LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT KELAMIN BETINA DAN JANTAN, PENGAMATAN SPERMATOZOA, PENGAMATAN PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM DAN MENGUKUR PANJANG FOETUS Disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Embriologi Disusun oleh : KELOMPOK I GELOMBANG I Asisten : YOSI HASANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2014 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, sebagai penguasa yang Akbar bagi seluruh alam semesta karena atas rahmat dan berkat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Embriologi ini dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan praktikum ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas praktikum Embriologi semester 2 (dua) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Tujuan yang lebih khusus dari laporan praktikum ini adalah untuk menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan laporan ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih kepada drh.Dian Masyita,M.P selaku penyusun petunjuk Praktikum Embriologi, serta tak lupa juga kepada para asisten Embriologi yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membimbing dan membantu praktikum dalam menyelesaikan laporan ini. Akhirnya, harapan kami laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Laporan ini dibuat semaksimal mungkin dan dengan berusaha menghindarkan dari kesalahan dan kekurangan. Karena penulis menyadari, bahwasanya manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan, oleh karena itu segala kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapakan demi kesempurnaan laporan ini. Darussalam , 16 Mei 2013 Kelompok I gelombang I 2 DAFTAR ISI Daftar Isi………………………………………………………………………………….3 BAB I……………………………………………………………………………………..4 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………4 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..4 1.2 Tujuan……………………………………………………………………....4 1.3 Manfaat……………………………………………………………………..4 BAB II……………………………………………………………………………………..5 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………5 BAB III……………………………………………………………………………………11 METODE PERCOBAAN………………………………………………………………....12 3.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………..12 3.2 Cara Kerja…………………………………………………………………..12 BAB IV…………………………………………………………………………………….15 HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………………………...15 4.1 Hasil…………………………………………………………………………15 4.2 Pembahasan…………………………………………………………………15 3 BAB V……………………………………………………………………………………17 PENUTUP………………………………………………………………………………..17 5.1 Kesimpulan………………………………………………………………..17 5.2 Saran………………………………………………………………………17 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….18 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem organ, salah satunya adalah sistem reproduksi. Sistem reproduksi mempunyai arti penting bagi makhluk hidup untuk meneruskan spesiesnya. Sistem reproduksi yang dibahas pada praktikum ini adalah sistem reproduksi pada hewan betina atau Organa genitalia Feminina. Organa genitalia merupakan salah satu sistem organ yang sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap makhluk hidup terlebih makhluk hidup multiseluler. Organa genitalia feminine merupakan sistem reproduksi pada hewan betina yang terdiri dari genitalia internal dan eksternal. Organ internal adalah ovarium, uterus, dan vagina. Genitalia eksterna adalah klitoris, labia mayor, dan labia minora. Praktikum kali ini menggunakan preparat sapi dan kambing yang menampilkan bagianbagian dari alat kelamin betina secara makroskopis dan mikroskopis. Alat kelamin betina terdiri dari ovarium dan saluran-salurannya (oviduk/tuba fallopii, uterus, vagina, vulva). Fungsi utama dari alat kelamin betina adalah menghasilkan sel telur atau sel ovum. 1.2 Tujuan Untuk mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin betina secara makroskopis dan mikroskopis. 1.3 Manfaat Untuk mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin betina secara makroskopis dan mikroskopis. