Ringkasan Khotbah - 15 April 2012 Doa Musa Kel.32:30-35, Kel.33 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Ada sebuah kisah: Seorang antropolog melakukan percobaan pada anak-anak di Afrika. Anak-anak ini diminta untuk lomba lari menuju sebuah pohon. Di bawah pohon itu ditaruh sebuah keranjang yang berisi banyak buah dan anak yang menang dari perlombaan itu akan mendapatkan seluruh isi keranjang buah tersebut. Hal yang mengejutkan si antropolog ini adalah ketika perlombaan dimulai anak-anak ini serempak bergandengan tangan dan lari bersama-sama menuju keranjang buah tersebut. Setibanya mereka di bawah pohon tersebut, mereka membagi dan menikmati buah di dalam keranjang tersebut bersama-sama. Ketika ditanya oleh sang antropolog ini bukankah jika mereka melakukannya sendiri maka yang menang akan dapat menikmati lebih banyak buah ketimbang mereka harus membagi untuk dimakan bersama-sama, mereka menjawab: “Ubuntu: Bagaimana kami dapat bersukacita kalau salah satu dari antara kami ada yang bersedih?” Ubuntu dalam bahasa Afrika artinya I am because we are (saya menjadi seperti sekarang ini karena kami adalah). Mereka mengerti bahwa hal-hal yang baik itu bukan untuk dinikmati sendiri melainkan untuk dinikmati bersama. Hal ini menegur kita orang-orang modern ini yang berpikir kesuksesan kita adalah karena hasil usaha kita sendiri. Posisi, gelar, jabatan, yang kita miliki sekarang adalah hasil usaha sendiri. Bahkan kita bawa pula sikap ini ke gereja. Kita pikir kita paling memuliakan Tuhan kalau kita lebih baik dari orang lain, kalau kita menjadi nomor satu. Tetapi ini memuliakan Tuhan atau memuliakan diri? Dalam bagian kitab Keluaran yang kita baca, konteksnya adalah persis setelah Musa menerima 10 perintah Allah dalam bentuk loh batu, bangsa Israel melanggar perintah Allah yang pertama: Jangan ada padamu allah lain dari pada-Ku dan jangan menyembah berhala. Mereka membuat anak lembu emas dan menyembahnya. Tuhan murka, 3000 orang mati. Setelah itu murka Tuhan surut. Setelah semuanya selesai, Musa bukan tipe orang yang setelah selesai menghukum lalu puas. Musa justru ingin mengadakan pendamaian bagi mereka. Musa adalah tipologi dari Yesus Kristus dalam Perjanjian Lama. Kristus mewakili umat-Nya menanggung dosa mereka, Musa pun mengadakan pendamaian bagi dosa bangsa Israel. Musa berkata pada Tuhan, “bangsa ini dosanya besar karena mereka telah membuat anak lembu emas menggantikan Allah, tetapi kiranya Tuhan sekarang berkenan mengampuni dosa mereka.” Kalimat Musa belum selesai. Musa separuh ‘mengancam’, “jika tidak hapuskanlah namaku dari kitab yang pernah Engkau tulis itu”. Bangsa Israel bukan satu dua kali berbuat dosa, bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, keras kepala, tidak mau taat pada tuannya. Musa pimpin 1 juta orang seperti ini. 1/4 Ringkasan Khotbah - 15 April 2012 Waktu orang Israel sudah dipimpin keluar dari Mesir, di padang gurun mereka bersungut-sungut. Kali lain lagi mereka mengatakan bahwa mereka lebih senang di Mesir meskipun diperbudak. Terhadap bangsa yang seperti ini Musa justru berkata, “Jika Tuhan tidak mau mengampuni mereka maka hapuskanlah namaku”, Musa memilih bangsa Israel yang selamat. Pemimpin model apa Musa ini? Tetapi jawaban Tuhan konsisten, yang bersalah dialah yang harus dihukum. Musa menjadi gambaran Tuhan Yesus Kristus yang mati untuk menanggung dosa kita padahal Ia tidak bersalah. Ia