana yang disimpan nasabah hanya bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama.15 Secara singkat mudharabah atau penanaman modal adalah penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga ia mendapatkan persentase keuntungan. Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena kelalaian atau kecurangan pengelola, kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, sedangkan pengelola kehilangan tenaga dan keahliannya.16 Mudharabah yaitu dimana bank dapat menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja hingga 100%, sedangkan nasabah menyediakan usaha dan managementnya. Bagi 14 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), h. 277 15 Muhammad, Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), h. 19 16 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h. 60-61 28 hasil keuntungan melalui perjanjian yang sesuai dengan proporsinya.17 Mudharabah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad. Dana nasabah yang disimpan di bank akan dikelola oleh bank untuk mendapatkan keuntungan. Hasil pengelolaannya itulah yang kemudian harus dibagikan diantara bank dan nasabah.18 Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito mudharabah adalah simpanan masyarkat yang disimpan kepada bank, dapat berupa rupiah atau pun valuta asing dimana penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati antara nasabah dengan pihak bank dalam baik dengan prinsip syariah (bagi hasil) dengan akad mudharabah yang biasanya memiliki jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah Prinsip syariah deposito diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN-MUI/IV/2000 yang menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa perbankan. Salah satu produk 17 Ibid, h. 19 Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), h. 105 18 29 perbankan dibidang penghimpunan dana dari masyakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik. Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Ada pun ketentuannya adalah sebagai berikut : (1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. (2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain. (3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. (4) Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. (5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. (6) Bank tidak keuntungan. diperkenankan untuk mengurangi nisbah 30 c. Macam-macam Deposito Mudharabah Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak penyimapan dana, terdapat 2 (dua) bentuk mudharabah, yakni:19 (1) Mudharabah Muthlaqah (Unretricted Investment Account, URIA) Dalam deposito mudharabah muthlaqah (URIA), pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain, Bank Syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana URIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah Muthlaqah (URIA), basis perhitungan adalah dari bagi hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk tanggal pembukaan deposito mudharabah mutlaqah (URIA) dan tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan yang menjadi angka penyebut/angka pembagi adalah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari). 19 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), h. 304 31 (2) Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account, RIA) Berbeda halnya dengan deposito mudharabah mutlaqah (URIA), dalam deposito mudharabah muqayyadah (RIA), pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain, Bank Syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana RIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. 5. Bagi Hasil Bagi hasil menurut Istilah adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana. Menurut terminologi asing (Inggris) bagi hasil dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.20 Bagi hasil adalah pembagian keuntungan yang diperoleh atas usaha anatara pihak bank dan nasabah atas kesepakatan bersama dalam melakukan suatu kerjasama. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bagi hasil merupakan suatu teknik distribusi pendapatan yang 20 Edy Setiadi, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2013), h. 81 32 diperoleh atas jenis usaha yang ditanamkan pada sektor riil yang tidak melanggar ketentuan syariat Islam. Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini tidak dilakukan, maka berarti telah menajdi gharar, sehingga transaksi menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah.21 Karena hal di atas, Dewan Syariah Nasional memberikan fatwa sebaga acuan bagi bank syariah terdapat pada fatwa DSN Nomor 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha yaitu sebagai berikut: a. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing) maupun bagi hasil untung (profit sharing) dalam distribusi usaha dengan mitra (nasabah)-nya. b. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), distribusi bagi hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing). c. Penetapan prinsip distribusi hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad. Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar 21 Rizal Yaya dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 370 33 bagi hasil bank syariah dan yang dipraktekkan selama ini adalah pendapatan dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa dinamakan dengan gross profit. Prinsip perhitungan bagi hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 2.1 Perhitungan Bagi Hasil Uraian Jumlah Penjualan Xx Harga Pokok (xx) Penjualan Laba Kotor Xx Beban (xx) Laba/Rugi Bersih Xx (Sumber : Yaya dkk, 2009:371) Metode Bagi Hasil Gross Profit Sharing Profit Sharing Rumus gross profit sharing : Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Kotor Rumus profit sharing : Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Rugi Bersih Besar kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang memepengaruhi bagi hasil yang berdampak langsung dan tidak langsung : a. Faktor Langsung ( direct factors) 34 Diantara faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investmen rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing). (1) Investment rate, merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. (2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode ini: (a) Rata-rata saldo minimum bulanan (b) Rata-rata saldo harian Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. (3) Nisbah (Profit Sharing Ratio) (a) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. (b) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda. 35 (c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. (d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh tempo. b. Faktor Tidak Langsung (undirect factors) (1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah (a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang akan diterima dikurangi biaya-biaya. (b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebit revenue sharing. (2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. 6. Jumlah Kantor Layanan Office channeling dapat diartikan sebagai kantor yang berfungsi menyalurkan atau meneruskan layanan syariah kepada masyarakat. Layanan syariah adalah mekanisme kerjasama kegiatan penghimpunan dana antara kantor cabang syariah dengan kantor bank 36 konvensional yang sama dalam kegiatan pengumpulan dana dalam bentuk giro, tabungan dan atau deposito. 22 Makin banyaknya jumlah kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk menabung semakin banyak dan meningkat. Dengan kondisi yang seperti ini maka akan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhannya di bidang perbankan. 7. Inflasi Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus, mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah.23 Inflasi merupakan suatu keadaan perekonomian dimana tingkat harga dan biaya-biaya umum naik, misal naiknya harga beras, harga bahan bakar, harga mobil, upah tenaga kerja, harga tanah, sewa barang-barang modal.24 Inflasi yang tinggi merupakan masalah ekonomi. Tenaga beli uang (pendapatan) turun. Masyarakat yang pendapatannya tetap akan dirugikan sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap kadangkala diuntungkan. Dengan demikian inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan. Inflasi merupakan variabel penghubung antara tingkat bunga dan nilai tukar efektif, dimana dua variabel ini merupakan variabel penting dalam menentukan pertumbuhan dalam sektor produksi. 22 www.bi.go.id Mishkin Frederic, The Economics of Money, Banking and Financial Markets, (Columbia University, 2008), h. 13 24 Zakaria, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 61 23 37 Inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut:25 a. Moderate Inflation Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil. b. Galopping Inflation Inflasi tingkat ini terjadi pada tingkatan 20 persen sampai dengan 200 persen per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan aset riil. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga yang amat tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami inflasi seperti ini tetap berhasil walaupun sistem harga yang berlaku sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan besar pada perekonomian karena orang-orang 25 akan cenderung mengirimkan dananya untuk Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh. dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 137 38 berinvestasi di luar negeri daripada di dalam negeri (capital outflow). c. Hyper Inflation Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi galopping inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi jenis inflasi ini. Inflasi menurut teori Islam berakibat sangat buruk bagi perkonomian karena:26 a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terhadap fungsi tabungan (nilai simpanan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali. b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save). c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propersity to Consume). 