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Organa Genitalia Feminina Sistem reproduksi betina terdiri dari sepasang ovarium, sepasang tuba uterina ( fallopian tube ), dan uterus. Di sebelah inferior dari uterus dan dipisahkan oleh serviks yaitu vagina (Ereschenko, 2010). 2.1.1 Organa Genitalia Feminina Primer Ovarium Ovarium adalah struktur lonjong yang rata berada jauh di dalam rongga panggul. Satu bagian ovarium melekat pada ligamentum latum uteri melalui lipatan peritoneum yang disebut mesovarium dan bagian lainnya ke dinding uterus melalui ligamentum ovarii proprium. Permukaan ovarium dilapisi oleh satu lapisan sel yaitu epitel germinal yang terletak di atas jaringan ikat padat tidak teratur tunica albuginea. Di bawah tunica albuginea terdapat korteks ovarium. Jauh di dalam korteks yaitu bagian tengah jaringan ikat ovarium dengan banyak pembuluh darah, medulla. Tidak terdapat batas yang jelas antara korteks dan medulla, dan kedua bagian ini menyatu (Eroschenko, 2010). Pada korteks terdapat banyak folikel yang memperlihatkan ukuran dengan rentang luas. Mayoritas adalah folikel primordial yang terdiri dari oosit sferis besar yang dilapisi oleh lapisan tunggal sel kuboid rendah atau skuamosa. Beberapa dari folikel ini mengalami perkembangan lanjutan untuk membentuk folikel primer, dengan oositnya lebih besar dan dikelilingi oleh dua lapisan sel folikuler atau lebih. Folikel primer merupakan transisi dari folikel primordial, oosit tumbuh menjadi lebih besar dan sel folikuler kehilangan konfigurasi 6 epitel skuamosanya. Pertama menjadi kuboid, kemudian berproliferasi membentuk dua atau tiga lapis sel granulose berbentuk irregular. Sering ditemukan folikel dikelilingi oleh oleh lamina basalis tebal yang disebut membrane limitan eksterna (Fawcett, 2002). Bila folikel primer memulai pertumbuhannya, sel granulose melakukan proliferasi secara cepat dan bila diameter folikel sekitar 200 nm dengan 6-10 baris di sekitar oosit, cairan jernih mulai menumpuk dalam ruang interselular dengan ukuran dan bentuk bevariasi di antara sel granulose.cairan ini disebut likuor folikuli (Fawcett, 2002). Folikel matang ( folikel Graafian ) adalah vesikel translusen besar yang membuat korteks menebal dan menonjol 1 cm atau lebih di atas permukaan ovarium. Dindingnya tampak keras, seakan cairan di dalamnya di bawah tekanan, tetapi impresi ini tidak disokong oleh pengukuran langsung. Sehingga, menipisnya dinding pada preparat untuk ovulasitidak diakibatkan tekanan tetapi pengaturan kembali sel-selnya pada fase terminal pertumbuhannya. Menyertai pertumbuhan ini terdapat koalesensi ruang interselular penuh cairan di antara sel-sel pada basalis cumulus ooforus. Keadaan ini menyebbkan pelepasan oosit, korona radiatanya dan beberapa sel granulosa yang menempel, yang kemudian mengambang bebas dalam likuor folikuli (Fawcett, 2002). Selain itu, ovarium mengandung korpus luteum yang besar dari folikel yang mengalami ovulasi dan korpus albikans dari korpus luteum yang mengalami degenerasi. Folikel ovarium dalam berbagai tahap perkembangan (primordial, primer, sekunder, dan matur) juga dapat mengalami suatu proses degenerasi yang disebut atresia, dan sel degenerative dari sel atretik kemudian ditelan oleh makrofag. Atresia folikel terjadi sebelum lahir dan berlanjut selama masa subur (Eroschenko, 2010). 