analisis pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah

advertisement
ANALISIS PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO
MUDHARABAH, JUMLAH KANTOR LAYANAN, INFLASI,
DAN PDB TERHADAP
JUMLAH DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM
SYARIAH (BUS) DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Disusun oleh :
Ifat Marifat
11120456100156
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah
Jakarta.
Jakarta,
September 2016
Ifat Marifat
/
ABSTRAK
Ifat Marifat : 1112046100156. “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, Skripsi
S1 Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syariah
Hidayatullah Jakarta, 2016, xiv, 95, 14.
Penelitian ini bertujuan menjelaskan variabel tingkat bagi hasil deposito
mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB dalam mempengaruhi
jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dan cross section (data
panel) periode kuartal I 2011 sampai dengan kuartal IV 2015. Sementara itu,
variabel independen yang digunakan adalah tingkat bagi hasil deposito
mudharabah (TBHDM), inflasi (INF), dan Produk Domestik Bruto (PDB) dan
sebagai variabel dependen adalah jumlah deposito mudharabah.
Metode yang digunakan adalah metode analisis pooled data / data panel
dengan pendekatan fixed effect model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB
berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah secara simultan.
Namun secara parsial, hanya tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh
signifikan secara negatif terhadap jumlah deposito mudharabah. sedangkan inflasi
dan PDB secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah.
Kata Kunci : Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan,
Inflasi, PDB, Jumlah Deposito Mudharabah, Data Panel
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah
Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Pada
Bank Umum Syariah di Indonesia” ini sesuai dengan harapan. Skripsi ini disusun
sebagai syarat akhir untuk menyelesaikan jenjang S1 pada program studi
Muamalat (Ekonomi Islam) konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan, bimbingan,
semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling penulis selama
proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak, Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. sebagai Ketua Program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan arahan dan semangat
kepada penulis dalam proses penyelasaian skripsi.
3. Bapak Abdurrauf, M.A. sebagai Sekretaris Program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
vi
Hidayatullah Jakarta, yang dengan sabar memberikan jalan bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Ir. Aries Koentjoro, M.M. selaku Dosen Pembimbing yang
senantiasa memberikan masukan, arahan dan dorongan kepada penulis
serta telah meluangkan waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Seluruh jajaran dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis. Dan
jajaran karyawan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta yang melayani dan membantu penulis selama perkuliahan. Allah
SWT, atas karunia dan pertolongannya sehingga bisa menyelesaikan
skripsi ini sesuai dengan harapan.
6. Keluarga yang saya sayangi, Ibunda tercinta Ibu Arofiah dan Bapak
tercinta Edi Junaedi yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan
mendoakan saya ditiap shalatnya. Kakak-kakak saya teh yati, teh iroh, teh
ilah, teh ayu, a cui, dan a dede yang telah membantu baik moril maupun
materil dalam studi saya hingga selesai.
7. Sahabat-sahabat terbaik semasa kuliah Rafida, Seel, Maul, Adel, Ka Akip,
teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012, teman-teman KKN
Akrab, serta sahabat tersayang Widy, Beby, dan Desti yang telah
menghabiskan banyak waktu bersama saya dalam suka dan duka,
membantu
saya
dalam
penyelsaian
skripsi
maupun
perkuliahan,
mengingatkan saya ketika melakukan kesalahan, menemani saya disaat
vii
saya membutuhkan mereka. Terima kasih atas apa yang kalian lakukan
selama ini. Sukses buat kita semua.
8. M. Rizky Ramadhan yang selalu memberikan semangat, perhatian, dan
dukungannya untuk saya dalam proses penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan dengan
keterbatasan penulis, baik dalam kemampuan maupun pengetahuan serta
pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mohon maaf dan
mengharapkan saran serta kritik yang membangun demi penyempurnaan skirpsi
ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis khususnya, serta bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
Jakarta, September 2016
Ifat Marifat
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 9
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................. 11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 12
E. Hipotesis....................................................................................... 14
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ....................................................................... 17
1. Pengertian Perbankan Syariah.......................................... 17
2. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah ............................. 18
3. Produk dan Akad Perbankan Syariah ............................... 19
4. Deposito Mudharabah ..................................................... 26
ix
a. Pengertian................................................................... 26
b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah .................. 28
c. Macam-macam Deposito Mudharabah...................... 30
5. Bagi Hasil ......................................................................... 31
6. Jumlah Kantor Layanan ................................................... 35
7. Inflasi................................................................................ 36
8. PDB .................................................................................. 39
G. Review Studi Terdahulu ............................................................... 40
H. Kerangka Berfikir......................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 44
B. Populasi dan Metode Penentuan Sampel ..................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 46
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................................... 47
E. Teknik Analisis Data .................................................................... 50
1. Pengujian Asumsi Klasik ....................................................... 52
2. Penentuan Model Estimasi ..................................................... 55
3. Tahapan Analisis Data ........................................................... 57
4. Pengujian Hipotesis ................................................................ 58
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisa dan Pembahasan .............................................................. 62
1. Pengujian Asumsi Klasik ....................................................... 62
2. Pemilihan Model Regresi Data Panel .................................... 66
3. Pengujian Hipotesis ................................................................ 72
a. Model Penelitian .............................................................. 72
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ......................................... 78
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..................................... 80
d. Uji Adjusted R2 ................................................................ 81
e. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................. 82
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 88
B. Saran ............................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 93
LAMPIRAN .................................................................................................. 96
xi
DAFTAR TABEL
No
1.1
Keterangan
Halaman
Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode
2011-2015
1.2
2
Perkembangan Deposito Mudharabah Bank Umum
Syariah
4
2.1
Perhitungan Bagi Hasil
33
2.2
Rewiew Studi Terdahulu
40
3.1
Proses Seleksi Sampel
45
4.1
Uji Multikolinearitas
64
4.2
Uji Heteroskedastisitas
65
4.3
Uji Autokorelasi
66
4.4
Hasil Regresi Data Panel Commont Effect Model
67
4.5
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model
68
4.6
Hasil Uji Chow
69
4.7
Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
71
4.8
Hasil Uji Hausman
72
4.9
Hasil Uji Signifikansi dengan Fixed Effect Model
73
4.10
Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian
75
4.11
Uji t
78
xii
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Berpikir
43
4.1
Uji Normalitas
62
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Halaman
1
Data Penelitian
97
2
Data setelah diolah
101
3
Uji Fix Effect Model
106
4
Uji Normalitas
107
5
Uji Multikolinearitas
107
6
Uji Heteroskedastisitas
107
67
Uji Autokorelasi
108
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank di Indonesia menggunakan dua sistem perbankan (dual banking
system), yaitu sistem konvensional dan syariah. Peranan perbankan syariah
sebagai bagian dari sistem perbankan nasional mempunyai peranan penting
dalam perekonomian. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi
Indonesia tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional. Perbedaan
mendasar antara keduanya adalah prinsip-prinsip dalam transaksi keuangan
operasional. Salah satu prinsip dalam operasional perbankan syariah adalah
penerapan bagi hasil (profit and loss sharing). Prinsip ini tidak berlaku di
perbankan konvensional yang merupakan sistem bunga.1
Peranan perbankan syariah di Indonesia bertumbuh kembang dengan
munculnya UU No.21 Tahun 2008 mengenai perbankan syariah Di dalam UU
tersebut perbankan syariah dimungkinkan untuk memperluas kegiatan usaha
atau menerbitkan produk. Dengan munculnya UU tresebut maka perbankan
syariah akan mempunyai ruang lingkup kerja yang jelas dan dapat menjaring
pasar lebih luas.
1
Azhary Husni, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan
Syariah di Indonesia, Jurnal: Ekonomi dan Bisnis (Universitas Yarsi: Fakultas Ekonomi, 2009), h. 1
2
Setelah melewati masa-masa awal sekitar tahun 1992-1998.,
perbankan syariah mulai berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini dapat dilihat dari keberadaannya yang mulai menjamur di Indonesia.
Terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan
162 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang tersebar di hampir seluruh
wilayah Indonesia. BUS tersebut diantaranya yaitu Bank Muamalat Indonesia,
Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BCA Syariah,
Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank
Jabar Banten Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Maybank Syariah Indonesia,
dan BTPN Syariah.
Perbankan
Syariah
di
Indonesia
terlihat
terus
berkembang.
Berdasarkan Laporan di Neraca secara triwulan tahun 2011-2015 dapat dilihat
total aset Perbankan Syariah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015
(dalam milyar rupiah)
Tahun
Total Aset
Peningkatan
2011
145.467
34%
2012
195.018
24%
2013
242.276
24%
2014
272.343
12%
2015
296.262
8,8%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, www.ojk.go.id
3
Tabel 1.1 menunjukan adanya peningkatan total aset yang cukup baik
selama 5 tahun terakhir pada perbankan syariah. Kenaikan tertinggi pada total
aset terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 34%. Walaupun demikian nyatanya
membuktikan bahwa perbankan syariah yang tercermin dari perkembangan
total aset selalu mengalami peningkatan walaupun dengan persentase yang
berbeda.
Fungsi utama perbankan syariah yaitu menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat, selain itu perbankan syariah juga melakukan fungsi sosial
dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat. Dalam penghimpunan dana yang sebagian
besar digunakan untuk pembiayaan mengalami peningkatan yang tinggi.
Ekspansi pembiayaan tetap dilakukan dengan memperhatikan prudential
banking
sebagaimana
arah
kebijakan
Bank
Indonesia
dan
tetap
memperhatikan syariah compliance sebagaimana yang digariskan oleh Dewan
Syariah Nasional (DSN). Dengan demikian, rasio pembiayaan bermasalah
cukup terkendali, selain tetap berpegang teguh dalam koridor kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Kondisi permodalan perbankan syariah juga tetap
dapat terjaga antara lain didukung oleh profitabilitas usaha yang cukup
tinggi.2
2
www.ojk.go.id, Laporan pengawasan perbankan 2011, tentang Perbankan dan Stabilitas Keuangan,
h. 19
4
Berdasarkan perkembangan pada setiap jenis produknya, produk
penghimpunan dana khususnya simpanan berjangka (deposito mudharabah)
merupakan produk yang stabil mengalami peningkatan sepanjang tahun.
Perkembangan deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS) dari
tahun 2011 sampai tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2
Perkembangan Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah (BUS)
(dalam milyar rupiah)
Tahun
2011
Deposito Mudharabah
70.806
Peningkatan
60%
2012
84.732
19%
2013
107.812
27%
2014
883.731
71%
2015
784.154
-11%
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Syariah
Berdasarkan tabel 1.2 di atas yang menunjukan bahwa perkembangan
deposito mudharabah Bank Umum Syariah (BUS) pada tahun 2011 sampai
2015 mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun di tahun 2015
perkembangan deposito mudharabah terjadi penurunan, hal ini harus
diperhatikan oleh BUS mengenai faktor apa saja yang membuat jumlah dana
deposito mudharabah menurun. Namun jika dilihat dari peningkatan jumlah
dana deposito mudharabah menunjukkan BUS sangat mampu memberikan
5
bagi hasil yang besar terhadap dana deposan. Adanya perkembangan deposito
mudharabah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal tersebut berupa tingkat bagi hasil yang diberikan
oleh bank syariah dan jumlah kantor layanan bank syariah yang terdapat di
Indonesia dan faktor eksternal berupa inflasi dan PDB.
Deposito mudharabah adalah salah satu bentuk produk pendanaan
perbankan syariah Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah pasal 1 ayat 22 deposito syariah adalah investasi dana berdasarkan
akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dana bank syariah dan atau Unit
Usaha Syariah (UUS).
Akad yang digunakan deposito mudharabah adalah akad yang sesuai
dengan prinsip syariah, yakni mudharabah dengan profit sharing (bagi hasil),
dengan pengertian simpanan yang ditabung atau didepositokan ke bank
syariah akan disalurkan ke pembiayaan ke sektor riil, kemudian keuntungan
yang didapat akan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati bersama. Jika
keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar. Akan
tetapi, walaupun kemungkinan risiko cukup besar, banyak masyarakat
sekarang yang menjadikan bank syariah sebagai ladang investasi menggiurkan
untuk mendepositokan uangnya ke bank syariah karena tingkat keuntungan
dari dana yang diinvestasikan cukup besar.
6
Bagi hasil memiliki korelasi positif terhadap pertumbuhan DPK
perbankan syariah hal ini menunjukan setiap peningkatan bagi hasil dapat
meningkatkan pertumbuhan DPK perbankan syariah begitu juga sebaliknya.
Margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini
terjadi karena sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan
yang disepakati saat nasabah membuka rekening.
Pada sistem bagi hasil, kinerja bank syariah akan menjadi transparan
kepada nasabah, sehingga nasabah bisa memonitor kinerja bank syariah atas
jumlah bagi hasil yang diperoleh Apabila jumlah keuntungan meningkat,
maka tingkat bagi hasil yang diterima nasabah juga akan meningkat, demikian
pula sebaliknya, apabila jumlah keuntungan menurun, tingkat bagi hasil ke
nasabah juga akan menurun, sehingga semua menjadi adil.
Survey perilaku investasi dari kalangan konsumen perbankan yang
dilakukan oleh BI tahun 2013 di pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan
menyatakan bahwa dalam rangka memilih bank syariah, kemudahan akses
mencapai 53,5 %, kredibilitas bank 27,4 %, dan profesionalisme 14 %. Dari
survey tersebut kemudahan akses memiliki prosentase paling besar, dapat
disimpulkan bahwa kemudahan akses menjadi salah satu faktor yang berperan
penting bagi bank dalam menghimpun dana. Hal ini didukung oleh penelitian
Penelitian Zidni (2008) juga menyatakan bahwa jumlah kantor layanan syariah
7
memiliki pengaruh positif dengan jumlah DPK Bank Negara Indonesia (BNI)
syariah.
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor ekonomi seperti inflasi dan
PDB. Pengaruh inflasi terhadap simpanan mudharabah juga menggunakan
perbandingan dengan simpanan konvensional yaitu apabila laju inflasi naik,
sementara tingkat suku bunga simpanan bank tetap, akan mengakibatkan
turunnya tingkat bunga riil perbankan. Kondisi ini akan mempengaruhi
perilaku
penyimpanan.
Para
deposan
akan
cenderung
mengurangi
simpanannya di bank dan digunakan untuk melakukan pembelian barang dan
jasa atau diinvesatsikan dalam bentuk aset lain. Dengan demikian
meningkatnya laju inflasi, dengan tidak diikuti kenaikan tingkat bunga akan
dapat mengakibatkan menurunnya simpanan masyarakat pada lembaga
perbankan.3
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan Inflation
Targeting Framework (ITF) dengan asumsi inflasi year on year terakhir yang
ditetapkan oleh pemerintah di dalam PBN-P 2015 sebesar 5% sedangkan
perkiraan realisasi sebesar 4%. Sementara itu, Badan Pusat Staitistik (BPS)
mencatat inflasi dari Januari 2015 sampai dengan Juli 2015 sebesar 3,35% dan
inflasi year on year periode Juli (2014-2015) sebesar 8,36%. Hal ini
3
Arwansyah, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat, (Media
Ekonomi, 2003), h. 2
8
menunjukkan bahwa realisasi sampai dengan bulan juli 2015 telah melebihi
target yang diterapkan pemerintah.
