Templat tesis dan disertasi

advertisement
PEMANFAATAN GLISEROL SEBAGAI SUMBER KARBON
UNTUK PRODUKSI ETANOL PADA Escherichia coli
REKOMBINAN DALAM KONDISI AEROBIK
WAHYU SURADI PRANATA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pemanfaatan Gliserol sebagai
Sumber Karbon untuk Produksi Etanol pada Escherichia coli Rekombinan dalam
Kondisi Aerobik” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016
Wahyu Suradi Pranata
NRP P051130301
RINGKASAN
WAHYU SURADI PRANATA. Pemanfaatan Gliserol sebagai Sumber Karbon
untuk Produksi Etanol pada Escherichia coli Rekombinan dalam Kondisi Aerobik.
Dibimbing
oleh
DJUMALI
MANGUNWIDJAJA
dan
PRAYOGA
SURYADARMA.
Etanol merupakan salah satu energi terbarukan yang terus dikembangkan.
Penggunaan galur Escherichia coli menunjukkan adanya potensi dalam
pemanfaatan substrat yang luas. Pada umumnya E. coli akan memproduksi etanol
dalam kondisi anaerobik, namun hal tersebut masih belum efektif, sehingga
dilakukan rekayasa genetik dan perubahan kondisi produksi etanol menjadi
aerobik. Rekayasa genetik dilakukan dengan penginsersian gen etanologenik yang
berasal dari Zymomonas mobilis (gen piruvat dekarboksilase (pdc) dan alkohol
dehidrogenase (adhB)) yang membentuk jalur baru produksi etanol melalui
piruvat. Kondisi aerobik memicu pertumbuhan yang tinggi dan mengonsumsi
NADH. Selain dalam respirasi NADH juga dibutuhkan sebagai ko-substrat dalam
pembentukan etanol jadi perlu adanya upaya untuk menyeimbangkan konsentrasi
NADH dalam metabolisme. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemanfaatan
substrat gliserol, karena E. coli melalui pemanfaatan gliserol sebagai sumber
karbon mampu menghasilkan dua kali NADH dibandingkan dengan glukosa,
selain itu melalui pemanfaatan substrat gliserol juga mampu mengakumulasi
piruvat yang merupakan metabolit intermediate yang bermanfaat dalam produksi
etanol.
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui perbedaan karakteristik
pertumbuhan sel pada E. coli BW25113 (galur tetua) antara sumber karbon
gliserol dan glukosa. Serta produksi etanol pada E. coli etanologenik. Galur yang
digunakan merupakan galur E. coli yang telah dihilangkan bagian dari
fosfotransaetilase (pta) penghasil asetat dan diinsersikan gen fdh serta gen pdcadhB. Galur E. coli ini bernama BW25113 ∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc.
Tahap awal penelitian ini membandingkan pemanfaatan sumber karbon
gliserol dengan glukosa pada E. coli BW25113 secara karakteristik pertumbuhan.
Media kultivasi ditambahkan substrat (gliserol atau glukosa) dan CaCO3. Setelah
itu, dimonitor kondisi pertumbuhan secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 660 nm. Pengukuran konsumsi substrat (glukosa dan gliserol) dengan
menggunakan glukosa kit dan gliserol kit berdasarkan metode enzimatis.
Pengukuran asam organik (asetat dan piruvat) diukur menggunakan kromatografi
cair kinerja tinggi (HPLC), kolom zorbax Sb-aq dan fase geraknya adalah 1%
asetonitril berbanding 99% NaH2PO4. E. coli mampu tumbuh dengan baik pada
kedua sumber karbon, gliserol lebih cepat terkonsumsi dibandingkan glukosa,
akumulasi asetat yang pada glukosa sedangkan gliserol tidak ada akumulasi asetat,
dan piruvat hanya terakumulasi pada gliserol sedangkan pada glukosa tidak
terakumulasi.
Tahap selanjutnya adalah produksi etanol pada E. coli etanologenik.
Produksi etanol dianalisis dengan memperhatikan akumulasi etanol dan konsumsi
substrat. Pengukuran akumulasi etanol dan konsumsi substrat gliserol maupun
glukkosa dilakukan menggunakan etanol kit, gliserol kit, dan glukosa kit
berdasarkan metode enzimatis. Etanol terakumulasi lebih tinggi melalui
pemanfaatan gliserol daripada glukosa sebagai sumber karbon pada E. coli
etanologenik dalam kondisi aerobik.
Dengan demikian, pemanfaatan gliserol sebagai sumber karbon pada E.
coli BW25113 (galur tetua) menghasilkan profil pertumbuhan yang sama dengan
glukosa, konsumsi substrat yang tinggi, mampu meningkatkan akumulasi piruvat,
dan menekan produk samping asetat dalam kondisi aerobik. Pada galur E. coli
BW25113 ∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc (galur etanologenik) melalui pemanfaatan
gliserol sebagai sumber karbon menghasilkan etanol lebih tinggi daripada glukosa
dalam kondisi aerobik.
Kata kunci: Aerobik, Escherichia coli, etanol, gliserol, glukosa
SUMMARY
WAHYU SURADI PRANATA. Glycerol Utilization as Carbon Source for
Ethanol Production in Escherichia coli Recombinant under an Aerobic Condition.
Supervised
by
DJUMALI
MANGUNWIDJAJA
and
PRAYOGA
SURYADARMA.
Ethanol is one of renewable energy that are constantly being developed.
Escherichia coli have potency to be ethanol producer because of its broad carbon
source utilization. In general, E. coli produce ethanol under anaerobic conditions,
but it is still not effective. Genetic engineering was done to change ethanol
production to aerobic conditions. Insertion of ethanologenic genes, pyruvate
decarboxylase (pdc) and alcohol dehydrogenase (adhB), derived from Zymomonas
mobilis was done to form a new pathways of ethanol production through pyruvate.
Aerobic conditions lead to high growth and high NADH consumption. In addition,
NADH was needed in respiration and ethanol production as a co-substrate, so
balancing NADH concentration is necessary in metabolism. Glycerol as a carbon
source was able to twice NADH production in E. coli, compared to glucose. The
use of glycerol also accumulates pyruvate as intermediate metabolite for produce
ethanol.
The purpose of this study was to determine the growth characteristic
differences in E. coli BW25113 (parent strain) between the carbon source glycerol
and glucose. As well as ethanol production in ethanologenic E. coli. The strain
used is an E. coli that have been removed the gene for acetate-producing
(fosfotransaetilase (pta)) and have been inserted fdh together with pdc-adhB. The
E. coli strain is named BW25113Δpta/pHfdh/pTadhB-pdc.
The initial stage of this study was to compare the growth characteristic of
E. coli between glycerol substrate and glucose. Media cultivation substrate is
added glycerol or glucose and CaCO3. The growth conditions was monitored by
spectrophotometry OD660 nm. The substrate consumption (glucose and glycerol)
was measured using glucose kit and glycerol kit based on enzymatic method. The
organic acids (acetate and pyruvate) was measured using high performance liquid
chromatography (HPLC), column Zorbax Sb-aq with 1% acetonitrile : 99%
NaH2PO4 as mobile phase. E. coli is able to grow well in the both substrates, the
consumption of the glycerol faster than glucose, acetate accumulation was high on
glucose while there is no acetate accumulation on glycerol, and pyruvate was
accumulated on the glycerol while in glucose did not accumulate.
The next stage is the ethanol production in E. coli ethanologenic. Ethanol
production was analyzed by observing the accumulation of ethanol and the
consumption of substrates. Measurement of ethanol accumulation, glycerol
consumption, and glucose consumption was performed using ethanol kit, glycerol
kit, and glucose kit based on enzymatic method. Ethanol was accumulated through
the use of glycerol as a carbon source on E .coli ethanologenic in aerobic
conditions.
Thus, the use of glycerol as a carbon source on E. coli BW25113 (parent
strain) produce growth profile same with glucose, the high consumption of the
substrate, increased pyruvate accumulation, and suppressed the accumulation
acetate as by-product under aerobic condition. On strain E. coli BW25113
∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc (strain ethanologenic) the utilization of glycerol as
carbon source enhanced ethanol accumulation under aerobic conditions,
comparing with glucose.