7 2.2 Organa genitalia feminine sekunder Oviduk (oviduct) Oviduk, tuba fallofi atau tuba uterine, membentang dari uterus kearah masing-masing ovarium. Dimensi saluran ini berbeda-beda dari ujung ke ujung, dengan diameter bagian dalam di dekat uterus yang sekecil rambut manusia (Campbell dan Reece, 2008). Salah satu ujung tuba uterine menembus dan terbuka ke dalam uterus, ujung yang lain terbuka ke dalam rongga peritoneum dekat ovarium. Tuba uterine biasanya dibagi menjadi empat region yang continue. Bagian yang paling dekat dengan ovarium adalah infundibulum bentuk-corong. Dari infundibulum terjulur processus kecil mirip-jari yaitu fimbrae (tunggal fimbria) yang berada dekat ovarium.infundibulum bersambungan dengan region kedua, ampula, bagian terlebar dan terpanjang. Istmus sempit dan pendek, dan menghubungkan tuba uterine ke uterus. Bagian akhir tuba uterina adalah pars uterine (intramural region). Bagian ini menembus dinding tebal uterus dan bermuara ke dalam rongga uterus (Eroschenko, 2010). Uterus Uterus atau disebut juga sebagai rahim (womb) adalah organ yang tebal dan berotot yang dapat mengembang selama masa kehamilan untuk mengakomodasi fetus seberat 4 kg (Campbell dan Reece, 2008). Bagian atas uterus yang membulat dan terletak di atas pintu masuk tuba uterine disebut fundus. Bagian bawah uterus yang lebih sempit dan terletak di bawah corpus adalah serviks. Serviks menonjol dan bermuara kedalam vagina (Eroschenko, 2010). Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: perimetrium disebelah luar yang dilapisi oleh serosa atau adventisia, lapisan otot polos yang tebal yaitu miometrium dan endometrium di 8 sebelah dalam. Endometrium dilapisi oleh epitel selapis yang turun ke dalam lamina propria untuk membentuk banyak kelenjar uterus ( Eroschenko, 2010). Vagina Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Introitus vagina tertutup sebagian oleh himen (selaput dara), suatu lipatan selaput setempat. Pada seorang virgo selaput daranya masih utuh, dan lubang selaput dara (hiatus himenalis) umumnya hanya dapat dilalui oleh jari kelingking (baziad dan prabowo, 2011). Vagina adalah ruang yang berotot namun elastic yang merupakan tempat untuk penyisipan penis dan penampungan sperma selama kopulasi. Vagina juga berperan sebagai saluran lahir tempat fetus dilahirkan, membuka kea rah luar yang disebut (Campbell dan Reece, 2008). 2.3 Organa genitalia feminina eksterna Vulva Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luar vulva di lingkari oleh labia mayora yang kea rah belakang menyatu membentuk kommissura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial dari labia mayora ditemukan labia minora yang kea rah perineum menjadi satu dan membentuk frenulum labiorum pudenda. Kedepan labia minora menjadi satu dan membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis (Baziad dan Prabowo, 2011). Klitoris Klitoris terdiri dari batang pendek yang mendukung glans, atau kepala, yang ditutupi oleh tudung kulit kecil, prepusium. Selama gairah seksual naik, klitoris, vagina, dan labia minora terisi dengan darah dan membesar, bahkan klitoris sebagian besar terdiri dari jaringan erektil. 9 Klitoris yang banyak disuplai oleh ujung-ujung saraf, merupakan salah satu dari titik rangsangan seksual yang paling sensitif. Peningkatan gairah seksual juga menginduksi kelenjar-kelenjar yang terletak di dekat bukaan vagina untuk menyekresikan mucus plumas, yang memfasilitasi hubungan seksual (Campbell dan Reece, 2008). 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Alat dan bahan Secara Makroskopis a. Bak aluminium b. Pinset dan scalpel c. Air d. Preparat awetan alat kelamin betina Secara Mikroskopis a. Mikroskop b. Preparat awetan Ovarium, Oviduk, dan Uterus 3.1.2 Cara Kerja Secara Makroskopis a. Preparat alat kelamin betina yang akan diperiksa, dikeluarkan dari dalam toples berformalin. b. Kemudian dibersihkan dengan air mengalir agar baunya tidak menyengat. c. Letakkan preparat alat kelamin betina di bak aluminium. d. Kemudian amati bagian-bagian alat kelamin betina tersebut. Secara Mikroskopis a. Ambil sediaan preparat awetan Ovarium, Oviduk, dan Uterus. b. Amati masing-masing dibawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran lemah kemudian dengan pembesaran kuat 11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Secara Makroskopis 4.1.2 Secara Mikroskopis Corpus Luteum Folikel de Graff Folikel sekunder Folikel Primer Ovarium 12 Lapisan Muscularis Lumen Oviduk Lapisan mucosa Perimetrium Miometrium Uterus 13 4.2 Pembahasan 4.2.1 Secara Makroskopis Dari pengamatan alat kelamin betina secara makroskopis maka kami mengetahui bahwa alat kelamin betina terdiri dari : 1. Ovarium 2. Saluran-salurannya : a. Oviduk / Tuba Fallopi / Tuba Uterina b. Uterus c. Vagina d. Vulva 1. Ovarium Ovarium merupakan alat kelamin primer pada sistem reproduksi betina dan berfungsi sebagai penghasil ovum (sel telur) dan hormon estrogen serta hormon progesteron. Terdapat sepasang ovarium pada alat kelamin betina. Penggantung ovarium adalah Mesovarium. 