Industri Perbankan Syariah Indoneisa, diharapkan terus bertumbuh
untuk mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Dengan
karakteristik perbankan syariah yang memiliki hubungan erat dengan sektor
ekonomi riil produktif, secara konseptual perkembangan perbankan syariah
akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian nasional,
yang
pada
gilirannya
akan
berpengaruh
pada
perbankan
syariah,
kecenderungan penurunan inflasi mendorong peningkatan aset perbankan
syariah begitu pula sebaliknya kenaikan inflasi dapat menurunkan aset
perbankan syariah4
Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi deposito mudharabah,
yaitu Produk Domestik Bruto (PDB). Variabel PDB digunakan untuk
mewakili besarnya pendapatan atau kegiatan ekonomi. Kenaikan nilai PDB
menunjukkan
naiknya
jumlah
output
yang
diproduksi
oleh
suatu
perekonomian. Pertumbuhan PDB tersebut juga mencerminkan naiknya
pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan
diperekonomian tersebut. Dalam kaitan antara pendapatan, konsumsi, dan
tabungan diketahui bahwa tidak semua pendapatan yang diterima akan
digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian akan disimpan. Jadi,
4
www.bi.go.id
9
tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi dalam periode
tertentu. Suatu kenaikan dalam pendapatan akan meningkatkan konsumsi dan
tabungan. Dengan demikian terdapat hubungan positif antara pendapatan dan
simpanan.5
Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian
lainnya mulai dari variabel, objek penelitian lebih banyak dan data yang
diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan menggunakan data yang
terbaru sehingga hasil yang didapat akan lebih menggambarkan situasi Bank
Umum Syariah pada saat ini.
Berdasarkan pada fenomena tersebut, maka diperlukan suatu kajian
yang mendalam. Maka penulis mencoba menelitinya dengan sebuah skripsi
yang
berjudul
“Analisis
Pengaruh
Tingkat
Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia”.
B. Identifkasi Masalah
Mengacu pada hal-hal di atas yang melatarbelakangi penelitian ini,
maka penulis mengidentifikasi permasalahannya:
1. Jumlah deposito mudharabah dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal dan faktor-faktor eksternal.
5
Case dan Fair, Principle of Economic, (Practic Hall Inc, 2002), h. 6
10
2. Faktor tingkat bagi hasil deposito mudharabah akan mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam menentukan jumlah deposito
mudharabah di Bank Umum Syariah.
3. Faktor jumlah kantor layanan menjadi faktor yang mempengaruhi
jumlah deposito, karena ketika meluasnya kantor layanan bank
syariah di Indonesia masyarakat lebih mudah untuk untuk akses ke
bank syariah tersebut.
4. Suku bunga sebagai imbalan yang akan diperoleh pada bank
konvensional juga menjadi penentu jumlah deposito mudharabah
Apabila tingkat suku bunga tinggi, orang akan lebih tertarik
menyimpan dana di bank konvensional sehingga deposito pada
bank syariah akan menurun. Tetapi sangat bertentangan dengan
prinsip yang ada di Bank Umum Syariah.
5. Tingkat suku bunga yang pada bank konvensional juga
dipengaruhi oleh inflasi. Semakin tinggi inflasi maka semakin
tinggi suku bunga yang diharapkan akan diterima. Begitupun
sebaliknya jika inflasi turun maka suku bunga turun sehingga
orang akan lebih tertarik mendepositokan dananya pada bank
syariah dengan sistem bagi hasil.
6. Faktor PDB diperhitungkan untuk mewakili tingkat pendapatan
atau kegiatan ekonomi. Hal ini berkaitan bahwa tingkat pendapatan
menggambarkan
kemampuan
masyarakat
untuk
menabung.
11
Semakin tinggi pendapatan, maka akan tinggi tingkat simpanan
mudharabah pada Bank Umum Syariah.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk
memfokuskan
penulisan
dalam
menganalisis,
penulis
menyampaikan batasan pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Objek penelitian dibatasi pada 8 Bank Umum Syariah dan tidak
termasuk Unit Usaha Syariah serta BPRS.
b. Faktor
internal
bank
yang
mempengaruhi
jumlah
deposito
mudharabah dibatasi pada tingkat bagi hasil deposito mudharabah dan
jumlah kantor layanan, sedangkan faktor eksternal pada sektor
makroekonomi dibatasi pada inflasi dan PDB.
c. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulan
periode 2011 sampai dengan 2015 berdasarkan Laporan Publikasi
Keuangan Bank pada masing-masing bank yang dipublikasikan di
website masing-masing bank, laporan statistik perbankan syariah, dan
Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah terhadap
jumlah deposito mudaharabah di Bank Umum Syariah secara parsial?
b. Bagaimana pengaruh jumlah kantor layanan terhadap jumlah deposito
mudaharabah di Bank Umum Syariah secara parsial?
12
c. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah di
Bank Umum Syariah secara parsial?
d. Bagaimana pengaruh PDB terhadap jumlah deposito mudharabah di
Bank Umum Syariah secara parsial?
e. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah
kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito
mudaharabah di Bank Umum Syariah secara simultan?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah
terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Umum Syariah.
b. Untuk menganalisis pengaruh jumlah kantor layanan terhadap jumlah
deposito mudharabah di Bank Umum Syariah.
c. Untuk
menganalisis
pengaruh
inflasi
terhadap
jumlah
deposito
mudharabah di Bank Umum Syariah.
d. Untuk menganalisis pengaruh PDB terhadap jumlah deposito mudharabah
di Bank Umum Syariah.
13
e. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah,
jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito
mudharabah di Bank Umum Syariah secara simultan.
2. Manfaat penelitian
a. Bagi Penulis
Peneletian ini memberikan tambahan pengetahuan mengenai
pengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor
layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah pada
Bank Umum Syariah.
b. Bagi perusahaan
Sebagai sumber informasi dalam pelaksanaan mengenai bagi
hasil pada Bank Umum Syariah dan sebagai bentuk evaluasi
perkembangan sistem perbankan syariah.
c. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian di masa
yang akan datang.
d. Bagi Nasabah
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi nasabah untuk
memasukkan dananya ke deposito mudharabah bank syariah.
14
E. Hipotesis
Hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara
terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis
yang dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. H0: tingkat bagi hasil deposito mudharabah tidak berpengaruh terhadap
jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah.
H1: tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah.
2. H0 : jumlah kantor layanan tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Umum Syariah.
H1 : jumlah kantor layanan berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Umum Syariah.
3. H0: inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada
Bank Umum Syariah.
H2: inflasi berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank
Umum Syariah.
4. H0: PDB tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada
Bank Umum Syariah.
H3: PDB berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank
Umum Syariah.
15
5. H0: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan,
inflasi dan PDB tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah
pada Bank Umum Syariah secara simultan.
H4: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan,
inflasi dan PDB berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada Bank
Umum Syariah secara simultan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi menjadi lima bab, yaitu :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang; latar belakang, identifikasi masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, hipotesis, dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang Perbankan
Syariah serta menjelaskan tentang konsep deposito
mudharabah bank syariah, review studi terdahulu, dan
kerangka berfikir.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang sumber data yang digunakan dalam
penulisan ini yaitu data input dan output pembahasan dan
metode analisisnya yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan dengan regresi data panel.
16
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang perhitungan data yang diperoleh
dalam penelitian sehingga akan diketahui hasilnya, dan
penjelasan kenapa hal itu bisa terjadi, kemudian akan
didapatkan kesimpulan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil-hasil
perhitungan analisis dan berisi saran yang sesuai dengan
permasalahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Perbankan Syariah
Bank Syariah atau Bank Islam adalah badan usaha yang
fungsinya sebagai penghimpunan dana dari masyarakat dan penyalur
dana kepada masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan
usahanya berdasarkan hukum islam sebagaimana yang diatur dalam
Al-Quran dan Al-Hadis.1
Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang perbankan Syariah, Perbankan Syariah adalah “segala sesuatu
yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
(UUS), mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank Islam atau di Indonesia disebut dengan bank syariah
merupakan
lembaga
keungan
yang
berfungsi
memperlancar
mekanisme ekonomi disektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha
(Investasi, jual beli, atau lainnya) berdarkan prinsip syariah, yaitu
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
1
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002), h. 11
18
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah
yang bersifat makro maupun mikro.2
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, Bank Syariah
berarti Bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara
bermuamalat secara Islam, yaitu mengacu pada Al-Quran dan Alhadis. Sedangkan pengertian muamalat adalah ketentuan-ketentuan
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, baik
hubungan pribadi maupun antara perorangan dengan masyarakat.3
2. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah
Sesuai dengan tujuan yang dijelaskan di dalam Pasal 4
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
yaitu:
a. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat.
b. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam
bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
c. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang
berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola
wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
2
3
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 30
Muhamad Sadi Is, Konsep Hukum Perbankan Syariah, (Malang: Setara Press, 2015), h. 39
19
Dalam menjalankan operasinya, bank syariah memiliki empat fungsi
sebagai berikut:
a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi dana-dana
yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas
dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.
b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki pemilik
dana/shahibul
maal
sesuai dengan
arahan
investasi
yang
dikehendaki oleh pemilik dana.
c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas dan pembayaran dan jasa-jasa
lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
d. Sebagai pengelola fungsi sosial dari keempat uraian di atas.
3. Produk dan Akad Perbankan Syariah
Dalam menjalankan usahanya bank syariah dituntut untuk
mampu bertahan ditengah persaingan dunia perbankan. Hal ini
memicu bank syariah untuk lebih berinovasi dalam menciptakan
sebuah produk yang dapat menarik minat nasabah menanamkan
dananya di bank syariah. Produk inilah yang akan membantu bank
syariah mampu bertahan dan berkembang. Produk perbankan syariah
dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Produk Penghimpunan Dana
(funding), Produk Penyaluran Dana (financing) dan Produk yang
berkaitan dengan jasa yang diberikan bank kepada nasabahnya.
a. Penghimpunan Dana (funding)
20
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dana yang
dihimpun dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito.
Prinsip operasional bank syariah yang telah ditetapkan secara luas
adalah wadi’ah dan mudharabah. Masing-masing produk dan akad
dengan lebih rinci dibahas pada uraian berikut.
(1) Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad
dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro.
Wadi’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam
wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh
dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal
wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung
jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.4
Produk dalam prinsip wadi’ah adalah produk giro
wadi’ah merupakan simpanan dari nasabah dalam bentuk
rekening giro (current account) untuk keamanan dan
kemudahan pemakaiannya. Produk lainnya adalah tabungan
wadi’ah, yang merupakan simpanan dari nasabah dalam bentuk
4
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h. 108
21
rekening tabungan (savings account) untuk kemanan dan
kemudahan pemakaiannya, seperti halnya giro wadi’ah
(2) Prinsip Mudharabah
Dalam
mengaplikasikan
prinsip
mudharabah,
penyimpan atau deposan sebagai shahibul maal (pemilik
modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut
digunakan bank untuk melakukan suatu usaha. Hasil usaha ini
akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.5
b. Penyaluran Dana (financing)
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis
besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam kategori berikut:
(1) Prinsip Jual Beli
(a) Murabahah
Pembiayaan murabahah, yaitu pembiayaan berupa
talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli
suatu barang dengan kewajiban mengembalikan talangan
dana tersebut seluruhnya ditambah margin keuntungan
bank pada waktu jatuh tempo. Bank memperoleh margin
keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan
harga jual bank kepada nasabah.6
(b) Istishna
5
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h. 109
6
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2005,) h. 106
22
Pembiayaan istishna adalah pembiayaan berupa
talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli
suatu barang atau jasa dengan pembayaran dimuka, dicicil,
atau tangguh bayar. Nasabah wajib mengembalikan
talangan dana tersebut ditambah margin keuntungan bank
secara mencicil sampai lunas dalam jangka waktu tertentu
atau tunai sesuai dengan kesepakatan. Bank memperoleh
margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok
dengan harga jual bank kepada nasabah.7
(c) Salam
Pembiayaan salam yaitu berupa talangan dana yang
dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang/jasa
dengan
pembayaran
diantarkan/berbentuk
dimuka
sebelum
nasabah
barang/jasa
berkewajiban
mengembalikan talangan dana tersebut ditambah margin
keuntungan bank secara mencicil sampai lunas dalam
jangka waktu tertentu atau tunai sesuai dengan kesepakatan.
Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga
beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.8
(2) Prinsip Bagi Hasil
(a) Mudharabah
7
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2005), h. 109
8
Ibid, h. 112
23
Pembiayaan
mudharabah
adalah
pembiayaan
seluruh kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka
waktu terbatas sesuai kesepakatan. Porsi bagi hasil
ditetapkan bagi mudharib lebih besar daripada sahibul
maal.
(b) Musyarakah
Pembiayaan
musyarakah
yaitu
pembiayaan
sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka
terbatas sesuai kesepakatan. Porsi bagi hasil ditetapkan
sesuai dengan persentase kontribusi masing-masing.
(3) Prinsip Sewa-menyewa
(a) Ijarah
Pembiayaan
ijarah
yaitu
pembiayaan
berupa
talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk memiliki
suatu barang/jasa dengan kewajiban menyewa barang
tersebut sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan. Pada akhir jangka waktu tersebut pemilikan
barang dihibahkan ke nasabah. Bank memperoleh margin
keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan
harga jual bank kepada nasabah.
(b) Ijarah Muntahiya Bittamlik
Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik adalah akad
sewa menyewa barang antara bank dengan penyewa yang
24
diikuti janji, bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan
barang sewaan akan berpindah kepada penyewa.
(4) Prinsip Pinjam-Meminjam
Pembiayaan Qardhul Hasan, yaitu pembiayaan berupa
pinjaman tanpa dibebani baiaya apapun bagi kaum dhuafa yang
merupakan asnaf/zakat/infak/sedekah dan ingin mulai berusaha
kecil-kecilan. Nasabah hanya wajib mengembalikan pinjaman
pokoknya saja pada waktu jatuh tempo dengan sesuai
kesepakatan dengan membayar biaya-biaya administrasi.9
c. Jasa Pelayanan
(1) Al-Wakalah
Al-wakalah yaitu jasa melakukan tindakan/pekerjaan
mewakili nasabah sebagai pemberi kuasa. Untuk mewakili
nasabah melakukan tindakan atau pekerjaan tersebut nasabah
diminta untuk mendepositokan dana secukupnya. Atas
pemberian jaminan ini bank memperoleh fee.
(2) Al-Hiwalah
Al-hiwalah yaitu jasa pengalihan tanggung jawab
pembayaran utang dari seseorang yang berutang kepada orang
lain. Atas pemberian jaminan ini bank memperoleh fee.
(3) Al-Kafalah
9
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2005), h. 113
25
Al-kafalah yaitu pemberian jaminan oleh bank sebagai
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga atas kewajiban pihak
kedua (yang ditanggung). Atas pemberian jaminan ini bank
memperoleh fee.
(4) Ar-Rahn
Ar-rahn
yaitu menahan salah satu harta milik
sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Nilai barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.10
Nasabah diwajibkan membayar kembali utangnya pada saat
jatuh tempo dan membayar sewa tempat penyimpanan barang
jaminannya. Bank mendapatkan pendapatan berupa sewa
tempat penyimpanan barang jaminan.11
(5) Al-Jualah
Al-jualah yaitu jasa pelayanan pesanan/permintaan
tertentu dari nasabah, misalnya untuk memesan tiket pesawat
atau
barang
dengan
menggunakan
kartu
debit
atau
kredit/cek/transfer. Atas jasa pelayanan ini bank memperoleh
fee. Bentuk jasa pelayanan ini tidak disebutkan dalam
ketentuan PBI, baik untuk Bank Umum Syariah ataupun Bank
Perkreditan Rakyat Syariah.
10
Edy Setiadi, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta,
2013), h. 13
11
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2005), h. 114
26
4. Deposito Mudharabah
a. Pengertian
Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga (rupiah
dan valuta asing) yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
menurut
perjanjian
antar
penyimapan
dengan
bank
yang
bersangkutan.12
Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah
minimal tertentu, jangka waktu tertentu, dan hasilnya lebih tinggi
dari pada tabungan. Nasabah membuka deposito dengan jumlah
minimal tertentu dengan jangka waktu yang telah disepakati,
sehingga nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh
tempo. Produk penghimpunan dana ini biasanya dipilih nasabah
yang memiliki kelebihan dana, sehingga selain bertujuan untuk
menyimpan dananya, bertujuan pula untuk salah satu sarana
berinvestasi.13
Menurut UU N0. 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 7, deposito
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank
12
Veithzal Rivai, Bank and Financial Instituation Management Conventional and Sharia System,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 417
13
Nurianto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: CV. Al Fabeta, 2010), h. 35
27
yang bersangkutan.14 Sedangkan menurut UU No. 21 Tahun 2008
Pasal 1 tentang perbankan, Deposito adalah Investasi dana
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara
nasabah penyimpan dan Bank Syariah/atau UUS.