26 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh. dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 139 39 d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif sperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya. 8. PDB PDB (Produk Domestik Bruto) merupakan ukuran nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDB juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. PDB hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa dibeli untuk diproses jadi dan dijual lagi (barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.27 27 Mc Eachem, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 146 40 B. Review Studi Terdahulu Penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dan menjadi rujukan bagi landasan penelitian ini, antara lain: Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu No 1 Penulis dan Tahun Rizqa Rizqiana/ 2010 Judul Penelitian Data dan Variabel Model Analisis Kesimpulan Pengaruh Bagi Hasil terhadap Jumlah Deposito Syariah Mudharabah yang ada pada Bank Syariah Mandiri Bagi Hasil (X1), dan Jumlah Deposito Syariah Mudharaba h (Y) Uji Regresi Sederhan a Variabel bagi hasil berpengaruh signifikan sebesar 89,7% terhadap jumlah dana deposan sedangkan sisanya 10,3% dijelaskan oleh faktor lain. Analisis Regresi Linier Berganda Tingkat bagi hasil deposito Bank Syariah dan suku bunga deposito Bank umum secara bersamasama berpengaruh terhadap jumlah simpanan deposito mudharabah, sedangkan secara parsial diketahui hanya variabel tingkat bagi hasil deposito Bank Syariah yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah simpanan deposito mudharabah Secara simultan variabel inflasi, suku bunga 2 Evi Natalia, Moch Dzukiro m AR, dan Sri Mangesti Rahayu/2 014 Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah (Studi pada PT. Bank Syariah Mandiri Periode 20092012) Tingkat bagi hasil deposito Bank Syariah (X1), Suku bunga deposito Bank Umum (X2), dan Jumlah simpanan deposito mudharaba h (Y) 3 Muh Ghafur Wibowo Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Inflasi (X1), Uji Suku bunga Regresi deposito Linier 41 Bunga Deposito Bank Umum, Imbal Hasil dan Pendapatan Nasional (PDB) Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah BCA Syariah Periode Mei 2010- Oktober 2013 4 5 bank umum Berganda deposito bank (X2), Imbal umum, imbal bagi hasil (X3), hasil, dan Pendapatan pendapatan Nasional nasional (PDB) (PDB) (X4), berpengaruh dan Jumlah signifikan Deposito terhadap Mudharaba simpanan deposito h (Y) mudharabah. Secara pasrsial hanya variabel PDB saja yang berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap jumlah deposito mudharabah. Septi Analisis Faktor Jumlah Bagi Analisis DPK BUS Wulandar Internal dan Hasil (X1), Regresi dipengaruhi oleh i Eksternal yang Jumlah Linier variabel jumlah Mempengaruhi Kantor Berganda bagi hasil, jumlah Total Dana Layanan layanan kantor, Pihak Ketiga (X2), PDB, dan inflasi (DPK) Bank Pendapatan secara simultan. Umum Syariah (X3), Inflasi Secara parsial di Indonesia (X3), dan hanya jumlah bagi (Studi pada Dana Pihak hasil yang Bank Umum Ketiga memepengaruhi Syariah Periode (DPK) (Y). DPK BUS 2011-2013 sedangkan jumlah kantor layanan, PDB, dan inflasi tidak berpengaruh. Musyarof Pengaruh Inflasi (X1), Vektor Inflasi direspon atu Variabel Suku Bunga Autoregr negatif DPK, Kurnia Ekonomi Bank ession namun tidak Ningsih/2 Makro Indonesia (VAR) terhadap 013 Terhadap Dana (BI rate) pembiayaan yang Pihak Ketiga (X2), Nilai memberikan dan Tukar respon positif Pembiayaan Rupiah dengan kontribusi Perbankan (kurs) (X3), masing-masing Syariah dan DPK sebesar 0,36% (Y), 2,68% untuk DPK 42 Pembiayaan (Y) dan 0,11% 6,06% untuk pembiayaan. Untuk BI rate direspon negatif oleh DPK dengsn kontribudi 1,16% - 3,19%, sedangkan pembiayaan direspon positif dengan kontribusi sebesar 0,20% 0,24%, nilai tukar rupiah direspon negatif oleh DPK dengan kontribusi sebesar 0,01% 2,64%, untuk pembiayaan direspon positif dengan kontribusi sebesar 1,37% 13,28%. C. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskriptif kualitatif, dan atau gabungan keduanya.28 Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 28 Abdul Hamid, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: FEB UIN Jakarta, 2010), h. 15 43 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah kantor layanan, Inflasi, dan PDB Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada BUS Badan Pusat Statistik (BPS) BSM, BMI, BNIS, BRIS, BCAS, BMSI, BPS, BSB, dan Bank Indonesia Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah (X1) Inflasi (X3) Jumlah Kntor Layanan (X2) PDB (X4) Jumlah Deposito Mudharabah (Y) Uji Asumsi Klasik Model Estimasi Data Panel Commont Effect Model Fixed Effect Model Uji Chow Random Effect Model Uji Hausman Uji Hipotesis Uji Parsial (Uji T) Uji Simultan (Uji F) Interpretasi Kesimpulan Adjusted R2 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS). Periode yang diteliti dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Data yang diambil merupakan data triwulan. Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel (pooled data), yaitu kombinasi antara data time series dan data cross section. B. Populasi dan Metode Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang menurut data Bank Indonesia hingga januari 2016 terdapat 12 Bank. BUS tersebut diantaranya yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Jabar Banten Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Maybank Syariah Indonesia, dan BTPN Syariah. Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling artinya sampel dipilih agar dapat mewakili populasinya, dan penarikan sampel 45 yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian.1 Sampel dipilih berdasarkan kriteria berikut: 1. Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2011-2015. 2. Bank Umum Syariah yang menerbitkan Laporan Keuangan Triwulan yang lengkap pada periode 2011-2015. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam purposive sampling pada penelitian ini sebagai berikut: Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Nama Bank BMI BSM BNIS BRIS BVS BJBS BPS BSB Maybank Syariah BCAS BSMI BTPNS Triwulan Lengkap √ √ √ √ √ √ √ √ - Berikut daftar Bank Umum Syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu: 1 Abdul Hamid, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: FEB UIN Jakarta, 2010), h. 18 46 a) Bank Muamalat Indonesia b) Bank Syariah Mandiri c) BNI Syariah d) BRI Syariah e) Bank Panin Syariah f) Bank Syariah Bukopin g) BCA Syariah h) Bank Mega Syariah C. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.2 Peneliti menggunakan data sekunder dengan skala triwulan yang diambil dari data triwulan historis jumlah deposito mudharabah dan tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada laporan keuangan publikasi bank dengan melihat laporan neraca dan distribusi bagi hasil dari tahun 2011-2015 yang diperoleh dari situs masing-masing bank. Disamping itu diperoleh data bulanan historis jumlah kantor layanan (data diolah menjadi data triwulan) pada laporan statistik perbankan 2 Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 102 47 syariah pada situs ww.bi.go.id. Inflasi (data diolah menjadi data triwulanan dengan cara rata-rata tertimbang (weigthed average)) dan data triwulanan PDB dengan harga konstan pada situs www.bps.go.id. 2. Studi Kepustakaan (Library research) Penulis melakukan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan teori dan konesp yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur ilmiah, buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, dan majalah yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Pengamatan Langsung (Field Research) Pengumpulan dan keterangan seperti laporan keuangan dan data lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Diperoleh dari Bank Indonesia. Pencarian data dilakukan dengan dua cara, yaitu: a) Pencarian secara manual untuk data yang berbentuk kertas hasil cetakan. b) Pencarian dengan membuka website resmi Bank Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangan dan penelitian pendukung yang diperlukan untuk penelitian ini. D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Independen 48 Variabel independen dalam penelitian ini adalah Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB. a) Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Tingkat bagi hasil deposito mudharabah merupakan variabel bebas pertama (X1). Maksud dari variabel ini adalah ratarata ekuivalen rate/tingkat bagi hasil deposito mudharabah baik rupiah atau valuta asing yang ditawarkan kepada pihak ketiga (nasabah) simpanan deposito mudharabah pada tahun 2011 sampai dengan 2015. Data diperoleh dari laporan distribusi bagi hasil Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, dan Bank Syariah Bukopin dalam bentuk persentase (%). b) Jumlah Kantor Layanan Jumlah kantor layanan merupakan variabel bebas kedua (X2). Maksud dari variabel ini adalah jumlah atau banyaknya kantor cabang selain kantor utama masing-masing bank yang tersebar di Indonesia. Data diperoleh dari laporan statistik perbankan syariah pada tahun 2011 sampai dengan 2015 pada situs www.bi.go.id. c) Inflasi Inflasi merupakan variabel bebas kedua (X3). Maksud dari variabel ini adalah perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus, yang dihitung dari tingkat inflasi di Indonesia dan 49 dinyatakan dalam persen. Periode tahun 2011 sampai dengan 2015. Data didapat dari website Badan Pusat Statistik Data dalam bentuk persentase (%). d) PDB Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan variabel bebas ketiga (X4). Maksud dari variabel ini adalah nilai tambah dan jasa akhir yang dihasilkan suatu negara. PDB dalam penelitian ini menggunakan PDB riil berdasarkan harga konstan. Data didapat dari website Badan Pusat Statistik Data dalam bentuk persentase (%). 