2. Saluran-salurannya : a. Oviduk Oviduk pada alat kelamin betina digantung oleh Mesosalphinx. Oviduk terdiri dari bagian yaitu, Infundibulum, Ampula, dan Isthmus. Pada ujung Oviduk terdapat fimbrae yang berumbai-rumbai dan berbentuk seperti corong yang berfungsi menangkap ovum setelah ovulasi dan selanjutnya akan bergerak ke 1⁄3 Ampula, tempat berlangsungnya 14 proses fertilisasi. Terdapat persimpangan antara Ampula dengan Isthmus yang disebut Ampula Isthmus Junction. b. Uterus Uterus juga terdiri dari 3 bagian yaitu, Cornua Uteri, Corpus Uteri, dan Cervix Uteri. Pada bagian Cornua Uteri terdapat persimpangan yang disebut Bifurcatio Cornualis Dimana Corpus Uteri akan menjadi tempat berkembangnya embrio. Dan pada bagian Cervix Uteri terdapat cincin-cincin yang disebut Annulus Cervikalis dan pada cincin ketiga dan keempat merupakan tembat dilakukannya IB (Inseminasi Buatan). c. Vagina Vagina merupakan saluran pada alat kelamin betina yang berfungsi sebagai tempat penampungan semen ketika ejakulasi. Dan juga berfungsi sebagai jalan keluarnya foetus ketika partus. d. Vulva Vulva merupakan bagian terluar dari alat kelamin betina yang berfungsi sebaga tempat kopulasi yang terditi dari Labia Mayor dan Labia Minor. 4.2.2 Secara Mikroskopis Dari pengamatan Ovarium, Oviduk, dan Uterus secara mikroskopis maka kami mengetahui bahwa Ovarium memiliki beberapa folikel yang akan berkembang menjadi sel telur. Folikel pada ovariurim adalah Folikel Primordial yang berada paling pinggir daripada cortex, yang kemudian akan berkembang menjadi Folikel Primer dan selanjutnya menjadi Folikel Sekunder. Dari Folikel Sekunder kemudian akan berkembang menjadi Folikel de Graff yang siap diovulasikan. Kemudian setelah 15 diovulasikan maka folikel de Graff akan membentuk Corpus Luteum yang menghasilkan hormon progesteron. Pada Oviduk setelah diamati dibawah mikroskop maka akan terlihat beberapa lapisan yaitu, Serosa / Adventetia yang terdiri dari jaringan ikat, Muscularis yang merupakan jaringan otot, dan Tunica Mukosa yang juga terdiri dari 3 bagian yaitu, Lamina Epitelia, Lamina Propria, dan Lamina Muscularis Mucosa. Pada uterus juga terdapat 3 lapisan yaitu, Perimetrium yang merupakan lapisan terluar, Miometrium yang terdiri dari serat otot, dan Endometrium yang merupakan lapisan terdalam dan terdapat Kelenjar Uterina. 16 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Secara makroskopis Pada pengamatan secara makroskopis, alat kelamin betina terdiri dari : 1. Ovarium 2. Saluran-salurannya : e. Oviduk / Tuba Fallopi / Tuba Uterina f. Uterus g. Vagina, dan h. Vulva 5.1.2 Secara mikroskopis Pada pengamatan secara mikrskopis Ovarium, Oviduk, dan Uterus diketahui bahwa : 1. Pada Ovarium terdapat Folikel Primordial, Folikel Primer, Folikel Sekunder, dan Folikel de Graff yang telah matang dan siap diovulasikan. Kemudian setelah diovulasikan maka folikel de Graff akan membentuk Corpus Luteum yang menghasilkan hormon progesteron. 2. Pada Oviduk terdapat 3 lapisan, yaitu Serosa/Adventetia, Muscularis, dan Tunica Mucosa. Tunica Mucosa juga memiliki 3 lapisan yaitu, Lmina epitelia, Lamina Propria, dan Lamina Muscularis Mucosa. 17 3. Pada uterus juga terdapat 3 lapisan yaitu, Perimetrium, Miometrium, dan Endometrium yang terdapat Kelenjar Uterina. 5.2 Saran Setelah membaca laporan ini, diharapkan kepada pembaca dapat memberikan kritik dan saran nya untuk laporan ini agar laporan ini dapat diperbaiki lagi. 18 DAFTAR PUSTAKA Baziad, Ali. Prabowo, R. Prajitno. Ilmu Kandungan, ed. 