Deposito investasi mudharabah adalah dana yang disimpan
nasabah hanya bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah
ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan
bersama.15
Secara singkat mudharabah atau penanaman modal adalah
penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga ia
mendapatkan persentase keuntungan. Apabila terjadi kerugian
karena proses normal dari usaha, dan bukan karena kelalaian atau
kecurangan pengelola, kerugian ditanggung sepenuhnya oleh
pemilik modal, sedangkan pengelola kehilangan tenaga dan
keahliannya.16
Mudharabah yaitu dimana bank dapat menyediakan
pembiayaan modal investasi atau modal kerja hingga 100%,
sedangkan nasabah menyediakan usaha dan managementnya. Bagi
14
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2004), h. 277
15
Muhammad, Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), h. 19
16
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h. 60-61
28
hasil
keuntungan
melalui
perjanjian
yang
sesuai
dengan
proporsinya.17
Mudharabah adalah akad antara pihak pemilik modal
(shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh
pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut
dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad. Dana
nasabah yang disimpan di bank akan dikelola oleh bank untuk
mendapatkan keuntungan. Hasil pengelolaannya itulah yang
kemudian harus dibagikan diantara bank dan nasabah.18
Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito
mudharabah adalah simpanan masyarkat yang disimpan kepada
bank, dapat berupa rupiah atau pun valuta asing dimana
penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah
ditentukan dan disepakati antara nasabah dengan pihak bank dalam
baik dengan prinsip syariah (bagi hasil) dengan akad mudharabah
yang biasanya memiliki jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.
b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah
Prinsip syariah deposito diatur dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 03/DSN-MUI/IV/2000 yang menyatakan bahwa
keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan dalam
bidang investasi, memerlukan jasa perbankan. Salah satu produk
17
Ibid, h. 19
Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2005), h. 105
18
29
perbankan dibidang penghimpunan dana dari masyakat adalah
deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian
nasabah penyimpan dengan baik. Deposito yang dibenarkan, yaitu
deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Ada pun
ketentuannya adalah sebagai berikut :
(1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal
atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dana.
(2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah
dan
mengembannya,
termasuk
didalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
(3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
(4) Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
(5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.
(6) Bank
tidak
keuntungan.
diperkenankan
untuk
mengurangi
nisbah
30
c. Macam-macam Deposito Mudharabah
Berdasarkan
kewenangan
yang
diberikan
pihak
penyimapan dana, terdapat 2 (dua) bentuk mudharabah, yakni:19
(1) Mudharabah Muthlaqah (Unretricted Investment Account,
URIA)
Dalam deposito mudharabah muthlaqah (URIA),
pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan
tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya,
baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek
investasinya. Dengan kata lain, Bank Syariah mempunyai hak
dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana
URIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan
memperoleh keuntungan.
Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah
Muthlaqah (URIA), basis perhitungan adalah dari bagi hasil
sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku, namun tidak
termasuk tanggal pembukaan deposito mudharabah mutlaqah
(URIA) dan tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam
sebulan yang menjadi angka penyebut/angka pembagi adalah
hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30
hari, 31 hari).
19
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2004), h. 304
31
(2) Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account,
RIA)
Berbeda halnya dengan deposito mudharabah mutlaqah
(URIA), dalam deposito mudharabah muqayyadah (RIA),
pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu
kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang
berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya.
Dengan kata lain, Bank Syariah tidak mempunyai hak dan
kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana RIA ini
ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh
keuntungan.
5. Bagi Hasil
Bagi hasil menurut Istilah adalah suatu sistem yang meliputi
tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola
dana. Menurut terminologi asing (Inggris) bagi hasil dikenal dengan
profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan
pembagian laba.20 Bagi hasil adalah pembagian keuntungan yang
diperoleh atas usaha anatara pihak bank dan nasabah atas kesepakatan
bersama dalam melakukan suatu kerjasama.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa bagi hasil merupakan suatu teknik distribusi pendapatan yang
20
Edy Setiadi, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah, 2013), h. 81
32
diperoleh atas jenis usaha yang ditanamkan pada sektor riil yang tidak
melanggar ketentuan syariat Islam.
Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk
ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang
akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini
tidak dilakukan, maka berarti telah menajdi gharar, sehingga transaksi
menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah.21
Karena hal di atas, Dewan Syariah Nasional memberikan fatwa
sebaga acuan bagi bank syariah terdapat pada fatwa DSN Nomor
15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha yaitu
sebagai berikut:
a. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi hasil
(revenue sharing) maupun bagi hasil untung (profit sharing)
dalam distribusi usaha dengan mitra (nasabah)-nya.
b. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), distribusi bagi hasil
usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (revenue
sharing).
c. Penetapan prinsip distribusi hasil usaha yang dipilih harus
disepakati dalam akad.
Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing
dan profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar
21
Rizal Yaya dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 370
33
bagi hasil bank syariah dan yang dipraktekkan selama ini adalah
pendapatan dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi,
konsep ini biasa dinamakan dengan gross profit. Prinsip
perhitungan bagi hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.1
Perhitungan Bagi Hasil
Uraian
Jumlah
Penjualan
Xx
Harga Pokok
(xx)
Penjualan
Laba Kotor
Xx
Beban
(xx)
Laba/Rugi Bersih
Xx
(Sumber : Yaya dkk, 2009:371)
Metode Bagi Hasil
Gross Profit Sharing
Profit Sharing
Rumus gross profit sharing :
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Kotor
Rumus profit sharing :
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Rugi Bersih
Besar kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor yang memepengaruhi bagi hasil yang
berdampak langsung dan tidak langsung :
a. Faktor Langsung ( direct factors)
34
Diantara
faktor
langsung
yang
mempengaruhi
perhitungan bagi hasil adalah investmen rate, jumlah dana yang
tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing).
(1) Investment rate, merupakan persentase aktual dana yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan
investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen
dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
(2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan
jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode ini:
(a) Rata-rata saldo minimum bulanan
(b) Rata-rata saldo harian
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia
untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah
dana
aktual yang digunakan.
(3) Nisbah (Profit Sharing Ratio)
(a) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
(b) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat
berbeda.
35
(c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam
satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
dan 12 bulan.
(d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan
account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh
tempo.
b. Faktor Tidak Langsung (undirect factors)
(1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
(a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan
dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagi
hasilkan merupakan pendapatan yang akan diterima
dikurangi biaya-biaya.
(b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebit
revenue sharing.
(2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh
berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan
dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
6. Jumlah Kantor Layanan
Office channeling dapat diartikan sebagai kantor yang
berfungsi menyalurkan atau meneruskan layanan syariah kepada
masyarakat. Layanan syariah adalah mekanisme kerjasama kegiatan
penghimpunan dana antara kantor cabang syariah dengan kantor bank
36
konvensional yang sama dalam kegiatan pengumpulan dana dalam
bentuk giro, tabungan dan atau deposito.
22
Makin banyaknya jumlah
kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk menabung semakin
banyak dan meningkat. Dengan kondisi yang seperti ini maka akan
semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenuhi
kebutuhannya di bidang perbankan.
7. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus
menerus, mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah.23 Inflasi
merupakan suatu keadaan perekonomian dimana tingkat harga dan
biaya-biaya umum naik, misal naiknya harga beras, harga bahan bakar,
harga mobil, upah tenaga kerja, harga tanah, sewa barang-barang
modal.24
Inflasi yang tinggi merupakan masalah ekonomi. Tenaga beli
uang (pendapatan) turun. Masyarakat yang pendapatannya tetap akan
dirugikan sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap kadangkala
diuntungkan. Dengan demikian inflasi dapat mempengaruhi distribusi
pendapatan.
Inflasi merupakan variabel penghubung antara tingkat bunga
dan nilai tukar efektif, dimana dua variabel ini merupakan variabel
penting dalam menentukan pertumbuhan dalam sektor produksi.
22
www.bi.go.id
Mishkin Frederic, The Economics of Money, Banking and Financial Markets, (Columbia
University, 2008), h. 13
24
Zakaria, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 61
23
37
Inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu
sebagai berikut:25
a. Moderate Inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang
lambat. Umumnya disebut sebagai inflasi satu digit. Pada tingkat
inflasi seperti ini orang-orang masih mau memegang uang dan
menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam
bentuk aset riil.
b. Galopping Inflation
Inflasi tingkat ini terjadi pada tingkatan 20 persen sampai
dengan 200 persen per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini
orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan
kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil. Orang akan
menumpuk barang-barang, membeli rumah dan aset riil. Pasar
uang
akan
mengalami
penyusutan
dan
pendanaan
akan
dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga yang amat
tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami inflasi seperti ini
tetap berhasil walaupun sistem harga yang berlaku sangat buruk.
Perekonomian
seperti
ini
cenderung
mengakibatkan
terjadinya gangguan-gangguan besar pada perekonomian karena
orang-orang
25
akan
cenderung
mengirimkan
dananya
untuk
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh. dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 137
38
berinvestasi di luar negeri daripada di dalam negeri (capital
outflow).
c. Hyper Inflation
Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi
yaitu sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya
banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan
menghadapi galopping inflation, akan tetapi tidak pernah ada
pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi jenis inflasi ini.
Inflasi menurut teori Islam berakibat sangat buruk bagi
perkonomian karena:26
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terhadap fungsi
tabungan (nilai simpanan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan
fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari
uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi
juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali.
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer
dan
barang-barang
mewah
(naiknya
Marginal
Propersity to Consume).
26
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh. dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 139
39
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah
produktif sperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi,
dan lainnya.
8. PDB
PDB (Produk Domestik Bruto) merupakan ukuran nilai pasar
dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang
berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu
tahun. PDB juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian
dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa
perekonomian pada suatu saat.
PDB hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan
jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa
dibeli untuk diproses jadi dan dijual lagi (barang dan jasa intermediate)
tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double
counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk
lebih dari satu kali.27
27
Mc Eachem, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 146
40
B. Review Studi Terdahulu
Penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dan menjadi
rujukan bagi landasan penelitian ini, antara lain:
Tabel 2.2
Review Studi Terdahulu
No
1
Penulis
dan
Tahun
Rizqa
Rizqiana/
2010
Judul
Penelitian
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
Pengaruh Bagi
Hasil terhadap
Jumlah
Deposito
Syariah
Mudharabah
yang ada pada
Bank Syariah
Mandiri
Bagi Hasil
(X1), dan
Jumlah
Deposito
Syariah
Mudharaba
h (Y)
Uji
Regresi
Sederhan
a
Variabel bagi
hasil berpengaruh
signifikan sebesar
89,7% terhadap
jumlah dana
deposan
sedangkan sisanya
10,3% dijelaskan
oleh faktor lain.
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Tingkat bagi hasil
deposito Bank
Syariah dan suku
bunga deposito
Bank umum
secara bersamasama berpengaruh
terhadap jumlah
simpanan deposito
mudharabah,
sedangkan secara
parsial diketahui
hanya variabel
tingkat bagi hasil
deposito Bank
Syariah yang
berpengaruh
secara signifikan
terhadap jumlah
simpanan deposito
mudharabah
Secara simultan
variabel inflasi,
suku bunga
2
Evi
Natalia,
Moch
Dzukiro
m
AR,
dan Sri
Mangesti
Rahayu/2
014
Pengaruh
Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Bank Syariah
dan Suku
Bunga
Deposito Bank
Umum
Terhadap
Jumlah
Simpanan
Deposito
Mudharabah
(Studi pada PT.
Bank Syariah
Mandiri
Periode 20092012)
Tingkat
bagi hasil
deposito
Bank
Syariah
(X1), Suku
bunga
deposito
Bank
Umum
(X2), dan
Jumlah
simpanan
deposito
mudharaba
h (Y)
3
Muh
Ghafur
Wibowo
Analisis
Pengaruh
Inflasi, Suku
Inflasi (X1), Uji
Suku bunga Regresi
deposito
Linier
41
Bunga
Deposito Bank
Umum, Imbal
Hasil dan
Pendapatan
Nasional
(PDB)
Terhadap
Jumlah
Deposito
Mudharabah
BCA Syariah
Periode Mei
2010- Oktober
2013
4
5
bank umum Berganda deposito bank
(X2), Imbal
umum, imbal bagi
hasil (X3),
hasil, dan
Pendapatan
pendapatan
Nasional
nasional (PDB)
(PDB) (X4),
berpengaruh
dan Jumlah
signifikan
Deposito
terhadap
Mudharaba
simpanan deposito
h (Y)
mudharabah.
Secara pasrsial
hanya variabel
PDB saja yang
berpengaruh
signifikan dengan
arah positif
terhadap jumlah
deposito
mudharabah.
Septi
Analisis Faktor Jumlah Bagi Analisis
DPK BUS
Wulandar Internal dan
Hasil (X1), Regresi
dipengaruhi oleh
i
Eksternal yang Jumlah
Linier
variabel jumlah
Mempengaruhi Kantor
Berganda bagi hasil, jumlah
Total Dana
Layanan
layanan kantor,
Pihak Ketiga
(X2),
PDB, dan inflasi
(DPK) Bank
Pendapatan
secara simultan.
Umum Syariah (X3), Inflasi
Secara parsial
di Indonesia
(X3), dan
hanya jumlah bagi
(Studi pada
Dana Pihak
hasil yang
Bank Umum
Ketiga
memepengaruhi
Syariah Periode (DPK) (Y).
DPK BUS
2011-2013
sedangkan jumlah
kantor layanan,
PDB, dan inflasi
tidak berpengaruh.
Musyarof Pengaruh
Inflasi (X1), Vektor
Inflasi direspon
atu
Variabel
Suku Bunga Autoregr negatif DPK,
Kurnia
Ekonomi
Bank
ession
namun tidak
Ningsih/2 Makro
Indonesia
(VAR)
terhadap
013
Terhadap Dana (BI rate)
pembiayaan yang
Pihak Ketiga
(X2), Nilai
memberikan
dan
Tukar
respon positif
Pembiayaan
Rupiah
dengan kontribusi
Perbankan
(kurs) (X3),
masing-masing
Syariah
dan DPK
sebesar 0,36% (Y),
2,68% untuk DPK
42
Pembiayaan
(Y)
dan 0,11% 6,06% untuk
pembiayaan.
Untuk BI rate
direspon negatif
oleh DPK dengsn
kontribudi 1,16%
- 3,19%,
sedangkan
pembiayaan
direspon positif
dengan kontribusi
sebesar 0,20% 0,24%, nilai tukar
rupiah direspon
negatif oleh DPK
dengan kontribusi
sebesar 0,01% 2,64%, untuk
pembiayaan
direspon positif
dengan kontribusi
sebesar 1,37% 13,28%.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat
disajikan dalam bentuk bagan, deskriptif kualitatif, dan atau gabungan
keduanya.28
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
28
Abdul Hamid, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: FEB UIN Jakarta, 2010), h. 15
43
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah kantor
layanan, Inflasi, dan PDB Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada
BUS
Badan Pusat Statistik
(BPS)
BSM, BMI, BNIS, BRIS, BCAS, BMSI,
BPS, BSB, dan Bank Indonesia
Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
(X1)
Inflasi
(X3)
Jumlah Kntor Layanan
(X2)
PDB
(X4)
Jumlah Deposito Mudharabah
(Y)
Uji Asumsi Klasik
Model Estimasi Data Panel
Commont Effect Model
Fixed Effect Model
Uji Chow
Random Effect Model
Uji Hausman
Uji Hipotesis
Uji Parsial (Uji T)
Uji Simultan (Uji
F)
Interpretasi
Kesimpulan
Adjusted R2
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada tingkat bagi hasil
deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap
jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah (BUS). Periode
yang diteliti dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Data yang diambil
merupakan data triwulan. Sedangkan jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data panel (pooled data), yaitu kombinasi antara data
time series dan data cross section.