2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah deposito mudharabah Bank Umum Syariah (BUS). Jumlah deposito mudharabah merupakan variabel terikat atau dependen (Y). Jumlah Deposito mudharabah adalah total simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jumlah keseluruhan deposito mudharabah baik rupiah atau valuta asing periode 2011 sampai dengan 2015 yang diperoleh dari laporan neraca pertriwulan pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BNI Syariah, BRI 50 Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, dan Bank Syariah Bukopin dalam bentuk jutaan rupiah (Rp). E. Teknik Analisis Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari data cross section dan data time series. Kombinasi dari gabungan kedua data tersebut adalah data panel. Data time series merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu sedangkan data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu. Metode data panel adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan perilaku data yang lebih dinamis. Data cross section dalam penelitian ini adalah 8 Bank Umum Syariah yang telah memenuhi kriteria untuk pemilihan sampel. Sedangkan data time series dalam penelitian memiliki 20 waktu pengamatan, yaitu selama 5 tahun (2011-2015) dengan menggunakan laporan triwulan. Sehingga jumlah pengamatan (observation) sebanyak 160 pengamatan (8 x 20 = 160). Teknik analisis yang dipakai adalah dengan analisis regresi data panel dengan menggunakan Eviews 8.0 sebagai program pengolah datanya. Selain itu juga digunakan software Ms. Exel sebagai software pembantu dalam mengkonversi data dalam bentuk baku yang disediakan oleh sumber ke dalam bentuk yang lebih representative untuk digunakan pada software utama di atas. 51 Berikut ini adalah beberapa keunggulan data panel, yaitu sebagai berikut: a. Data panel bersifat heterogen. b. Data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih variasi, rendah tingkat kolinieritas antar variabel, lebih besar degree of freedom dan lebih efisien karena menggunakan penggabungan data time series dan cross section. c. Data panel merupakan gabungan data time series dan data cross section, sehingga dapat mengatasi masalah yang timbul ketika terdapat penghilangan variabel. Dengan mempertimbangkan keunggulan data panel di atas, maka dalam penelitian ini akan digunakan data panel dalam upaya mengestimasi model yang ada, model ekonometrik dituliskan dengan: JDM = α + β1TBHDM + β2INF + β3PDB + eit…………………………………………… Selanjutnya model tersebut akan ditransformasikan ke dalam bentuk LN sebagai berikut: LNJDM = α + β1LNTBHDM + β2LNJKL + β3LNINF + β4LNPDB + eit………..................................................... Keterangan: 52 JDM : Jumlah Deposito Mudharabah Bank Syariah (Rp. Jutaan) α : Konstanta β1β2β3β4 : Koefisien masing-masing variabel TBHDM : Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Syariah (%) JKL : Jumlah kantor Layanan INF : Laju Inflasi (%) PDB : Produk Domestik Bruto (%) e : Error term 1. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Liniar Unbiased Estimator), yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Untuk mendapatkan hasil memenuhi sifat tersebut perlu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. a. Uji Normalitas 53 Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistic parametric (satistik inferensial). nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut mendekati rata-ratanya.3 Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual antara lain Jarque-Bera Test (J-B Test) dan metode grafik. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode J-B Test, apabila nilai J-B hitung lebih besar dari X2 tabel atau nilai Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung lebih kecil dengan tingkat signifkan 0,05 (5%), maka dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainya lebih kecil maka residual tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen). Masalah multikolinearitas biasanya muncul karena jumlah observasi 3 Neni Nuraini, Analisa Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba, skripsi s1, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), h. 96 54 yang sedikit. Selain itu dapat dengan menghilangkan salah satu variabel independen terutama yang memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain. Namun jika tidak mungkin dihilangkan maka tetap harus dipakai.4 Dalam penelitian ini uji multikolinearitas akan dilakukan dengan melihat pada nilai koefisien korelasinya pada hasil uji correlation dengan menggunakan matriks korelasi. Jika hasil koefisien korelasi pada output menunjukan hasil di atas 0,8 maka diduga terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, jika koefisien rendah di bawah 0,8 maka diduga model terbebas dari masalah multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana varians dari setiap gangguan tidak konstan. Dampak adanya hal tersebut adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak “reliable” atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.5 4 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EVIEWS, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), h. 5.1 5 J. Supranto, Ekonometrika, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 19 55 Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji glejser, uji glejser dapat menjelaskan apabila nilai Probabilitas Fstatistic lebih kecil dari α=5% maka data bersifat heteroskedastisitas begitu pula sebaliknya. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah hubungan yang muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan dengan satu sama lain. Masalah autokorelasi biasa ditemukan jika menggunakan data time series.6 Dalam mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata (α) model artinya tidak ditemukan gejala autokorelasi pada model begitupun sebaliknya. 2. Penentuan Model Estimasi Metode estimasi regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga teknik pendekatan antara lain: a. Metode Pendekatan Ordinary Least Square Ordinary Least Square merupakan metode paling sederhana dalam pengolahan data panel. Pendekatan ini biasa digunakan untuk mengolah data berbentuk pool. Kelemahan 6 Mudrajad Kuncoro, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: BPFE, 2007), h. 83 56 yang dimiliki Ordinary Least Square ini adalah tidak meperlihatkan perbedaan, baik antar individu maupun antar waktu.7 b. Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed effects) Pendekatan ini menggunakan variabel boneka yang dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel atau disebut juga Covariance Model. Pada metode fixed effect, estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobolan (no wight) atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) dan dengan pembobotan (Cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section.8 c. Model Pendekatan Efek Acak (Random Effects) Dalam model efek acak (Random Effect), parameterparameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Karena hal inilah, model effect acak juga disebut Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS), namun salah satu syarat 7 Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, Ekonometrika, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), h. 312 8 Damodar Gujarati, Dasar-dasar Ekonometrika jilid edisi ketiga, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 106 57 untuk menggunakan model random effect ini adalah objek data silang lebih besar dari koefisiennya. 3. Tahapan Analisis Data Pemilihan jenis model dalam data panel adalah sebagai berikut: a. Uji Chow Uji Chow digunakan untuk membandingkan apakah model Fixed Effect atau Commont Effect yang lebih sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini.9 Hipotesis yang digunakan adalah: Ho : Commont Effect Model H1 : Fixed Effect Model Pengujian Uji Chow menggunakan software Eviews adalah dengan menggunakan uji likelihood ratio, lalu yang menjadi dasar penolakan dalam hipotesis di atas adalah dengan membandingkan nilai probabilitasnya dengan α = 5%. Perbandingan yang dimaksud adalah apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak sehingga dalam penelitian ini menggunakan fixed effect dan perlu melakukan Hausman test. Namun sebaliknya jika nilai probabilitasnya 9 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EVIEWS, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), h. 9. 17 58 lebih besar dari 0,05 maka model yang tepat digunakan adalah common effect dan tidak perlu dilakukan uji Hausman. b. Uji Hausman Uji Hausman ini digunakan untuk menguji apakah dalam penelitian ini lebih baik menggunakan model Fixed Effect atau Random Effect. Berikut ini hipotesis yang digunakan: Ho : Random Effect model H1 : Fixed Effect model Statistik uji hausman ini dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas < 0,05 (untuk tingkat signifikansi = 0,05) maka Ho ditolak dan model yang lebih tepat adalah model fixed effect, begitupun sebaliknya. Bila nilai probabilitas > 0,05, maka model yang lebih tepat adalah model random effect. 4. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji diterima atau ditolaknya (secara statistik) hasil hipotesa (H0) dari sampel. Keputusan untuk mengolah H0 dibuat berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang ada.10 10 Damodar Gujarati, Ekonometri Dasar, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 120 59 a. Uji Parsial (Uji t) Uji t dilakukan untuk melihat signifkansi dari pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas lainnya adalah konstan.11 Pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: 1) Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya variabel penjelas secara parsial tidak mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. 2) Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya variabel penjelas secara parsial mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. b. Uji Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabelvariabel independen secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka variabel-variabel independen secara kesluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: 11 Damodar Gujarati, Ekonometri Dasar, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 125 60 1) Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. 2) Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya variabel penjelas secara serentak dan bersamasama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan dengan R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya.12 Nilai R2 digunakan antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1) apabila R2 = 1 menunjukan bahwa 100% total variasi diterangkan oleh varian persamaan regresi atau variabel bebas baik X1 X2 X3 maupun X4 mampu menerangkan variabel Y sebesar 100%. Sebaliknya apabila nilai R2 = 0 menunjukkan 12 Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2006), h. 30 61 bahwa tidak ada total varians yang diterangkan oleh varian bebas dari persamaan regresi.13 13 Suharyadi dan Purwanto S.K, Statitiska untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta: Salemba Empat, 2004), h. 47 62 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisa dan Pembahasan 1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas dalam pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode J-B Test, apabila nilai J-B hitung lebih kecil dari X2 tabel atau nilai probabilitas J-B test lebih besar dari nilai taraf nyata 0.05, maka data tersebut berdistribusi normal. Gambar 4.1 Uji Normalitas 10 Series: Residuals Sample 1 159 Observations 94 8 6 4 2 0 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 1.64e-16 0.000764 0.055684 -0.052206 0.026502 0.018879 2.148696 Jarque-Bera Probability 2.844065 0.241223 63 Untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque Bera dengan X2 tabel, yaitu: 1) Jika nilai JB > X2 tabel, maka residualnya berdistribusi tidak normal. 