Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

advertisement
9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Pembangunan
Pembangunan
kesejahteraan
rakyat
adalah
yang
usaha
untuk
mencakup
menciptakan
berbagai
aspek
kemakmuran
kehidupan
dan
secara
berkesinambungan yang hasilnya harus bisa dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat secara adil dan merata. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses
dari pemikiran yang dilandasi keinginan untuk mencapai kemajuan bangsa.
Todaro dan Smith (2006) menyatakan nilai inti pembangunan adalah
kecukupan (sustenance), harga diri (self esteem) dan kebebasan (freedom).
kecukupan (sustenance) adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan keamanan. Harga diri (self
esteem) untuk menjadi manusia seutuhnya, merupakan dorongan dari diri sendiri
untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak
melakukan sesuatu. Sedangkan kebebasan (freedom) dari sikap menghamba berupa
kemampuan untuk memilih. Nilai yang terkandung dalam konsep ini adalah konsep
kemerdekaan manusia, yang diartikan sebagai kemampuan untuk berdiri tegak
sehingga tidak mudah diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materiil dalam
kehidupan ini.
Sedangkan tujuan inti pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) ada
tiga, yaitu:
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang
kebutuhan hidup
2. Peningkatan standar hidup
3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial
Bank Dunia 1991, dalam Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa
tujuan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan. Sedangkan
United Nations Development Programme (UNDP, 1991) menyatakan bahwa cara
terbaik untuk mewujudkan pembangunan adalah dengan meningkatkan kualitas
manusia.
10
2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat
kinerja perekonomian, baik di tingkat nasional maupun regional (daerah).
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi penduduk bertambah. Dalam
tingkat negara seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri diukur
secara agregat dalam bentuk Produk Domestik Bruto (PDB). Seluruh barang dan
jasa yang diproduksi dikonversi dalam bentuk mata uang negara yang
bersangkutan agar dapat diagregasikan. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari
perubahan peningkatan PDB riil pada periode tertentu. Pada tingkat rumah tangga
ataupun individu pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari peningkatan pendapatan
rumah tangga atau pendapatan perkapita. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi
dapat didekati dengan pengukuran peningkatan PDB atau peningkatan pendapatan
perkapita.
Todaro dan Smith (2006), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai
suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian secara
terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan
tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Ada
tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu:
1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi
baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau
SDM.
2. Pertumbuhan penduduk yang pada tahun-tahun berikutnya akan
memperbanyak jumlah angkatan kerja.
3. Kemajuan teknologi.
Sukirno (2004), menerangkan beberapa faktor penting yang dapat
mewujudkan pertumbuhan ekonomi.
1. Tanah dan kekayaan alam lainnya.
Kekayaan alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah,
keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hutan dan hasil laut, serta
jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat.
2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja.
11
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi
pendorong maupun penghambat perkembangan ekonomi.
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi.
Barang-barang modal yang bertambah dan teknologi yang modern
memegang peranan penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi.
4. Sistem ekonomi dan sikap masyarakat.
Selanjutnya, konsep modal manusia ini menjadi penting sejalan dengan
perkembangan pemikiran, bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu
negara tidak hanya didukung oleh kenaikan stok modal fisik dan jumlah tenaga
kerja, tetapi juga peningkatan mutu modal manusia yang memiliki pengaruh kuat
terhadap peningkatan kualitas tenaga kerja serta pemanfaatan kemajuan teknologi.
Dalam konsep pertumbuhan modern, faktor teknologi dalam arti luas yang
dianggap konstan dan ditentukan secara eksogenus oleh aliran pemikiran
pertumbuhan tradisional, dianggap kurang tepat. Faktor teknologi adalah dinamis
dan ditentukan oleh SDM atau mutu modal manusia. Menurut teori pertumbuhan
modern, pertumbuhan ekonomi tidak hanya bersumber dari peningkatan jumlah
faktor-faktor produksi berupa tenaga kerja (labour) dan modal fisik (kapital) saja,
tetapi juga dari produktivitas dari tenaga kerja yang berkaitan erat dengan
sejauhmana peningkatan mutu modal manusia.