Keywords: Aerobic, Escherichia coli, ethanol, glucose, glycerol
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PEMANFAATAN GLISEROL SEBAGAI SUMBER KARBON
UNTUK PRODUKSI ETANOL PADA Escherichia coli
REKOMBINAN DALAM KONDISI AEROBIK
WAHYU SURADI PRANATA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Bioteknologi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Nisa Rachmania Mubarik MSi
Judul Tesis : Pemanfaatan Gliserol sebagai Sumber Karbon untuk Produksi
Etanol pada Escherichia coli Rekombinan dalam Kondisi Aerobik
Nama
: Wahyu Suradi Pranata
NRP
: P051130301
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Djumali Mangunwidjaja, DEA
Ketua
Dr Prayoga Suryadarma, STP MT
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Bioteknologi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Suharsono, DEA
Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr
Tanggal Ujian: 2 September 2016
Tanggal Lulus:
iv
PRAKATA
Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Gliserol
sebagai Sumber Karbon untuk Produksi Etanol pada Escherichia coli
Rekombinan dalam Kondisi Aerobik” dapat terselesaikan dengan baik.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Djumali Mangunwidjaja,
DEA dan Dr Prayoga Suryadarma, STP MT selaku dosen pembimbing, Dr Nisa
Rachmania Mubarik, MSi selaku dosen penguji, National BioResource Project
(National Institute of Genetic (NIG), Mishima, Jepang) atas sel E. coli BW25113
dan kepada Departement Chemical Science and Engineering, Osaka University,
Jepang atas plasmid pHfdh dan pTadhB-pdc serta semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada orang tua tercinta Acep Sahman, ST dan Tati Rosmawati,
SPd, kakak : Krishna Setiadi, adik : Darwin Setiadinata serta seluruh keluarga
yang selalu memberikan doa, motivasi serta inspirasi bagi penulis agar tetap sabar
dalam mencapai kesuksesan, keluarga besar program studi Bioteknologi, keluarga
besar di laboratorium Bioindustri, serta seluruh keluarga besar Himpunan
Mahasiwa Wirausaha Pascasarjana (Himawipa) IPB atas segala doa dan
dukungannya.
Harapan besar bagi saya, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis
sendiri pada khususnya dan masyarakat serta bangsa pada umumnya.
Bogor, November 2016
Wahyu Suradi Pranata
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup
1
2
3
3
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Gliserol sebagai Sumber Karbon
Escherichia coli Rekombinan Etanologenik
Pembanding Fermentasi dan Respirasi Aerobik
Perkembangan Produksi Etanol
4
4
5
6
3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Galur Bakteri dan Plasmid
Media Pertumbuhan, Prakultivasi, Kultivasi
Pengukuran Bobot Sel Kering, Konsumsi Substrat, Akumulai Etanol
Pengukuran Asam Organik
7
7
7
8
8
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan E. coli pada Glukosa dan Gliserol dalam Kondisi Aerobik
Produksi Etanol pada E. coli Etanologenik
Metabolisme Produksi Etanol pada Sumber Karbon Glukosa dan Gliserol
9
11
12
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
14
14
DAFTAR PUSTAKA
15
RIWAYAT HIDUP
22
viii
DAFTAR TABEL
1
2
Galur dan plasmid yang digunakan pada penelitian
Pertumbuhan sel, produksi etanol, yield berdasarkan substrat, dan yield
berdasarkan biomassa pada galur E. coli etanologenik
7
12
DAFTAR GAMBAR
3
4
5
6
Profil pertumbuhan sel dan konsumsi substrat glukosa dan gliserol
sebagai sumber karbon pada kultivasi E. coli BW25113 selama 72 jam
Profil akumulasi asetat dan piruvat pada substrat glukosa dan gliserol
sebagai sumber karbon di dalam kultivasi E. coli BW25113 selama 72
jam
Produksi etanol pada kultivasi E. coli BW25113∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc
di dalam substrat gliserol dan glukosa sebagai sumber karbon
Ringkasan sentral karbon metabolisme di dalam sel E. coli etanologenik
rekombinan pada kondisi aerobik
9
10
11
13
DAFTAR LAMPIRAN
7
8
9
Uji Glukosa
Uji Gliserol
Uji Etanol
19
20
21
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan karena sebagian besar
aktivitas manusia membutuhkan energi. Mayoritas energi yang dimanfaatkan
berasal dari fosil khususnya minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui dan akan
habis. Produksi etanol sebagai bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan
merupakan salah satu solusi yang terus dikembangkan. Generasi awal produksi
etanol melalui fermentasi khamir (yeast) dengan substrat yang berasal dari pati
produk pangan, mulai ditinggalkan karena bersaing dengan pangan dan
berpengaruh terhadap ekonomi, selanjutnya menuju generasi kedua yang
memanfaatkan substrat dari biomassa melalui fermentasi yeast atau bakteri yang
lebih maju secara teknologi (IEA 2008). Fermentasi yeast seperti Saccharomyces
cereviciae memiliki kelemahan waktu pertumbuhan yang lambat sehingga
berpengaruh pada hasil produk yang diharapkan, selain itu fermentasi bakteri
seperti Zymomonas mobilis memiliki spektrum pemanfaatan substrat yang terbatas
pada gula, sedangkan Escherichia coli banyak digunakan dalam rekayasa mikroba
untuk produksi etanol karena metabolismenya sudah banyak diketahui. E. coli
memiliki kemampuan pertumbuhan yang cepat dan spektrum pemanfaatan
substrat yang luas seperti glukosa dan gliserol. Studi sebelumnya menyatakan
bahwa peran gula sebagai substrat dalam fermentasi etanol pada E. coli dapat
digantikan oleh gliserol (Ito et al. 2005).
Gliserol disebut juga gliserin merupakan senyawa alkohol trihidrat dengan
rumus bangun C3H8O3. Gliserol merupakan sumber karbon yang murah dan
berlimpah, selain itu gliserol lebih mudah direduksi dalam metabolisme
dibandingkan dengan gula sehingga menghasilkan senyawa hasil reduksi seperti
etanol, suksinat, xylitol, propionat, hidrogen, dan seterusnya dengan rendemen
yang lebih tinggi dari penggunaan gula (Dharmadi et al. 2006). Setiap 3 mol
biodiesel yang dihasilkan, menghasilkan 1 mol gliserol (sekitar 5-10% setara berat
biodiesel), untuk mengoptimalkan potensi ini perlu usaha untuk mengonversi
gliserol menjadi bahan kimia yang bermanfaat seperti etanol (Yazdani dan
Gonzales 2007).
Penelitian-penelitian yang lain melakukan fermentasi pada kondisi anaerob,
sehingga pertumbuhan sel berlangsung lambat dan meningkatkan aktivitas laktat
dehidrogenase (LDH) yang mengakumulasi laktat dengan substrat piruvat.
Suryadarma et al. (2012) menyatakan bahwa kultivasi E. coli pada kondisi
anaerob menyebabkan pertumbuhan sel rendah sehingga berakibat pada turunnya
hasil produk yang diharapkan. Kondisi anaerobik menghasilkan produk samping
yang tinggi mengakibatkan produksi etanol pada E. coli belum efektif, sehingga
perlu dilakukan rekayasa genetik (Ingram et al. 1987) dan mengubah kondisi
kultivasi produksi etanol menjadi aerobik. Penginsersian gen etanologenik yaitu
gen piruvat dekarboksilase (pdc) dan asetaldehida dehidrogenase (adhB) dari Z.
mobilis ke E. coli melalui rekayasa genetik dapat meningkatkan produksi etanol
(Ingram et al. 1987). Pada studi lain menyebutkan proses kultivasi pada kondisi
aerobik menghasilkan biomassa dalam jumlah besar sekitar 66% dan sisanya
berupa air, gas, dan asam organik (Sutapa 1999). Di samping itu, dalam kondisi
2
aerobik enzim pembentuk laktat (Laktat dehidrogenase; LDH) akan mengalami
penurunan aktivitas (Ojima et al. 2012) sehingga akumulasi laktat dapat ditekan.
Tersedianya oksigen sebagai aksepton elektron terakhir akan
mengonsumsi NADH (Causey et al. 2004) sehingga menyebabkan berkurangnya
NADH untuk produksi etanol. Dilihat dari jalur metabolismenya pemanfaatan
gliserol sebagai sumber karbon mampu meningkatkan dua kali NADH
dibandingkan glukosa seperti yang dilaporkan oleh Yazdani dan Gonzales (2007).
Ketersediaan NADH dalam kultivasi E. coli juga mampu mengakumulasi piruvat
sebagai metabolit intermediate yang bermanfaat dalam produksi etanol
(Suryadarma et al. 2012).
Ketersediaan oksigen yang tinggi dan konsentrasi substrat yang tinggi
menyebabkan akumulasi asetat yang tinggi pada substrat glukosa, fenomena ini
disebut overflow metabolism (Vemuri et al. 2006) dimana akumulasi asetat yang
banyak dapat menurunkan produksi etanol. Pada penelitian Martinez-Gomez et al.
(2012) menyatakan bahwa melalui pemanfaatan substrat gliserol dapat menekan
akumulasi asetat. Selanjutnya, diharapkan E. coli etanologenik dengan substrat
gliserol dapat mengakumulasi etanol lebih tinggi dibandingkan dengan substrat
glukosa karena melalui pemanfaatan gliserol diduga mampu menekan asetat
sebagai produk samping dan dapat mengakumulasi piruvat sebagai prekursor
untuk pembentukan etanol.