2) Jika nilai JB < X2 tabel, maka residualnya berdistribusi normal. Hasil dari output pada Gambar 4.1, bahwa nilai JB (2,844065) < X2 tabel (7,815) dan dengan melihat probability (0,241223) > dari α=5%, maka dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Masalah multikolinearitas adalah situasi dimana adanya korelasi antara variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas digunakan uji correlation dengan menggunakan matriks korelasi. Jika koefisien korelasi pada output menunjukan hasil di atas 0,8 maka diduga terjadi multikolinearitas. Sebaliknya jika koefisien korelasi rendah di bawah 0,8 maka diduga model tidak mengandung multikolinearitas. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang dilakukan dengan Eviews diperoleh hasil sebagai berikut: 64 Tabel 4.1 Uji Multikolinearitas TBHDM JKL INF PDB TBHDM 1.000000 -0.203082 0.090533 0.007119 JKL -0.203082 1.000000 -0.709081 0.021374 INFB 0.090533 -0.709081 1.000000 -0.207920 PDB 0.007119 0.021374 -0.207920 1.000000 Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa korelasi tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan jumlah kantor layanan sebesar -0,203082 ; tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan inflasi sebesar 0,090533 ; tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan PDB sebesar 0,007119. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat variabel yang memilki nilai korelasi diatas 0.8, dengan demikian bahwa model regresi yang dipakai tidak terdapat masalah multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Dalam penelitian ini digunakan uji glejser, uji dapat menjelaskan apabila nilai Probabilitas F-statistic lebih kecil dari 65 α=5% maka data bersifat heteroskedastisitas begitu pula sebaliknya. Tabel 4.2 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS 2.135338 8.231249 6.746202 Prob. F(4,89) Prob. Chi-Square(4) Prob. Chi-Square(4) 0.0830 0.0835 0.1499 H Hasil output pada tabel menunjukan nilai Prob. F-statistic adalah sebesar 0,0830 > daripada α=0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data runtut waktu (time series) karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa sebelumnya. Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah metode Bruesch_Godfey atau yang lebih dikenal dengan uji Langrange Multiplier (LM-Test) dengan melihat nilai probability Chi-Square < a=0,05 maka data tidak mengalami autokorelasi. Deteksi autokorelasi dengan menggunakan metode LM Test dapat dilihat pada tabel berikut: 66 Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.752891 8.178970 Prob. F(10,79) Prob. Chi-Square(10) 0.6729 0.6114 Tabel menunjukan nilai probability Chi-Square(10) adalah sebesar 0,6114 yang menunjukan bahwa nilai tersebut lebih besar dari α=5%, karena nilai probability Chi-Square = 0,6114 > 0,05 berarti model tersebut tidak mengandung masalah autokorelasi. 2. Pemilihan Model Regresi Data Panel Regresi yang menggunakan data panel disebut dengan regresi data panel. Data panel memiliki gabungan karakteristik yaitu data yang terdiri atas beberapa objek dan runtutan waktu.1 Data semacam ini memiliki keunggulan terutama karena bersifat robust (kuat) terhadap beberapa tipe pelanggaran yakni heterokedastisitas dan normalitas. Di samping itu, dengan perlakuan tertentu struktur data seperti ini dapat diharapkan untuk memberikan informasi yang lebih banyak (high informational content).2 1 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EVIEWS, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), h. 91 2 Moch Doddy Ariefianto, Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan menggunakan EVIEWS, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 148 67 Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya tentang metode penelitian, diketahui bahwa terdapat tiga model regresi data panel yang dapat digunakan yaitu commont effect model, fixed effect model, dan random effect model. Masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan model tergantung pada asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syaratsyarat pengolahan data statistik yang benar, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara statistik. Oleh karena itu pertama-tama yang harus dilakukan adalah memilih model yang tepat dari ketiga model yang ada. Tabel 4.4 Hasil Regresi Data Panel Commont Effect Model Dependent Variable: JDM? Method: Pooled Least Squares Date: 09/02/16 Time: 13:11 Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3 Included observations: 12 after adjustments Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 94 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. TBHDM? JKL? INF? PDB? 0.007768 0.136555 0.015628 0.002226 0.002427 0.000674 0.004982 0.002387 3.200757 202.6675 3.136797 0.932687 0.0019 0.0000 0.0023 0.3535 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.080386 0.049732 0.028662 0.073935 202.5695 0.219874 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. 1.005408 0.029402 -4.224882 -4.116657 -4.181167 68 Tabel 4.5 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model Dependent Variable: JDM? Method: Pooled Least Squares Date: 09/02/16 Time: 13:12 Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3 Included observations: 12 after adjustments Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 94 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C TBHDM? JKL? INF? PDB? Fixed Effects (Cross) _BSM—C _BMI—C _BNIS—C _BRIS—C _BMS—C _BPS—C _BCAS—C _BSB—C 0.626986 -0.002452 0.050133 0.000479 0.000527 0.044076 0.000923 0.006012 0.001801 0.000618 14.22519 -2.655364 8.338199 0.265872 0.851654 0.0000 0.0095 0.0000 0.7910 0.3969 0.037584 0.035560 0.000872 0.016717 -0.004949 -0.033517 -0.043962 -0.015632 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.945696 0.938412 0.007297 0.004366 335.5494 129.8202 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 1.005408 0.029402 -6.884029 -6.559353 -6.752883 0.307892 Setelah hasil regresi dengan menggunakan model commont effect dan fixed effect didapat maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji untuk menentukan model estimasi mana yang lebih tepat antara model commont effect dan fixed effect. Dalam menentukan diantara kedua model tersebut maka digunakan uji 69 Chow sebagai uji pemilihan model regresi data panel. Uji Chow merupakan salah satu tahap yang perlu dilakukan untuk menentukan model regresi data yang paling tepat digunakan dalam penelitian. Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan uji Chow adalah melakukan regresi dengan menggunakan model commont effect dan fixed effect. Setelah hasil dari commont effect dan fixed effect diperoleh maka selanjutnya dilakukan uji Chow dengan melakukan uji likelihood ratio menggunakan Eviews. Hasil dari uji likelihood ratio atau uji Chow dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test U Cross-section F Cross-section Chi-square j Statistic 163.544462 254.312708 d.f. Prob. (7,82) 7 0.0000 0.0000 Uji Chow dilakukan dengan membandingkan antara commont effect model dan fixed effect model. Hipotesis dalam uji Chow adalah: Ho : commont effect model H1 : fixed effect model 70 Apabila nilai probabilitas F ≥ 0,005 artinya Ho diterima, yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah commont effect model. Namun jika nilai probabilitasnya < 0,05 artinya Ho ditolak, yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah fixed effect model. Hasil ouput di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000 untuk cross section F, yang berarti nilainya < 0,05. Karena hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak, maka dapat dikatakan bahwa fixed effect model lebih tepat digunakan daripada commont effect model. Karena hasil Uji Chow menunjukkan hasil model yang lebih tepat untuk digunakan adalah fixed effect model, maka diperlukan Uji Hausman untuk menguji model yang lebih tepat untuk digunakan antara fixed effect model dan random effect model. Sebelum melakukan Uji Hausman, dilakukan terlebih dahulu regresi random effect model. 71 Tabel 4.7 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model Dependent Variable: JDM? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 09/02/16 Time: 13:15 Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3 Included observations: 12 after adjustments Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 94 Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C TBHDM? JKL? INF? PDB? Random Effects (Cross) _BSM—C _BMI—C _BNIS—C _BRIS—C _BMS—C _BPS—C _BCAS—C _BSB—C 0.625086 -0.002333 0.050284 0.000467 0.000530 0.045220 0.000920 0.006012 0.001801 0.000618 13.82319 -2.535891 8.364415 0.259057 0.856850 0.0000 0.0130 0.0000 0.7962 0.3938 0.038241 0.036270 0.001784 0.017447 -0.004074 -0.032436 -0.042497 -0.014735 Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random 0.028753 0.007297 Rho 0.9395 0.0605 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.663434 0.648307 0.007319 43.85886 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 0.074172 0.012344 0.004767 0.276673 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid 0.058676 0.075680 Mean dependent var Durbin-Watson stat 1.005408 0.017427 Dalam melakukan uji Hausman, hipotesis yang digunakan yaitu: 72 Ho : random effect model H1 : fixed effect model Apabila nilai probabilitas Chi-Square ≥ 0,05 artinya Ho diterima, yang berarti model regresi yang paling tepat digunakan adalah random effect model. Namun jika probabilitas Chi-Square < 0,05 artinya Ho ditolak, yang berarti model regersi yang paling tepat digunakan adalah fixed effect model. Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 9.216745 4 0.0360 Hasil output di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0360 untuk cross section random, yang berarti nilainya < 0,05. Karena hasil tersebut menunjukan bahwa H1 diterima, maka dapat dikatakan bahwa fixed effect model lebih tepat digunakan daripada random effect model. 3. Pengujian Hipotesis a. Model penelitian Berdasarkan estimasi model regeresi data panel yang telah dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan fixed effect model yang ditampilkan pada tabel berikut. 