SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH Komposisi Kimia Tanah • Tanah terbentuk dari batuan yang melapuk. • Adapun komposisi kimia rata-rata dari batuan beku ditunjukkkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia batuan beku dan tanah-tanah yang melapuk intensif Senyawa SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 MnO CaO MgO K2O Na2O P2O5 SO3 Total Persentase unsur kimia (%) 59,5 16,0 7,0 1,0 0,1 5,0 4,0 3,0 4,0 0,3 0,1 100,0 Adapted from Bohn, McNeal, and O’Connor, 1985 in Foth, 1990 Variasi kandungan unsur Silikon, Oksigen dan Aluminium sangat banyak ditemui. Hal ini menunjukkan dominasi mineral silikat dan aluminosilikat pada batuan beku. Selanjutnya adalah unsur besi, kalsium, magnesium, natrium, dan kalium. Komposisi kimia batuan beku menyerupai komposisi mineralogik dari tanah yang telah melapuk minimal atau sedang. Sejumlah tanah mengandung kuarsa, feldspar, dan mika pada fraksi pasir dan debunya, liat silikat lapis 2:1 dalam fraksi liatnya, dan kebanyakan muatan negatif liat dinetralisir dengan adsorpsi ion-ion kalsium, magnesium, sodium dan kalium. Pada saat tanah melapuk dan komposisi mineralogi berubah setiap waktu, terjadi pula perubahan komposisi kimiawi. Selama proses pembentukan tanah terjadi kehilangan unsur-unsur Si relatif terhadap Al dan Fe. Pelepasan dan kehilangan Ca, Mg, Na dan K lebih cepat dibandingkan Si, dan hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kandungan empat kation pada tanah-tanah yang melapuk intensif. Berikut adalah penjelasan masing-masing sifat-sifat kimia tanah yang penting untuk dipahami: a. Reaksi Tanah atau pH tanah Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. pH = - log (H+) Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibanding OH-, sedang pada tanah alkalin kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OHmaka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7. Konsentrasi H+ atau OH- dalam tanah sebenarnya sangat kecil. Nilai pH berkisar antara 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Besarnya kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosiasi air murni yaitu : HOH ↔ H+ + OH[ H+] [OH-] = 10-14 = K (konstan) pH tanah merupakan indikator pelapukan tanah, kandungan mineral dalam batuan induk, lama waktu dan intensitas pelapukan, terutama pelindihan kation-kation basa dari tanah Tanah asam banyak mengandung H yang dapat ditukar, sedang tanah alkalis banyak mengandung basa dapat ditukar pH > 7 Ca dan Mg bebas; pH > 8.5 pasti terdapat Na tertukar Kandungan unsur-unsur hara seperti besi, copper, fosfor, Zn, dan hara lainnya serta substansi toksik (Al3+, Pb2+) dikontrol oleh pH. Kandungan Al3+, Pb2+ akan berpengaruh sedikit bagi pertumbuhan tanaman pada tanah alkali calcareous tapi akan sangat serius pada tanah asam. Nutrient seperti P banyak tersedia (optimum) pada pH asam sampai netral, dan akan sedikit pada pH dibawah atau diatas nilai optimum tersebut Di Indonesia, pH tanah berkisar antara 3 hingga 9. Tanah-tanah pada umumnya bereaksi masam dengan pH 4,0-5,5 sehingga tanah-tanah yang mempunyai pH 6,0-6,5 sering dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. pH tanah penting untuk diketahui : 1. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya hara tanaman akan lebih mudah untuk diserap pada kisaran pH netral (Gambar 1) oleh karena pada kisaran pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Al sedangkan pada tanah alkalis, P sulit diserap tanaman karena difiksasi oleh Ca. 2. Menunjukkkan kemungkinan adanya unsurunsur beracun. Pada tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, yang kecuali memfiksasi P juga merupakan racun bagi tanaman. Pada tanah rawa yang pH tanah rendah (sangat masam) menunjukkan kandungan sulfat tinggi yang bersifat meracun bagi tanaman. Disamping itu, pada tanah yang masam, unsurunsur mikro juga menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Unsur mikro Mo dapat menjadi racun kalau pH tanah terlalu alkalis. 3. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme Bakteri berkembang baik pada pH 5,5 atau sedang pada pH <5,5 perkembangannya sangat terhambat Jamur dapat berkembang baik pada segala tingkat kemasaman tanah. Pada pH tanah >5,5 jamur harus bersaing dengan bakteri Bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi hanya dapat berkembang dengan baik pada pH >5,5. Sumber Kemasaman Tanah Bahan induk Bahan induk masam akan berkembang menjadi tanah masam Bahan induk basa akan berkembang menjadi tanah basa/alkalin Iklim tanah yang berkembang di daerah iklim lembab/basah akan bersifat asam Curah hujan dan suhu sangat berpengaruh aktif terhadap asam – basanya tanah. Bahan Organik. Bahan organik menghasilkan asam-asam organik hasil proses humifikasi. Asam organik memiliki pH nisbi yang rendah Asam anorganik (H2CO3H2SO4HNO3) hasil dekomposisi Pengaruh manusia Pemupukan dengan pupuk fisiologis masam akan menyebabkan tanah bersifat masam Pengapuran akan menyebabkan pH akan naik Jenis liat Liat silikat merupakan sumber muatan negatif yang bersifat tetap. KENDALA TANAH MASAM Keracunan Al, Mn dan Fe Kekahatan Ca, Mg, Mo Pelapukan bahan organik lambat Ketersediaan N dan P kecil Aktivitas organisme rendah Produktivitas`tanah rendah Tidak semua tanaman dapat toleran Pertumbuhan tanaman terhambat tanah mineral bersifat tua Tanah organik belum matang Klasifikasi pH tanah berdasar bahan pengekstrak PH tanah aktual (pH H2O) menunjukkan konsentrasi H+ dalam larutan tanah, sesuai dengan kondisi alam sebenarnya. Larutan pengekstrak adalah air suling (H2O) dengan perbandingan tanah dan H2O adalah 1:2,5 Konsentrasi H+ dalam larutan tanah meningkat maka pH turun pH tanah Potensial (pH Kcl atau pH CaCl2) Menunjukkan nilai pH tanah setelah H+ dalam kompleks jerapan/didesak keluar dan masuk ke dalam larutan tanah oleh kation lain. Merupakan pH tanah yang mungkin potensial dapat terjadi karena pengaruh lain Larutan pengekstrak adalah KCl 1 N atau CaCl2 1N atau CaCl2 1 N (1:2,5) Fenomena pH potensial pada tanah tua : Pada tanah tua (pelapukan intensif) mempunyai muatan terubahkan yang besar, sehingga pH rendah tanah bermuatan positif (H+) dinetralisir oleh ion hidroksi (OH-) Larutan KCl 1 N menyebabkan pendesakan OHoleh Cl-, sehingga konsentrasi OH- dalam larutan tanah bertambah. Kenaikan konsentrasi OH- menyebabkan [H+] menurun karena bergabung dengan [H+] dan [OH] maka pH menjadi naik. Pada tanah tua ini nilai pH KCl ≥ pH H2O PH tanah Oksidatif (pH H2O2) Menunjukkan nilai pH tanah setelah tanah mengalami oksidasi Larutan pengekstrak adalah H2O2 30% atau karena proses`pengeringan pada udara terbuka. Pentung untuk daerah tergenang atau rawa untuk melihat potensi bahaya zat clay (lempung belang) karena dilakukan pengatusan. Jika setelah oksidasi (pengatusan) nilai pH ≤ 3,5 maka mengandung pirit yang menghasilkan sulfat yang meracun. Reaksi : 2 H+ FeS + On + H2O → Fe (OH)3 + H2SO4 SO4= Cara Pengukuran pH Elektrometrik : - menggunakan pH meter (glass electrode) - Biasa dilakukan di laboratotium Kolorimetrik : - Menggunakan indikator warna kertas pH, pH stick