Konversi gliserol menjadi asam suksinat merupakan contoh keseimbangan
redoks. Meskipun jalur untuk etanol dan suksinat setara mengenai keseluruhan
keseimbangan redoks, kontribusi energi dari jalur etanologenik jauh lebih tinggi,
setiap 1 ATP diproduksi per molekul gliserol yang diubah menjadi etanol,
sementara produksi energi dijalur suksinat terbatas untuk memenuhi generasi
proton motive force oleh fumarate reduktase (frd) (Dharmadi et al. 2006). Oleh
karena itu, dalam penelitian ini membandingkan gliserol dengan glukosa sebagai
sumber karbon, sehingga diharapkan dapat mengetahui potensi substrat gliserol
untuk selanjutnya diarahkan menuju produksi etanol pada kondisi aerobik.
Perumusan Masalah
E. coli secara umum memproduksi etanol dalam kondisi anaerobik, namun
hal tersebut masih belum efektif, sehingga dilakukan rekayasa genetik dan
perubahan kondisi produksi etanol menjadi aerobik. Rekayasa genetik dilakukan
dengan penginsersian gen etanologenik yang berasal dari Zymomonas mobilis
(gen piruvat dekarboksilase (pdc) dan alkohol dehidrogenase (adhB)) yang
membentuk jalur baru produksi etanol melalui piruvat. Kondisi aerobik memicu
pertumbuhan yang tinggi dan mengonsumsi NADH. Selain dalam respirasi
NADH juga dibutuhkan sebagai ko-substrat dalam pembentukan etanol, jadi perlu
adanya upaya untuk menyeimbangkan konsentrasi NADH dalam metabolisme.
Hal tersebut dapat diatasi dengan pemanfaatan substrat gliserol, karena E. coli
melalui pemanfaatan gliserol sebagai sumber karbon mampu menghasilkan dua
kali NADH dibandingkan dengan glukosa dan mampu menekan asetat sebagai
produk samping, serta mampu mengakumulasi piruvat sebagai metabolit
intermediate yang bermanfaat dalam produksi etanol.
3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan gliserol sebagai
sumber karbon untuk peningkatan produksi etanol pada E. coli etanologenik
dalam kondisi aerobik.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberi informasi baru mengenai
pemanfaatan gliserol sebagai sumber karbon untuk peningkatan produksi etanol
pada E. coli etanologenik dalam kondisi aerobik.
Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk skala laboratorium yang menggunakan E. coli
BW25113 (galur tetua) dan E. coli BW25113 ∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc (galur
etanologenik). Ruang lingkup penelitian ini meliputi (1) Pertumbuhan E. coli
BW25113 pada glukosa dan gliserol dalam kondisi aerobik dengan tujuan untuk
mengetahui karakteristik pertumbuhan sel pada kedua sumber karbon sehingga
dapat diketahui potensinya untuk selanjutnya dimanfaatkan dalam produksi etanol,
(2) produksi etanol pada E. coli etanologenik untuk membuktikan potensi substrat
gliserol dan glukosa dalam produksi etanol, dan (3) metabolisme produksi etanol
pada substrat glukosa dan gliserol.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Gliserol sebagai Sumber Karbon
Gliserol dapat diproduksi melalui fermentasi mikroba atau sintesis kimia
dari bahan baku petrokimia. Gliserol juga dapat menjadi bahan pembuatan sabun.
Pada proses tradisional, gliserol dilepaskan selama proses hidrolisis lemak. Proses
tersebut cukup penting, sejak sabun digantikan oleh detergen (Wang et al. 2001).
Biodiesel diproduksi dari minyak nabati dan lemak hewan yang teresterifikasi
misalnya etanol dan metanol (alkoholis) yang umumnya dikatalisis oleh NaOH
dan KOH, gliserol mewakili 10% (v/v) dari ester (Mu et al. 2006). Di Eropa
menggunakan minyak biji rape untuk produksi biodiesel sedangkan di Brazil
menggunakan minyak dari kedelai, bunga matahari, kelapa sawit Afrika (Elaeis
guineensis), dan jarak (Jatropa curcas).
Gliserol banyak diaplikasikan dalam kosmetik, cat, otomotif, makanan,
tembakau, farmasi, pulp, kertas, kulit dan industri tekstil. Gliserol digunakan
sebagai bahan untuk produksi berbagai zat kimia (Wang et al. 2001). Aplikasi
baru sedang dievaluasi dalam industri makanan, poligliserol dan industri
poliuretana, bidang stabilisator kayu dan produksi molekul kecil, seperti
dihidroksiaseton, gliserat, dan gliserol karbonat (Claude 1999). Gliserol juga
dipertimbangkan sebagai bahan baku untuk industri fermentasi masa depan (Wang
et al. 2001). Dengan demikian, salah satu dari banyak aplikasi yang menjanjikan
untuk penggunaan gliserol adalah biokonversi untuk senyawa nilai tinggi melalui
fermentasi mikroba. Gliserol tidak hanya murah dan berlimpah, tetapi gliserol
memiliki tingkat reduksi lebih baik dibandingkan gula untuk mereduksi bahan
kimia, seperti suksinat, etanol, xylitol, propionat, hidrogen, dll. Sehingga hasil
yang diperoleh lebih tinggi daripada gula (Dharmadi et al. 2006).
Seperti molekul bermuatan kecil lainnya, gliserol dapat melintasi membran
sitoplasma melalui difusi pasif. Namun, sel-sel terbatas pada serapan pasif yang
memiliki kelemahan pertumbuhan pada substrat konsentrasi rendah. Serapan
gliserol sering dikutip sebagai satu-satunya contoh transportasi dimediasi oleh
difusi difasilitasi melintasi membran dalam Escherichia coli (Voegele et al. 1993).
Difusi difasilitasi oleh protein membran integral, fasilisator gliserol (glpF)
(Darbon et al. 1999). Gliserol intraseluler selanjutnya dikonversi ke gliserol-3fosfat oleh gliserol kinase (glpK). Gliserol-3-fosfat tetap terperangkap di dalam sel
sampai selanjutnya dimetabolisme karena tidak ada substrat untuk fasilitator
gliserol (Braun et al. 2000). glpF bertindak sebagai saluran yang sangat selektif,
juga mengonduksi polialkohol dan turunan urea, yaitu stereo-selektif dan enantioselektif (Fu et al. 2000). Semua saluran ini secara ketat menyeleksi senyawa nonionik, termasuk hidroksida dan ion hidronium, sehingga mencegah disipasi
potensial membran (Fu et al. 2000). Masuknya gliserol dimediasi oleh glpF 1001000 kali lipat lebih besar dari yang diharapkan untuk transporter dan nonsaturable pada konsentrasi gliserol 200 mM (Fu et al. 2000).
Escherichia coli Rekombinan Etanologenik
Perkembangan saat ini dalam industri produksi etanol membutuhkan
biokatalis yang menghasilkan etanol dengan hasil tinggi dan mampu
5
memanfaatkan berbagai jenis sumber karbon. Galur yang memproduksi etanol
seperti S. cerevisiae pertumbuhannya lambat sedangkan Z. mobilis pemanfaatan
substratnya terbatas pada gula. Di sisi lain, E. coli dapat memanfaatkan gula
(glukosa) dan lemak (gliserol) sebagai sumber karbon dan juga tidak ada
persyaratan untuk faktor pertumbuhannya, yaitu fakultatif anaerob. E. coli
dianggap sebagai biokatalis efektif untuk produksi etanol.
Etanol merupakan salah satu produk fermentasi akhir E. coli. Hal ini
dihasilkan dalam sel E. coli tipe liar melalui asetil-KoA oleh alkohol
dehidrogenase (adhB), mengoksidasi dua NADH ke NAD+. Sementara itu,
glikolisis menghasilkan hanya satu NADH per piruvat. Sebagai konsekuensinya
pada jalur metabolisme E. coli untuk menghasilkan etanol kekurangan NADH.
Hal ini diatasi dengan mengubah salah satu asetil-KoA menjadi asetat, sehingga
dalam jumlah yang sama dari asetat dan etanol yang dihasilkan oleh E. coli.
Karena kebutuhan dua NADH per etanol, jalur etanologenik menghambat E. coli
melakukan fermentasi seperti S. cerevisiae atau Z. mobilis - homoetanol
fermentasi, yang dihasilkan etanol sebagai satu-satunya produk dan hanya
mengonsumsi satu NADH per etanol yang dihasilkan (Dien et al. 2003).
Rekayasa metabolisme melalui jalur homoetanol telah dikembangkan
untuk meningkatkan produksi etanol dalam sel E. coli. Perkembangan galur E.
coli etanologenik oleh para peneliti yang berbeda. Telah banyak dilaporkan bahwa
rekayasa metabolik E. coli mengekspresikan gen Z. mobilis yang mengkodekan
enzim piruvat dekarboksilase (pdc) dan alkohol dehidrogenase (adhB) untuk
menghasilkan etanol dari piruvat (Ingram dan Conway 1988) karena Z. mobilis
memiliki nilai Km yang rendah pada gen pdc dibandingkan dengan reaksi
konsumsi piruvat yang lain dan efektif mengarahkan metabolisme menuju
pembentukan etanol yang tinggi (Peterson dan Ingram 2008). Integrasi kromosom
gen-gen dalam genom E. coli di bawah kontrol piruvat format lyase (pfl) promotor
selanjutnya melakukan peningkatan stabilitas genetik dari galur rekombinan (Ohta
et al. 1991). Namun, dosis gen lebih rendah dari galur yang mengandung plasmid
mengakibatkan hasil yang rendah pada etanol, dengan kontaminasi yang tinggi
oleh laktat dan asetat. Selanjutnya, mutasi pada jalur utama asetat (pta,
phosphotransacetylase; ackA, asetat kinase) dan jalur laktat (ldh, laktat
dehidrogenase) melalui usaha ini diharapkan dapat meningkatkan produksi etanol
pada E. coli (Trinh et al. 2008).