Teori pertumbuhan ekonomi semakin berkembang dari masa ke masa.
Beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang menonjol sebagaimana diuraikan
Todaro dan Smith (2006) adalah model pertumbuhan Harrod-Domar, model
perubahan struktural, model pertumbuhan neoklasik dan model pertumbuhan
endogen. Model pertumbuhan Harrod-Domar menekankan perlunya tabungan
untuk kegiatan investasi yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
direpresentasikan oleh peningkatan pendapatan nasional.
Teori perubahan struktural menekankan pada mekanisme transformasi
ekonomi negara terbelakang dengan kegiatan ekonomi yang bersifat pertanian
subsisten menuju negara modern yang berbasis industri manufaktur dan jasa.
Proses transformasi ini disebabkan adanya surplus tenaga kerja di sektor pertanian
yang pindah ke sektor industri secara terus menerus.
12
Teori pertumbuhan neoklasik dikenal dengan model pertumbuhan Solow
karena pertama kali dikemukan oleh Robert Solow. Menurut teori ini
pertumbuhan ekonomi terjadi tidak saja dipengaruhi oleh peningkatan modal
(melalui tabungan dan investasi) tetapi juga dipengaruhi oleh peningkatan
kuantitas dan kualitas tenaga kerja (pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan
pendidikan) dan peningkatan teknologi, dengan asumsi:
1. Diminishing return to scale bila input tenaga kerja dan modal
digunakan secara parsial dan constant return to scale bila digunakan
secara bersama-sama.
2. Perekonomian berada pada keseimbangan jangka panjang (full
employment).
Model pertumbuhan endogen memasukkan pengaruh teknologi, investasi
modal fisik dan SDM sebagai variabel endogen. Model pertumbuhan endogen
menggunakan asumsi diminishing return to scale atas investasi modal dari model,
dan memberikan peluang terjadinya increasing return to scale dalam produksi
agregat dan peran eksternalitas dalam menentukan tingkat pengembalian investasi
modal. Investasi sektor publik dan swasta dalam SDM menghasilkan ekonomi
eksternal dan peningkatan produktivitas sehingga terjadi increasing return to
scale dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antar negara.
Tingkat pertumbuhan tetap konstan dan berbeda antar negara tergantung tingkat
tabungan nasional dan tingkat teknologinya. Tingkat pendapatan perkapita di
negara-negara miskin akan modal cenderung tidak dapat menyamai tingkat
pendapatan perkapita di negara kaya, meskipun tingkat pertumbuhan tabungan
dan tingkat pertumbuhan penduduknya serupa.
Aspek yang menarik dari model pertumbuhan endogen adalah mampu
menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan
antara negara maju dengan negara berkembang. Potensi tingkat pengembalian atas
investasi yang tinggi yang ditawarkan negara berkembang (rasio modal-tenaga
kerja rendah) akan berkurang dengan cepat karena rendahnya tingkat investasi
SDM (pendidikan), infrastruktur, atau riset dan pengembangan (R&D). Model ini
dikembangkan lagi oleh Romer dengan menambahkan asumsi cadangan modal
dalam keseluruhan perekonomian dan adanya eksternalitas positif dari ilmu
13
pengetahuan sebagai barang publik, secara positif mempengaruhi output pada
tingkat industri, sehingga terdapat kemungkinan increasing return to scale pada
tingkat perekonomian secara keseluruhan.