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Campbell, Neil A. Reece, Jane B. 2008. Biologi, ed. 8, jilid 3. Jakarta: Erlangga. Eroschenko, Victor P. 2010.Atlas Histologi diFiore. Jakarta: EGC Fawcett, Don W. 2002. Buku ajar histologi, E12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 19 ORGANA GENETALIA MASCULINA 20 DAFTAR ISI Daftar Isi…………………………………………………………………………………..21 BAB I……………………………………………………………………………………....22 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………22 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...22 1.2 Tujuan……………………………………………………………………….22 1.3 Manfaat……………………………………………………………………..22 BAB II………………………………………………………………………………………23 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………23 BAB III……………………………………………………………………………………..34 METODE PERCOBAAN………………………………………………………………….34 3.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………..34 3.2 Cara Kerja………………………………………………………………….34 BAB IV…………………………………………………………………………………….35 HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………………………...35 4.1 Hasil…………………………………………………………………………35 21 4.2 Pembahasan……………………………………………………………….37 BAB V………………………………………………………………………………….…42 PENUTUP………………………………………………………………………………...42 5.1 Kesimpulan…….………………………………………………………….42 5.2 Saran………………………………………………………………………43 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……44 22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio. Alat-alat reproduksi adalah alat-alat yang mendukung reproduksi seksual pada hewan mamalia. Selain itu, tubuh mamaliapun telah dilengkapi dengan alat-alat tubuh lainnya. Organ genital pada suatu individu merupakan kelengkapan alat reproduksi yang berfungsi untuk berkembang biak dan memperoleh keturunan. Organ kelamin jantan dan organ kelamin betina berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing. Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu. Dengan demikian kita tidak hanya mengetahui proses melalui teori saja, tetapi juga melalui kegiatan praktikum. Maka kita dapat membandingkan satu spesies satu dengan yang lainnya antara teori yang diperoleh dengan pengamatan yang dilakukan secara langsung. 23 1.2 Tujuan Untuk mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin betina secara makroskopis dan mikroskopis. 1.3 Manfaat Dapat mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin jantan secara makroskopis dan mikroskopis. 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Kelamin Jantan Alat kelamin atau alat reproduksi pada pria memiliki dua fungsi yaitu untuk menghasilkan sel-sel kelamin dan menyalurkan sel-sel kelamin tersebut ke saluran kelamin wanita. Alat reproduksi pria dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu alat kelamin bagian dalam dan alat kelamin bagian luar. Alat kelamin bagian dalam terdiri atas testis, saluran reproduksi, dan kelenjar-kelenjar kelamin, sedangkan alat kelamin bagian luar hanya terdiri dari satu bagian, yaitu penis. Alat reproduksi hewan jantan terdiri atas sepasang testis, pasangan-pasangan kelenjar asesori dan sistem ductus termasuk organ kopulasi. Testis berkembang didekat ginjal yaitu pada daeah krista genitalis primitif. Fungsi testis ada dua macam yaitu menghasilkan hormon sex jantan disebut androgen dan menghasilkan gamet jantan disebut sperma. Scrotum mempunyai fungsi untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memeiliki 1-80 F lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh.Yang termasuk kelenjar asesori adalah sepasang vesicula seminalis prostat dan sepasang kelenjar bulbourethra atau kelenjar cowper (Partodihardjo, 1985). Organ genitalia hewan jantan terdiri dari atas : 1. Alat Kelamin Dalam a. Testis Testis atau buah zakar adalah bagian dari organ reproduksi pria, terletak di bawah penis, dalam scrotum (kantung zakar). Pria memiliki sepasang testis yang berbentuk oval berada di kiri dan kanan untuk