73 Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi dengan Fixed Effect Model Dependent Variable: JDM? Method: Pooled Least Squares Date: 09/02/16 Time: 13:20 Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3 Included observations: 12 after adjustments Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 94 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C TBHDM? JKL? INF? PDB? Fixed Effects (Cross) _BSM—C _BMI—C _BNIS—C _BRIS—C _BMS—C _BPS—C _BCAS—C _BSB—C 0.626986 -0.002452 0.050133 0.000479 0.000527 0.044076 0.000923 0.006012 0.001801 0.000618 14.22519 -2.655364 8.338199 0.265872 0.851654 0.0000 0.0095 0.0000 0.7910 0.3969 0.037584 0.035560 0.000872 0.016717 -0.004949 -0.033517 -0.043962 -0.015632 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.945696 0.938412 0.007297 0.004366 335.5494 129.8202 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 1.005408 0.029402 -6.884029 -6.559353 -6.752883 0.307892 Berdasarkan Tabel 4.9, maka ditemukan hasil dari perhitungan pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah sebagai berikut: 74 JDM = 0.626986 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB Dari model di atas dapat dibuat interpretasi sebagai berikut: 1) Konstanta sebesar 0.626986 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah bank umum syariah adalah sebesar 0.626986. 2) Nilai koefisien regresi tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebesar -0.002452 yang berarti setiap kenaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah naik 1% maka jumlah deposito mudharabah mengalami penurunan sebesar 0.002452. 3) Nilai koefisien regresi jumlah kantor layanan sebesar 0.050133 yang berarti setiap kenaikan jumlah kantor layanan naik 1 maka jumlah deposito mudharabah mengalami kenaikan sebesar 0.050133. 4) Nilai koefisien regresi inflasi sebesar 0.000479 yang berarti setiap kenaikan inflasi naik 1% maka jumlah deposito mudharabah mengalami kenaikan sebesar 0.000479. 5) Nilai koefisien regresi PDB sebesar 0.000527 yang berarti setiap kenaikan PDB naik 1% maka jumlah deposito mudharabah mengalami kenaikan sebesar 0.000527. 75 Tabel 4.10 Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian Fixed Effects (Cross) Coefficient _BSM—C 0.037584 _BMI—C 0.035560 _BNIS—C 0.000872 _BRIS—C 0.016717 _BMS—C -0.004949 _BPS—C -0.033517 _BCAS—C -0.043962 _BSB—C -0.015632 Sumber : Output Eviews 8 Berdasarkan tabel 4.10, maka didapat persamaan model regresi tiap bank umum syariah sebagai berikut : 1) Persamaan model regresi Bank Syariah Mandiri JDM BSM = 0.037584 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB Konstanta sebesar 0.037584 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri adalah sebesar 0.037584. 2) Persamaan model regresi Bank Muamalat Indonesia JDM BMI = 0.035560 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB Konstanta sebesar 0.035560 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, 76 maka jumlah deposito mudharabah Bank Muamalat Indonesia adalah sebesar 0.035560. 3) Persamaan model regresi BNI Syariah JDM BNI Syariah = 0.000872 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB Konstanta sebesar 0.000872 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah BNI Syariah adalah sebesar 0.000872. 4) Persamaan model regresi BRI Syariah JDM BRI Syariah = 0.016717 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB Konstanta sebesar 0.016717 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah BRI Syariah adalah sebesar 0.016717. 5) Persamaan model regresi Bank Mega Syariah JDM BMS = -0.004949 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB Konstanta sebesar -0.004949 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah Bank Mega Syariah adalah sebesar -0.004949. 77 6) Persamaan model regresi Bank Panin Syariah JDM BPS = -0.033517 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB Konstanta sebesar -0.033517 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah Bank Panin Syariah adalah sebesar -0.033517. 7) Persamaan model regresi BCA Syariah JDM BCA Syariah = -0.043962 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB Konstanta sebesar -0.043962 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah BCA Syariah adalah sebesar -0.043962. 8) Persamaan model regresi Bank Syariah Bukopin JDM BSP = -0.015632 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB Konstanta sebesar -0.015632 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah Bank Syariah Bukopin adalah sebesar -0.015632. 78 b. Uji Signifkansi Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB terhadap variabel dependen yaitu jumlah deposito mudharabah. Tabel 4.11 Uji t Variable Coefficient C 0.626986 TBHDM -0.002452 JKL 0.050133 INF 0.000479 PDB 0.000527 Sumber : Output Eviews 8 Std. Error 0.044076 0.000923 0.006012 0.001801 0.000618 t-Statistic 14.22519 -2.655364 8.338199 0.265872 0.851654 Prob. 0.0000 0.0095 0.0000 0.7910 0.3969 Tabel 4.11 merupakan hasil dari pengujian variabel independen yaitu tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia secara parsial. 1) Uji t terhadap variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel itingkat bagi hasil deposito mudharabah secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,0095 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 2,6553 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 = 89, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (2,6553 > 1,9870). Maka H0 ditolak sehingga dapat 79 disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. 2) Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel jumlah kantor layanan secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,000 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = 8,3381 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 =89, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (8,3381 > 1,9870). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah kantor layanan berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. 3) Uji t terhadap variabel inflasi Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel inflasi secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,79 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = 0.2658 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 =89, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (0,2658 < 1,9870). Maka H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh berpengaruh dan tidak signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. 4) Uji t terhadap variabel PDB Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel PDB secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai 80 lebih besar dari α (0,39 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = 0,8516 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 =89, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (0,8516 < 1,9870). Maka H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PDB tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, Pedoman yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji F adalah sebagai berikut: Jika F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima Selain itu, dapat pula dilihat dari probabilitas F statistik. Apabila probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari nilai α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut: H0: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah secara simultan. 81 H1: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah secara simultan. Berdasrkan Tabel 4.9, doperoleh hasil F-statistik atau F hitung sebesar 129.8202 dengan nilai probabilitas sebesar 0.00000. nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari α = 5%. Selain itu dengan n = 94 dan k = 5, nilai pada F tabel diperoleh nilai 2,49 Dengan df1 (k-1) dan df2 (n-k) sebesar 4 dan 89 dengan nilai probabilitas 5%. Karena F hitung > F tabel (129,8202 > 2,49) maka H0 ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan inflasi, dan PDB berpengaruh signifikan secara simultan terhadap jumlah deposito mudhrabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. d. Uji Adjudsted R2 Uji Adjusted R2 ditujukan untuk menilai seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Pada penelitian ini, koefisien yang digunakan adalah koefisien determinasi yang telah disesuaikan atau adjusted R2. Hal ini dikarenakan adjusted R2 merupakan koefisien yang telah dikoreksi sehingga dapat naik atau turun seiring penambahan variabel baru dalam model. Berdasarkan hasil regresi dengan fixed effect model sebagaimana yang tertera pada tabel, diketahui bahwa nilai Adjust 82 R Squared sebesar 0.938412. hal ini menunjukan bahwa variasi variabel dependen (jumlah deposito mudharabah) secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel independen (tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB) sebesar 93,84% sedangkan sisanya 6,16% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti. e. Interpretasi Hasil Penelitian 1) Hubungan tingkat bagi hasil deposito mudharabah terhadap jumlah deposito mudharabah Hasil estimasi pada tabel menjelaskan variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah, dimana setiap penurunan tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebesar 1% akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.002452%. Jumlah deposito mudharabah adalah total simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Tingkat bagi hasil pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia mendepositokan uangnya. Jumlah deposito akan ditentukan oleh tingginya tingkat bagi hasil. Bila melihat praktik yang terjadi di perbankan syariah, semakin tinggi tingkat bagi hasil 83 deposito, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk deposito, dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan kehendak masyarakat untuk deposito di bank syariah didasari oleh motif untuk mendapatkan return berupa bagi hasil. Akan tetapi berbanding terbalik dengan hasil estimasi yang didapat hubungannya antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan jumlah deposito mudharabah pada bank syariah Mengacu pada data dalam penelitian ini, dilihat dari tingkat bagi hasilnya yang tidak stabil bahkan cenderung menurun, maka hal tersebut menjadi penyebab mengapa hubungan antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah dan jumlah deposito mudharabah negatif. Jika tingkat bagi hasilnya tidak stabil bahkan cenderung menurun, tetapi jumlah depositonya cenderung naik karena dalam konteks investasi deposito, parameter besar atau tidaknya, serta kompetitif atau tidaknya tawaran tingkat bagi hasil, investor akan melihat benchmark yaitu BI rate atau LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Ketika tingkat bagi hasil turun tidak akan serta merta membuat deposan menarik kembali uangnya, sepanjang tingkat bagi hasil masih setara atau bahkan lebih baik dari BI rate atau LPS kemungkinan besar pertumbuhan jumlah deposito mudharabah masih tetap tinggi. Dengan kata lain 84 tidak hanya variabel tingkat bagi hasil menurun yang akan berpengaruh pada pertumbuhan deposito mudharabah. Hal penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang ditunjukkan oleh Fitriyah (2010) bahwa bagi hasil berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dana bank umum syariah, karena faktor agama merupakan faktor utama yang menjadi alasan nasabah menyimpan dananya di bank syariah. Karakter nasabah bank syariah merupakan nasabah emosional yang non profit oriented. Namun berbeda dengan hasil penelitian terdahulu oleh Evi Natalia, Moch Dzukirom AR, dan Sri Mangesti Rahayu (2014) bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh signifkan terhadap jumlah deposito mudharabah dikarenakan nasabah menyimpan dananya karena faktor mencari keuntungan. 