Pembanding Fermentasi dan Respirasi Aerobik
Fermentasi yang bersifat anaerobik dan respirasi selular yang aerobik adalah
dua alternatif yang dapat diambil oleh sel untuk menghasilkan ATP melalui
pemanenan energi kimia dalam makanan. Kedua jalur tersebut menggunakan
glikolisis untuk mengoksidasi glukosa dan bahan bakar organik lain menjadi
piruvat, dengan produksi netto 2 ATP melalui fosforilasi tingkat substrat. Selain
itu, pada fermentasi maupun respirasi, NAD+ merupakan agen pengoksidasi yang
menerima elektron dari makanan selama glikolisis. Perbedaan kuncinya diketahui
dengan membandingkan mekanisme-mekanismenya untuk mengoksidasi NADH
menjadi NAD+ kembali, yang dibutuhkan untuk mempertahankan glikolisis.
Pada fermentasi, penerima elektron terakhir adalah molekul organik seperti
piruvat (fermentasi asam laktat) atau asetaldehida (fermentasi alkohol).
6
Sebaliknya, pada respirasi aerobik, penerima elektron terakhir dari NADH adalah
oksigen. Proses ini tidak hanya meregenerasi NAD+ yang dibutuhkan untuk
glikolisis namun juga membayar dengan suatu bonus ATP ketika transpor
elektron secara bertahap dari NADH ini ke oksigen menggerakkan fosforilasi
oksidatif. Pembayaran ATP yang lebih besar lagi berasal dari oksidasi piruvat
dalam siklus asam sitrat, yang hanya berlangsung dalam respirasi. Tanpa oksigen,
energi yang masih tersimpan dalam piruvat tidak bisa dimanfaatkan oleh sel.
Dengan demikian, respirasi selular memanen jauh lebih banyak energi dari setiap
molekul gula daripada yang bisa dilakukan oleh fermentasi.
Pada fermentasi alkohol, piruvat diubah menjadi etanol dalam dua langkah.
Langkah pertama melepaskan karbondioksida dari piruvat, yang diubah menjadi
senyawa berkarbon dua, asetaldehida. Pada langkah kedua, asetaldehida direduksi
menjadi etanol oleh NADH. Reduksi ini meregenerasi suplai NAD+ yang
dibutuhkan agar glikolisis berlanjut (Campbell dan Reece 2010).
Perkembangan Produksi Etanol
Etanol (C2H5OH) merupakan cairan biokimia pada proses fermentasi dengan
memanfaatkan sumber karbon seperti gula dan lemak melalui bantuan
mikroorganisme. Generasi awal produksi etanol melalui fermentasi khamir (yeast)
dengan substrat yang berasal dari pati produk pangan. Generasi tersebut mulai
ditinggalkan karena bersaing dengan kebutuhan manusia yang berpengaruh
terhadap kestabilan ekonomi, selanjutnya menuju generasi kedua yang
memanfaatkan substrat dari biomassa melalui fermentasi yeast atau bakteri yang
lebih maju secara teknologi (IEA 2008). Etanol dikategorikan dalam dua
kelompok utama, yaitu:
1.
2.
Etanol 95-96%, disebut dengan “etanol berhidrat”, yang dibagi dalam:
a. Technical/raw spirit grade, digunakan untuk bahan bakar, desinfektan, dan
pelarut.
b. Industrial grade, digunakan untuk bahan baku industri dan pelarut.
Etanol > 99.5%, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan lebih lanjut
dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan pelarut di laboratorium analisis.
Etanol ini disebut dengan dengan Fuel Grade Ethanol (FGE) atau anhydrous
ethanol (etanol anhidrat) atau etanol kering, yakni etanol yang bebas air atau
hanya mengandung air minimal (Prihandana 2007).
7
3 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2015 - Maret 2016 di
Laboratorium Rekayasa Bioproses (RBP), Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
(PPSHB) IPB serta Laboratorium Bioindustri, Departemen Teknologi Industri
Pertanian, IPB.
Galur Bakteri dan Plasmid
Galur E. coli dan plasmid yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 1. E. coli BW25113 dan galur rekombinan E. coli yang telah
dihilangkan fungsi dari gen pta (BW25113Δpta) (Baba et al. 2006), yang berasal
dari National BioResources Project (National Institute of Genetics (NIG), Jepang).
Galur tersebut ditambahkan gen etanologenik adhB-pdc dan gen fdh yang berasal
dari Departement Chemical Science and Engineering, Osaka University, Jepang,
dengan nama isolat BW25113 ∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc.
Tabel 1 Galur dan plasmid yang digunakan pada penelitian
Nama
Deskripsia
Galur E. coli
BW25113
galur tetua, lacIQ
BW25113Δpta
[BW25113]Δpta, lacIQ, Knr
Plasmid
pHfdh
lacP, Cmr, mengandung fdh dari M.
Vaccae
pTadhB-pdc
trcP, lacIQ, Apr, mengandung pdc dan
adhB dari Z. mobilis
a
Referensi
Baba et al. 2006
Baba et al. 2006
Ojima et al. 2012
Fithriani et al. 2015
Knr, resisten kanamisin; Cmr, resisten kloramfenikol; Apr, resisten ampisilin.
Media Pertumbuhan, Prakultivasi, Kultivasi
Media pertumbuhan yang digunakan Lauria Bertani (LB) 10 g pepton, 10
g NaCl, dan 5 g ekstrak khamir per liter akuades. Prakultivasi bertujuan
menyegarkan kembali sel E. coli dalam stok gliserol untuk mencapai pertumbuhan
optimum pada saat kultivasi. Pada prakultivasi sejumlah 50 mL media LB
ditambahkan dengan 1% (v/v) isolat BW25113 tanpa antibiotik dan 50 mgL-1
ampisilin, 34 mgL-1 kloramfenikol, 15 mgL-1 kanamisin untuk 1% (v/v) isolat
BW25113 ∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc. Media berisi sampel diinkubasi dalam
penggoyang berputar (Optic Ivymen System) dengan kecepatan agitasi 120 rpm
selama 12 jam pada suhu 370C. Kemudian dihitung nilai OD660 dengan rentang
nilai 1 – 1.5, lalu sampel dikultivasi.
Kultivasi bertujuan untuk memproduksi metabolit sel dalam kondisi
aerobik. Galur E. coli dikultivasi berdasarkan prosedur Ojima et al. (2012). Media
LB kultivasi terdiri atas Inokulum 5% (v/v), 222 mM glukosa maupun 220 mM
gliserol, 20 gL-1 CaCO3 per liter air dan antibiotik (30 mgL-1 ampisilin, 34 mgL-1
kloramfenikol, 15 mgL-1 kanamisin) serta penambahan 0.5 mM isopropil
8
tiogalaktosida (IPTG) untuk galur etanologenik substrat gliserol sedangkan pada
substrat glukosa tanpa penambahan IPTG. Kemudian media kultivasi diatur pH
pada pH 7.0. Penambahan CaCO3 untuk mempertahankan pH agar tidak
mengalami penurunan selama kultivasi. Setelah itu, sampel diinkubasi dalam
penggoyang berputar (Optic Ivymen System) dengan kecepatan agitasi 250 rpm
selama 72 jam pada suhu 370C. Pengambilan sampel dilakukan pada jam ke-0, ke12, ke-24, ke-48, dan ke-72. Pengulangan dilakukan sebanyak 2-3 kali.
Pengukuran Bobot Sel Kering, Konsumsi Substrat, Akumulasi Etanol
Pengukuran bobot sel kering untuk mengetahui pertumbuhan sel,
dilakukan berdasarkan Ojima et al. (2012), sampel diukur nilai Optical density
(OD) pada spektrofotometri panjang gelombang 660 nm. Nilai OD660 dikalikan
dengan 0.36 untuk pengonversian menjadi nilai bobot sel kering. Sebelum diukur
sampel dicampurkan dengan 1 M HCL untuk pendilusian CaCO3.
Pengukuran konsumsi glukosa, konsumsi gliserol dan akumulasi etanol
dilakukan dengan kit (Roche Glucose kit, Roche Glycerol kit dan Roche Ethanol
kit). Sampel hasil kultivasi 72 jam diinaktivasi dengan pemanasan dan
penghilangan gas. Setelah itu disentrifugasi (Hettich Zentrifugen) selama 2 menit
9727 g suhu 40C. Supernatan difilter dengan filter 0.2 µm, dilakukan pengenceran
sesuai dengan estimasi glukosa sisa, gliserol sisa, dan akumulasi etanol.