2.3. Teori Pembangunan Manusia
Salah satu pelopor pendekatan pembangunan manusia dalam Ilmu
Ekonomi Pembangunan adalah Sen (2000) melalui konsep human capabilities
approach. Pendekatan ini menekankan pada gagasan kemampuan (capabilities)
manusia sebagai tema sentral pembangunan. Haq (1995) juga telah menegaskan,
manusia harus menjadi inti dari gagasan pembangunan, dan hal ini berarti bahwa
semua sumberdaya yang diperlukan dalam pembangunan harus dikelola untuk
meningkatkan kapabilitas manusia. Gagasan ini sejalan dengan pemikiran UNDP
yang diterjemahkan ke dalam beberapa indikator sosial-ekonomi yang
menggambarkan kualitas hidup dalam beberapa ukuran kuantitatif, seperti
kemampuan ekonomi, kemampuan dalam pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan untuk hidup lebih panjang dan sehat (Ranis, 2004).
Dimensi pembangunan sosial-ekonomi mencakup dan terkait dengan
beberapa tema utama, antara lain prestasi perekonomian, kenaikan taraf
kesehatan, angka harapan hidup serta perluasan distribusi pendidikan. Secara
umum,
UNDP (United
Nations Development
Program)
mendefinisikan
pembangunan manusia (human development) sebagai perluasan pilihan bagi setiap
orang untuk hidup lebih panjang, lebih sehat dan hidup lebih bermakna (UNDP,
1990). Memperluas pilihan manusia berarti mengasumsikan suatu kondisi layak
hidup yang memungkinkan manusia memperoleh akses untuk mendapatkan
pengetahuan dan pendidikan serta akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
untuk hidup secara layak. Secara ringkas Ranis (2004) mengartikan pembangunan
manusia sebagai peningkatan kondisi seseorang sehingga memungkinkan hidup
lebih panjang sekaligus lebih sehat dan lebih bermakna.
Selanjutnya dalam laporan Pembangunan Manusia Tahun 2001, UNDP
menyatakan ada 4 aspek utama yang harus diperhatikan dalam proses
pembangunan manusia, yaitu:
1. Peningkatan produktivitas dan partisipasi penuh dalam lapangan
pekerjaan
dan
perolehan
pendapatan.
Dalam
komponen
ini,
14
pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu bagian dari model
pembangunan manusia.
2. Peningkatan akses dan kesetaraan memperoleh peluang-peluang
ekonomi dan politik. Dengan kata lain, penghapusan segala bentuk
hambatan ekonomi dan politik yang merintangi setiap individu untuk
berpartisipasi sekaligus memperoleh manfaat dari peluang-peluang
tersebut.
3. Adanya aspek keberlanjutan (sustainability), yakni bahwa peluangpeluang yang disediakan kepada setiap individu saat ini dapat
dipastikan tersedia juga bagi generasi yang akan datang, terutama,
daya dukung lingkungan atau modal alam dan ‘ruang’ kebebasan
manusia untuk berkreasi.
4. Pembangunan tidak hanya untuk masyarakat, tetapi juga oleh
masyarakat. Artinya, masyarakat terlibat penuh dalam setiap keputusan
dan proses-proses pembangunan, bukan sekedar obyek pembangunan,
dengan kata lain adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Peningkatan
kualitas
SDM
menurut
RPJMN
untuk
mendukung
ketersediaan angkatan kerja berketerampilan dan berpendidikan tinggi, dengan
strategi pengembangan:
1. Meningkatkan akses pelayanan pendidikan dan keterampilan kerja.
2. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan.
3.
Meningkatkan produktivitas angkatan kerja dan mengembangkan
ekonomi lokal.
Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang
menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk yang dilakukan dengan
menitikberatkan pada pembangunan SDM secara fisik dan mental. Azas
pemerataan yang merupakan salah satu dasar trilogi pembangunan yang akan
diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan. Azas pemerataan
merupakan salah satu prinsip pembangunan manusia. Melalui strategi jalur
pemerataan, kebijakan pembangunan mengarah pada pemihakan terhadap
kelompok penduduk yang tertinggal. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi,
peningkatan kualitas fisik dan mental penduduk perlu dilakukan oleh pemerintah
15
melalui pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan dasar.