B. Populasi dan Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang menurut
data Bank Indonesia hingga januari 2016 terdapat 12 Bank. BUS tersebut
diantaranya yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank
Syariah Mega Indonesia, Bank BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank
Victoria Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Jabar Banten Syariah,
Bank BRI Syariah, Bank Maybank Syariah Indonesia, dan BTPN Syariah.
Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling artinya
sampel dipilih agar dapat mewakili populasinya, dan penarikan sampel
45
yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen
populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian.1
Sampel dipilih berdasarkan kriteria berikut:
1. Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun
2011-2015.
2. Bank Umum Syariah yang menerbitkan Laporan Keuangan Triwulan
yang lengkap pada periode 2011-2015.
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam
purposive sampling pada penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel
Nama Bank
BMI
BSM
BNIS
BRIS
BVS
BJBS
BPS
BSB
Maybank Syariah
BCAS
BSMI
BTPNS
Triwulan Lengkap
√
√
√
√
√
√
√
√
-
Berikut daftar Bank Umum Syariah yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini yaitu:
1
Abdul Hamid, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: FEB UIN Jakarta, 2010), h. 18
46
a) Bank Muamalat Indonesia
b) Bank Syariah Mandiri
c) BNI Syariah
d) BRI Syariah
e) Bank Panin Syariah
f) Bank Syariah Bukopin
g) BCA Syariah
h) Bank Mega Syariah
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data
yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain,
biasanya sudah dalam bentuk publikasi.2
Peneliti menggunakan data sekunder dengan skala triwulan
yang diambil dari data triwulan historis jumlah deposito mudharabah
dan tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada laporan keuangan
publikasi bank dengan melihat laporan neraca dan distribusi bagi hasil
dari tahun 2011-2015 yang diperoleh dari situs masing-masing bank.
Disamping itu diperoleh data bulanan historis jumlah kantor layanan
(data diolah menjadi data triwulan) pada laporan statistik perbankan
2
Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 102
47
syariah pada situs ww.bi.go.id. Inflasi (data diolah menjadi data
triwulanan dengan cara rata-rata tertimbang (weigthed average)) dan
data triwulanan PDB dengan harga konstan pada situs www.bps.go.id.
2. Studi Kepustakaan (Library research)
Penulis melakukan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan
teori dan konesp yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan.
Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur
ilmiah, buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, dan majalah yang berkaitan
dengan penelitian ini.
3. Pengamatan Langsung (Field Research)
Pengumpulan dan keterangan seperti laporan keuangan dan
data lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Diperoleh dari
Bank Indonesia. Pencarian data dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Pencarian secara manual untuk data yang berbentuk kertas
hasil cetakan.
b) Pencarian dengan membuka website resmi Bank Indonesia
yang mempublikasikan laporan keuangan dan penelitian
pendukung yang diperlukan untuk penelitian ini.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
48
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB.
a) Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Tingkat bagi hasil deposito mudharabah merupakan
variabel bebas pertama (X1). Maksud dari variabel ini adalah ratarata ekuivalen rate/tingkat bagi hasil deposito mudharabah baik
rupiah atau valuta asing yang ditawarkan kepada pihak ketiga
(nasabah) simpanan deposito mudharabah pada tahun 2011 sampai
dengan 2015. Data diperoleh dari laporan distribusi bagi hasil Bank
Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank
Mega Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, dan Bank
Syariah Bukopin dalam bentuk persentase (%).
b) Jumlah Kantor Layanan
Jumlah kantor layanan merupakan variabel bebas kedua
(X2). Maksud dari variabel ini adalah jumlah atau banyaknya
kantor cabang selain kantor utama masing-masing bank yang
tersebar di Indonesia. Data diperoleh dari laporan statistik
perbankan syariah pada tahun 2011 sampai dengan 2015 pada situs
www.bi.go.id.
c) Inflasi
Inflasi merupakan variabel bebas kedua (X3). Maksud dari
variabel ini adalah perubahan kenaikan harga-harga umum secara
terus-menerus, yang dihitung dari tingkat inflasi di Indonesia dan
49
dinyatakan dalam persen. Periode tahun 2011 sampai dengan 2015.
Data didapat dari website Badan Pusat Statistik Data dalam bentuk
persentase (%).
d) PDB
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan variabel bebas
ketiga (X4). Maksud dari variabel ini adalah nilai tambah dan jasa
akhir yang dihasilkan suatu negara. PDB dalam penelitian ini
menggunakan PDB riil berdasarkan harga konstan. Data didapat
dari website Badan Pusat Statistik Data dalam bentuk persentase
(%).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
jumlah deposito mudharabah Bank Umum Syariah (BUS). Jumlah
deposito mudharabah merupakan variabel terikat atau dependen (Y).
Jumlah Deposito mudharabah adalah total simpanan berdasarkan
prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan
bank.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jumlah keseluruhan
deposito mudharabah baik rupiah atau valuta asing periode 2011
sampai dengan 2015 yang diperoleh dari laporan neraca pertriwulan
pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BNI Syariah, BRI
50
Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, dan
Bank Syariah Bukopin dalam bentuk jutaan rupiah (Rp).
E. Teknik Analisis Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
gabungan dari data cross section dan data time series. Kombinasi dari
gabungan kedua data tersebut adalah data panel. Data time series
merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu
individu sedangkan data cross section adalah data yang dikumpulkan
dalam satu waktu terhadap banyak individu. Metode data panel adalah
suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan
perilaku data yang lebih dinamis.
Data cross section dalam penelitian ini adalah 8 Bank Umum
Syariah yang telah memenuhi kriteria untuk pemilihan sampel. Sedangkan
data time series dalam penelitian memiliki 20 waktu pengamatan, yaitu
selama 5 tahun (2011-2015) dengan menggunakan laporan triwulan.
Sehingga jumlah pengamatan (observation) sebanyak 160 pengamatan (8
x 20 = 160).
Teknik analisis yang dipakai adalah dengan analisis regresi data
panel dengan menggunakan Eviews 8.0 sebagai program pengolah
datanya. Selain itu juga digunakan software Ms. Exel sebagai software
pembantu dalam mengkonversi data dalam bentuk baku yang disediakan
oleh sumber ke dalam bentuk yang lebih representative untuk digunakan
pada software utama di atas.
51
Berikut ini adalah beberapa keunggulan data panel, yaitu sebagai
berikut:
a. Data panel bersifat heterogen.
b. Data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih variasi,
rendah tingkat kolinieritas antar variabel, lebih besar degree of
freedom dan lebih efisien karena menggunakan penggabungan data
time series dan cross section.
c. Data panel merupakan gabungan data time series dan data cross
section, sehingga dapat mengatasi masalah yang timbul ketika
terdapat penghilangan variabel.
Dengan mempertimbangkan keunggulan data panel di atas,
maka dalam penelitian ini akan digunakan data panel dalam upaya
mengestimasi
model yang ada, model ekonometrik dituliskan
dengan:
JDM
=
α
+
β1TBHDM
+
β2INF
+
β3PDB
+
eit……………………………………………
Selanjutnya model tersebut akan ditransformasikan ke dalam
bentuk LN sebagai berikut:
LNJDM = α + β1LNTBHDM + β2LNJKL + β3LNINF +
β4LNPDB + eit……….....................................................
Keterangan:
52
JDM
: Jumlah Deposito Mudharabah Bank Syariah (Rp.
Jutaan)
α
: Konstanta
β1β2β3β4
: Koefisien masing-masing variabel
TBHDM
: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank
Syariah (%)
JKL
: Jumlah kantor Layanan
INF
: Laju Inflasi (%)
PDB
: Produk Domestik Bruto (%)
e
: Error term
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian
terhadap
asumsi
klasik
bertujuan
untuk
mengetahui apakah model regresi tersebut baik atau tidak jika
digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu model dikatakan
baik apabila bersifat BLUE (Best Liniar Unbiased Estimator),
yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah
normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.
Untuk mendapatkan hasil memenuhi sifat tersebut perlu
dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi: uji normalitas,
uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
53
Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data
memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam
statistic
parametric
(satistik
inferensial).
nilai
residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut mendekati rata-ratanya.3
Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau
tidaknya distribusi residual antara lain Jarque-Bera Test (J-B
Test) dan metode grafik. Dalam penelitian ini akan
menggunakan metode J-B Test, apabila nilai J-B hitung lebih
besar dari X2 tabel atau nilai Probabilitas JB (Jarque-Bera)
hitung lebih kecil dengan tingkat signifkan 0,05 (5%), maka
dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal dan
sebaliknya, apabila nilainya lebih kecil maka residual tidak
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan
linier variabel independen. Karena melibatkan beberapa
variabel independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi
pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu
variabel dependen dan satu variabel independen). Masalah
multikolinearitas biasanya muncul karena jumlah observasi
3
Neni Nuraini, Analisa Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba, skripsi s1, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah), h. 96
54
yang sedikit. Selain itu dapat dengan menghilangkan salah satu
variabel independen terutama yang memiliki hubungan linier
yang kuat dengan variabel lain. Namun jika tidak mungkin
dihilangkan maka tetap harus dipakai.4
Dalam
penelitian
ini
uji
multikolinearitas
akan
dilakukan dengan melihat pada nilai koefisien korelasinya pada
hasil uji correlation dengan menggunakan matriks korelasi.
Jika hasil koefisien korelasi pada output menunjukan hasil di
atas 0,8 maka diduga terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, jika
koefisien rendah di bawah 0,8 maka diduga model terbebas dari
masalah multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana varians dari
setiap gangguan tidak konstan. Dampak adanya hal tersebut
adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil
estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak “reliable” atau
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Jika varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas.5
4
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EVIEWS, (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2011), h. 5.1
5
J. Supranto, Ekonometrika, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 19
55
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji
glejser, uji glejser dapat menjelaskan apabila nilai Probabilitas Fstatistic
lebih
kecil
dari
α=5%
maka
data
bersifat
heteroskedastisitas begitu pula sebaliknya.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah hubungan yang muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan
dengan satu sama lain. Masalah autokorelasi biasa ditemukan
jika menggunakan data time series.6 Dalam mendeteksi ada
atau
tidaknya
autokorelasi
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared lebih besar dari
taraf nyata (α) model artinya tidak ditemukan gejala
autokorelasi pada model begitupun sebaliknya.
2. Penentuan Model Estimasi
Metode estimasi regresi dengan menggunakan data panel
dapat dilakukan melalui tiga teknik pendekatan antara lain:
a. Metode Pendekatan Ordinary Least Square
Ordinary Least Square merupakan metode paling
sederhana dalam pengolahan data panel. Pendekatan ini biasa
digunakan untuk mengolah data berbentuk pool. Kelemahan
6
Mudrajad Kuncoro, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: BPFE, 2007), h. 83
56
yang dimiliki Ordinary Least Square ini adalah tidak
meperlihatkan perbedaan, baik antar individu maupun antar
waktu.7
b. Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed effects)
Pendekatan ini menggunakan variabel boneka yang
dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau
Least Square Dummy Variabel atau disebut juga Covariance
Model.
Pada metode fixed effect, estimasi dapat dilakukan
dengan tanpa pembobolan (no wight) atau Least Square
Dummy Variabel (LSDV) dan dengan pembobotan (Cross
section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan
dilakukan pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas
antar unit cross section.8
c. Model Pendekatan Efek Acak (Random Effects)
Dalam model efek acak (Random Effect), parameterparameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu
dimasukkan ke dalam error. Karena hal inilah, model effect
acak juga disebut Error Component Model (ECM) atau teknik
Generalized Least Square (GLS), namun salah satu syarat
7
Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, Ekonometrika, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), h. 312
8
Damodar Gujarati, Dasar-dasar Ekonometrika jilid edisi ketiga, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 106
57
untuk menggunakan model random effect ini adalah objek data
silang lebih besar dari koefisiennya.
3. Tahapan Analisis Data
Pemilihan jenis model dalam data panel adalah sebagai berikut:
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk membandingkan apakah
model Fixed Effect atau Commont Effect yang lebih sesuai
untuk digunakan dalam penelitian ini.9
Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : Commont Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Pengujian Uji Chow menggunakan software Eviews
adalah dengan menggunakan uji likelihood ratio, lalu yang
menjadi dasar penolakan dalam hipotesis di atas adalah dengan
membandingkan nilai probabilitasnya dengan α = 5%.
Perbandingan yang dimaksud adalah apabila nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak sehingga dalam
penelitian ini menggunakan fixed effect dan perlu melakukan
Hausman test. Namun sebaliknya jika nilai probabilitasnya
9
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EVIEWS, (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2011), h. 9. 17
58
lebih besar dari 0,05 maka model yang tepat digunakan adalah
common effect dan tidak perlu dilakukan uji Hausman.
b. Uji Hausman
Uji Hausman ini digunakan untuk menguji apakah
dalam penelitian ini lebih baik menggunakan model Fixed
Effect atau Random Effect. Berikut ini hipotesis yang
digunakan:
Ho : Random Effect model
H1 : Fixed Effect model
Statistik uji hausman ini dengan melihat nilai
probabilitas. Jika nilai probabilitas < 0,05 (untuk tingkat
signifikansi = 0,05) maka Ho ditolak dan model yang lebih
tepat adalah model fixed effect, begitupun sebaliknya. Bila nilai
probabilitas > 0,05, maka model yang lebih tepat adalah model
random effect.
4. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis merupakan prosedur yang digunakan untuk
menguji diterima atau ditolaknya (secara statistik) hasil hipotesa
(H0) dari sampel. Keputusan untuk mengolah H0 dibuat
berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang ada.10
10
Damodar Gujarati, Ekonometri Dasar, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 120
59
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat signifkansi dari pengaruh
variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat dengan
menganggap variabel bebas lainnya adalah konstan.11
Pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan kriteria
pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1) Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak,
yang artinya variabel penjelas secara parsial tidak
mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.
2) Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima,
yang artinya variabel penjelas secara parsial mempengaruhi
variabel yang dijelaskan secara signifikan.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabelvariabel independen secara keseluruhan signifikan secara
statistik dalam mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai
F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka variabel-variabel
independen secara kesluruhan berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan kriteria
pengujian yang digunakan sebagai berikut:
11
Damodar Gujarati, Ekonometri Dasar, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 125
60
1) Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak,
yang artinya variabel penjelas secara serentak atau
bersama-sama
tidak
mempengaruhi
variabel
yang
dijelaskan secara signifikan.
2) Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima,
yang artinya variabel penjelas secara serentak dan bersamasama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara
signifikan.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien
determinasi
(Goodness
of
Fit),
yang
dinotasikan dengan R2 merupakan suatu ukuran yang penting
dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau
tidaknya model regresi yang terestimasi. Dengan kata lain
angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi
yang terestimasi dengan data sesungguhnya.12
Nilai R2 digunakan antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1)
apabila R2 = 1 menunjukan bahwa 100% total variasi
diterangkan oleh varian persamaan regresi atau variabel bebas
baik X1 X2 X3 maupun X4 mampu menerangkan variabel Y
sebesar 100%. Sebaliknya apabila nilai R2 = 0 menunjukkan
12
Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2006), h. 30
61
bahwa tidak ada total varians yang diterangkan oleh varian
bebas dari persamaan regresi.13
13
Suharyadi dan Purwanto S.K, Statitiska untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta:
Salemba Empat, 2004), h. 47
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisa dan Pembahasan
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam pengujian ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini akan menggunakan metode J-B Test,
apabila nilai J-B hitung lebih kecil dari X2 tabel atau nilai
probabilitas J-B test lebih besar dari nilai taraf nyata 0.05, maka
data tersebut berdistribusi normal.