2) Hubungan jumlah kantor layanan terhadap jumlah deposito mudharabah Variabel jumlah kantor layanan berpengaruh (signifikan) dengan jumlah deposito mudharabah, dimana setiap kenaikan jumlah kantor layanan sebesar 1% akan menaikkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.050133%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah kantor layanan berpengaruh positif terhadap jumlah deposito 85 mudharabah. hal ini berarti mengindikasikan bahwa apabila semakin banyak jumlah kantor layanan akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah yang dihimpun bank umum syariah. Ketika bank umum syariah memperluas jaringan kantor layanan maka nasabah akan mudah untuk menginvestasikan dananya sehingga dengan bertambahnya jumlah kantor layanan memberi peran penting bagi bank umum syariah dalam melakukan penghimpunan dana. Bertambahnya jaringan kantor layanan juga memberi pengaruh terhadap meningkatnya tingkat kepercayaan masyarakat akan lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk depsoito mudharabah. Selain itu bank umum syariah dianggap sudah cukup dalam memberikan sosialisasi tentang keberadaan dan pemahaman tentang bank umum syariah khususnya pada produk deposito mudharabah ke plosos-plosok daerah. 3) Hubungan Inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah Variabel inflasi tidak berpengaruh (tidak signifikan) dengan jumlah deposito mudharabah, dimana setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan menurunkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.000479%. Tidak berpengaruhnya inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah, hal ini menunjukan nasabah pada bank syariah 86 tidak terlalu mempertimbangkan tinggi atau rendahnya tingkat inflasi dalam mengambil keputusan untuk menyimpan dananya. Kenaikan inflasi yang tinggi di Indonesia tidak akan mempengaruhi jumlah deposito mudharabah di bank syariah. Ini terbukti ketika terjadi krisis moneter tahun 1998, tingkat inflasi yang tinggi tidak mempengaruhi bank syariah karena bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dan hanya perbankan syariah yang tidak terkena dampak dari tingginya tingkat inflasi. Sedangkan yang terjadi pada Bank Konvensioanl yang pada dasarnya menggunakan sistem bunga terkena dampak dari tingginya tingkat inflasi tersebut. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah dan Sumiati (2013) bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah. 4) Hubungan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap jumlah deposito mudharabah Variabel PDB tidak berpengaruh (tidak signifikan) dengan jumlah deposito mudharabah, dimana setiap penurunan PDB sebesar 1% akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.000527%. Variabel PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah, artinya ketika pendapatan meningkat tetapi jumlah deposito mudharabah menurun dan 87 sebaliknya, ketika pendapatan turun tetapi jumlah deposito mudharabah meningkat. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori serta penelitian sebelumnya, yaitu bahwa tidak semua pendapatan yang diterima seseorang akan digunakan untuk disimpan, melainkan sebagian digunakan untuk konsumsi. Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku menyimpan dan konsumsi dari seseorang sangat dipengaruhi pendapatannya. Dan apabila mengacu kepada hasil penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Septi Wulandari (2013) bahwa variabel PDB tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah hal ini terjadi dikarenakan tren masyarakat yang berinvestasi pada sektor investasi lain dibandingkan dengan meletakkan dananya pada sektor perbankan syariah. Hal ini didukung oleh artikel yang diterbitkan oleh Vibiznews (2013), dari beberapa produk investasi keuangan maupun non-keuangan yang berupa instrument perbankan, saham, reksa dana, emas, properti, dan instrument derivative, masyarakat Indonesia cenderung meletakkan dananya atau berinvestasi pada saham, reksadana, emas, properti dan forex. Sehingga peningkatan PDB tidak diikuti oleh total jumlah deposito mudharabah. 88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan 2015. Berdasarkan penemuan dan pembahasan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015. Dimana setiap peningkatan tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebesar 1% akan menurunkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya sebesar yaitu 0.002452%. itu artinya ketika tingkat bagi hasil deposito mudharabah naik maka jumlah deposito mudharabah akan turun begitupun sebaliknya. Ketika tingkat bagi hasil turun tidak akan serta merta membuat deposan menarik kembali uangnya, Hal ini dikarenakan investor atau nasabah akan melihat benchmark yaitu BI rate atau LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Dengan kata lain tingkat bagi hasil menurun tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan deposito mudharabah. 89 2. Jumlah kantor layanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015. Dimana setiap peningkatan jumlah kantor layanan sebesar 1 akan menaikkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya sebesar yaitu 0.050133. Ketika bank umum syariah memperluas jaringan kantor layanan maka nasabah akan mudah untuk menginvestasikan dananya sehingga dengan bertambahnya jumlah kantor layanan memberi peran penting bagi bank umum syariah dalam melakukan penghimpunan dana khususnya pada produk depsoito mudharabah. 3. Inflasi tidak mempunyai pengaruh (tidak signifikan) terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015. Dimana setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan menurukan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.000479%. itu artinya ketika inflasi naik maka jumlah deposito mudharabah akan turun begitu pun sebaliknya. Hal ini, mengakibatkan nasabah pada bank syariah tidak terlalu mempertimbangkan tinggi atau rendahnya tingkat inflasi dalam mengambil keputusan untuk menyimpan dananya karena pada bank syariah tidak menggunakan sistem bunga. 4. PDB tidak mempunyai pengaruh (tidak signifikan) terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 90 2011-2015. dimana setiap penurunan PDB sebesar 1% akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.000527%. artinya ketika pendapatan meningkat tetapi jumlah deposito mudharabah menurun begitu pun sebaliknya. hal ini terjadi dikarenakan tren masyarakat yang berinvestasi pada sektor investasi lain dibandingkan dengan meletakkan dananya pada sektor perbankan syariah. Masyarakat Indonesia cenderung meletakkan dananya atau berinvestasi pada saham, reksadana, emas, properti dan forex. 5. Berdasarkan hasil uji F dapat disimpulkan bahwa tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 20112015. B. Saran Dari hasil kesimpulan di atas, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perbankan Syariah Perbankan syariah sebagai salah satu pilar pendukung perekenomian Indonesia selain perbankan konvensional. Peran tersebut dapat dilakukan dengan baik jika industri perbankan syariah memiliki volume usaha yang cukup ekonomis dalam menggerakkan sistem 91 perekonomian Indonesia. dengan adanya temuan bahwa tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah dengan kontribusi yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa bank umum syariah masih sulit untuk lepas dari dampak internal bank maupun ekonomi makro yang terjadi. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah agar tahan terhadap goncangan krisis dan dampak makroekonomi yang dapat terjadi kapanpun di Negara Indonesia khususnya pada produk deposito mudharabah dan sistem bagi hasilnya serta jumlah layanan kantor bank syariah. Hal yang dapat dilakukan antara lain penguatan modal, memiliki langkah antisipasi menghadapi dampak krisis dan makroekonomi, adanya sumber daya insani dan manajemen yang handal, serta sosialisasi mengenai perbankan syariah kepada masyarakat. 2. Bagi Nasabah Hasil penelitian bahwa tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB memberikan tingkat kontribusi yang berbeda-beda terhadap jumlah deposito mudharabah. Maka penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan akan menambah wawasan serta pengetahuan bagi nasabah bank syariah terutama terkait dengan produk deposito mudharabah. Sehingga dapat 92 dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam bentuk deposito mudharabah. 3. Akademisi Memiliki keterbatasan diantaranya periode pengamatan sehingga masih diperlukan data untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Peneliti juga menyarankan pada penelitian yang akan datang untuk menggunakan data bulanan agar dapat terhindar dari masalah autokorelasi. Selain itu juga menambah variabel baru dengan maksud untuk mengetahui secara pasti variabel atau hal apa saja yang memiliki pengaruh lebih kuat terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. misalnya variabel BI rate, FDR, ROA, ROE, dan ukuran bank lainnya. 93 DAFTAR PUSTAKA Antonio, Syafe’I. Bank Syariah.: dari teori ke praktek edisi 1, Yogyakarta: UGM Press. 2001. Ariefianto, Moch. Doddy. Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan menggunakan EVIEWS. Jakarta: Erlangga. 2012. Arwansyah. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat. Media Ekonomi. 2003. Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2007. Eachem, Mc. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat. 2000. Fair dan Case. Principle of Economic. Practic Hall Inc. 2002. Frederic, Mishkin. The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Columbia University. 2008. Gujarati, Damodar. Ekonometri Dasar. Jakarta: Erlangga. 2003. Hamid, Abdul. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: FEB UIN Syarif hidayatullah. 2010. Husni, Azhary. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah di Indonesia. (Jurnal: Ekonomi dan Bisnis). Universitas Yarsi. 2009. Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh. dan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006. Kuncoro, Mudrajad. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. 