ABSTRAK Pengkajian penyelenggaraan negara, tidak dapat dilepaskan dari pembahasan tentang penyelenggara negara, diantaranya yaitu mengenai kepala daerah dan wakil kepala daerah yang pada jam dinas jabatan melakuakan kegiatan kegiatan politik yaitu menjadi juru kampanye. Sebagai jabatan pemerintahan yang sekaligus merupakan jabatan yang bersifat politik, kepala daerah dan wakil kepala daerah memiliki tugas penting, yaitu memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan selalu menegakkan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Layak (AAUPL). Hal tersebut agar penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan menjadi baik, sopan, adil, terhormat, bebas dari kezaliman, pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan dan tindakan sewenang-wenang. Pada penelitian ini terdapat permasalahan yang dianalisis, yaitu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang pada jam dinas menjadi juru kampanye dihubungkan dengan AAUPL. Asas tersebut terdiri dari asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas. Selain itu, pada penelitian ini juga akan dianalisis mengenai sanksi bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah yang menggunakan jas dinas jabatanya untuk berkampanye politik. Permasalahan diatas dianalisis dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan deskriptif analisis, yaitu metode penelitian dengan cara menguji dan mengkaji peraturan perundang-undangan dan melakukan penggambaran konsepsional AAUPL terhadap masalah yang di teliti. Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh kesimpulan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah yang menjadi juru kampanye pada jam dinas, jika dilakukan tanpa melakukan cuti jabatan, maka berarti secara bertentangan dengan AAUPL, berupa; melanggar asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, dan asas akuntabilitas. Selain itu, pejabat kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut, berarti melanggar pasal 85 UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, serta melanggar pula pasal 61 ayat (3) dan (4) PP No. 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Karena hal tersebut, berdasarkan pasal 29 UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pejabat kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut dapat dikenakan sanksi peringatan, penghentian, dan pembubaran kampanye serta dapat berujung pemberhentian dari jabatan. Akan tetapi, penegakkan hal tersebut sangat tergantung pada KPU, serta keputusan politik di DPRD dan Presiden. Oleh karena itu, DPR dan Presiden perlu melakukan perubahan rumusan Pasal 29 ayat (4) UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, agar lebih memberikan kepastian hukum.