Gambar 4.1
Uji Normalitas
10
Series: Residuals
Sample 1 159
Observations 94
8
6
4
2
0
-0.04
-0.02
0.00
0.02
0.04
0.06
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
1.64e-16
0.000764
0.055684
-0.052206
0.026502
0.018879
2.148696
Jarque-Bera
Probability
2.844065
0.241223
63
Untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau
tidak dengan membandingkan nilai Jarque Bera dengan X2 tabel,
yaitu:
1) Jika nilai JB > X2 tabel, maka residualnya berdistribusi tidak
normal.
2) Jika nilai JB < X2 tabel, maka residualnya berdistribusi normal.
Hasil dari output pada Gambar 4.1, bahwa nilai JB (2,844065) < X2
tabel (7,815) dan dengan melihat probability (0,241223) > dari
α=5%, maka dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Masalah multikolinearitas adalah situasi dimana adanya
korelasi antara variabel bebas dengan variabel bebas lainnya.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas digunakan
uji correlation dengan menggunakan matriks korelasi. Jika
koefisien korelasi pada output menunjukan hasil di atas 0,8 maka
diduga terjadi multikolinearitas. Sebaliknya jika koefisien korelasi
rendah di bawah 0,8 maka diduga model tidak mengandung
multikolinearitas. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang
dilakukan dengan Eviews diperoleh hasil sebagai berikut:
64
Tabel 4.1
Uji Multikolinearitas
TBHDM
JKL
INF
PDB
TBHDM
1.000000
-0.203082
0.090533
0.007119
JKL
-0.203082
1.000000
-0.709081
0.021374
INFB
0.090533
-0.709081
1.000000
-0.207920
PDB
0.007119
0.021374
-0.207920
1.000000
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas pada tabel di
atas, dapat dilihat bahwa korelasi tingkat bagi hasil deposito
mudharabah dengan jumlah kantor layanan sebesar -0,203082 ;
tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan inflasi sebesar
0,090533 ; tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan PDB
sebesar 0,007119. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
variabel yang memilki nilai korelasi diatas 0.8, dengan demikian
bahwa model regresi yang dipakai tidak terdapat masalah
multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas
yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi.
Dalam penelitian ini digunakan uji glejser, uji dapat
menjelaskan apabila nilai Probabilitas F-statistic lebih kecil dari
65
α=5%
maka
data
bersifat
heteroskedastisitas
begitu
pula
sebaliknya.
Tabel 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
2.135338
8.231249
6.746202
Prob. F(4,89)
Prob. Chi-Square(4)
Prob. Chi-Square(4)
0.0830
0.0835
0.1499
H
Hasil output pada tabel menunjukan nilai Prob. F-statistic adalah
sebesar 0,0830 > daripada α=0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data tidak mengandung heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara residual satu observasi
dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah
timbul pada data runtut waktu (time series) karena berdasarkan
sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa
sebelumnya.
Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi
masalah autokorelasi adalah metode Bruesch_Godfey atau yang
lebih dikenal dengan uji Langrange Multiplier (LM-Test) dengan
melihat nilai probability Chi-Square < a=0,05 maka data tidak
mengalami
autokorelasi.
Deteksi
autokorelasi
dengan
menggunakan metode LM Test dapat dilihat pada tabel berikut:
66
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.752891
8.178970
Prob. F(10,79)
Prob. Chi-Square(10)
0.6729
0.6114
Tabel menunjukan nilai probability Chi-Square(10) adalah
sebesar 0,6114 yang menunjukan bahwa nilai tersebut lebih besar
dari α=5%, karena nilai probability Chi-Square = 0,6114 > 0,05
berarti model tersebut tidak mengandung masalah autokorelasi.
2. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Regresi yang menggunakan data panel disebut dengan regresi
data panel. Data panel memiliki gabungan karakteristik yaitu data yang
terdiri atas beberapa objek dan runtutan waktu.1 Data semacam ini
memiliki keunggulan terutama karena bersifat robust (kuat) terhadap
beberapa tipe pelanggaran yakni heterokedastisitas dan normalitas. Di
samping itu, dengan perlakuan tertentu struktur data seperti ini dapat
diharapkan untuk memberikan informasi yang lebih banyak (high
informational content).2
1
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EVIEWS, (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2011), h. 91
2
Moch Doddy Ariefianto, Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan menggunakan EVIEWS,
(Jakarta: Erlangga, 2012), h. 148
67
Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya tentang
metode penelitian, diketahui bahwa terdapat tiga model regresi data
panel yang dapat digunakan yaitu commont effect model, fixed effect
model, dan random effect model. Masing-masing model memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan model
tergantung pada asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syaratsyarat pengolahan data statistik yang benar, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara statistik. Oleh karena itu pertama-tama
yang harus dilakukan adalah memilih model yang tepat dari ketiga
model yang ada.
Tabel 4.4
Hasil Regresi Data Panel Commont Effect Model
Dependent Variable: JDM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/02/16 Time: 13:11
Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3
Included observations: 12 after adjustments
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 94
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
TBHDM?
JKL?
INF?
PDB?
0.007768
0.136555
0.015628
0.002226
0.002427
0.000674
0.004982
0.002387
3.200757
202.6675
3.136797
0.932687
0.0019
0.0000
0.0023
0.3535
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.080386
0.049732
0.028662
0.073935
202.5695
0.219874
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
1.005408
0.029402
-4.224882
-4.116657
-4.181167
68
Tabel 4.5
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Dependent Variable: JDM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/02/16 Time: 13:12
Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3
Included observations: 12 after adjustments
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 94
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
TBHDM?
JKL?
INF?
PDB?
Fixed Effects (Cross)
_BSM—C
_BMI—C
_BNIS—C
_BRIS—C
_BMS—C
_BPS—C
_BCAS—C
_BSB—C
0.626986
-0.002452
0.050133
0.000479
0.000527
0.044076
0.000923
0.006012
0.001801
0.000618
14.22519
-2.655364
8.338199
0.265872
0.851654
0.0000
0.0095
0.0000
0.7910
0.3969
0.037584
0.035560
0.000872
0.016717
-0.004949
-0.033517
-0.043962
-0.015632
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.945696
0.938412
0.007297
0.004366
335.5494
129.8202
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
1.005408
0.029402
-6.884029
-6.559353
-6.752883
0.307892
Setelah hasil regresi dengan menggunakan model commont
effect dan fixed effect didapat maka langkah selanjutnya adalah
melakukan uji untuk menentukan model estimasi mana yang lebih
tepat antara model commont effect dan fixed effect. Dalam
menentukan diantara kedua model tersebut maka digunakan uji
69
Chow sebagai uji pemilihan model regresi data panel. Uji Chow
merupakan salah satu tahap yang perlu dilakukan untuk
menentukan model regresi data yang paling tepat digunakan dalam
penelitian.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan uji
Chow adalah melakukan regresi dengan menggunakan model
commont effect dan fixed effect. Setelah hasil dari commont effect
dan fixed effect diperoleh maka selanjutnya dilakukan uji Chow
dengan melakukan uji likelihood ratio menggunakan Eviews. Hasil
dari uji likelihood ratio atau uji Chow dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
U
Cross-section F
Cross-section Chi-square
j
Statistic
163.544462
254.312708
d.f.
Prob.
(7,82)
7
0.0000
0.0000
Uji Chow dilakukan dengan membandingkan antara commont
effect model dan fixed effect model. Hipotesis dalam uji Chow
adalah:
Ho : commont effect model
H1 : fixed effect model
70
Apabila nilai probabilitas F ≥ 0,005 artinya Ho diterima,
yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah commont
effect model. Namun jika nilai probabilitasnya < 0,05 artinya Ho
ditolak, yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah
fixed effect model.
Hasil ouput di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar
0,0000 untuk cross section F, yang berarti nilainya < 0,05. Karena
hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak, maka dapat
dikatakan bahwa fixed effect model lebih tepat digunakan daripada
commont effect model.
Karena hasil Uji Chow menunjukkan hasil model yang
lebih tepat untuk digunakan adalah fixed effect model, maka
diperlukan Uji Hausman untuk menguji model yang lebih tepat
untuk digunakan antara fixed effect model dan random effect
model. Sebelum melakukan Uji Hausman, dilakukan terlebih
dahulu regresi random effect model.
71
Tabel 4.7
Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Dependent Variable: JDM?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/02/16 Time: 13:15
Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3
Included observations: 12 after adjustments
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 94
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
TBHDM?
JKL?
INF?
PDB?
Random Effects (Cross)
_BSM—C
_BMI—C
_BNIS—C
_BRIS—C
_BMS—C
_BPS—C
_BCAS—C
_BSB—C
0.625086
-0.002333
0.050284
0.000467
0.000530
0.045220
0.000920
0.006012
0.001801
0.000618
13.82319
-2.535891
8.364415
0.259057
0.856850
0.0000
0.0130
0.0000
0.7962
0.3938
0.038241
0.036270
0.001784
0.017447
-0.004074
-0.032436
-0.042497
-0.014735
Effects Specification
S.D.
Cross-section random
Idiosyncratic random
0.028753
0.007297
Rho
0.9395
0.0605
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.663434
0.648307
0.007319
43.85886
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
0.074172
0.012344
0.004767
0.276673
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.058676
0.075680
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
1.005408
0.017427
Dalam melakukan uji Hausman, hipotesis yang digunakan yaitu:
72
Ho : random effect model
H1 : fixed effect model
Apabila nilai probabilitas Chi-Square ≥ 0,05 artinya Ho
diterima, yang berarti model regresi yang paling tepat digunakan
adalah random effect model. Namun jika probabilitas Chi-Square <
0,05 artinya Ho ditolak, yang berarti model regersi yang paling
tepat digunakan adalah fixed effect model.
Tabel 4.8
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
9.216745
4
0.0360
Hasil output di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar
0,0360 untuk cross section random, yang berarti nilainya < 0,05.
Karena hasil tersebut menunjukan bahwa H1 diterima, maka dapat
dikatakan bahwa fixed effect model lebih tepat digunakan daripada
random effect model.
3. Pengujian Hipotesis
a. Model penelitian
Berdasarkan estimasi model regeresi data panel yang telah
dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan
fixed effect model yang ditampilkan pada tabel berikut.
73
Tabel 4.9
Hasil Uji Signifikansi dengan Fixed Effect Model
Dependent Variable: JDM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/02/16 Time: 13:20
Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3
Included observations: 12 after adjustments
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 94
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
TBHDM?
JKL?
INF?
PDB?
Fixed Effects (Cross)
_BSM—C
_BMI—C
_BNIS—C
_BRIS—C
_BMS—C
_BPS—C
_BCAS—C
_BSB—C
0.626986
-0.002452
0.050133
0.000479
0.000527
0.044076
0.000923
0.006012
0.001801
0.000618
14.22519
-2.655364
8.338199
0.265872
0.851654
0.0000
0.0095
0.0000
0.7910
0.3969
0.037584
0.035560
0.000872
0.016717
-0.004949
-0.033517
-0.043962
-0.015632
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.945696
0.938412
0.007297
0.004366
335.5494
129.8202
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
1.005408
0.029402
-6.884029
-6.559353
-6.752883
0.307892
Berdasarkan Tabel 4.9, maka ditemukan hasil dari
perhitungan pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah,
Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah sebagai berikut:
74
JDM
=
0.626986 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL +
0.000479 INF + 0.000527 PDB
Dari model di atas dapat dibuat interpretasi sebagai berikut:
1) Konstanta sebesar 0.626986 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka
jumlah deposito mudharabah bank umum syariah adalah
sebesar 0.626986.
2) Nilai koefisien regresi tingkat bagi hasil deposito mudharabah
sebesar -0.002452 yang berarti setiap kenaikan tingkat bagi
hasil deposito mudharabah naik 1% maka jumlah deposito
mudharabah mengalami penurunan sebesar 0.002452.
3) Nilai koefisien regresi jumlah kantor layanan sebesar 0.050133
yang berarti setiap kenaikan jumlah kantor layanan naik 1 maka
jumlah deposito mudharabah mengalami kenaikan sebesar
0.050133.
4) Nilai koefisien regresi inflasi sebesar 0.000479 yang berarti
setiap kenaikan inflasi naik 1% maka jumlah deposito
mudharabah mengalami kenaikan sebesar 0.000479.
5) Nilai koefisien regresi PDB sebesar 0.000527 yang berarti
setiap kenaikan PDB naik 1% maka jumlah deposito
mudharabah mengalami kenaikan sebesar 0.000527.
75
Tabel 4.10
Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian
Fixed Effects (Cross) Coefficient
_BSM—C
0.037584
_BMI—C
0.035560
_BNIS—C
0.000872
_BRIS—C
0.016717
_BMS—C
-0.004949
_BPS—C
-0.033517
_BCAS—C
-0.043962
_BSB—C
-0.015632
Sumber : Output Eviews 8
Berdasarkan tabel 4.10, maka didapat persamaan model regresi tiap
bank umum syariah sebagai berikut :
1) Persamaan model regresi Bank Syariah Mandiri
JDM BSM = 0.037584 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL +
0.000479 INF + 0.000527 PDB
Konstanta sebesar 0.037584 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol,
maka jumlah deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri
adalah sebesar 0.037584.
2) Persamaan model regresi Bank Muamalat Indonesia
JDM BMI = 0.035560 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL +
0.000479 INF + 0.000527 PDB
Konstanta sebesar 0.035560 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol,
76
maka jumlah deposito mudharabah Bank Muamalat Indonesia
adalah sebesar 0.035560.
3) Persamaan model regresi BNI Syariah
JDM BNI Syariah = 0.000872 - 0.002452 TBHDM + 0.050133
JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB
Konstanta sebesar 0.000872 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol,
maka jumlah deposito mudharabah BNI Syariah adalah sebesar
0.000872.
4) Persamaan model regresi BRI Syariah
JDM BRI Syariah = 0.016717 - 0.002452 TBHDM + 0.050133
JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB
Konstanta sebesar 0.016717 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol,
maka jumlah deposito mudharabah BRI Syariah adalah sebesar
0.016717.
5) Persamaan model regresi Bank Mega Syariah
JDM BMS = -0.004949 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL +
0.000479 INF + 0.000527 PDB
Konstanta sebesar -0.004949 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol,
maka jumlah deposito mudharabah Bank Mega Syariah adalah
sebesar -0.004949.
77
6) Persamaan model regresi Bank Panin Syariah
JDM BPS = -0.033517 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL +
0.000479 INF + 0.000527 PDB
Konstanta sebesar -0.033517 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol,
maka jumlah deposito mudharabah Bank Panin Syariah adalah
sebesar -0.033517.
7) Persamaan model regresi BCA Syariah
JDM BCA Syariah = -0.043962 - 0.002452 TBHDM +
0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB
Konstanta sebesar -0.043962 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol,
maka jumlah deposito mudharabah BCA Syariah adalah
sebesar -0.043962.
8) Persamaan model regresi Bank Syariah Bukopin
JDM BSP = -0.015632 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL +
0.000479 INF + 0.000527 PDB
Konstanta sebesar -0.015632 menunjukkan bahwa jika
variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol,
maka jumlah deposito mudharabah Bank Syariah Bukopin
adalah sebesar -0.015632.
78
b. Uji Signifkansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yaitu tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah
kantor layanan, inflasi dan PDB terhadap variabel dependen yaitu
jumlah deposito mudharabah.
Tabel 4.11
Uji t
Variable Coefficient
C
0.626986
TBHDM -0.002452
JKL
0.050133
INF
0.000479
PDB
0.000527
Sumber : Output Eviews 8
Std. Error
0.044076
0.000923
0.006012
0.001801
0.000618
t-Statistic
14.22519
-2.655364
8.338199
0.265872
0.851654
Prob.
0.0000
0.0095
0.0000
0.7910
0.3969
Tabel 4.11 merupakan hasil dari pengujian variabel
independen yaitu tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah
kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia secara parsial.