Pembangunan manusia dapat juga dilihat dari sisi pelaku atau sasaran yang
ingin dicapai. Dalam kaitan ini, UNDP melihat pembangunan manusia sebagai
semacam “model” pembangunan tentang penduduk, untuk penduduk, dan oleh
penduduk, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tentang penduduk; berupa investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan
pelayanan sosial lainnya.
b. Untuk penduduk; berupa penciptaan peluang kerja melalui perluasan
(pertumbuhan ekonomi dalam negeri);
c. Oleh penduduk; berupa upaya untuk memperkuat (empowerment)
penduduk dalam menentukan harkat manusia dengan cara berpartisipasi
dalam proses politik dan pembangunan.
Kaitannya dengan capaian pembangunan yang komprehensif yang mampu
mengakomodir konsep pembangunan manusia secara lebih luas, United Nations
Development Programme (UNDP) sejak 1990 telah menggunakan indeks
pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) untuk
mengukur keberhasilan atau kinerja (performance) suatu negara atau wilayah
dalam pembangunan manusia. Dimensi pembangunan manusia menjadi sangat
penting sehingga diperlukan kemauan dan komitmen yang kuat dari penyusun
kebijakan dan para pelaku pembangunan.
Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara
atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan
hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali),
tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak.
Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan
yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
Karena hanya mencakup tiga komponen utama, maka IPM harus dilihat
sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi
pembangunan manusia. Oleh karena itu pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan
kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan
lainnya dan tidak terbatas pada sektor-sektor utama saja (kesehatan, pendidikan
dan ekonomi) terutama aspek pembangunan manusia yang sifatnya abstrak dan
16
tidak memungkinkan untuk diukur (mental, moral, spiritual, tanggung jawab dan
sejenisnya)(BPS, 2009).
Sementara itu UNDP sejak tahun 1990 telah mengeluarkan secara berkala
IPM sebagai ukuran kuantitatif tingkat pencapaian pembangunan manusia. Indeks
ini merupakan teknik komposit terhadap beberapa indikator tingkat pendidikan,
kesehatan dan pendapatan. Secara umum IPM merupakan salah satu instrumen
untuk mengetahui pencapaian pembangunan manusia suatu negara karena dalam
batas-batas tertentu IPM mewakili tujuan dari pembangunan manusia. Hal ini
sejajar dengan pemahaman yang telah dikemukakan oleh UNDP dalam Laporan
Pembangunan Manusia Tahun 1990, bahwa tujuan mendasar dari pembangunan
adalah menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat hidup
lebih panjang, lebih sehat serta memiliki kreativitas untuk mengaktualisasikan
gagasan. Pernyataan ini sejalan dengan yang pernah dikemukakan oleh Sen
(2000), bahwa dengan menempatkan pembangunan manusia sebagai tujuan akhir
dari proses pembangunan diharapkan dapat menciptakan peluang-peluang yang
secara langsung menyumbang upaya memperluas dan meningkatkan kemampuan
manusia dan kualitas kehidupan mereka, antara lain melalui peningkatan layanan
kesehatan, pendidikan dasar dan jaminan sosial, khususnya bagi warga miskin.
Diantara beberapa pengertian pembangunan manusia di atas, dapat ditarik
benang merah kesamaan, bahwa pembangunan manusia adalah upaya
meningkatkan kemampuan manusia terutama melalui peningkatan taraf kesehatan
dan pendidikan, sehingga membuat manusia menjadi lebih sehat, lebih kreatif dan
lebih produktif sehingga memungkinkan untuk meraih peluang-peluang yang
tersedia bagi dirinya masing-masing dalam kelangsungan hidupnya untuk
mendapatkan penghasilan yang layak.