Kemudian dilakukan pengukuran berdasarkan prosedur metode enzimatis dari
produsen. Data yang diperoleh adalah nilai rataan dan standar deviasi dari dua
hingga tiga pengulangan dengan pengukuran signifikkansi berdasarkan uji-t.
Yield etanol berdasarkan substrat dihitung dengan formula berikut:
g etanol
Yetanol/substrat =
g substrat terkonsumsi
Yield etanol berdasarkan biomassa dihitung dengan formula berikut:
g etanol
Yetanol/biomassa = g biomassa
Yield biomassa berdasarkan substrat dihitung dengan formula berikut:
g biomassa
Ybiomassa/substrat = g substrat terkonsumsi
Pengukuran Asam Organik
Pengukuran asam organik dilakukan dengan menggunakan kromatografi
cair kinerja tinggi (HPLC Hp Hewlett packard). Kolom yang digunakan adalah
kolom Zorbax sb-aq 883975-914 (Agilent) dengan laju alir 1.0 mLmin-1, suhu
350C, dan dideteksi pada 210 nm. Campuran 1% asetonitril : 99% NaH2PO4
digunakan sebagai fase gerak.
9
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan E. coli pada Glukosa dan Gliserol dalam Kondisi Aerobik
Pertama-tama dilakukan pengkajian tentang pertumbuhan sel dan
konsumsi substrat pada media dengan sumber karbon glukosa dan gliserol. Pada
jam ke-0 hingga jam ke-12 pertumbuhan E. coli baik pada glukosa ataupun
gliserol berada pada fase adaptasi hingga akhir fase pertumbuhan, pada jam ke-12
hingga jam ke-72 pertumbuhan sel berada pada pada fase stasioner, secara umum
kondisi pertumbuhan sel pada kedua sumber karbon tersebut mirip (Gambar 1).
Kondisi aerobik dengan substrat gliserol dari fase adaptasi hingga akhir fase
pertumbuhan dapat tercapai di jam ke-12 dengan bobot sel kering 3.3 gL-1, bila
dibandingkan dengan penelitian Murarka et al. (2008) pada kondisi anerobik
puncak fase pertumbuhan dicapai pada jam ke-84 dengan bobot sel kering 0.31
gL-1, hasil ini menunjukkan bahwa pada kondisi aerobik pertumbuhan sel lebih
cepat dan tinggi.
Gambar 1 Profil pertumbuhan sel dan konsumsi substrat glukosa dan gliserol
sebagai sumber karbon pada kultivasi E. coli BW25113 selama 72 jam
Studi lain Shah et al. (2014) dengan substrat gliserol dan kondisi aerobik
menunjukkan pertumbuhan sel mencapai akhir fase pertumbuhan pada jam ke-36
lebih lama 24 jam dibandingkan dengan hasil penelitian ini, hal tersebut
dikarenakan perbedaan kondisi kultivasi. Hasil ini mengindikasikan bahwa
kondisi kultivasi pada penelitian ini menguntungkan karena sel mampu tumbuh
mencapai puncak fase pertumbuhan dengan cepat, sehingga metabolit-metabolit
banyak dihasilkan pada fase ini. Pada kondisi aerobik E. coli tumbuh dengan baik
dalam memanfaatkan substrat gliserol dan glukosa, hasil ini menunjukkan bahwa
E. coli secara metabolisme dari mulai penyerapan substrat di lingkungan melalui
protein membran integral hingga induksi siklus asam sitrat pada jalur metabolisme
berjalan dengan baik, karena siklus asam sitrat menghasilkan energi untuk
pertumbuhan sel. Pertumbuhan E. coli pada media glukosa dan gliserol samasama tinggi, tidak ada perbedaan antara kedua sumber karbon. Kondisi tersebut
sesuai dengan penelitian Durnin et al. (2008), bahwa biomassa yang dihasilkan
10
pada glukosa maupun gliserol tidak berbeda pada kondisi tersedianya oksigen
sebagai akseptor elektron terakhir.
Pertumbuhan sel berkaitan erat dengan tingkat konsumsi substrat. Substrat
gliserol habis terkonsumsi pada jam ke-48, sedangkan konsumsi substrat pada
glukosa jam ke-72 belum habis (Gambar 1). Hasil ini menunjukkan gliserol lebih
cepat terkonsumsi daripada glukosa pada kondisi aerobik. Hal ini memungkinkan
karena rataan tingkat pengurangan per karbon, k (Nielsen et al. 2003) gliserol
(C3H8O3: k=4.67) signifikan lebih tinggi dibandingkan glukosa (C6H12O6: k=4).
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa gliserol lebih efektif digunakan sebagai
substrat karena tingkat pemanfaatan substrat lebih cepat.
Gambar 2 Profil akumulasi asetat dan piruvat pada substrat glukosa dan gliserol
sebagai sumber karbon di dalam kultivasi E. coli BW25113 selama 72
jam
Kajian selanjutnya mengenai arah fluks karbon glukosa dan gliserol
menuju akumulasi asam organik yaitu asetat dan piruvat. Asetat merupakan
produk samping dalam produksi etanol. Akumulasi asetat pada substrat glukosa
tinggi sedangkan tidak ada akumulasi asetat pada substrat gliserol (Gambar 2).
Tingginya akumulasi asetat pada substrat glukosa sejalan dengan penelitian
Vemuri et al. (2006) yang mana kondisi substrat yang tinggi dan tersedianya
oksigen yang tinggi mengakibatkan arah fluks karbon menuju pembentukan asetat,
fenomena ini disebut dengan overflow metabolism. Di lain pihak, pada sumber
karbon gliserol sebaliknya tidak ada akumulasi asetat, hal ini mungkin terjadi
karena penurunan regulasi gen-gen yang berperan pada pembentukan asetat
seperti gen poxB dari jalur piruvat dan gen pta dari jalur asetil-KoA. Pada studi
Martinez-Gomez et al. (2012) tidak terakumulasinya asetat diduga galur ini
menghasilkan dan mengonsumsi asetat secara bersamaan. Hasil ini
menguntungkan untuk produksi etanol dengan memanfaatkan gliserol sebagai
sumber karbon karena melalui pemanfaatan substrat gliserol mampu menekan
akumulasi ke arah asetat.
Piruvat sebagai global prekursor mengarah pada beberapa metabolit, pada
penelitian ini dimanfaatkan untuk produksi etanol. Piruvat terakumulasi pada
substrat gliserol sedangkan pada substrat glukosa tidak terakumulasi (Gambar 2).
Hasil ini sesuai dengan Suryadarma et al. (2012) yang menyatakan bahwa piruvat
dapat terakumulasi melalui tersedianya NADH dan kondisi aerobik. Substrat
11
gliserol menghasilkan dua kali NADH dibandingkan dengan substrat glukosa.
Terakumulasinya piruvat sebagai senyawa antara sangat menguntungkan untuk
produksi etanol melalui penginsersian gen pdc yang mengubah piruvat menjadi
asetaldehida, selanjutnya gen adhB yang mengubah aselatdehid menjadi etanol,
kedua gen ini berasal dari Z. Mobilis yang dipilih karena nilai Km nya rendah
sehingga diharapkan laju reaksi pembentukan etanol dapat berjalan dengan cepat.
Produksi Etanol pada E. coli Etanologenik
Etanol dapat diproduksi dengan berbagai substrat diantaranya gliserol dan
glukosa. Pada E. coli BW25113 ∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc dengan substrat gliserol
mampu mengakumulasi etanol 2.18 gL-1 dan pada substrat glukosa 0.13 gL-1
(Gambar 3). Berdasarkan data sebelumnya yang menyatakan bahwa E. coli
BW25113 (galur tetua) melalui pemanfaatan gliserol mampu menekan akumulasi
asetat dan mampu meningkatkan akumulasi piruvat sehingga diharapkan arah
fluks karbon menuju pembentukan etanol. Akumulasi etanol dari jalur piruvat
oleh pdc dan adhB membutuhkan ko-substrat NADH. Hasil ini membuktikan
bahwa substrat gliserol mampu menyediakan NADH, sejalan dengan Yazdani dan
Gonzales (2007) yang menyatakan bahwa gliserol sebagai substrat menghasilkan
NADH dua kali lebih banyak dibandingkan glukosa, sehingga piruvat
terakumulasi dengan tersedianya NADH dalam kondisi aerobik (Suryadarma et al.
2012) untuk selanjutnya arah fluks karbon menuju pembentukan etanol.
Etanol (gL-1)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Gliserol
Glukosa
Gambar 3 Produksi etanol pada kultivasi E. coli BW25113∆pta/pHfdh/pTadhBpdc di dalam substrat gliserol dan glukosa sebagai sumber karbon
Efektifitas metabolisme dalam produksi etanol dapat diketahui melalui
perbandingan yield. Kajian penelitian ini membandingkan Yetanol/substrat,
Yetanol/biomassa, dan Ybiomassa/substrat pada galur E. coli etanologenik dengan substrat
glukosa maupun gliserol serta kondisi aerobik dan anaerobik (Tabel 2).