1) Uji t terhadap variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah
Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel itingkat
bagi hasil deposito mudharabah secara statistik menunjukkan
hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,0095 <
0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 2,6553 dan t tabel sebesar
1,9870 (df (n-k) 94-5 = 89, α = 0,05), sehingga t hitung > t
tabel (2,6553 > 1,9870). Maka H0 ditolak sehingga dapat
79
disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi hasil deposito
mudharabah berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah.
2) Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel jumlah kantor
layanan secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan
pada nilai lebih besar dari α (0,000 > 0,05). Sedangkan nilai t
hitung X2 = 8,3381 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5
=89, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (8,3381 > 1,9870).
Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
jumlah kantor layanan berpengaruh signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah.
3) Uji t terhadap variabel inflasi
Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel inflasi
secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada
nilai lebih besar dari α (0,79 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung
X2 = 0.2658 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 =89, α =
0,05), sehingga t hitung < t tabel (0,2658 < 1,9870). Maka H1
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh berpengaruh dan tidak signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah.
4) Uji t terhadap variabel PDB
Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel PDB secara
statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai
80
lebih besar dari α (0,39 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 =
0,8516 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 =89, α = 0,05),
sehingga t hitung < t tabel (0,8516 < 1,9870). Maka H1 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PDB tidak
berpengaruh dan tidak signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah.
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen, Pedoman yang
digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji F adalah sebagai
berikut:
Jika F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Selain itu, dapat pula dilihat dari probabilitas F statistik.
Apabila probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari nilai α = 5%,
maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor
layanan, inflasi dan PDB tidak berpengaruh terhadap jumlah
deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah secara simultan.
81
H1: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor
layanan,
inflasi
dan
PDB berpengaruh terhadap deposito
mudharabah pada Bank Umum Syariah secara simultan.
Berdasrkan Tabel 4.9, doperoleh hasil F-statistik atau F
hitung sebesar 129.8202 dengan nilai probabilitas sebesar 0.00000.
nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari α = 5%. Selain itu dengan
n = 94 dan k = 5, nilai pada F tabel diperoleh nilai 2,49 Dengan df1
(k-1) dan df2 (n-k) sebesar 4 dan 89 dengan nilai probabilitas 5%.
Karena F hitung > F tabel (129,8202 > 2,49) maka H0 ditolak,
artinya dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi hasil
deposito mudharabah, jumlah kantor layanan inflasi, dan PDB
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap jumlah deposito
mudhrabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
d. Uji Adjudsted R2
Uji Adjusted R2 ditujukan untuk menilai seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Pada penelitian ini, koefisien yang digunakan adalah koefisien
determinasi yang telah disesuaikan atau adjusted R2. Hal ini
dikarenakan adjusted R2 merupakan koefisien yang telah dikoreksi
sehingga dapat naik atau turun seiring penambahan variabel baru
dalam model.
Berdasarkan hasil regresi dengan fixed effect model
sebagaimana yang tertera pada tabel, diketahui bahwa nilai Adjust
82
R Squared sebesar 0.938412. hal ini menunjukan bahwa variasi
variabel dependen (jumlah deposito mudharabah) secara simultan
dapat dijelaskan oleh variabel independen (tingkat bagi hasil
deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB)
sebesar 93,84% sedangkan sisanya 6,16% dijelaskan oleh faktor
lain diluar variabel yang diteliti.
e. Interpretasi Hasil Penelitian
1) Hubungan tingkat bagi hasil deposito mudharabah terhadap
jumlah deposito mudharabah
Hasil estimasi pada tabel menjelaskan variabel tingkat
bagi hasil deposito mudharabah mempunyai pengaruh negatif
dan signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah, dimana
setiap penurunan tingkat bagi hasil deposito mudharabah
sebesar 1% akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah
sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.002452%.
Jumlah deposito mudharabah adalah total simpanan
berdasarkan prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank. Tingkat bagi hasil pada dasarnya
berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia
mendepositokan uangnya. Jumlah deposito akan ditentukan
oleh tingginya tingkat bagi hasil. Bila melihat praktik yang
terjadi di perbankan syariah, semakin tinggi tingkat bagi hasil
83
deposito, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk
deposito, dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan kehendak
masyarakat untuk deposito di bank syariah didasari oleh motif
untuk mendapatkan return berupa bagi hasil. Akan tetapi
berbanding terbalik dengan hasil estimasi yang didapat
hubungannya antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah
dengan jumlah deposito mudharabah pada bank syariah
Mengacu pada data dalam penelitian ini, dilihat dari
tingkat bagi hasilnya yang tidak stabil bahkan cenderung
menurun, maka hal tersebut menjadi penyebab mengapa
hubungan antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah dan
jumlah deposito mudharabah negatif. Jika tingkat bagi hasilnya
tidak stabil bahkan cenderung menurun, tetapi jumlah
depositonya cenderung naik karena dalam konteks investasi
deposito, parameter besar atau tidaknya, serta kompetitif atau
tidaknya tawaran tingkat bagi hasil, investor akan melihat
benchmark yaitu BI rate atau LPS (Lembaga Penjamin
Simpanan). Ketika tingkat bagi hasil turun tidak akan serta
merta membuat deposan menarik kembali uangnya, sepanjang
tingkat bagi hasil masih setara atau bahkan lebih baik dari BI
rate atau LPS kemungkinan besar pertumbuhan jumlah
deposito mudharabah masih tetap tinggi. Dengan kata lain
84
tidak hanya variabel tingkat bagi hasil menurun yang akan
berpengaruh pada pertumbuhan deposito mudharabah.
Hal
penelitian
ini
konsisten
dengan
penelitian
sebelumnya yang ditunjukkan oleh Fitriyah (2010) bahwa bagi
hasil berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dana bank
umum syariah, karena faktor agama merupakan faktor utama
yang menjadi alasan nasabah menyimpan dananya di bank
syariah. Karakter nasabah bank syariah merupakan nasabah
emosional yang non profit oriented. Namun berbeda dengan
hasil penelitian terdahulu oleh Evi Natalia, Moch Dzukirom
AR, dan Sri Mangesti Rahayu (2014) bahwa tingkat bagi hasil
berpengaruh signifkan terhadap jumlah deposito mudharabah
dikarenakan nasabah menyimpan dananya karena faktor
mencari keuntungan.
2) Hubungan jumlah kantor layanan terhadap jumlah deposito
mudharabah
Variabel
jumlah
kantor
layanan
berpengaruh
(signifikan) dengan jumlah deposito mudharabah, dimana
setiap kenaikan jumlah kantor layanan sebesar 1% akan
menaikkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien
regresinya yaitu 0.050133%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah
kantor layanan berpengaruh positif terhadap jumlah deposito
85
mudharabah. hal ini berarti mengindikasikan bahwa apabila
semakin banyak jumlah kantor layanan akan meningkatkan
jumlah deposito mudharabah yang dihimpun bank umum
syariah. Ketika bank umum syariah memperluas jaringan
kantor
layanan
maka
nasabah
akan
mudah
untuk
menginvestasikan dananya sehingga dengan bertambahnya
jumlah kantor layanan memberi peran penting bagi bank umum
syariah dalam melakukan penghimpunan dana. Bertambahnya
jaringan kantor layanan juga memberi pengaruh terhadap
meningkatnya tingkat kepercayaan masyarakat akan lebih
tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk
depsoito mudharabah. Selain itu bank umum syariah dianggap
sudah cukup dalam memberikan sosialisasi tentang keberadaan
dan pemahaman tentang bank umum syariah khususnya pada
produk deposito mudharabah ke plosos-plosok daerah.
3) Hubungan Inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah
Variabel inflasi tidak berpengaruh
(tidak signifikan)
dengan jumlah deposito mudharabah, dimana setiap kenaikan
inflasi sebesar 1% akan menurunkan jumlah deposito
mudharabah
sebesar
nilai
koefisien
regresinya
yaitu
0.000479%.
Tidak berpengaruhnya inflasi terhadap jumlah deposito
mudharabah, hal ini menunjukan nasabah pada bank syariah
86
tidak terlalu mempertimbangkan tinggi atau rendahnya tingkat
inflasi
dalam
mengambil
keputusan
untuk
menyimpan
dananya. Kenaikan inflasi yang tinggi di Indonesia tidak akan
mempengaruhi jumlah deposito mudharabah di bank syariah.
Ini terbukti ketika terjadi krisis moneter tahun 1998, tingkat
inflasi yang tinggi tidak mempengaruhi bank syariah karena
bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dan hanya
perbankan syariah yang tidak terkena dampak dari tingginya
tingkat
inflasi.
Sedangkan
yang
terjadi
pada
Bank
Konvensioanl yang pada dasarnya menggunakan sistem bunga
terkena dampak dari tingginya tingkat inflasi tersebut. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nurjanah dan Sumiati (2013) bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah.
4) Hubungan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap jumlah
deposito mudharabah
Variabel PDB tidak berpengaruh (tidak signifikan) dengan
jumlah deposito mudharabah, dimana setiap penurunan PDB
sebesar 1% akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah
sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.000527%.
Variabel PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah, artinya ketika pendapatan
meningkat tetapi jumlah deposito mudharabah menurun dan
87
sebaliknya, ketika pendapatan turun tetapi jumlah deposito
mudharabah meningkat. Hasil tersebut tidak sesuai dengan
teori serta penelitian sebelumnya, yaitu bahwa tidak semua
pendapatan yang diterima seseorang akan digunakan untuk
disimpan, melainkan sebagian digunakan untuk konsumsi.
Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku menyimpan dan
konsumsi dari seseorang sangat dipengaruhi pendapatannya.
Dan apabila mengacu kepada hasil penelitian sebelumnya,
yang dilakukan oleh Septi Wulandari (2013) bahwa variabel
PDB tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah hal ini terjadi dikarenakan tren
masyarakat yang berinvestasi pada sektor investasi lain
dibandingkan dengan meletakkan dananya pada sektor
perbankan syariah. Hal ini didukung oleh artikel yang
diterbitkan oleh Vibiznews (2013), dari beberapa produk
investasi keuangan maupun non-keuangan yang berupa
instrument perbankan, saham, reksa dana, emas, properti, dan
instrument
derivative,
masyarakat
Indonesia
cenderung
meletakkan dananya atau berinvestasi pada saham, reksadana,
emas, properti dan forex. Sehingga peningkatan PDB tidak
diikuti oleh total jumlah deposito mudharabah.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh
antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi,
dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan 2015. Berdasarkan penemuan
dan pembahasan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2011-2015. Dimana setiap peningkatan
tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebesar 1% akan menurunkan
jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya
sebesar yaitu 0.002452%. itu artinya ketika tingkat bagi hasil deposito
mudharabah naik maka jumlah deposito mudharabah akan turun
begitupun sebaliknya. Ketika tingkat bagi hasil turun tidak akan serta
merta membuat deposan menarik kembali uangnya, Hal ini
dikarenakan investor atau nasabah akan melihat benchmark yaitu BI
rate atau LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Dengan kata lain
tingkat bagi hasil menurun tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan
deposito mudharabah.
89
2. Jumlah kantor layanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia
periode 2011-2015. Dimana setiap peningkatan jumlah kantor layanan
sebesar 1 akan menaikkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai
koefisien regresinya sebesar yaitu 0.050133. Ketika bank umum
syariah memperluas jaringan kantor layanan maka nasabah akan
mudah
untuk
menginvestasikan
dananya
sehingga
dengan
bertambahnya jumlah kantor layanan memberi peran penting bagi
bank umum syariah dalam melakukan penghimpunan dana khususnya
pada produk depsoito mudharabah.
3. Inflasi tidak mempunyai pengaruh (tidak signifikan) terhadap jumlah
deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode
2011-2015. Dimana setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan
menurukan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien
regresinya yaitu 0.000479%. itu artinya ketika inflasi naik maka
jumlah deposito mudharabah akan turun begitu pun sebaliknya. Hal
ini, mengakibatkan nasabah pada bank syariah tidak terlalu
mempertimbangkan tinggi atau rendahnya tingkat inflasi dalam
mengambil keputusan untuk menyimpan dananya karena pada bank
syariah tidak menggunakan sistem bunga.
4. PDB tidak mempunyai pengaruh (tidak signifikan) terhadap jumlah
deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode
90
2011-2015. dimana setiap penurunan PDB sebesar 1% akan
meningkatkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien
regresinya yaitu 0.000527%. artinya ketika pendapatan meningkat
tetapi jumlah deposito mudharabah menurun begitu pun sebaliknya.
hal ini terjadi dikarenakan tren masyarakat yang berinvestasi pada
sektor investasi lain dibandingkan dengan meletakkan dananya pada
sektor
perbankan
syariah.
Masyarakat
Indonesia
cenderung
meletakkan dananya atau berinvestasi pada saham, reksadana, emas,
properti dan forex.
5. Berdasarkan hasil uji F dapat disimpulkan bahwa tingkat bagi hasil
deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 20112015.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan di atas, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perbankan Syariah
Perbankan
syariah
sebagai
salah
satu
pilar
pendukung
perekenomian Indonesia selain perbankan konvensional. Peran tersebut
dapat dilakukan dengan baik jika industri perbankan syariah memiliki
volume usaha yang cukup ekonomis dalam menggerakkan sistem
91
perekonomian Indonesia. dengan adanya temuan bahwa tingkat bagi hasil
deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap
jumlah deposito mudharabah dengan kontribusi yang berbeda-beda. Hal
ini menunjukkan bahwa bank umum syariah masih sulit untuk lepas dari
dampak internal bank maupun ekonomi makro yang terjadi.
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan
sistem perbankan syariah agar tahan terhadap goncangan krisis dan
dampak makroekonomi yang dapat terjadi kapanpun di Negara Indonesia
khususnya pada produk deposito mudharabah dan sistem bagi hasilnya
serta jumlah layanan kantor bank syariah. Hal yang dapat dilakukan antara
lain penguatan modal, memiliki langkah antisipasi menghadapi dampak
krisis dan makroekonomi, adanya sumber daya insani dan manajemen
yang handal, serta sosialisasi mengenai perbankan syariah kepada
masyarakat.
2. Bagi Nasabah
Hasil penelitian bahwa tingkat bagi hasil deposito mudharabah,
jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB memberikan tingkat kontribusi
yang berbeda-beda terhadap jumlah deposito mudharabah. Maka
penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan akan
menambah wawasan serta pengetahuan bagi nasabah bank syariah
terutama terkait dengan produk deposito mudharabah. Sehingga dapat
92
dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi
dalam bentuk deposito mudharabah.
3. Akademisi
Memiliki keterbatasan diantaranya periode pengamatan sehingga
masih diperlukan data untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Peneliti
juga menyarankan pada penelitian yang akan datang untuk menggunakan
data bulanan agar dapat terhindar dari masalah autokorelasi. Selain itu
juga menambah variabel baru dengan maksud untuk mengetahui secara
pasti variabel atau hal apa saja yang memiliki pengaruh lebih kuat
terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia. misalnya variabel BI rate, FDR, ROA, ROE, dan ukuran bank
lainnya.
93
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Syafe’I. Bank Syariah.: dari teori ke praktek edisi 1, Yogyakarta: UGM
Press. 2001.
Ariefianto, Moch. Doddy. Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan menggunakan
EVIEWS. Jakarta: Erlangga. 2012.
Arwansyah. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat.
Media Ekonomi. 2003.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2007.
Eachem, Mc. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat. 2000.
Fair dan Case. Principle of Economic. Practic Hall Inc. 2002.
Frederic, Mishkin. The Economics of Money, Banking and Financial Markets.
Columbia University. 2008.
Gujarati, Damodar. Ekonometri Dasar. Jakarta: Erlangga. 2003.
Hamid, Abdul. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: FEB UIN Syarif
hidayatullah. 2010.
Husni, Azhary. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga pada Perbankan Syariah di Indonesia. (Jurnal: Ekonomi dan Bisnis).
Universitas Yarsi. 2009.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh. dan Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2006.
Kuncoro, Mudrajad. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
2007.