rela dipaku diatas kayu salib demi kita orang-orang yang tidak layak. Ketika Tuhan Yesus mau ditangkap di taman Getsemani, Yesus maju menyerahkan Diri-Nya. Yesus pasang badan melindungi murid-murid-Nya. Allah berkata pada Musa bahwa satu saat bangsa Israel akan menerima hukuman mereka. Tuhan tahu isi hati Musa yang membawa bangsa Israel keluar. Waktu Musa menjadi pangeran di Mesir dan Musa melihat orang Ibrani diperlakukan tidak berperikemanusiaan oleh mandor Mesir, Musa membunuh mandor ini. Musa mencintai umat Tuhan. Membunuh itu dosa tetapi hati Musa begitu mencintai umat Tuhan terus sampai ia dipakai Tuhan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir sekalipun. Jika kita menemukan umat Tuhan dalam gereja yang menjengkelkan, yang aneh, yang menyulitkan, bagaimana sikap kita? Waktu kita berbicara mengenai kekristenan memang itu soal pengajaran tetapi juga berarti umat Tuhan. Waktu kita bicara mengenai umat Tuhan berarti kita akan menemukan orang-orang dengan kerohanian yang berbeda-beda menjadi satu. Ada orang yang bertahun-tahun sulit melepaskan dosanya. Terhadap orang-orang seperti ini seringkali kita berpikir malas membuang-buang waktu, energi dan perasaan untuk melayani mereka. Kita seringkali masa bodoh kepada saudara kita yang berdosa apalagi pada mereka yang sudah merugikan kita. Musa tidak demikian. Musa tidak menjadi jemaat biasa yang hanya satu minggu sekail datang ke gereja tanpa mengenal jemaat lain. Musa menjadi pemimpin bangsa Israel. Meski demikian bukan berarti hal ini hanya berlaku bagi para gembala sidang dan hamba Tuhan. Setiap kita yang percaya pada Kristus berarti sifatnya harus semakin serupa seperti Kristus bukan? Berarti sifat Musa seharusnya juga menjadi sifat kita. Ketika Musa melihat sifat bangsa Israel yang brengsek, Musa tidak tinggalkan mereka. Bukan hanya itu, Musa mau berkorban bagi mereka. Untuk apa? Karena mereka umat Tuhan. Tuhan sudah memimpin mereka keluar dari Mesir. Dalam Kel.20 tertulis kalau “Akulah yang menuntun umat-Ku keluar dari Mesir”. Namun sekarang di bagian ini Tuhan mengatakan, “Bangsa yang engkau (Musa) pimpin keluar dari Mesir”. Tuhan itu kudus, Ia tidak tahan jika ada umat-Nya yang tidak kudus. Jika ada umat-Nya menyembah Allah yang lain Tuhan tidak tahan. Tetapi Tuhan tetap mengingat perjanjian-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Mereka akan tetap masuk ke dalam tanah Perjanjian tetapi Tuhan berkata bahwa Ia tidak akan berjalan di tengah-tengah mereka karena mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk. Berkat dan kutuk Tuhan nyatakan dalam 1 kalimat. Berkatnya 2/4 Ringkasan Khotbah - 15 April 2012 adalah mereka akan masuk ke negeri yang penuh susu dan madu tetapi Ia tidak akan menyertai mereka! Mendengar ancaman yang mengerikan ini dalam ayat 4 bangsa Israel berkabung. Mereka tidak mau memakai perhiasan. Itu belum cukup. Tuhan mengulang lagi, “kamu adalah bangsa yang tegar tengkuk, kalau Aku berjalan di tengah-tengah kamu sesaat saja, Aku akan membinasakan kamu. Tinggalkan perhiasanmu, Aku akan melihat apa yang akan Kulakukan.” Sejak itu mereka tidak pernah lagi memakai perhiasan (ayat 6). Mereka takut karena Tuhan tidak mau menyertai mereka. Mereka mengerti satu hal yaitu percuma kita dapat semua berkat Tuhan tetapi Tuhan tidak mau menyertai. Ini adalah kecelakaan paling besar. Jika Tuhan melepaskan kita untuk melakukan apa yang kita mau, celakalah