Abstrak Sudah menjadi pengetahuan umum bagi para penuntut

advertisement
Abstrak
Sudah menjadi pengetahuan umum bagi para penuntut ilmu bahwa landasan hukum dalam Islam
adalah Wahyu, yaitu Al Qur’anul karim dan hadits Shahih. Dan begitu pula para Ulama dan para Imam
juga sepakat mengenai hal ini.
Apabila kaum muslimin atau satu golongan dari muslimin diwajibkan/diharuskan untuk menganut
satu mazhab saja, maka hal ini sangatlah susah dan merupakan suatu kedholiman. Dan para imam
mazhab pun tidak menghendaki hal demikian.
Sesungguhnya keadaan yang terjadi pada umat dan hajat-hajat mereka pada masa kini
mengharuskan para ulama dan para pemimpin umat untuk melakukan perluasan jangkauan dalam
masalah fiqih, misalnya dengan mengambil dari mazhab lain yang selaras dengan mazhab ahlusunnah
seperti mazhab Az Zaidiyah dan Adh dhohiriyah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan solusi dari
masalah masalah kontemporer dan hal-hal darurat yang terjadi pada masa kini. Begitu pula perlu
dilakukannya ijtihad secara berjamaah untuk menentukan hukum bagi hal-hal dan kejadian kijadiah
baru.
Oleh karena landasan hukum dalam Islam adalah Wahyu, hadist dan apa-apa yang disandarkan
pada keduanya, maka hal-hal yang tidak sesuai dengannya adalah bid’ah yang tertolak, atau ijtihad, atau
hukum yang dikeluarkan oleh hakim, atau pengaturan syareat yang berlaku untuk suatu masalah
tertentu.
Perceraian dalam islam hukumnya Mubah dengan syarat syarat dan adab-adab yang harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum melakukannya akan tetapi asalnya adalah terlarang. Diantara syarat
yang paling penting adalah : waktu (dan ceraikanlah mereka pada saat mereka suci) dan jumlah talaq
(Talaq itu adalah dua kali) yaitu mentalaq sekali, lalu mentalaq lagi. Apabila menyelisihi hal ini maka hal
itu adalah bid’ah dan sesuatu yang batil. Oleh karena itu Nabi tidak menolak dan mengangap tidak sah
talak yang dilakukan oleh Ibnu Umar r.huma kepada istinya saat ia dalam keadaan haid, dan tidak sah
pula talak tiga yang dijatuhkan sekali. Hal ini berlaku dalam masa pemerintahan Kholifah Umar selama 3
tahun, Lalu ia menetapkan bagi yang mentalak tiga istrinya dalam sekali talak maka baginya talak tiga
dan hal ini desepakati oleh para sahabat lain. Hal ini dilakukan agar orang-orang tidak dengan mudahnya
menjatuhkan langsung talak tiga. Dan hal ini adalah suatu pengaturan atau kebijaksanaan syariat. Bukan
ketetapan nash dari Allah. Akan tetapi dengan kebijakan ini orang-orang tidak menjadi jera sehingga
hukum tersebut dikembalikan sebagaimana di zaman Rasulullah Saw.
Sungguh perbuatan talaq yang bid’ah ini sangat merugikan keluarga maupun masyarakat, baik
dipandang dari sisi agama maupun secara aspek social. Hal ini menyebabkan terjadinya banyak kasus
perceraian dan rusaknya rumah tangga dan terlantarnya anak anak dan semakin besar permasalah yang
kita hadapi dan semakin banyak pula wanita-wanita yang diceraikan, yang hail ini akan memperluas
fitnah pada masa ini.
Kata Kunci : Talaq , bid’ah , kerugian , secara agama, secara sosial
Download