Yetanol/substrat sel E. coli BW25113∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc dengan substrat gliserol
pada kondisi aerobik paling tinggi yaitu 0.12 artinya bahwa penyerapan karbon
dari substrat menuju produk (etanol) melalui pemanfaatan sumber karbon gliserol
dan kondisi aerobik lebih efektif dibandingkan dengan pemanfaatan substrat
glukosa pada kondisi aerobik dan anaerobik.
Yetanol/biomassa sel E. coli BW25113∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc substrat
gliserol lebih tinggi dibandingkan substrat glukosa dengan galur yang sama pada
12
kondisi aerobik, hal tersebut mengindikasikan produksi etanol dipengaruhi oleh
tingginya biomassa. Sejalan dengan hasil Ybiomassa/substrat E. coli
BW25113∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc dengan substrat gliserol pada kondisi aerobik
paling tinggi yaitu 0.17, artinya bahwa melalui pemanfaatan gliserol sebagai
sumber karbon pada kondisi aerobik banyak menghasilkan biomassa. Di lain
pihak, Yetanol/biomassa sel E. coli KO2 paling tinggi, hal tersebut karena pada kondisi
anaerobik menghasilkan sedikit biomassa.
Tabel 2 Pertumbuhan sel, produksi etanol, yield berdasarkan substrat, dan yield
berdasarkan biomassa pada galur E. coli etanologenik
Galura
Bobot sel
kering
(gL-1)
Etanol
(gL-1)
Yetanol/substrat
(g etanol
g substrat-1)
Yetanol/biomassa
(g etanol
g biomassa-1)
Ybiomassa/substrat
(g biomassa
g substrat-1)
Gliserol
 BW25113∆pta,
3.14±0.06
2.10±0.27
0.12±0.02
0.70±0.10
0.17±0.00
pTadhB-pdc
mengandung pdcZm
dan adhBZm: pHfdh
mengandung fdhMv,
72 jamb
Glukosa
 BW25113∆pta,
1.13±0.05
0.13±0.00
0.01±0.00
0.11±0.01
0.06±0.00
pTadhB-pdc
mengandung pdcZm
dan adhBZm: pHfdh
mengandung fdhMv,
24 jamc
 KO2, pfl::(pdc+
1.68
4
0.05
2.38
0.02
adhB+), 72 jamd
a
pdcZm, pdc berasal dari Z. mobilis; adhBZm, adhB berasal dari Z. mobilis; fdhZm, fdh berasal dari M.
vaccae.; bstudi ini kondisi Aerobik.; cFithriani et al. 2016 kondisi Aerobik.; dOhta et al. 1991
kondisi anaerobik.
Metabolisme Produksi Etanol pada Substrat Glukosa dan Gliserol
Metabolisme E. coli etanologenik dengan pemanfaatan glukosa dan
gliserol sebagai sumber karbon pada kondisi aerobik (Gambar 4). Gliserol seperti
molekul kecil lainnya dapat melewati membran sitoplasma melalui difusi pasif.
Difusi dapat dicapai dengan difasilitasi oleh protein membran integral (glpF)
(Darbon et al. 1999). Gliserol intraseluler difosforilasi menjadi gliserol-3-fosfat
(Gli3P) oleh gliserol kinase (glpK), selanjutnya terdehidrogenasi ke
dihidroksiaseton fosfat (DHAP) yang meregenerasi NADH dari NAD+ oleh glpD,
kemudian DHAP dikatabolisme dalam jalur pentosa-fosfat. Sedangkan glukosa
melewati membran sitoplasma difasilitasi oleh protein membran integral (galP).
Glukosa difosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat (G6P) oleh glukosa kinase (glK)
selanjutnya diubah menjadi frukosa-6-fosfat (F6P). F6P difosforilasi menjadi
fruktosa-1,6-fosfat (F1,6P) kemudian diubah menjadi DHAP. Perbedaan
metabolisme antara kedua sumber karbon ini hingga DHAP adalah adanya
regenerasi NADH pada substrat gliserol sedangkan pada substrat glukosa tidak
ada. Pertumbuhan sel E. coli pada gliserol dalam kondisi aerobik membentuk
DHAP dalam pusat metabolisme yang mana metabolit ini berperan dalam proses
glukoneogenesis dan glikolisis (Frankel 1996). Dari DHAP menuju piruvat pada
13
kedua substrat gliserol maupun glukosa sama-sama menghasilkan NADH.
Selanjutnya piruvat sebagai intermediate metabolit mengarah pada beberapa
metabolit lain.
Penginsersian gen pdc dan adhB dari Z. mobilis dengan plasmid pTrc yang
mengarahkan piruvat ke asetaldehida menuju etanol dengan NADH sebagai kosubstrat. Selain itu piruvat mengarah ke laktat oleh enzim laktat dehidrogenase
(LDH), namun melalui kondisi aerobik akumulasi laktat dapat ditekan
(Suryadarma et al. 2012). Asetat sebagai produk samping yang bersaing pada
produksi etanol dihasilkan langsung dari piruvat oleh enzim piruvat oksidase
(POXB) dan juga dari piruvat ke asetil-koA, asetil-koA menuju asetat oleh enzim
fosfo-trans-asetilase (PTA) dan enzim asetat kinase (ACKA). Pada substrat
gliserol akumulasi asetat dapat ditekan diduga karena asetat secara bersamaan
diproduksi dan dikonsumsi dapat dilihat pada (Gambar 4) kemungkinan asetat
diubah menjadi asetil fosfat (A-AMP) selanjutnya A-AMP menuju asetil-koA,
kedua proses ini oleh enzim asetil-koA sintetase (acs) sedangkan pada substrat
glukosa akumulasi asetat tinggi kemungkinan acs tidak teregulasi. Dari asetilKoA menuju siklus asam sitrat meregenerasi NADH. Siklus asam sitrat berperan
penting pada pertumbuhan karena menghasilkan energi. Pada membran luar
terjadi proses respirasi yaitu oksigen (O2) sebagai akseptor elektron terakhir
diubah menjadi dihidrogen monoksida (H2O) dengan mengubah NADH menjadi
NAD+ (Gambar 4).
Gambar 4 Ringkasan sentral karbon metabolisme di dalam sel E. coli
etanologenik rekombinan pada kondisi aerobik. Gli, gliserol; Gli3P,
gliserol-3-fosfat; DHAP, dihidroksiaseton fosfat; G6P, glukosa-6fosfat; F6P, fruktosa-6-fosfat; F1,6P, fruktosa-1,6-bifosfat; A-AMP,
asetil fosfat.
14
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemanfaatan gliserol sebagai sumber karbon pada E. coli BW25113 (galur
tetua) menghasilkan profil pertumbuhan yang sama dengan glukosa, konsumsi
substrat yang lebih tinggi, mampu meningkatkan akumulasi piruvat, dan menekan
produk samping asetat dalam kondisi aerobik. Pada galur E. coli BW25113
∆pta/pHfdh/pTadhB-pdc (galur etanologenik) melalui pemanfaatan gliserol
sebagai sumber karbon menghasilkan etanol lebih tinggi daripada glukosa dalam
kondisi aerobik.
Saran
Produksi etanol masih dapat ditingkatkan melalui penambahan format
pada media kultivasi dengan strategi rekayasa genetik pada E. coli etanologenik
yang digunakan pada penelitian ini, karena bakteri rekombinan tersebut
mengandung gen fdh yang bekerja mengubah format menjadi CO2 sehingga
meregenerasi NADH yang dibutuhkan sebagai ko-substrat untuk produksi etanol.
15
DAFTAR PUSTAKA
Baba T, Ara T, Hasegawa M, Takai M, Okumura Y, Baba M, Datsenko KA,
Tomita M, Wanner BL, Mori H. 2006. Construction of Escherichia coli K12 in-frame, single-gene knockout mutants: the Keio collection. Mol
Syst Biol. 2.doi: 10.1038/msb4100050.
Braun T, Philippsen A, Wirtz S, Borgnia MJ, Agre P, Kühlbrandt W, et al. 2000.
The 3.7 Å projection map of the glycerol facilitator GlpF: a variant of the
aquaporin tetramer. EMBO Rep. 11:183–9.
Campbell NA, Reece JB. 2010. Biologi. Edisi Kedelapan Jilid 1. Diterjemahkan
oleh: Wulandari DT. Jakarta (ID): Erlangga.
Causey TB, Shanmugam KT, Yomano LP, Ingram LO. 2004. Engineering
Escherichia coli for efficient conversion of glucose to pyruvate. Proc Natl
Acad Sci USA. 101:2235–2240.
Claude S. 1999. Research of new outlets for glycerol-recent developments in
France. Fett/Lipid. 101:101–4.
Darbon E, Ito K, Huang HS, Yoshimoto T, Poncet S, Deutscher J. 1999. Glycerol
transport and phosphoenolpyruvate-dependent enzyme I- and Hprcatalyzed phosphorylation of glycerol kinase in Thermus flavus.