2007. Mankiw, Geogry N. Teori Makroekonomi edisi ketiga. Jakarta: Erlangga. 2014. Muhammad. Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia. 2006. Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonesia. 2004. Muhamad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2008. 94 Nuraini, Neni. Analisa Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. skripsi s1. Jakarta: FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013 Nachrowi. Djalal, dan Hardius Usman. Ekonometrika. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2006. Nachrowi, Djalal, dan Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Universitas Indonesia. 2006. Nurianto. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah.. Bandung: CV. Al Fabeta. 2010. Respati, Dia. Dampak Inflasi, Ekonomi Tingkat 1, Inflasi (ekonomisku.blogspot.co.id) Rivai, Veith zal. Bank and Financial Instituation Management Conventional and Sharia System. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007. Sadi Is, Muhamad. Konsep Hukum Perbankan Syariah. Malang: Setara Press. 2015. Setiadi, Edy. Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2013. Soemantri, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenamedia Group. 2009. Supranto. J. Ekonometrika. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004. Usman, Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002. Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EVIEWS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2011. Wirdyaningsih, dkk. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2005. Yaya, Rizal, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat. 2009. Zakaria. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Kencana. 2009. www.bi.go.id www.ojk.go.id 95 www.syariahmandiri.co.id www.bankmuamalat.co.id www.bnisyariah.co.id www.megasyariah.co.id www.paninbanksyariah.co.id www.bcasyariah.co.id www.syariahbukopin.co.id www.brisyariah.co.id www.bps.go.id 96 LAMPIRAN 97 Lampiran 1. Data Penlitian Nama Bank _BSM TBHDM (%) 5.78 JKL INF (%) PDB (%) 2011 JDM (Jutaan Rupiah) 17,449,883 1311 0.97 0.64 _BSM 2011 18,687,254 5.36 1332 1.17 3.86 _BSM 2011 21,393,987 5.62 1349 -0.12 3.61 _BSM 2011 23,524,711 4.97 1401 -0.23 -2.18 _BSM 2012 22,779,096 5.13 1460 0.85 0.80 _BSM 2012 22,098,719 5.75 1529 1.15 3.96 _BSM 2012 21,300,901 5.39 1650 -0.1 3.35 _BSM 2012 21,826,644 5.09 1745 -0.28 -2.25 _BSM 2013 23,623,732 4.74 1812 0.81 0.49 _BSM 2013 24,681,646 4.94 1877 0.16 4.00 _BSM 2013 27,213,848 4.17 1937 0.37 3.28 _BSM 2013 26,834,253 4.70 1998 0.25 -2.18 _BSM 2014 28,989,270 4.60 2136 0.47 0.06 _BSM 2014 29,169,332 4.67 2149 0.19 3.83 _BSM 2014 30,684,071 3.87 2174 0.56 3.29 _BSM 2014 31,935,906 3.75 2151 1.48 -2.11 _BSM 2015 31,317,225 4.60 2150 -0.14 -0.23 _BSM 2015 30,433,277 4.12 2123 0.47 3.75 _BSM 2015 30,632,571 4.45 2043 0.42 3.36 _BSM 2015 31,287,537 4.30 1990 0.36 -1.83 _BMI 2011 19,625,142 3.25 1311 0.97 0.64 _BMI 2011 13,187,561 3.25 1332 1.17 3.86 _BMI 2011 14,338,680 3.25 1349 -0.12 3.61 _BMI 2011 19,733,952 3.25 1401 -0.23 -2.18 _BMI 2012 18,120,190 4.00 1460 0.85 0.80 _BMI 2012 18,100,807 4.00 1529 1.15 3.96 _BMI 2012 19,734,354 4.00 1650 -0.1 3.35 _BMI 2012 25,016,940 4.00 1745 -0.28 -2.25 _BMI 2013 26,922,034 4.00 1812 0.81 0.49 _BMI 2013 26,841,517 4.00 1877 0.16 4.00 _BMI 2013 27,898,114 4.00 1937 0.37 3.28 _BMI 2013 26,956,307 4.00 1998 0.25 -2.18 _BMI 2014 28,524,791 4.00 2136 0.47 0.06 Tahun 98 _BMI 2014 31,756,718 4.00 2149 0.19 3.83 _BMI 2014 32,838,637 4.00 2174 0.56 3.29 _BMI 2014 32,862,934 3.49 2151 1.48 -2.11 _BMI 2015 29,220,228 4.00 2150 -0.14 -0.23 _BMI 2015 25,007,540 4.50 2123 0.47 3.75 _BMI 2015 26,034,645 4.57 2043 0.42 3.36 _BMI 2015 27,876,042 4.59 1990 0.36 -1.83 _BNIS 2011 2,469,006 4.12 1311 0.97 0.64 _BNIS 2011 2,307,511 3.58 1332 1.17 3.86 _BNIS 2011 2,841,026 3.66 1349 -0.12 3.61 _BNIS 2011 3,245,319 3.62 1401 -0.23 -2.18 _BNIS 2012 3,214,770 3.36 1460 0.85 0.80 _BNIS 2012 3,182,051 3.30 1529 1.15 3.96 _BNIS 2012 3,341,814 3.54 1650 -0.1 3.35 _BNIS 2012 3,702,313 3.75 1745 -0.28 -2.25 _BNIS 2013 5,376,607 3.75 1812 0.81 0.49 _BNIS 2013 4,740,485 3.65 1877 0.16 4.00 _BNIS 2013 5,011,710 3.73 1937 0.37 3.28 _BNIS 2013 4,916,755 2.96 1998 0.25 -2.18 _BNIS 2014 6,005,934 3.44 2136 0.47 0.06 _BNIS 2014 9,203,776 3.44 2149 0.19 3.83 _BNIS 2014 7,755,628 3.24 2174 0.56 3.29 _BNIS 2014 8,873,253 3.20 2151 1.48 -2.11 _BNIS 2015 9,717,721 5.29 2150 -0.14 -0.23 _BNIS 2015 9,203,776 5.36 2123 0.47 3.75 _BNIS 2015 10,642,212 5.26 2043 0.42 3.36 _BNIS 2015 10,404,884 5.24 1990 0.36 -1.83 _BRIS 2011 4,810,400 7.43 1311 0.97 0.64 _BRIS 2011 5,222,342 7.43 1332 1.17 3.86 _BRIS 2011 6,816,612 7.64 1349 -0.12 3.61 _BRIS 2011 7,901,067 7.78 1401 -0.23 -2.18 _BRIS 2012 7,010,964 7.28 1460 0.85 0.80 _BRIS 2012 7,406,366 7.00 1529 1.15 3.96 _BRIS 2012 7,868,799 6.90 1650 -0.1 3.35 _BRIS 2012 9,393,326 6.82 1745 -0.28 -2.25 _BRIS 2013 10,466,895 4.69 1812 0.81 0.49 99 _BRIS 2013 11,016,347 4.69 1877 0.16 4.00 _BRIS 2013 10,939,696 5.36 1937 0.37 3.28 _BRIS 2013 10,916,883 5.49 1998 0.25 -2.18 _BRIS 2014 10,545,305 6.87 2136 0.47 0.06 _BRIS 2014 11,284,561 6.83 2149 0.19 3.83 _BRIS 2014 11,553,423 6.82 2174 0.56 3.29 _BRIS 2014 12,653,000 6.77 2151 1.48 -2.11 _BRIS 2015 12,691,053 6.25 2150 -0.14 -0.23 _BRIS 2015 12,360,722 6.15 2123 0.47 3.75 _BRIS 2015 13,710,799 6.13 2043 0.42 3.36 _BRIS 2015 14,772,700 6.75 1990 0.36 -1.83 _BMS 2011 2,375,127 5.79 1311 0.97 0.64 _BMS 2011 2,131,114 5.64 1332 1.17 3.86 _BMS 2011 2,424,947 5.32 1349 -0.12 3.61 _BMS 2011 2,945,227 5.49 1401 -0.23 -2.18 _BMS 2012 2,515,134 5.54 1460 0.85 0.80 _BMS 2012 2,413,958 5.46 1529 1.15 3.96 _BMS 2012 3,945,784 4.91 1650 -0.1 3.35 _BMS 2012 4,711,809 4.87 1745 -0.28 -2.25 _BMS 2013 5,402,340 4.90 1812 0.81 0.49 _BMS 2013 5,235,409 4.73 1877 0.16 4.00 _BMS 2013 5,386,949 4.15 1937 0.37 3.28 _BMS 2013 6,070,177 4.95 1998 0.25 -2.18 _BMS 2014 5,448,158 4.76 2136 0.47 0.06 _BMS 2014 5,499,485 4.86 2149 0.19 3.83 _BMS 2014 5,181,763 4.47 2174 0.56 3.29 _BMS 2014 4,612,632 4.80 2151 1.48 -2.11 _BMS 2015 3,938,335 4.80 2150 -0.14 -0.23 _BMS 2015 3,407,059 4.80 2123 0.47 3.75 _BMS 2015 3,209,271 4.78 2043 0.42 3.36 _BMS 2015 3,516,950 4.22 1990 0.36 -1.83 _BPS 2011 351,530 4.515 1311 0.97 0.64 _BPS 2011 370,978 3.988 1332 1.17 3.86 _BPS 2011 225,153 3.22 1349 -0.12 3.61 _BPS 2011 393,044 4.156 1401 -0.23 -2.18 _BPS 2012 485,413 5.406 1460 0.85 0.80 100 _BPS 2012 634,567 4.99 1529 1.15 3.96 _BPS 2012 844,160 5.746 1650 -0.1 3.35 _BPS 2012 1,008,049 5.7 1745 -0.28 -2.25 _BPS 2013 1,253,222 4.01 1812 0.81 0.49 _BPS 2013 1,176,700 3.1 1877 0.16 4.00 _BPS 2013 1,625,475 3.727 1937 0.37 3.28 _BPS 2013 2,430,835 4.051 1998 0.25 -2.18 _BPS 2014 1,993,657 4.07 2136 0.47 0.06 _BPS 2014 3.687 2149 0.19 3.83 _BPS 2014 3.837 2174 0.56 3.29 _BPS 2014 3.352 2151 1.48 -2.11 _BPS 2015 3.087 2150 -0.14 -0.23 _BPS 2015 3.237 2123 0.47 3.75 _BPS 2015 3.932 2043 0.42 3.36 _BPS 2015 5,086,656 2.626 1990 0.36 -1.83 _BCAS 2011 501,161 3.588 1311 0.97 0.64 _BCAS 2011 462,381 4.313 1332 1.17 3.86 _BCAS 2011 403,839 4.323 1349 -0.12 3.61 _BCAS 2011 677,736 3.576 1401 -0.23 -2.18 _BCAS 2012 746,506 3.413 1460 0.85 0.80 _BCAS 2012 721,429 4.01 1529 1.15 3.96 _BCAS 2012 727,301 3.477 1650 -0.1 3.35 _BCAS 2012 995,547 3.272 1745 -0.28 -2.25 _BCAS 2013 947,632 3.25 1812 0.81 0.49 _BCAS 2013 2.695 1877 0.16 4.00 _BCAS 2013 2.718 1937 0.37 3.28 _BCAS 2013 2.718 1998 0.25 -2.18 _BCAS 2014 2.727 2136 0.47 0.06 _BCAS 2014 2.935 2149 0.19 3.83 _BCAS 2014 2.727 2174 0.56 3.29 _BCAS 2014 2.72 2151 1.48 -2.11 _BCAS 2015 2,030,162 2.65 2150 -0.14 -0.23 _BCAS 2015 2,311,402 2.72 2123 0.47 3.75 _BCAS 2015 2,247,060 2.72 2043 0.42 3.36 _BCAS 2015 2,858,733 2.72 1990 0.36 -1.83 _BSB 2011 1,289,484 8.248 1311 0.97 0.64 2,361,579 3,026,981 4,176,150 4,387,719 4,639,958 4,616,572 1,015,267 1,132,097 1,409,122 1,380,887 1,497,685 1,499,426 2,009,943 101 _BSB 2011 1,398,263 7.77 1332 1.17 3.86 _BSB 2011 1,667,897 6.981 1349 -0.12 3.61 _BSB 2011 1,917,143 7.271 1401 -0.23 -2.18 _BSB 2012 1,778,565 6.41 1460 0.85 0.80 _BSB 2012 2,024,885 5.893 1529 1.15 3.96 _BSB 2012 2,121,298 5.955 1650 -0.1 3.35 _BSB 2012 2,322,244 6.128 1745 -0.28 -2.25 _BSB 2013 2,597,399 6.11 1812 0.81 0.49 _BSB 2013 6.217 1877 0.16 4.00 _BSB 2013 6.243 1937 0.37 3.28 _BSB 2013 6.325 1998 0.25 -2.18 _BSB 2014 6.365 2136 0.47 0.06 _BSB 2014 6.363 2149 0.19 3.83 _BSB 2014 6.337 2174 0.56 3.29 _BSB 2014 3,267,039 6.436 2151 1.48 -2.11 _BSB 2015 3,200,471 6.256 2150 -0.14 -0.23 _BSB 2015 3,312,911 6.375 2123 0.47 3.75 _BSB 2015 3,495,978 6.21 2043 0.42 3.36 _BSB 2015 3,808,983 6.477 1990 0.36 -1.83 2,719,484 2,746,425 2,591,998 2,812,625 2,742,587 2,798,563 Lampiran 2. Data setelah diolah Nama Bank _BSM Tahun LNJDM LNTBHDM LNJKL LNINF LNPDB 2011 1.034572 -0.57602 7.1785455 -0.03046 -0.4462871 _BSM 2011 1.036028 -0.65744 7.1944369 0.157004 1.350667183 _BSM 2011 1.038879 -0.60514 7.2071189 #NUM! 1.283707772 _BSM 2011 1.040862 -0.75048 7.2449415 #NUM! #NUM! _BSM 2012 1.040191 -0.70987 7.2861917 -0.16252 -0.22314355 _BSM 2012 1.039558 -0.58132 7.3323692 0.139762 1.376244025 _BSM 2012 1.038788 -0.65105 7.4085306 #NUM! 1.208960346 _BSM 2012 1.039299 -0.71968 7.4645098 #NUM! #NUM! _BSM 2013 1.040949 -0.81612 7.5021865 -0.21072 -0.71334989 _BSM 2013 1.041859 -0.75853 7.53743 -1.83258 1.386294361 _BSM 2013 1.043875 -1.03222 7.5688957 -0.99425 1.187843422 _BSM 2013 1.043586 -0.82855 7.599902 -1.38629 #NUM! 102 _BSM 2014 1.045172 -0.86112 7.6666902 -0.75502 -2.81341072 _BSM 2014 1.045299 -0.83809 7.6727579 -1.66073 1.342864803 _BSM 2014 1.046332 -1.19563 7.6843241 -0.57982 1.190887565 _BSM 2014 1.047146 -1.27668 7.6736881 0.392042 #NUM! _BSM 2015 1.046748 -0.86112 7.6732231 #NUM! #NUM! _BSM 2015 1.046165 -1.05632 7.6605855 -0.75502 1.32175584 _BSM 2015 1.046298 -0.91448 7.6221746 -0.8675 1.211940974 _BSM 2015 1.046729 -0.97422 7.5958899 -1.02165 #NUM! _BMI 2011 1.037064 -1.80561 7.1785455 -0.03046 -0.4462871 _BMI 2011 1.028534 -1.80561 7.1944369 0.157004 1.350667183 _BMI 2011 1.030353 -1.80561 7.2071189 #NUM! 1.283707772 _BMI 2011 1.03718 -1.80561 7.2449415 #NUM! #NUM! _BMI 2012 1.035374 -1.11891 7.2861917 -0.16252 -0.22314355 _BMI 2012 1.035351 -1.11891 7.3323692 0.139762 1.376244025 _BMI 2012 1.037181 -1.11891 7.4085306 #NUM! 1.208960346 _BMI 2012 1.042139 -1.11891 7.4645098 #NUM! #NUM! _BMI 2013 1.043654 -1.11891 7.5021865 -0.21072 -0.71334989 _BMI 2013 1.043592 -1.11891 7.53743 -1.83258 1.386294361 _BMI 2013 1.044386 -1.11891 7.5688957 -0.99425 1.187843422 _BMI 2013 1.04368 -1.11891 7.599902 -1.38629 #NUM! _BMI 