Mankiw, Geogry N. Teori Makroekonomi edisi ketiga. Jakarta: Erlangga. 2014.
Muhammad. Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia. 2006.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonesia. 2004.
Muhamad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2008.
94
Nuraini, Neni. Analisa Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. skripsi s1.
Jakarta: FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013
Nachrowi. Djalal, dan Hardius Usman. Ekonometrika. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. 2006.
Nachrowi, Djalal, dan Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Universitas
Indonesia. 2006.
Nurianto. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah.. Bandung: CV. Al Fabeta. 2010.
Respati,
Dia.
Dampak
Inflasi,
Ekonomi
Tingkat
1,
Inflasi
(ekonomisku.blogspot.co.id)
Rivai, Veith zal. Bank and Financial Instituation Management Conventional and
Sharia System. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007.
Sadi Is, Muhamad. Konsep Hukum Perbankan Syariah. Malang: Setara Press. 2015.
Setiadi, Edy. Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
2013.
Soemantri, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenamedia
Group. 2009.
Supranto. J. Ekonometrika. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004.
Usman, Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia. Bandung:
Citra Aditya Bakti. 2002.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EVIEWS.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2011.
Wirdyaningsih, dkk. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana
Prenada Media. 2005.
Yaya, Rizal, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat. 2009.
Zakaria. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Kencana. 2009.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
95
www.syariahmandiri.co.id
www.bankmuamalat.co.id
www.bnisyariah.co.id
www.megasyariah.co.id
www.paninbanksyariah.co.id
www.bcasyariah.co.id
www.syariahbukopin.co.id
www.brisyariah.co.id
www.bps.go.id
96
LAMPIRAN
97
Lampiran 1. Data Penlitian
Nama
Bank
_BSM
TBHDM
(%)
5.78
JKL
INF (%)
PDB (%)
2011
JDM (Jutaan
Rupiah)
17,449,883
1311
0.97
0.64
_BSM
2011
18,687,254
5.36
1332
1.17
3.86
_BSM
2011
21,393,987
5.62
1349
-0.12
3.61
_BSM
2011
23,524,711
4.97
1401
-0.23
-2.18
_BSM
2012
22,779,096
5.13
1460
0.85
0.80
_BSM
2012
22,098,719
5.75
1529
1.15
3.96
_BSM
2012
21,300,901
5.39
1650
-0.1
3.35
_BSM
2012
21,826,644
5.09
1745
-0.28
-2.25
_BSM
2013
23,623,732
4.74
1812
0.81
0.49
_BSM
2013
24,681,646
4.94
1877
0.16
4.00
_BSM
2013
27,213,848
4.17
1937
0.37
3.28
_BSM
2013
26,834,253
4.70
1998
0.25
-2.18
_BSM
2014
28,989,270
4.60
2136
0.47
0.06
_BSM
2014
29,169,332
4.67
2149
0.19
3.83
_BSM
2014
30,684,071
3.87
2174
0.56
3.29
_BSM
2014
31,935,906
3.75
2151
1.48
-2.11
_BSM
2015
31,317,225
4.60
2150
-0.14
-0.23
_BSM
2015
30,433,277
4.12
2123
0.47
3.75
_BSM
2015
30,632,571
4.45
2043
0.42
3.36
_BSM
2015
31,287,537
4.30
1990
0.36
-1.83
_BMI
2011
19,625,142
3.25
1311
0.97
0.64
_BMI
2011
13,187,561
3.25
1332
1.17
3.86
_BMI
2011
14,338,680
3.25
1349
-0.12
3.61
_BMI
2011
19,733,952
3.25
1401
-0.23
-2.18
_BMI
2012
18,120,190
4.00
1460
0.85
0.80
_BMI
2012
18,100,807
4.00
1529
1.15
3.96
_BMI
2012
19,734,354
4.00
1650
-0.1
3.35
_BMI
2012
25,016,940
4.00
1745
-0.28
-2.25
_BMI
2013
26,922,034
4.00
1812
0.81
0.49
_BMI
2013
26,841,517
4.00
1877
0.16
4.00
_BMI
2013
27,898,114
4.00
1937
0.37
3.28
_BMI
2013
26,956,307
4.00
1998
0.25
-2.18
_BMI
2014
28,524,791
4.00
2136
0.47
0.06
Tahun
98
_BMI
2014
31,756,718
4.00
2149
0.19
3.83
_BMI
2014
32,838,637
4.00
2174
0.56
3.29
_BMI
2014
32,862,934
3.49
2151
1.48
-2.11
_BMI
2015
29,220,228
4.00
2150
-0.14
-0.23
_BMI
2015
25,007,540
4.50
2123
0.47
3.75
_BMI
2015
26,034,645
4.57
2043
0.42
3.36
_BMI
2015
27,876,042
4.59
1990
0.36
-1.83
_BNIS
2011
2,469,006
4.12
1311
0.97
0.64
_BNIS
2011
2,307,511
3.58
1332
1.17
3.86
_BNIS
2011
2,841,026
3.66
1349
-0.12
3.61
_BNIS
2011
3,245,319
3.62
1401
-0.23
-2.18
_BNIS
2012
3,214,770
3.36
1460
0.85
0.80
_BNIS
2012
3,182,051
3.30
1529
1.15
3.96
_BNIS
2012
3,341,814
3.54
1650
-0.1
3.35
_BNIS
2012
3,702,313
3.75
1745
-0.28
-2.25
_BNIS
2013
5,376,607
3.75
1812
0.81
0.49
_BNIS
2013
4,740,485
3.65
1877
0.16
4.00
_BNIS
2013
5,011,710
3.73
1937
0.37
3.28
_BNIS
2013
4,916,755
2.96
1998
0.25
-2.18
_BNIS
2014
6,005,934
3.44
2136
0.47
0.06
_BNIS
2014
9,203,776
3.44
2149
0.19
3.83
_BNIS
2014
7,755,628
3.24
2174
0.56
3.29
_BNIS
2014
8,873,253
3.20
2151
1.48
-2.11
_BNIS
2015
9,717,721
5.29
2150
-0.14
-0.23
_BNIS
2015
9,203,776
5.36
2123
0.47
3.75
_BNIS
2015
10,642,212
5.26
2043
0.42
3.36
_BNIS
2015
10,404,884
5.24
1990
0.36
-1.83
_BRIS
2011
4,810,400
7.43
1311
0.97
0.64
_BRIS
2011
5,222,342
7.43
1332
1.17
3.86
_BRIS
2011
6,816,612
7.64
1349
-0.12
3.61
_BRIS
2011
7,901,067
7.78
1401
-0.23
-2.18
_BRIS
2012
7,010,964
7.28
1460
0.85
0.80
_BRIS
2012
7,406,366
7.00
1529
1.15
3.96
_BRIS
2012
7,868,799
6.90
1650
-0.1
3.35
_BRIS
2012
9,393,326
6.82
1745
-0.28
-2.25
_BRIS
2013
10,466,895
4.69
1812
0.81
0.49
99
_BRIS
2013
11,016,347
4.69
1877
0.16
4.00
_BRIS
2013
10,939,696
5.36
1937
0.37
3.28
_BRIS
2013
10,916,883
5.49
1998
0.25
-2.18
_BRIS
2014
10,545,305
6.87
2136
0.47
0.06
_BRIS
2014
11,284,561
6.83
2149
0.19
3.83
_BRIS
2014
11,553,423
6.82
2174
0.56
3.29
_BRIS
2014
12,653,000
6.77
2151
1.48
-2.11
_BRIS
2015
12,691,053
6.25
2150
-0.14
-0.23
_BRIS
2015
12,360,722
6.15
2123
0.47
3.75
_BRIS
2015
13,710,799
6.13
2043
0.42
3.36
_BRIS
2015
14,772,700
6.75
1990
0.36
-1.83
_BMS
2011
2,375,127
5.79
1311
0.97
0.64
_BMS
2011
2,131,114
5.64
1332
1.17
3.86
_BMS
2011
2,424,947
5.32
1349
-0.12
3.61
_BMS
2011
2,945,227
5.49
1401
-0.23
-2.18
_BMS
2012
2,515,134
5.54
1460
0.85
0.80
_BMS
2012
2,413,958
5.46
1529
1.15
3.96
_BMS
2012
3,945,784
4.91
1650
-0.1
3.35
_BMS
2012
4,711,809
4.87
1745
-0.28
-2.25
_BMS
2013
5,402,340
4.90
1812
0.81
0.49
_BMS
2013
5,235,409
4.73
1877
0.16
4.00
_BMS
2013
5,386,949
4.15
1937
0.37
3.28
_BMS
2013
6,070,177
4.95
1998
0.25
-2.18
_BMS
2014
5,448,158
4.76
2136
0.47
0.06
_BMS
2014
5,499,485
4.86
2149
0.19
3.83
_BMS
2014
5,181,763
4.47
2174
0.56
3.29
_BMS
2014
4,612,632
4.80
2151
1.48
-2.11
_BMS
2015
3,938,335
4.80
2150
-0.14
-0.23
_BMS
2015
3,407,059
4.80
2123
0.47
3.75
_BMS
2015
3,209,271
4.78
2043
0.42
3.36
_BMS
2015
3,516,950
4.22
1990
0.36
-1.83
_BPS
2011
351,530
4.515
1311
0.97
0.64
_BPS
2011
370,978
3.988
1332
1.17
3.86
_BPS
2011
225,153
3.22
1349
-0.12
3.61
_BPS
2011
393,044
4.156
1401
-0.23
-2.18
_BPS
2012
485,413
5.406
1460
0.85
0.80
100
_BPS
2012
634,567
4.99
1529
1.15
3.96
_BPS
2012
844,160
5.746
1650
-0.1
3.35
_BPS
2012
1,008,049
5.7
1745
-0.28
-2.25
_BPS
2013
1,253,222
4.01
1812
0.81
0.49
_BPS
2013
1,176,700
3.1
1877
0.16
4.00
_BPS
2013
1,625,475
3.727
1937
0.37
3.28
_BPS
2013
2,430,835
4.051
1998
0.25
-2.18
_BPS
2014
1,993,657
4.07
2136
0.47
0.06
_BPS
2014
3.687
2149
0.19
3.83
_BPS
2014
3.837
2174
0.56
3.29
_BPS
2014
3.352
2151
1.48
-2.11
_BPS
2015
3.087
2150
-0.14
-0.23
_BPS
2015
3.237
2123
0.47
3.75
_BPS
2015
3.932
2043
0.42
3.36
_BPS
2015
5,086,656
2.626
1990
0.36
-1.83
_BCAS
2011
501,161
3.588
1311
0.97
0.64
_BCAS
2011
462,381
4.313
1332
1.17
3.86
_BCAS
2011
403,839
4.323
1349
-0.12
3.61
_BCAS
2011
677,736
3.576
1401
-0.23
-2.18
_BCAS
2012
746,506
3.413
1460
0.85
0.80
_BCAS
2012
721,429
4.01
1529
1.15
3.96
_BCAS
2012
727,301
3.477
1650
-0.1
3.35
_BCAS
2012
995,547
3.272
1745
-0.28
-2.25
_BCAS
2013
947,632
3.25
1812
0.81
0.49
_BCAS
2013
2.695
1877
0.16
4.00
_BCAS
2013
2.718
1937
0.37
3.28
_BCAS
2013
2.718
1998
0.25
-2.18
_BCAS
2014
2.727
2136
0.47
0.06
_BCAS
2014
2.935
2149
0.19
3.83
_BCAS
2014
2.727
2174
0.56
3.29
_BCAS
2014
2.72
2151
1.48
-2.11
_BCAS
2015
2,030,162
2.65
2150
-0.14
-0.23
_BCAS
2015
2,311,402
2.72
2123
0.47
3.75
_BCAS
2015
2,247,060
2.72
2043
0.42
3.36
_BCAS
2015
2,858,733
2.72
1990
0.36
-1.83
_BSB
2011
1,289,484
8.248
1311
0.97
0.64
2,361,579
3,026,981
4,176,150
4,387,719
4,639,958
4,616,572
1,015,267
1,132,097
1,409,122
1,380,887
1,497,685
1,499,426
2,009,943
101
_BSB
2011
1,398,263
7.77
1332
1.17
3.86
_BSB
2011
1,667,897
6.981
1349
-0.12
3.61
_BSB
2011
1,917,143
7.271
1401
-0.23
-2.18
_BSB
2012
1,778,565
6.41
1460
0.85
0.80
_BSB
2012
2,024,885
5.893
1529
1.15
3.96
_BSB
2012
2,121,298
5.955
1650
-0.1
3.35
_BSB
2012
2,322,244
6.128
1745
-0.28
-2.25
_BSB
2013
2,597,399
6.11
1812
0.81
0.49
_BSB
2013
6.217
1877
0.16
4.00
_BSB
2013
6.243
1937
0.37
3.28
_BSB
2013
6.325
1998
0.25
-2.18
_BSB
2014
6.365
2136
0.47
0.06
_BSB
2014
6.363
2149
0.19
3.83
_BSB
2014
6.337
2174
0.56
3.29
_BSB
2014
3,267,039
6.436
2151
1.48
-2.11
_BSB
2015
3,200,471
6.256
2150
-0.14
-0.23
_BSB
2015
3,312,911
6.375
2123
0.47
3.75
_BSB
2015
3,495,978
6.21
2043
0.42
3.36
_BSB
2015
3,808,983
6.477
1990
0.36
-1.83
2,719,484
2,746,425
2,591,998
2,812,625
2,742,587
2,798,563
Lampiran 2. Data setelah diolah
Nama
Bank
_BSM
Tahun
LNJDM
LNTBHDM
LNJKL
LNINF
LNPDB
2011
1.034572
-0.57602
7.1785455
-0.03046
-0.4462871
_BSM
2011
1.036028
-0.65744
7.1944369
0.157004
1.350667183
_BSM
2011
1.038879
-0.60514
7.2071189
#NUM!
1.283707772
_BSM
2011
1.040862
-0.75048
7.2449415
#NUM!
#NUM!
_BSM
2012
1.040191
-0.70987
7.2861917
-0.16252
-0.22314355
_BSM
2012
1.039558
-0.58132
7.3323692
0.139762
1.376244025
_BSM
2012
1.038788
-0.65105
7.4085306
#NUM!
1.208960346
_BSM
2012
1.039299
-0.71968
7.4645098
#NUM!
#NUM!
_BSM
2013
1.040949
-0.81612
7.5021865
-0.21072
-0.71334989
_BSM
2013
1.041859
-0.75853
7.53743
-1.83258
1.386294361
_BSM
2013
1.043875
-1.03222
7.5688957
-0.99425
1.187843422
_BSM
2013
1.043586
-0.82855
7.599902
-1.38629
#NUM!
102
_BSM
2014
1.045172
-0.86112
7.6666902
-0.75502
-2.81341072
_BSM
2014
1.045299
-0.83809
7.6727579
-1.66073
1.342864803
_BSM
2014
1.046332
-1.19563
7.6843241
-0.57982
1.190887565
_BSM
2014
1.047146
-1.27668
7.6736881
0.392042
#NUM!
_BSM
2015
1.046748
-0.86112
7.6732231
#NUM!
#NUM!
_BSM
2015
1.046165
-1.05632
7.6605855
-0.75502
1.32175584
_BSM
2015
1.046298
-0.91448
7.6221746
-0.8675
1.211940974
_BSM
2015
1.046729
-0.97422
7.5958899
-1.02165
#NUM!
_BMI
2011
1.037064
-1.80561
7.1785455
-0.03046
-0.4462871
_BMI
2011
1.028534
-1.80561
7.1944369
0.157004
1.350667183
_BMI
2011
1.030353
-1.80561
7.2071189
#NUM!
1.283707772
_BMI
2011
1.03718
-1.80561
7.2449415
#NUM!
#NUM!
_BMI
2012
1.035374
-1.11891
7.2861917
-0.16252
-0.22314355
_BMI
2012
1.035351
-1.11891
7.3323692
0.139762
1.376244025
_BMI
2012
1.037181
-1.11891
7.4085306
#NUM!