indikator, kertas`lakmus, kertas pH universiil - Banyak digunakan di lapangan Perkiraan Potensial lahan yang ditempati tanah masam di berbagai negara (The World Food Problem dalam Setijono,1982) Jenis Tanah No Negara Latosol Podzolik (Juta Ha) 1 Afrika 417,15 8,10 2 Asia 101,25 36,45 3 Australia 12,15 4,05 4 Amerika Utara 16,20 76,95 5 Amerika Selatan 514,35 4,05 Agihan Tanah Bereaksi Masam di Berbagai Pulau di Indonesia (Pusat Penelitian tanah 1981) N o Pulau Aluvial Latosol Organosol Podzol Podzolik (Juta Ha) 1 Jawa Madura 2.550 2.775 0.025 - 0.325 2 Sumatera 5.682 6.018 8.175 1.031 14.695 3 Kalimantan 5.744 4.468 6.523 4.581 10.947 4 Sulawesi 1.562 2.649 0.240 - 1.308 5 Nusa Tenggara 0.312 0.563 - - - 6 Maluku 0.488 0.331 0.525 - 2.406 7 Irian Jaya 2.575 0.356 10.875 - 8.706 Jumlah 18.913 17.160 27.063 5.612 38.437 KONDISI KEHARAAN PADA BERBAGAI KISARAN pH 1. Sangat Tinggi (di atas 8,5) Tanah alkali, sodik Ca dan Mg, kemungkinan tidak tersedia Fospat terjerap dalam bentuk Ca-P, Mg-P Bila kadar Na Tinggi, P terjerap menjadi Na-P yang mudah larut Keracunan Boron (B) pada tanah garaman dan Sodik Persentase Na tertukar (ESP) di atas 15 dapat menyebabkan kerusakan struktur. Aktivitas bakteri rendah Proses nitrifikasi menurun Ketersediaan hara mikro menurun, kecuali Mo 2. Tinggi ( 7,0 – 8,5 ) Penurunan ketersediaan P dan B sehingga terjadi kekahatan hara P dan B Kekahatan Co, Cu, Fe, Mn dan Zn Kadar Ca dan Mg Tinggi Tanah alkali 3. Sedang (5,5 – 7,0) Sifat netral Kisaran pH yang baik untuk sebagianj besar tanaman Kadar hara (makro & mikro) optimum Aktivitas mikroorganisme optimum) Sifat kimia tanah optimum 4. Rendah (<5,5) Tanah masam Ion Fosfat bersenyawa dengan Fe dan Al membentuk senyawa yang tidak cepat tersedia bagi tanaman. Semua hara mikro (kecuali Mo) menjadi lebih tersedia dengan peningkatan kemasaman, Ion Al dilepaskan dari mineral lempung pada nilai pH di bawah 5,5 dan Aktivitas bakteri menurun Proses nitrifikasi terhambat. Pengukuran pH Faktor yang mempengaruhi akurasi pengukuran pH : (1) nature dan type dari bahan inorganik dan organik (2) perbandingan tanah dengan larutan (3) kandungan garam (4) kandungan gas CO2 pada tanah dan larutan (5) Error yang terjadi baik ketika menstandardisasi alat maupun larutan buffer-nya Perbandingan tanah dengan larutan yang sering digunakan 1:1; 2:1; 10:1 Pengukuran pH menggunakan cara elektrometrik (misal pH meter menggunakan glass elektroda) dan kalorimetrik (pH stick, pasta pH, larutan pH universal) Note : Larutan yang biasa digunakan untuk pengukuran pH adalah : H2O, KCl, CaCl2, NaF, H2O2. b. Koloid Tanah Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Liat termasuk koloid tanah (koloid anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid tanah merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi-reaksi fisikokimia dalam tanah. Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang dikenal sebagai mikro sel pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ionion yang bermuatan positif akan tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double layer). 