2014 1.044841 -1.11891 7.6666902 -0.75502 -2.81341072 _BMI 2014 1.047031 -1.11891 7.6727579 -1.66073 1.342864803 _BMI 2014 1.047711 -1.11891 7.6843241 -0.57982 1.190887565 _BMI 2014 1.047726 -1.50029 7.6736881 0.392042 #NUM! _BMI 2015 1.045334 -1.11891 7.6732231 #NUM! #NUM! _BMI 2015 1.042131 -0.89605 7.6605855 -0.75502 1.32175584 _BMI 2015 1.042963 -0.87134 7.6221746 -0.8675 1.211940974 _BMI 2015 1.044369 -0.86451 7.5958899 -1.02165 #NUM! _BNIS 2011 0.989229 -1.05632 7.1785455 -0.03046 -0.4462871 _BNIS 2011 0.987515 -1.41374 7.1944369 0.157004 1.350667183 _BNIS 2011 0.992752 -1.34549 7.2071189 #NUM! 1.283707772 _BNIS 2011 0.99605 -1.3787 7.2449415 #NUM! #NUM! _BNIS 2012 0.995817 -1.6491 7.2861917 -0.16252 -0.22314355 _BNIS 2012 0.995564 -1.73023 7.3323692 0.139762 1.376244025 _BNIS 2012 0.996771 -1.4508 7.4085306 #NUM! 1.208960346 _BNIS 2012 0.999276 -1.27668 7.4645098 #NUM! #NUM! 103 _BNIS 2013 1.008207 -1.27668 7.5021865 -0.21072 -0.71334989 _BNIS 2013 1.005226 -1.35363 7.53743 -1.83258 1.386294361 _BNIS 2013 1.006547 -1.29132 7.5688957 -0.99425 1.187843422 _BNIS 2013 1.006094 -2.50404 7.599902 -1.38629 #NUM! _BNIS 2014 1.010801 -1.55375 7.6666902 -0.75502 -2.81341072 _BNIS 2014 1.020572 -1.55375 7.6727579 -1.66073 1.342864803 _BNIS 2014 1.016696 -1.82167 7.6843241 -0.57982 1.190887565 _BNIS 2014 1.019749 -1.8896 7.6736881 0.392042 #NUM! _BNIS 2015 1.02179 -0.67272 7.6732231 #NUM! #NUM! _BNIS 2015 1.020572 -0.65744 7.6605855 -0.75502 1.32175584 _BNIS 2015 1.023816 -0.67945 7.6221746 -0.8675 1.211940974 _BNIS 2015 1.023315 -0.68399 7.5958899 -1.02165 #NUM! _BRIS 2011 1.005574 -0.36254 7.1785455 -0.03046 -0.4462871 _BRIS 2011 1.007521 -0.36254 7.1944369 0.157004 1.350667183 _BRIS 2011 1.013737 -0.3429 7.2071189 #NUM! 1.283707772 _BRIS 2011 1.01712 -0.33045 7.2449415 #NUM! #NUM! _BRIS 2012 1.014384 -0.37734 7.2861917 -0.16252 -0.22314355 _BRIS 2012 1.015643 -0.40687 7.3323692 0.139762 1.376244025 _BRIS 2012 1.017026 -0.41808 7.4085306 #NUM! 1.208960346 _BRIS 2012 1.02103 -0.42732 7.4645098 #NUM! #NUM! _BRIS 2013 1.023447 -0.83171 7.5021865 -0.21072 -0.71334989 _BRIS 2013 1.024582 -0.83171 7.53743 -1.83258 1.386294361 _BRIS 2013 1.024427 -0.65744 7.5688957 -0.99425 1.187843422 _BRIS 2013 1.024381 -0.63046 7.599902 -1.38629 #NUM! _BRIS 2014 1.023613 -0.42152 7.6666902 -0.75502 -2.81341072 _BRIS 2014 1.025114 -0.42616 7.6727579 -1.66073 1.342864803 _BRIS 2014 1.025633 -0.42732 7.6843241 -0.57982 1.190887565 _BRIS 2014 1.02763 -0.43323 7.6736881 0.392042 #NUM! _BRIS 2015 1.027696 -0.50133 7.6732231 #NUM! #NUM! _BRIS 2015 1.027118 -0.51603 7.6605855 -0.75502 1.32175584 _BRIS 2015 1.029381 -0.51904 7.6221746 -0.8675 1.211940974 _BRIS 2015 1.030998 -0.43562 7.5958899 -1.02165 #NUM! _BMS 2011 0.988248 -0.57427 7.1785455 -0.03046 -0.4462871 _BMS 2011 0.985486 -0.60138 7.1944369 0.157004 1.350667183 _BMS 2011 0.988774 -0.66611 7.2071189 #NUM! 1.283707772 _BMS 2011 0.993649 -0.63046 7.2449415 #NUM! #NUM! 104 _BMS 2012 0.989697 -0.62053 7.2861917 -0.16252 -0.22314355 _BMS 2012 0.988659 -0.63653 7.3323692 0.139762 1.376244025 _BMS 2012 1.000822 -0.76672 7.4085306 #NUM! 1.208960346 _BMS 2012 1.005082 -0.77788 7.4645098 #NUM! #NUM! _BMS 2013 1.00832 -0.76948 7.5021865 -0.21072 -0.71334989 _BMS 2013 1.00758 -0.8192 7.53743 -1.83258 1.386294361 _BMS 2013 1.008252 -1.04173 7.5688957 -0.99425 1.187843422 _BMS 2013 1.011049 -0.75583 7.599902 -1.38629 #NUM! _BMS 2014 1.008518 -0.81003 7.6666902 -0.75502 -2.81341072 _BMS 2014 1.008739 -0.78071 7.6727579 -1.66073 1.342864803 _BMS 2014 1.007337 -0.90703 7.6843241 -0.57982 1.190887565 _BMS 2014 1.004574 -0.79808 7.6736881 0.392042 #NUM! _BMS 2015 1.000776 -0.79808 7.6732231 #NUM! #NUM! _BMS 2015 0.997245 -0.79808 7.6605855 -0.75502 1.32175584 _BMS 2015 0.995774 -0.80402 7.6221746 -0.8675 1.211940974 _BMS 2015 0.998023 -1.00915 7.5958899 -1.02165 #NUM! _BPS 2011 0.934956 -0.89065 7.1785455 -0.03046 -0.4462871 _BPS 2011 0.936607 -1.12558 7.1944369 0.157004 1.350667183 _BPS 2011 0.920917 -1.85486 7.2071189 #NUM! 1.283707772 _BPS 2011 0.938368 -1.03886 7.2449415 #NUM! #NUM! _BPS 2012 0.944707 -0.64769 7.2861917 -0.16252 -0.22314355 _BPS 2012 0.952552 -0.7452 7.3323692 0.139762 1.376244025 _BPS 2012 0.960673 -0.58203 7.4085306 #NUM! 1.208960346 _BPS 2012 0.965603 -0.59031 7.4645098 #NUM! #NUM! _BPS 2013 0.971535 -1.11342 7.5021865 -0.21072 -0.71334989 _BPS 2013 0.969832 -2.09186 7.53743 -1.83258 1.386294361 _BPS 2013 0.978458 -1.29355 7.5688957 -0.99425 1.187843422 _BPS 2013 0.988835 -1.09144 7.599902 -1.38629 #NUM! _BPS 2014 0.983772 -1.08155 7.6666902 -0.75502 -2.81341072 _BPS 2014 0.988103 -1.32403 7.6727579 -1.66073 1.342864803 _BPS 2014 0.994329 -1.21684 7.6843241 -0.57982 1.190887565 _BPS 2014 1.002191 -1.65939 7.6736881 0.392042 #NUM! _BPS 2015 1.003379 -2.12246 7.6732231 #NUM! #NUM! _BPS 2015 1.004715 -1.82655 7.6605855 -0.75502 1.32175584 _BPS 2015 1.004595 -1.15776 7.6221746 -0.8675 1.211940974 _BPS 2015 1.006899 #NUM! 7.5958899 -1.02165 #NUM! 105 _BCAS 2011 0.945653 -1.40658 7.1785455 -0.03046 -0.4462871 _BCAS 2011 0.94326 -0.96876 7.1944369 0.157004 1.350667183 _BCAS 2011 0.939189 -0.96459 7.2071189 #NUM! 1.283707772 _BCAS 2011 0.954446 -1.41736 7.2449415 #NUM! #NUM! _BCAS 2012 0.957204 -1.58448 7.2861917 -0.16252 -0.22314355 _BCAS 2012 0.956232 -1.11342 7.3323692 0.139762 1.376244025 _BCAS 2012 0.956463 -1.51379 7.4085306 #NUM! 1.208960346 _BCAS 2012 0.965259 -1.77148 7.4645098 #NUM! #NUM! _BCAS 2013 0.963896 -1.80561 7.5021865 -0.21072 -0.71334989 _BCAS 2013 0.9658 #NUM! 7.53743 -1.83258 1.386294361 _BCAS 2013 0.968782 #NUM! 7.5688957 -0.99425 1.187843422 _BCAS 2013 0.974678 #NUM! 7.599902 -1.38629 #NUM! _BCAS 2014 0.974138 -5.74555 7.6666902 -0.75502 -2.81341072 _BCAS 2014 0.976298 -2.60494 7.6727579 -1.66073 1.342864803 _BCAS 2014 0.976328 -5.74555 7.6843241 -0.57982 1.190887565 _BCAS 2014 0.983982 -7.36713 7.6736881 0.392042 #NUM! _BCAS 2015 0.98424 #NUM! 7.6732231 #NUM! #NUM! _BCAS 2015 0.987558 -7.36713 7.6605855 -0.75502 1.32175584 _BCAS 2015 0.986839 -7.36713 7.6221746 -0.8675 1.211940974 _BCAS 2015 0.992907 -7.36713 7.5958899 -1.02165 #NUM! _BSB 2011 0.972303 -0.29213 7.1785455 -0.03046 -0.4462871 _BSB 2011 0.974472 -0.33133 7.1944369 0.157004 1.350667183 _BSB 2011 0.979134 -0.40897 7.2071189 #NUM! 1.283707772 _BSB 2011 0.982762 -0.37825 7.2449415 #NUM! #NUM! _BSB 2012 0.980814 -0.47896 7.2861917 -0.16252 -0.22314355 _BSB 2012 0.984173 -0.55669 7.3323692 0.139762 1.376244025 _BSB 2012 0.985367 -0.54647 7.4085306 #NUM! 1.208960346 _BSB 2012 0.987677 -0.51934 7.4645098 #NUM! #NUM! _BSB 2013 0.990507 -0.52208 7.5021865 -0.21072 -0.71334989 _BSB 2013 0.99166 -0.50612 7.53743 -1.83258 1.386294361 _BSB 2013 0.991906 -0.50234 7.5688957 -0.99425 1.187843422 _BSB 2013 0.990455 -0.49067 7.599902 -1.38629 #NUM! _BSB 2014 0.992501 -0.48512 7.6666902 -0.75502 -2.81341072 _BSB 2014 0.991871 -0.48539 7.6727579 -1.66073 1.342864803 _BSB 2014 0.992376 -0.489 7.6843241 -0.57982 1.190887565 _BSB 2014 0.996214 -0.47546 7.6736881 0.392042 #NUM! 106 _BSB 2015 0.995707 -0.50046 7.6732231 #NUM! #NUM! _BSB 2015 0.996557 -0.48374 7.6605855 -0.75502 1.32175584 _BSB 2015 0.997876 -0.50714 7.6221746 -0.8675 1.211940974 _BSB 2015 0.999966 -0.46999 7.5958899 -1.02165 #NUM! Lampiran 3. Uji Fixed Effect Model Dependent Variable: JDM? Method: Pooled Least Squares Date: 09/05/16 Time: 15:22 Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3 Included observations: 12 after adjustments Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 94 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C TBHDM? JKL? INF? PDB? Fixed Effects (Cross) _BSM--C _BMI--C _BNIS--C _BRIS--C _BMS--C _BPS--C _BCAS--C _BSB--C 0.626986 -0.002452 0.050133 0.000479 0.000527 0.044076 0.000923 0.006012 0.001801 0.000618 14.22519 -2.655364 8.338199 0.265872 0.851654 0.0000 0.0095 0.0000 0.7910 0.3969 0.037584 0.035560 0.000872 0.016717 -0.004949 -0.033517 -0.043962 -0.015632 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.945696 0.938412 0.007297 0.004366 335.5494 129.8202 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 1.005408 0.029402 -6.884029 -6.559353 -6.752883 0.307892 107 Lampiran 4. Uji Normalitas 10 Series: Residuals Sample 1 159 Observations 94 8 6 4 2 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 1.64e-16 0.000764 0.055684 -0.052206 0.026502 0.018879 2.148696 Jarque-Bera Probability 2.844065 0.241223 0 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 Lampiran 5. Uji Multikolinearitas TBHDM JKL INF PDB TBHDM 1.000000 -0.203082 0.090533 0.007119 JKL -0.203082 1.000000 -0.709081 0.021374 INF 0.090533 -0.709081 1.000000 -0.207920 PDB 0.007119 0.021374 -0.207920 1.000000 Lampiran 6. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS 2.135338 8.231249 6.746202 Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 09/05/16 Time: 15:18 Sample: 1 159 Prob. F(4,89) Prob. Chi-Square(4) Prob. Chi-Square(4) 0.0830 0.0835 0.1499 108 Included observations: 94 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C TBHDM JKL INF PDB 0.200457 0.000336 -0.023817 -0.000388 -0.000118 0.086886 0.001250 0.011829 0.003579 0.001230 2.307118 0.268787 -2.013509 -0.108321 -0.096209 0.0234 0.7887 0.0471 0.9140 0.9236 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.087566 0.046558 0.014513 0.018747 267.0605 2.135338 0.082958 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.021824 0.014864 -5.575756 -5.440474 -5.521112 0.131759 Lampiran 7. Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.752891 8.178970 Prob. F(10,79) Prob. Chi-Square(10) 0.6729 0.6114 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/05/16 Time: 15:19 Sample: 1 159 Included observations: 94 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. TBHDM JKL INF PDB C RESID(-1) RESID(-2) RESID(-3) RESID(-4) RESID(-5) RESID(-6) RESID(-7) RESID(-8) RESID(-9) -0.000783 0.014258 0.002518 0.000259 -0.107481 0.728828 0.127949 0.599782 0.036579 0.142229 0.412146 0.056940 0.184637 -0.336036 0.002638 0.022916 0.006861 0.002374 0.168151 0.241259 0.332434 0.313256 0.294066 0.311975 0.522831 0.338126 0.291836 0.294541 -0.296703 0.622203 0.367044 0.108943 -0.639193 3.020934 0.384886 1.914669 0.124390 0.455898 0.788296 0.168398 0.632673 -1.140879 0.7675 0.5356 0.7146 0.9135 0.5245 0.0034 0.7014 0.0592 0.9013 0.6497 0.4329 0.8667 0.5288 0.2574 109 RESID(-10) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) -0.082909 0.087010 -0.074785 0.027475 0.059635 212.6714 0.537779 0.903161 0.401675 -0.206409 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.8370 1.64E-16 0.026502 -4.205775 -3.799930 -4.041844 0.302906