1.208960346
_BMI
2012
1.042139
-1.11891
7.4645098
#NUM!
#NUM!
_BMI
2013
1.043654
-1.11891
7.5021865
-0.21072
-0.71334989
_BMI
2013
1.043592
-1.11891
7.53743
-1.83258
1.386294361
_BMI
2013
1.044386
-1.11891
7.5688957
-0.99425
1.187843422
_BMI
2013
1.04368
-1.11891
7.599902
-1.38629
#NUM!
_BMI
2014
1.044841
-1.11891
7.6666902
-0.75502
-2.81341072
_BMI
2014
1.047031
-1.11891
7.6727579
-1.66073
1.342864803
_BMI
2014
1.047711
-1.11891
7.6843241
-0.57982
1.190887565
_BMI
2014
1.047726
-1.50029
7.6736881
0.392042
#NUM!
_BMI
2015
1.045334
-1.11891
7.6732231
#NUM!
#NUM!
_BMI
2015
1.042131
-0.89605
7.6605855
-0.75502
1.32175584
_BMI
2015
1.042963
-0.87134
7.6221746
-0.8675
1.211940974
_BMI
2015
1.044369
-0.86451
7.5958899
-1.02165
#NUM!
_BNIS
2011
0.989229
-1.05632
7.1785455
-0.03046
-0.4462871
_BNIS
2011
0.987515
-1.41374
7.1944369
0.157004
1.350667183
_BNIS
2011
0.992752
-1.34549
7.2071189
#NUM!
1.283707772
_BNIS
2011
0.99605
-1.3787
7.2449415
#NUM!
#NUM!
_BNIS
2012
0.995817
-1.6491
7.2861917
-0.16252
-0.22314355
_BNIS
2012
0.995564
-1.73023
7.3323692
0.139762
1.376244025
_BNIS
2012
0.996771
-1.4508
7.4085306
#NUM!
1.208960346
_BNIS
2012
0.999276
-1.27668
7.4645098
#NUM!
#NUM!
103
_BNIS
2013
1.008207
-1.27668
7.5021865
-0.21072
-0.71334989
_BNIS
2013
1.005226
-1.35363
7.53743
-1.83258
1.386294361
_BNIS
2013
1.006547
-1.29132
7.5688957
-0.99425
1.187843422
_BNIS
2013
1.006094
-2.50404
7.599902
-1.38629
#NUM!
_BNIS
2014
1.010801
-1.55375
7.6666902
-0.75502
-2.81341072
_BNIS
2014
1.020572
-1.55375
7.6727579
-1.66073
1.342864803
_BNIS
2014
1.016696
-1.82167
7.6843241
-0.57982
1.190887565
_BNIS
2014
1.019749
-1.8896
7.6736881
0.392042
#NUM!
_BNIS
2015
1.02179
-0.67272
7.6732231
#NUM!
#NUM!
_BNIS
2015
1.020572
-0.65744
7.6605855
-0.75502
1.32175584
_BNIS
2015
1.023816
-0.67945
7.6221746
-0.8675
1.211940974
_BNIS
2015
1.023315
-0.68399
7.5958899
-1.02165
#NUM!
_BRIS
2011
1.005574
-0.36254
7.1785455
-0.03046
-0.4462871
_BRIS
2011
1.007521
-0.36254
7.1944369
0.157004
1.350667183
_BRIS
2011
1.013737
-0.3429
7.2071189
#NUM!
1.283707772
_BRIS
2011
1.01712
-0.33045
7.2449415
#NUM!
#NUM!
_BRIS
2012
1.014384
-0.37734
7.2861917
-0.16252
-0.22314355
_BRIS
2012
1.015643
-0.40687
7.3323692
0.139762
1.376244025
_BRIS
2012
1.017026
-0.41808
7.4085306
#NUM!
1.208960346
_BRIS
2012
1.02103
-0.42732
7.4645098
#NUM!
#NUM!
_BRIS
2013
1.023447
-0.83171
7.5021865
-0.21072
-0.71334989
_BRIS
2013
1.024582
-0.83171
7.53743
-1.83258
1.386294361
_BRIS
2013
1.024427
-0.65744
7.5688957
-0.99425
1.187843422
_BRIS
2013
1.024381
-0.63046
7.599902
-1.38629
#NUM!
_BRIS
2014
1.023613
-0.42152
7.6666902
-0.75502
-2.81341072
_BRIS
2014
1.025114
-0.42616
7.6727579
-1.66073
1.342864803
_BRIS
2014
1.025633
-0.42732
7.6843241
-0.57982
1.190887565
_BRIS
2014
1.02763
-0.43323
7.6736881
0.392042
#NUM!
_BRIS
2015
1.027696
-0.50133
7.6732231
#NUM!
#NUM!
_BRIS
2015
1.027118
-0.51603
7.6605855
-0.75502
1.32175584
_BRIS
2015
1.029381
-0.51904
7.6221746
-0.8675
1.211940974
_BRIS
2015
1.030998
-0.43562
7.5958899
-1.02165
#NUM!
_BMS
2011
0.988248
-0.57427
7.1785455
-0.03046
-0.4462871
_BMS
2011
0.985486
-0.60138
7.1944369
0.157004
1.350667183
_BMS
2011
0.988774
-0.66611
7.2071189
#NUM!
1.283707772
_BMS
2011
0.993649
-0.63046
7.2449415
#NUM!
#NUM!
104
_BMS
2012
0.989697
-0.62053
7.2861917
-0.16252
-0.22314355
_BMS
2012
0.988659
-0.63653
7.3323692
0.139762
1.376244025
_BMS
2012
1.000822
-0.76672
7.4085306
#NUM!
1.208960346
_BMS
2012
1.005082
-0.77788
7.4645098
#NUM!
#NUM!
_BMS
2013
1.00832
-0.76948
7.5021865
-0.21072
-0.71334989
_BMS
2013
1.00758
-0.8192
7.53743
-1.83258
1.386294361
_BMS
2013
1.008252
-1.04173
7.5688957
-0.99425
1.187843422
_BMS
2013
1.011049
-0.75583
7.599902
-1.38629
#NUM!
_BMS
2014
1.008518
-0.81003
7.6666902
-0.75502
-2.81341072
_BMS
2014
1.008739
-0.78071
7.6727579
-1.66073
1.342864803
_BMS
2014
1.007337
-0.90703
7.6843241
-0.57982
1.190887565
_BMS
2014
1.004574
-0.79808
7.6736881
0.392042
#NUM!
_BMS
2015
1.000776
-0.79808
7.6732231
#NUM!
#NUM!
_BMS
2015
0.997245
-0.79808
7.6605855
-0.75502
1.32175584
_BMS
2015
0.995774
-0.80402
7.6221746
-0.8675
1.211940974
_BMS
2015
0.998023
-1.00915
7.5958899
-1.02165
#NUM!
_BPS
2011
0.934956
-0.89065
7.1785455
-0.03046
-0.4462871
_BPS
2011
0.936607
-1.12558
7.1944369
0.157004
1.350667183
_BPS
2011
0.920917
-1.85486
7.2071189
#NUM!
1.283707772
_BPS
2011
0.938368
-1.03886
7.2449415
#NUM!
#NUM!
_BPS
2012
0.944707
-0.64769
7.2861917
-0.16252
-0.22314355
_BPS
2012
0.952552
-0.7452
7.3323692
0.139762
1.376244025
_BPS
2012
0.960673
-0.58203
7.4085306
#NUM!
1.208960346
_BPS
2012
0.965603
-0.59031
7.4645098
#NUM!
#NUM!
_BPS
2013
0.971535
-1.11342
7.5021865
-0.21072
-0.71334989
_BPS
2013
0.969832
-2.09186
7.53743
-1.83258
1.386294361
_BPS
2013
0.978458
-1.29355
7.5688957
-0.99425
1.187843422
_BPS
2013
0.988835
-1.09144
7.599902
-1.38629
#NUM!
_BPS
2014
0.983772
-1.08155
7.6666902
-0.75502
-2.81341072
_BPS
2014
0.988103
-1.32403
7.6727579
-1.66073
1.342864803
_BPS
2014
0.994329
-1.21684
7.6843241
-0.57982
1.190887565
_BPS
2014
1.002191
-1.65939
7.6736881
0.392042
#NUM!
_BPS
2015
1.003379
-2.12246
7.6732231
#NUM!
#NUM!
_BPS
2015
1.004715
-1.82655
7.6605855
-0.75502
1.32175584
_BPS
2015
1.004595
-1.15776
7.6221746
-0.8675
1.211940974
_BPS
2015
1.006899
#NUM!
7.5958899
-1.02165
#NUM!
105
_BCAS
2011
0.945653
-1.40658
7.1785455
-0.03046
-0.4462871
_BCAS
2011
0.94326
-0.96876
7.1944369
0.157004
1.350667183
_BCAS
2011
0.939189
-0.96459
7.2071189
#NUM!
1.283707772
_BCAS
2011
0.954446
-1.41736
7.2449415
#NUM!
#NUM!
_BCAS
2012
0.957204
-1.58448
7.2861917
-0.16252
-0.22314355
_BCAS
2012
0.956232
-1.11342
7.3323692
0.139762
1.376244025
_BCAS
2012
0.956463
-1.51379
7.4085306
#NUM!
1.208960346
_BCAS
2012
0.965259
-1.77148
7.4645098
#NUM!
#NUM!
_BCAS
2013
0.963896
-1.80561
7.5021865
-0.21072
-0.71334989
_BCAS
2013
0.9658
#NUM!
7.53743
-1.83258
1.386294361
_BCAS
2013
0.968782
#NUM!
7.5688957
-0.99425
1.187843422
_BCAS
2013
0.974678
#NUM!
7.599902
-1.38629
#NUM!
_BCAS
2014
0.974138
-5.74555
7.6666902
-0.75502
-2.81341072
_BCAS
2014
0.976298
-2.60494
7.6727579
-1.66073
1.342864803
_BCAS
2014
0.976328
-5.74555
7.6843241
-0.57982
1.190887565
_BCAS
2014
0.983982
-7.36713
7.6736881
0.392042
#NUM!
_BCAS
2015
0.98424
#NUM!
7.6732231
#NUM!
#NUM!
_BCAS
2015
0.987558
-7.36713
7.6605855
-0.75502
1.32175584
_BCAS
2015
0.986839
-7.36713
7.6221746
-0.8675
1.211940974
_BCAS
2015
0.992907
-7.36713
7.5958899
-1.02165
#NUM!
_BSB
2011
0.972303
-0.29213
7.1785455
-0.03046
-0.4462871
_BSB
2011
0.974472
-0.33133
7.1944369
0.157004
1.350667183
_BSB
2011
0.979134
-0.40897
7.2071189
#NUM!
1.283707772
_BSB
2011
0.982762
-0.37825
7.2449415
#NUM!
#NUM!
_BSB
2012
0.980814
-0.47896
7.2861917
-0.16252
-0.22314355
_BSB
2012
0.984173
-0.55669
7.3323692
0.139762
1.376244025
_BSB
2012
0.985367
-0.54647
7.4085306
#NUM!
1.208960346
_BSB
2012
0.987677
-0.51934
7.4645098
#NUM!
#NUM!
_BSB
2013
0.990507
-0.52208
7.5021865
-0.21072
-0.71334989
_BSB
2013
0.99166
-0.50612
7.53743
-1.83258
1.386294361
_BSB
2013
0.991906
-0.50234
7.5688957
-0.99425
1.187843422
_BSB
2013
0.990455
-0.49067
7.599902
-1.38629
#NUM!
_BSB
2014
0.992501
-0.48512
7.6666902
-0.75502
-2.81341072
_BSB
2014
0.991871
-0.48539
7.6727579
-1.66073
1.342864803
_BSB
2014
0.992376
-0.489
7.6843241
-0.57982
1.190887565
_BSB
2014
0.996214
-0.47546
7.6736881
0.392042
#NUM!
106
_BSB
2015
0.995707
-0.50046
7.6732231
#NUM!
#NUM!
_BSB
2015
0.996557
-0.48374
7.6605855
-0.75502
1.32175584
_BSB
2015
0.997876
-0.50714
7.6221746
-0.8675
1.211940974
_BSB
2015
0.999966
-0.46999
7.5958899
-1.02165
#NUM!
Lampiran 3. Uji Fixed Effect Model
Dependent Variable: JDM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/05/16 Time: 15:22
Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3
Included observations: 12 after adjustments
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 94
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
TBHDM?
JKL?
INF?
PDB?
Fixed Effects (Cross)
_BSM--C
_BMI--C
_BNIS--C
_BRIS--C
_BMS--C
_BPS--C
_BCAS--C
_BSB--C
0.626986
-0.002452
0.050133
0.000479
0.000527
0.044076
0.000923
0.006012
0.001801
0.000618
14.22519
-2.655364
8.338199
0.265872
0.851654
0.0000
0.0095
0.0000
0.7910
0.3969
0.037584
0.035560
0.000872
0.016717
-0.004949
-0.033517
-0.043962
-0.015632
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.945696
0.938412
0.007297
0.004366
335.5494
129.8202
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
1.005408
0.029402
-6.884029
-6.559353
-6.752883
0.307892
107
Lampiran 4. Uji Normalitas
10
Series: Residuals
Sample 1 159
Observations 94
8
6
4
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
1.64e-16
0.000764
0.055684
-0.052206
0.026502
0.018879
2.148696
Jarque-Bera
Probability
2.844065
0.241223
0
-0.04
-0.02
0.00
0.02
0.04
0.06
Lampiran 5. Uji Multikolinearitas
TBHDM
JKL
INF
PDB
TBHDM
1.000000
-0.203082
0.090533
0.007119
JKL
-0.203082
1.000000
-0.709081
0.021374
INF
0.090533
-0.709081
1.000000
-0.207920
PDB
0.007119
0.021374
-0.207920
1.000000
Lampiran 6. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
2.135338
8.231249
6.746202
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 09/05/16 Time: 15:18
Sample: 1 159
Prob. F(4,89)
Prob. Chi-Square(4)
Prob. Chi-Square(4)
0.0830
0.0835
0.1499
108
Included observations: 94
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
TBHDM
JKL
INF
PDB
0.200457
0.000336
-0.023817
-0.000388
-0.000118
0.086886
0.001250
0.011829
0.003579
0.001230
2.307118
0.268787
-2.013509
-0.108321
-0.096209
0.0234
0.7887
0.0471
0.9140
0.9236
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.087566
0.046558
0.014513
0.018747
267.0605
2.135338
0.082958
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.021824
0.014864
-5.575756
-5.440474
-5.521112
0.131759
Lampiran 7. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.752891
8.178970
Prob. F(10,79)
Prob. Chi-Square(10)
0.6729
0.6114
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 09/05/16 Time: 15:19
Sample: 1 159
Included observations: 94
Presample and interior missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
TBHDM
JKL
INF
PDB
C
RESID(-1)
RESID(-2)
RESID(-3)
RESID(-4)
RESID(-5)
RESID(-6)
RESID(-7)
RESID(-8)
RESID(-9)
-0.000783
0.014258
0.002518
0.000259
-0.107481
0.728828
0.127949
0.599782
0.036579
0.142229
0.412146
0.056940
0.184637
-0.336036
0.002638
0.022916
0.006861
0.002374
0.168151
0.241259
0.332434
0.313256
0.294066
0.311975
0.522831
0.338126
0.291836
0.294541
-0.296703
0.622203
0.367044
0.108943
-0.639193
3.020934
0.384886
1.914669
0.124390
0.455898
0.788296
0.168398
0.632673
-1.140879
0.7675
0.5356
0.7146
0.9135
0.5245
0.0034
0.7014
0.0592
0.9013
0.6497
0.4329
0.8667
0.5288
0.2574
109
RESID(-10)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
-0.082909
0.087010
-0.074785
0.027475
0.059635
212.6714
0.537779
0.903161
0.401675
-0.206409
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.8370
1.64E-16
0.026502
-4.205775
-3.799930
-4.041844
0.302906
Download