1. Mineral liat. Mineral liat adalah mineral yang berukuran <2 μ. Mineral liat dalam tanah terbentuk karena : a. Rekristalisasi (sintesis) senyawa hasil pelapukan mineral primer. b. Alterasi langsung mineral primer yang telah ada (misalnya mika menjadi ilit). Mineral liat dalam tanah ada 3 yaitu : 1. Mineral liat Al silikat 2. Oksida-oksida Fe dan Al 3. Mineral-mineral primer Mineral liat Al silikat dapat dibedakan: a. Mineral liat Al-silikat yang mempunyai bentuk kristal yang baik misalnya kaolinit, haloisit, montmorilonit, ilit b. Mineral liat Al-silikat amorf misalnya alofan Kaolinit dan haloisit banyak ditemukan pada tanah-tanah merah yaitu tanah-tanah yang berdrainase baik, sedang montmorilonit banyak ditemukan pada tanah yang mudah mengembang dan mengerut dan pecah-pecah pada musim kering misalnya tanah Vertisol. Illit banyak ditemukan pada tanah yang berasal dari bahan induk yang banyak mengandung mika dan belum mengalami pelapukan lanjut. Alofan banyak ditemukan pada tanah yang berasal dari abu gunung api seperti tanah Andisol. Pada tanah yang tua seperti Oxisol banyak ditemukan liat silikat yang telah hancur dan membentuk mineral liat baru yaitu Fe-Oksida dan Al-Oksida yang dikenal dengan nama mineral seskuioksida. Mineral liat Al-silikat mempunyai struktur berlapis-lapis yang terdiri dari lapisan Sitetrahedron dan Al-oktahedron. Berdasarkan atas banyaknya lapisan Sitetrahedron dan Al-oktahedron, maka mineral liat dibedakan menjadi : a. Tipe 1:1 (satu lapis Si-tetrahedron dan satu lapis Al-oktahedron) contoh: kaolinit dan haloisit b. Tipe 2:1 (2 lapis Si-tetrahedron dan 1 lapis Aloktahedron), contoh : montmorilonit, illit dan vermikulit c. Tipe 2:2 (2 lapis Si-tetrahedron dan 2 lapis Aloktahedron), contoh : klorit 2.Oksida-Oksida Fe dan Al. Mineral-mineral oksida umumnya banyak terdapat pada tanah-tanah tua di daerah tropika misalnya tanah Oxisol. Contoh: mineral liat oksida: gibsit, hematit, goetit, dan limonit. 3. Mineral-mineral primer. Di dalam fraksi liat kadang-kadang ditemukan pula mineral primer seperti kuarsa, feldspar. Mineral seperti itu serupa dengan yang ditemukan dalam fraksi pasir atau debu tetapi ukurannya sangat halus yaitu < 2μ. Koloid Organik Koloid organik utama adalah humus. Koloid organik tersusun atas C, H dan O. Humus bersifat amorf, KTK tinggi dan lebih mudah dihancurkan dibandingkan liat. Sumber muatan negatif humus adalah gugus karboksil dan gugus fenol. Muatan humus adalah tergantung pH. Dalam keadaan masam, H+ dipegang kuat oleh gugusan karboksil atau fenol dan menjadi lemah ikatannya jika pH lebih tinggi. Berdasarkan atas kelarutannya dalam asam dan alkali humus disusun atas 3 bagian utama yaitu : 1. asam fulvik 2. asam humik 3. humin c. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+ dsb. Didalam tanah, kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah persatuan berat tanah dinamakan kapasitas tukar kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh gaya gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut disebut pertukaran kation. Penetapan KTK di laboratorium dilakukan dengan menggunakan ekstraksi ammonium asetat pada pH 7 (NH4OAc pH 7). Cara lain yaitu ekstraksi dengan garam netral (misalnya dengan 1 N KCl) pada pH tanah yang sebenarnya, atau ekstraksi dengan barium klorida + trietanolamin (BaCl2-TEA) yang disangga pada pH 8,2. Dengan cara ini kita akan mendapatkan KTK tergantung pH, KTK efektif, dll. Kapasitas tukar tiap koloid tanah berbeda. Humus mempunyai KTK yang jauh lebih tinggi dibandingkan mineral liat seperti ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 2. KTK koloid tanah Koloid tanah Humus Klorit Montmorilonit Illit Kaolinit Haloisit 2H2O Haloisit 4H2O Seskuioksida KTK (cmol (+)/kg) 100 - 300 10 - 40 80 - 150 10 - 40 3 - 15 5 - 10 40 - 50 0- 3 • KTK adalah sifat kimia yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah KTK rendah. • Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa seperti Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam seperti Al dan H dapat mengurangi kesuburan tanah. • Tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah berpasir. d. Kejenuhan Basa Kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tersebut dapat dibedakan menjadi kation-kation basa dan kation-kation asam. Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlahmaksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya KTK tanah tersebut. Kejenuhan basa = Jumlah Kation Basa X 100% KTK Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah yang mempunyai pH rendah umumnya juga mempunyai KB rendah. Begitu pula sebaliknya. Hubungan pH dengan KB pada pH 5,5 -6,5 hampir merupakan suatu garis lurus. d. Unsur-unsur hara esensial Unsur hara yang sangat diperlukan tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain disebut unsur hara esensial. Unsur hara esensial dapat berasal dari udara, air, atau tanah yang berjumlah 16 yaitu : 1. Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S 2. Unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit. Unsur hara tersedia bagi tanaman dengan cara : 1. Aliran massa 2. Difusi 3. Intersepsi akar Nitrogen (N) Nitrogen dalam tanah berasal dari : 1. Bahan organik tanah 2. Pengikatan oleh mikroorganisme/N udara 3. Pupuk 4. Air hujan Bahan organik adalah sumber N yang utama di dalam tanah. Selain N, bahan organik juga mengandung unsur lain terutama C, P, S dan unsur-unsur mikro lain. Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara dibantu dengan adanya simbiose dengan tanaman leguminose yaitu bakteri bintil akar atau Rhizobium. Disamping itu dibantu pula oleh bakteri yang hidup bebas (non simbiotik) yaitu Azotobacter dan Clostridium. Fungsi N : 1. Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman 2. Pembentukan protein Gejala defisiensi N: 1. Tanaman kerdil 2. Pertumbuhan akar terbatas 3. Daun-daun kuning dan gugur Gejala kelebihan N: 1. Memperlambat kematangan tanaman 2. Batang lemah mudah roboh 3. Daya tahan tanaman lemah terhadap penyakit N dalam tanah berbentuk: Protein, senyawa amino, Ammonium, Nitrat. Nitrogen diambil tanaman dalam bentuk NH4⁺ dan NO3ֿ. Kehilangan N dari tanah: 1. Digunakan oleh tanaman dan mikroorganisme 2. N dalam bentuk NH4⁺, dapat diikat oleh mineral liat jenis ilit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman 3. N dalam bentuk NO3ֿmudah tercuci oleh air hujan (leaching) 4. Proses denitrifikasi Fosfor (P) Unsur P di dalam tanah berasal dari : Bahan organik (pukan, sisa-sisa tanaman) Pupuk buatan (TSP, DS) Mineral-mineral di dalam tanah (apatit) Unsur P didalam tanah berupa: • P-organik • dan P-anorganik. Fungsi P : 1. Pembelahan sel 2. Pembentukan albumin 3. Pembentukan bunga, buah dan biji 4. Mempercepat pematangan 5. Memperkuat batang tidak mudah roboh 6. Perkembangan akar 7. Memperbaiki kualitas tanaman terutama sayur mayur dan makanan ternak 8. Tahan terhadap penyakit 9. Membentuk nukleoprotein 10. Metabolisme karbohidrat 11. Menyimpan dan memindahkan energi Unsur P mudah difiksasi, sehingga sebaiknya pemberiannya jangan disebarkan tetapi diberikan dalam larikan agar kontak dengan tanah sedikit mungkin sehingga fiksasi dapat dikurangi. Gejala defisiensi P: 1. Pertumbuhan terhambat (kerdil) 2. Daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai ujung daun 3. Terlihat jelas pada tanaman yg masih muda 4. Pada tanaman jagung, tongkol tidak sempurna dan kecil-kecil Kalium (K) Unsur K dalam tanah berasal dari mineralmineral primer tanah dan berasal dari pupuk buatan (ZK) Fungsi K : 1. Pembentukan