2.4. Tinjauan Studi Terdahulu
Brata (2002), meneliti tentang Pembangunan Manusia dan Kinerja
Ekonomi Regional di Indonesia. Hasil estimasi memberikan bukti adanya
hubungan antara pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi regional di
Indonesia, termasuk di masa krisis. Hasil estimasi model IPM dan PDRB atas
dasar harga konstan (ADHK) dengan metode 2SLS. Dalam model IPM, variabel
PDRB
adhk
terbukti
sangat
signifikan
pengaruhnya
terhadap
tingkat
17
pembangunan manusia yang dilihat dari IPM. Selain itu, variabel lama pendidikan
sekolah perempuan juga berpengaruh signifikan. Sedangkan indeks Gini, rasio
migas dan variabel boneka konflik tidak signifikan pengaruhnya terhadap IPM
Ranis (2004), dalam penelitiannya menemukan bahwa pembangunan
manusia merupakan prasyarat untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
kebijakan pemerintah dan pendanaan publik mungkin perlu ditingkatkan. Negara
dalam ambang batas pembangunan manusia apabila suatu bangsa yang terjebak
siklus perangkap kemiskinan. Rendahnya pembangunan manusia mungkin perlu
target pemerintah dalam menginvestasikan untuk memenuhi biaya perbaikan
pembangunan manusia. Investasi ini meliputi biaya tetap sekolah, rumah sakit,
dan yang diperlukan perbaikan pemerintahan untuk secara efektif melaksanakan
proyek investasi tersebut.
Ramires, et. al (2000), dalam kajiannya tentang hubungan pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan manusia, menggunakan dua model yaitu: (1)
pertumbuhan ekonomi untuk pembangunan manusia, (2) pembangunan manusia
terhadap pertumbuhan ekonomi. Berbagai hubungan di masing-masing model,
beserta tinjauan dari beberapa materi yang ada. Ramires menggunakan data lintasnegara untuk periode 1970-1992. Hasil yang diperoleh bahwa ada hubungan
positif yang kuat di kedua arah dan bahwa pengeluaran publik untuk pelayanan
sosial dan pendidikan perempuan menentukan kekuatan hubungan antara
pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia, sementara tingkat
investasi dan distribusi pendapatan berhubungan signifikan dalam menentukan
kekuatan antara pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil-hasil studi empiris di berbagai negara termasuk juga di Indonesia,
menunjukkan adanya keterkaitan antara pembangunan SDM dan pembangunan
ekonomi, adapun faktor faktor yang mempengaruhi pembangunan SDM sudah mulai
diungkap satu persatu.
2.5. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian diatas, secara sederhana dapat di katakan kualitas SDM
di Provinsi Banten berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, karena SDM
merupakan salah satu input dalam proses produksi, yang selanjutnya akan
mempengaruhi pembangunan ekonomi. Oleh karena itu perlu perhatian yang serius
18
terhadap pembangunan SDM. Untuk meningkatkan kualitas SDM, salah satu
indikatornya adalah IPM. Meningkatnya IPM akan berdampak pada pencapaian
pembangunan. Strategi untuk meningkatkan IPM secara efektif adalah dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian IPM, sehingga bisa
dijadikan faktor penting dalam menentukan kebijakan. Secara keseluruhan kerangka
pemikiran penelitian ini seperti pada Gambar 3
PROVINSI BANTEN
Pembangunan ekonomi
dan pembangunan manusia
Provinsi Baru
1.
2.
3.
4.
Penyangga Ibu Kota
PDRB perkapita yang tinggi
IPM yang rendah
Pendidikan yang rendah
Pengangguran yang tinggi
Gambaran Pembangunan SDM
dan pembangunan ekonomi di
Provinsi Banten
Analisis Deskriptif
Faktor yang mempengaruhi
pembangunan SDM
1. Koefisien gini rasio
2. Pendapatan perkapita
3. Pengeluaran Pemerintah
4. Pendidikan
5. Kesehatan
Analisis Regresi
Gambar
3. dalam
Kerangka
Penelitian
Strategi
peningkatan
SDM
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
2.6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah:
1. Pembangunan ekonomi berpengaruh positif terhadap meningkatkan
pembangunan SDM
2. Peningkatan PDRB perkapita berpengaruh positif terhadap peningkatan
pembangunan SDM.
19
3. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap peningkatan
pembangunan SDM
Download