Microbiology. 145:3205–12.
Dharmadi Y, Murarka A, Gonzalez R. 2006. Anaerobic fermentation of glycerol
by Escherichia coli: a new platform for metabolic engineering. Biotechnol
Bioeng. 94: 821-829.
Dien BS, Cotta MA, Jeffries TW. 2003. Bacteria engineered for fuel ethanol
production: current status [review]. Appl Microbial Biotechnol. 63:258266.
Durnin G, Clomburg J, Yeates Z, Alvarez PJJ, Zygourakis K, Campbell P,
Gonzalez R. 2008. Understanding and harnessing the microaerobic
metabolism of glycerol in Escherichia coli. Biotechnol Bioeng. 103:148–
161.
Fithriani, Suryadarma P, Mangunwidjaja D. 2015. Metabolic engineering of
Escherichia coli cells for ethanol production under aerobic conditions.
Procedia Chemistry. 16:600-607.
Fithriani. 2016. Improvement of ethanol production by inducer addition in
recombinant Escherichia coli culture under aerobic conditions. [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Frankel DG. 1996. Glycolysis. In: Escherichia coli and Salmonella tiphymurium:
Cellular and Molecular Biology. 2nd edition. Edited by Neidhardt FC.
Washington DC (US): ASM Press.
Fu D, Libson A, Miercke LJW,Weitzman C,Nollert P, Krucinski J, et al. 2000.
Structure of a glycerolconducting channel and the basis for its selectivity.
Science. 290:481–6.
[IEA] International Energy Agency. 2008. From 1st to 2nd-generation Biofuel
Technologies. An Overview of Current Industry and RD & D Activities.
Paris Cedex (FR): OECD/IEA.
Ingram LO, Conway T, Clark DP, Sewell GW, Preston JF. 1987. Genetic
engineering of ethanol production in Escherichia coli. Appl Environ
Microbiol. 53(10): 2420 – 2425.
16
Ito T, Nakashimada Y, Senba K, Matsui T, Nishio N. 2005. Hydrogen and
Ethanol Production from Glycerol Containing Wastes Discharged after
Biodiesel Manufacturing Process. J Biosci Bioeng. 100(3): 260-265.
Martinez-Gomez K, Flores N, Castaneda HM, Martinez-Batallar G, HernandezChavez G, Ramirez OT, Gossett G, Encarnacion S, Bolivar F. 2012. New
insights into Escherichia coli metabolism: carbon scaveging, acetat
metabolism and carbon recycling responses during growth on glycerol.
Microb Cell Fact. 11: 46.
Mu Y, Teng H, Zhang DJ, Wang W, Xiu ZL. 2006. Microbial production of 1,3propanediol by Klebsiella pneumoniae using crude glycerol biodiesel
preparations. Biotechnol Lett. 28:1755–9.
Murarka A, Dharmadi Y, Yazdani SS, Gonzalez R. 2008. Fermentative utilization
of glycerol by Escherichia coli and its implications for the production of
fuels and chemicals. Appl Environ Microbiol. 74:1124–1135.
Nielsen J, Villadsen J, Liden G. 2003. Bioreaction engineering principles. New
York (US): Kluwer Academic/Plenum Publishers.
Ohta K, Beall DS, Mejia JP, Shanmugam KT, Ingram LO. 1991. Genetic
improvement of Escherichia coli for ethanol production: chromosomal
integration of Zymomonas mobilis genes encoding pyruvate decarboxylase
and alcohol dehydrogenase II. Appl Environ Microbiol. 57(4):893-900.
Ojima Y, Suryadarma P, Tsuchida K, Taya M. 2012. Accumulation of pyruvate
by chaning the redox status in Escherichia coli. Biotechnol Lett. 34:889893.
Peterson JD, Ingram LO. 2008. Anaerobic respiration in engineered Escherichia
coli with an internal electron acceptor to produce fuel ethanol. Ann NY
Acad Sci. 1125: 363-372.
Prihandana R. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta (ID):
PT. Agromedia Pustaka.
Shah P, Chiu F, Lan JC. 2014. Aerobic utilization of crude glycerol by
recombinant Escherichia coli for simultaneous production of poly 3hydroxybutyrate and bioethanol. J Bioscien Bioeng. 117(3): 343-350.
Suryadarma P, Ojima Y, Tsuchida K, Taya M. 2012. Design of Escherichia coli
cell culture for regulating alanine production under aerobic condition. J
Chem Eng Japan of Japan. 45(8): 604-608.
Sutapa DAI. 1999. Lumpur aktif : alternatif pengolah limbah cair. J Studi Pem
Kem Ling. 3:25-38.
Trinh CT, Unrean P, Srienc F. 2008. Minimal Escherichia coli cell for the most
efficient production of ethanol from hexoses and pentoses. Appl Environ
Microbiol. 74:3634-3643.
Vemuri GN, Altman E, Sangurdekar DP, Khodursky AB, Eiteman MA. 2006.
Overflow metabolism in Escherichia coli during steady-state growth:
transcriptional regulation and effect of the redox ratio. Appl Environ
Microbiol. 72(5): 3653–3661.
Voegele RT, Sweet GD, Boos W. 1993. Glycerol kinase of Escherichia coli is
activated by interaction with the glycerol facilitator. J Bacteriol.
175:1087–94.
Wang ZX, Zhuge J, Fang H, Prior BA. 2001. Glycerol production by microbial
fermentation: a review. Biotechnol Adv. 19:201–23.
17
Yazdani SS, Gonzalez R. 2007. Anaerobic fermentation of glycerol: a path to
economic viability for the biofuels industry. Curr Opin Biotechnol.
18:213–219.
18
LAMPIRAN
19
Lampiran 1 Uji Glukosa (Metode UV, Katalog. No. 10 716 251 035)
Uji Isi Kombinasi
Tiga botol 1, masing-masing sekitar 7.2 g bahan campuran bubuk, terdiri
dari bufer triethanolamine, pH sekitar 7.6; NADP sekitar 110 mg; ATP sekitar
260 mg; magnesium sulfat. Tiga botol 2, masing-masing dengan sekitar 1.1 mL
suspensi, terdiri dari heksokinase, sekitar 320 U; glukosa-6-fosfat dehidrogenase
sekitar 160 U. Botol 3 dengan larutan kontrol uji D-glucose untuk uji kontrol.
Persiapan Reagen
45 mL Milli-Q ditambahkan ke dalam botol 1 dan dicampur sampai bahan
larut dengan sempurna. Setimbangkan ke suhu ruang sebelum digunakan (solusi 1
stabil sampai 4 minggu pada suhu 2-8 0C, atau sampai 2 bulan pada suhu -15
sampai -25 0C). Suspensi 2 stabil pada suhu 2 - 8 0C.
Prosedur Uji Glukosa
Absorbansi spektrofotometer (Hewlett Packard 8453) diatur ke nol dengan
membaca kuvet (Plastibrand pakai UV-kuvet) berisi air Milli-Q pada 340 nm.
Blanko disiapkan melalui suspensi 500 µL Solusi 1 dengan 1000 µL air Milli-Q.
Kuvet segera ditutup dan kemudian reagen dicampur dengan membalik beberapa
kali. Setelah kurang lebih 3 menit, absorbansi dibacakan (A1 blangko). Kemudian 10
µL Solusi 2 ditambahkan ke dalam kuvet. Tutup kuvet dan dicampur dengan
membalik beberapa kali. Absorbansi (A2 blangko) dibacakan setelah sekitar 5 menit.
Untuk penentuan absorbansi sampel atau kontrol, 100 µL sampel atau
kontrol uji glukosa (Solusi 3) disuspensikan dengan 500 µL Solusi 1 dan 900 µL
air Milli-Q. Kuvet ditutup segera dan kemudian reagen dicampur dengan
membalik beberapa kali. Setelah kurang lebih 3 menit, absorbansi sampel (A1
sampel) atau kontrol (A1 kontrol) dibaca. Kemudian 10 µL Solusi 3 ditambahkan
dalam kuvet. Kuvet ditutup dan dicampur dengan membalik beberapa kali.
Absorbansi sampel (A2 sampel) atau kontrol (A2 kontrol) dibaca setelah sekitar 15
menit. Jika sampel A2 sampel di atas 1.00, sampel harus diencerkan sampai di bawah
1.00. Jika sampel A2 sampel di bawah 1.00, volume sampel harus ditingkatkan
sampai 1000 µL dan volume air Milli-Q harus dikurangi. Sampel dengan volume
baru harus diperhitungkan dalam perhitungan konsentrasi. Penentuan perbedaan
absorbansi kontrol dan sampel dihitung dengan persamaan:
ΔAkontrol = (A2 – A1)kontrol – (A2 – A1)blangko
ΔAsampel = (A2 – A1)sampel – (A2 – A1)blangko
Konsentrasi kontrol dan sampel dihitung mengikuti :
Konsentrasi kontrol (gL-1) = 0.4318 x ΔAkontrol (volume kontrol = 100μl)
Konsentrasi sampel (gL-1) = 0.4318 x ΔAsampel (volume sampel = 100μl)
Nilai sampel dihitung berdasarkan perbedaan antara konsentrasi nyata solusi
kontrol dan jumlah konsentrasi ditentukan dengan menggunakan ΔAkontrol.