pati 2. Mengaktifkan enzim 3. Pembukaan stomata 4. Proses fisiologis dalam tanaman 5. Proses metabolik dalam sel 6. Mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain 7. Mempertinggi ketahahan terhadap kekeringan dan penyakit 8. Perkembangan akar K dalam tanah dibedakan menjadi : 1. Tidak tersedia bagi tanaman 2. Tersedia 3. Tersedia tapi lambat Kehilangan K dari tanah disebabkan oleh karena diserap oleh tanaman terutama leguminose, tomat dan kentang serta pencucian oleh hujan (leaching). Kalsium (Ca) Ca dalam tanah berasal dari mineral primer (plagioklas), karbonat (kalsit dan dolomit) , garam-garam sederhana (gipsum dan Ca fosfat). Ca diambil tanaman dalam bentuk Ca++. Fungsi Ca: 1. Penyusunan dinding sel tanaman 2. Pembelahan sel 3. Pertumbuh (elongation) Gejala defisiensi Ca: 1. Tunas dan akar tidak dapat tumbuh karena pembelahan sel terhambat 2. Pada jagung, ujung daun coklat dan melipat serta terkulai ke bawah saling melekat dengan daun dibawahnya Magnesium (Mg) Diserap sebagai Mg++. Mg dalam tanah berasal dari mineral kelam (biotit, augit, hornblende, amfibol), garam (MgSO4), dan kapur (dolomit). Fungsi Mg : 1. Pembentukan klorofil 2. Sistem enzim (aktivator) 3. Pembentukan minyak Gejala defisiensi Mg : 1. Defisiensi pada daun tua 2. Daun menguning karena pembentukan klorofil terganggu 3. Pada jagung terlihat garis kuning pada daun 4. Pada daun muda keluar lendir Belerang (S) Diserap tanaman dalam bentuk SO42- dan dalam bentuk gas SO2 dari udara melalui daun. Sedangkan bentuknya dalam tanaman berupa protein, sulfat dan volatile (mudah menguap) seperti allysulfat pada bawang putih dan Fungsi S terutama dalam pembentukan protein. Asal S dalam tanah: 1. Mineral primer (pirit dan gipsum) 2. Atmosfir : SO2 udara Hilangnya S dari tanah : 1. Diambil tanaman 2. Pencucian (leaching) 3. Penguapan SO42Gejala defisiensi S : 1. Defisiensi pada daun tua 2. Tanaman kerdil 3. Pematangan lambat 4. Daun-daun kuning Unsur-unsur Mikro Unsur mikro dalam tanah berasal dari mineral dalam bahan induk dan bahan organik. Faktor yang menentukan ketersediaan unsur mikro adalah : - pH tanah - Drainase tanah - Jerapan liat dan reaksi kimia - Ikatan dengan bahan organik Fungsi masing-masing unsur mikro: Zn - pembentukan hormon tumbuh - katalis pembentukan protein - pematangan biji Fe - Pembentukan klorofil - Oksidasi reduksi dalam pernafasan - Penyusun enzim dan protein Cu - Katalis pernafasan - Penyusun enzim - Pembentukan klorofil - Metabolisme karbohidrat dan protein B - Pembentukan protein - Metabolisme nitrogen dan karbohidrat - Perkembangan akar - Pembentukan buah dan biji Mn - Metabolisme N dan asam organik Fotosintesis Perombakan karbohidrat Pembentukan karotin, riboflavin dan asam askorbat Mo - Meningkatkan pengikatan N oleh bakteri simbiotik - Pembentukan protein Penyerapan unsur mikro oleh tanaman Unsur mikro yang termasuk jenis kation yaitu Fe, Mn, Zn Cu diambil tanaman melalui pertukaran kation atau sebagai kation terlarut seperti Fe2+, Mn2+, Zn2+ dan Cu2+. Unsur mikro yang termasuk jenis anion yaitu B, Mo, Cl diambil tanaman dalam bentuk anion terlarut seperti B33-, MoO43-, Cl-, kadang juga diambil dalam bentuk pertukaran anion Unsur mikro dapat diserap melalui daun (dengan penyemprotan) Sumber pustaka: 1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New York. 2. Tisdale, S. L, Nelson, W. L. and Beaton, J. D. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. 4th ed. Macmillan Publishing Company. New York. 3. Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta 54