kita. Mungkin Tuhan menegur kita melalui orang-orang di sekitar kita, berbahagialah jika Tuhan masih mau memakai orang lain untuk menyatakan kesalahan kita. Betapa mengerikan jika Tuhan sudah tidak mengakui kita sebagai umat-Nya lagi. Saat hidup kita makin lama makin makmur, berhati-hatilah. Apakah Tuhan masih menyertai kita? Apakah kita peka akan hal ini? Saat kita makin sibuk mungkin kita makin lupa untuk baca Alkitab dan berdoa. Kita makin menjauh dari Tuhan dan merasa biasa. Saat itu kekayaan kita bertambah tetapi Tuhan tidak menyertai kita. Lebih baik kita miskin, di padang gurun, tetapi Tuhan menyertai kita daripada kita hidup makmur, masuk negeri yang penuh susu dan madu tetapi Tuhan tidak menyertai. Hati bangsa Israel mulai berbalik kepada Tuhan. Musa membuat kemah sementara dimana Musa akan bertemu dengan Tuhan dan dimana orang Israel dapat mencari Tuhan diluar perkemahan. Tidak seperti kita sekarang, kita dapat berdoa kepada Tuhan dimana saja dan kapan saja. Bangsa Israel kembali sujud di hadapan Allah dan taat kembali. Musa berbicara dengan Tuhan berhadapan muka dengan muka seperti seorang yang bicara kepada teman. Ini adalah semacam Christophany, yaitu Kristus menampakkan Diri dalam Perjanjian Lama karena tidak ada seorang pun yang dapat melihat Tuhan kecuali Anak Tunggal Allah. Jika Musa bisa melihat Tuhan ini pasti karena Kristus yang belum berinkarnasi menjadi manusia, Ia mengambil bentuk yang dapat dilihat dan Ia bercakap-cakap dengan Musa. Musa meminta Tuhan untuk memberitahukan jalan-Nya supaya ia mengenal Tuhan dan mendapat kasih karunia. Musa juga meminta Tuhan mengingat kalau bangsa Israel itu adalah umat-Nya. Tuhan sudah tidak mau menyertai umat-Nya tetapi Musa meminta lagi akan hal ini. Musa tidak bisa berbahagia kalau bangsa Israel yang lain bersedih seperti anak-anak Afrika yang tidak bisa menikmati keranjang buah mereka sendirian. (Ayat 15) Musa berkata “Jika Engkau tidak mau membimbing kami, jangan suruh kami 3/4 Ringkasan Khotbah - 15 April 2012 berangkat dari sini.” Musa ada konsistensi, Ia tidak memikirkan dirinya sendiri. Doa Bapa kami pun mengajarkan hal ini. Musa meminta penyertaan Tuhan untuk seluruh bangsa Israel. Waktu Tuhan menyelamatkan kita jangan senang jika hanya kita yang selamat. Kekristenan bukan bicara berkat Tuhan hanya pada diri sendiri. Kita menjadi satu dengan umat Tuhan. Kita satu tubuh. Tuhan melihat doa Musa sesuai dengan isi hati Tuhan (ayat 17) maka Tuhan mengabulkannya. Musa mendapat kasih karunia Tuhan dan Musa menggunakan kesempatan ini supaya Tuhan mengingat seluruh umat Tuhan yang lainnya. Dan Tuhan menjawab doa Musa. Bukan hanya itu, Musa meminta untuk melihat kemuliaan Tuhan. Musa menerima jawaban Tuhan atas doanya yaitu pada saat transfigurasi. Musa melihat kemuliaan Tuhan dan ia mendapat bagiannya yang kekal. Ada dua hal dalam diri Musa: ia tidak memikirkan kepentingan pribadinya sendiri melainkan mengutamakan kepentingan umat Tuhan dan kedua ia hanya mau melihat kemuliaan Tuhan. Ini kerinduan Musa. Demikian pula Kristus, Ia membawa kita keluar dari dosa dan mati di kayu salib. Kita semua harus kembali kepada Alkitab. Sebagai umat Tuhan dalam gereja, apakah kita peduli kepentingan umat Tuhan dan apakah kita dalam hidup ini hanya mau mencari kemuliaan Tuhan saja? Jika kita mau doa kita dijawab oleh Tuhan, doakanlah hal ini. (Ringkasan belum diperiksa pengkhotbah. VP) 4/4