20
Lampiran 2 Uji Gliserol (Metode UV- katalog No. 10 148 270 035)
Uji Isi Kombinasi
Tiga botol 1, masing-masing sekitar 2 g bahan campuran koenzim/bufer,
terdiri dari bufer glycylglycine, pH sekitar 7.4; NADH, sekitar 7 mg; ATP, sekitar
22 mg; PEP-CHA, sekitar 11 mg; magnesium sulfat. Botol 2 dengan sekitar 0.4
mL suspensi, terdiri dari piruvat kinase, sekitar 240 U; L-laktat dehidrogenase,
sekitar 160 U. Botol 3 dengan sekitar 0.4 ml gliserol kinase, sekitar 34 U. Botol 4
dengan larutan kontrol uji gliserol untuk uji kontrol. Gunakan larutan kontrol uji
murni.
Persiapan Reagen
11 mL Milli-Q ditambahkan ke dalam botol 1 dan dicampur sampai bahan
larut dengan sempurna. Setimbangkan ke suhu ruang selama sekitar 10 menit
sebelum digunakan (solusi 1 stabil sampai 4 hari pada suhu 2-8 0C). Suspensi 2
dan 3 stabil pada suhu 2 - 8 0C.
Prosedur Uji Giserol
Absorbansi spektrofotometer (Hewlett Packard 8453) diatur ke nol dengan
membaca kuvet (Plastibrand pakai UV-kuvet) berisi air Milli-Q pada 340 nm.
Blanko disiapkan melalui suspensi 1000 µL Solusi 1 dengan 2000 µL air Milli-Q
dan 10 µL Suspensi 2. Kuvet segera ditutup dan kemudian reagen dicampur
dengan membalik beberapa kali. Setelah kurang lebih 5 menit, absorbansi
dibacakan (A1 blangko). Kemudian 10 µL Suspensi 3 ditambahkan ke dalam kuvet.
Tutup kuvet dan dicampur dengan membalik beberapa kali. Absorbansi (A2 blangko)
dibacakan setelah sekitar 10 menit.
Untuk penentuan absorbansi sampel atau kontrol, 100 µL sampel atau
kontrol uji gliserol (Solusi 4) disuspensikan dengan 1000 µL Solusi 1, 1900 µL air
Milli-Q, dan 10 µL Suspensi 2. Kuvet ditutup segera dan kemudian reagen
dicampur dengan membalik beberapa kali. Setelah kurang lebih 5 menit,
absorbansi sampel (A1 sampel) atau kontrol (A1 kontrol) dibaca. Kemudian 10 µL
Suspensi 3 ditambahkan dalam kuvet. Kuvet ditutup dan dicampur dengan
membalik beberapa kali. Absorbansi sampel (A2 sampel) atau kontrol (A2 kontrol)
dibaca setelah sekitar 10 menit. Jika sampel A2 sampel di atas 1.00, sampel harus
diencerkan sampai di bawah 1.00. Jika sampel A2 sampel di bawah 1.00, volume
sampel harus ditingkatkan sampai 1000 µL dan volume air Milli-Q harus
dikurangi. Sampel dengan volume baru harus diperhitungkan dalam perhitungan
konsentrasi. Penentuan perbedaan absorbansi kontrol dan sampel dihitung dengan
persamaan:
ΔAkontrol = (A2 – A1)kontrol – (A2 – A1)blangko
ΔAsampel = (A2 – A1)sampel – (A2 – A1)blangko
Konsentrasi kontrol dan sampel dihitung mengikuti :
Konsentrasi kontrol (gL-1) = 0.4414 x ΔAkontrol (volume kontrol = 100μl)
Konsentrasi sampel (gL-1) = 0.4414 x ΔAsampel (volume sampel = 100μl)
Nilai sampel dihitung berdasarkan perbedaan antara konsentrasi nyata solusi
kontrol dan jumlah konsentrasi ditentukan dengan menggunakan ΔAkontrol.
21
Lampiran 3 Uji Etanol (Metode UV- katalog No. 10 176 290 035)
Uji Isi Kombinasi
Botol 1 berisi larutan 100 mL, terdiri dari bufer potassium difosfat, dengan
pH sekitar 9.0. Botol 2 berisi 30 tablet, tiap tablet mengandung NAD, sekitar 4
mg; aldehide dehidrogenase, sekitar 0.8 U. Botol 3 dengan sekitar 1.6 mL larutan
suspensi, yang terdiri dari ADH, sekitar 7000 U. Botol 4 dengan larutan kontrol
uji etanol untuk uji kontrol. Gunakan larutan kontrol uji murni.
Persiapan Reagen
Semua isi kit stabil pada suhu 2-8 0C kecuali untuk campuran reaksi 2.
Solusi 1 dibawa ke suhu ruangan sebelum digunakan. Segera sebelum digunakan,
satu tablet dari Botol 2 dilarutkan dalam 3 mL Solusi 1 dalam tabung sentrifugasi
untuk setiap 2 uji. Reaksi tersebut merupakan Reaksi Campuran 2 (stabil selama 1
hari pada suhu 2 sampai 8 0C, dibawa pada suhu ruangan sebelum digunakan).
Botol 1 dan botol 3 digunakan murni.
Prosedur Uji Etanol
Absorbansi spektrofotometer (Hewlett Packard 8453) diatur ke nol dengan
membaca kuvet (Plastibrand pakai UV-kuvet) terhadap air Milli-Q pada 340 nm.
Blanko disiapkan dengan mengencerkan 1500 µL Reaksi Campuran 2 dengan 50
uL air Milli-Q. Kuvet segera ditutup dan kemudian reagen dicampur dengan
membalik beberapa kali. Setelah kurang lebih 3 menit, absorbansi dibacakan (A1
blangko). Kemudian 25 µL Solusi 3 ditambahkan ke dalam kuvet. Tutup kuvet dan
dicampur dengan membalik beberapa kali. Absorbansi (A2 blangko) dibacakan
setelah sekitar 5 menit.
Untuk penentuan absorbansi sampel atau kontrol, 50 µL sampel atau
kontrol uji etanol (Solusi 4) disuspensikan dengan 1500 µL Reaksi Campuran 2.
Kuvet ditutup segera dan kemudian reagen dicampur dengan membalik beberapa
kali. Setelah kurang lebih 3 menit, absorbansi sampel (A1 sampel) atau kontrol (A1
kontrol) dibaca. Kemudian 25 µL Solusi 3 ditambahkan ke dalam kuvet. Kuvet
ditutup dan dicampur dengan membalik beberapa kali. Absorbansi sampel (A2
sampel) atau kontrol (A2 kontrol) dibaca setelah 5 menit. Jika sampel A2 sampel di atas
1.00, sampel harus diencerkan sampai di bawah 1.00. Jika sampel A2 sampel di
bawah 1.00, volume sampel harus ditingkatkan sampai 250 µL. Sampel dengan
volume baru harus diperhitungkan dalam perhitungan konsentrasi. Penentuan
perbedaan absorbansi kontrol dan sampel dihitung dengan persamaan:
ΔAkontrol = (A2 – A1)kontrol – (A2 – A1)blangko
ΔAsampel = (A2 – A1)sampel – (A2 – A1)blangko
Konsentrasi kontrol dan sampel dihitung mengikuti :
Konsentrasi kontrol (gL-1) = 0.1152 x ΔAkontrol (volume kontrol = 50μl)
Konsentrasi sampel (gL-1) = 0.1152 x ΔAsampel (volume kontrol = 50μl)
Nilai sampel dihitung berdasarkan perbedaan antara konsentrasi nyata solusi
kontrol dan jumlah konsentrasi ditentukan dengan menggunakan ΔAkontrol.
22
RIWAYAT HIDUP
Wahyu Suradi Pranata, lahir di Bandung pada tanggal 11 Juli 1992, anak
kedua dari pasangan Bapak Acep Sahman dan Ibu Tati Rosmawati. Penulis
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 11 Bandung tahun 2009.
Penulis melanjutkan studi program strata 1 (S1) di Ilmu Peternakan Fakultas
Peternakan (Fapet) Universitas Padjadjaran (Unpad) pada tahun 2009 dan berhasil
lulus pada tahun 2013. Selama menempuh pendidikan di Fapet Unpad penulis
aktif berorganisasi di Unit Kenal Lingkungan Fapet Unpad. Pada tahun 2013
Penulis melanjutkan ke jenjang strata 2 (S2) di Program Studi Bioteknologi
Fakultas Multidisiplin Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan
mendapatkan beasiswa Fresh Graduate DIKTI 2013. Selama menempuh
pendidikan di program studi Bioteknologi IPB penulis aktif berorganisasi di
Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana (HIMAWIPA) IPB. Penelitian
tesis ini dikirim ke Journal of Tropical Life Science (JTROLIS) dengan status In
Riview.
Download