memproduksi sperma. Sepasang testis ini dibungkus oleh lipatan kulit 25 berbentuk kantung yang disebut kantung zakar (skrotum). Fungsi testis adalah alat untuk menghasilkan sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. Hormon inilah yang membuat ‘sifat jantan’, seperti otot-otot yang menonjol, suara besar, dan sebagainya. Di dalam testis terdapat saluransaluran halus yang disebut tubulus seminiferus yang merupakan tempat pembentukan spermatozoa. Di belakang masing-masing terdapat epididimis. Dari masa puber (akil balig) sampai sepanjang hidupnya pria memproduksi sperma setiap waktu. Pria dapat melepaskan sperma saat ejakulasi atau waktu puncak bersenggama. Testis merupakan tempat pembentukan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon kelamin (testosteron). Pada testis terdapat pembuluh-pembuluh halus yang disebut tubulus seminiferus. Pada dinding tubulus seminiferus terdapat calon-calon sperma (spermatogonium yang diploid. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstisiil yang menghasilkan hormon testosteron dan hormon kelamin jantan lainnya. Selain itu, terdapat pula sel-sel berukuran besar yang berfungsi menyediakan makanan bagi spermatozoa, sel ini disebut sel sertoli. Sepasang testis berbentuk oval, terletak sebelah ventral dari lobus renis yang paling cranial. Sepasang epididydimis, kecil, terletak pada sisi dorsal testis. Berupa suatu saluran yang dilalui oleh spermatozoa dalam perjalanannya menuju ductus deferens. Sepasang ductus deferens pada hewan muda terlihat lurus pada hewan yang sudah tua kelihatan berkelok-kelok. Berjalan ke caudal menyilangi ureter, kemudian bermuara pada cloaca pada sebelah lateral. Selain itu juga ada mesorchium yang merupakan alat penggantung testis,berjumlah sepasang, merupakan lipatan dari peritoneum.Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal ke arah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas, bagian testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum. Yang terakhir yaitu 26 epididymis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis yang berfungsi sebagai jalan cairan sperma kearah caudal menuju ductus deferens. Testis terdiri dari kelenjar-kelenjar yang berbentuk tubulus, dibungkus oleh selaput tebal yang disebut tunika albugenia. Pada sudut posterior organ ini terbungkus oleh selaput atau kapsula yang disebut mediastinum testis. Septula testis merupakan selaput tipis yang meluas mengelilingi mediastinum sampai ke tunika albugenia dan membagi testis menjadi 250-270 bagian berbentuk piramid yang disebut lobuli testis. Isi dari lobulus adalah tubulus seminiferus, yang merupakan tabung kecil panjang dan berkelok-kelok memenuhi seluruh kerucut lobulus. Muara tubulus seminiferus terdapat pada ujung medial dari kerucut. Pada ujung apikal dari tiaptiap lobulus akan terjadi penyempitan lumen dan akan membentuk segmen pendek pertama dari sistem saluran kelamin yang selanjutnya akan masuk ke rete testis (Frandson, 1993). Dinding tubulus seminiferus terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu tunika propria, lamina basalis dan lapisan epitelium. Tunika propria terdiri atas beberapa lapisan fibroblas, yang berfungsi sebagai alat transportasi sel spermatozoa dari tubulus seminiferus ke epididimis dengan jalan kontraksi. Lapisan epitel pada tubulus seminiferus terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong yang disebut sebagai sel sertoli dan sel-sel spermatogonium. Sel-sel spermatogonium merupakan sel benih sejati, karena sel-sel inilah dihasilkan spermatozoa melalui pembelahan sel. Sel-sel spermatogonium tersusun dalam 4-8 lapisan yang menempati ruang antara membrana basalis dan lumen tubulus. Skrotum disusun oleh otot-otot berikut. a. Otot dartos Otot dartos merupakan otot yang membatasi antara skrotum kanan dan kiri. Otot dartos berfungsi untuk menggerakkah skrotum untuk mengerut dan mengendur. Skrotum memiliki 27 adaptasi terhadap udara yang panas maupun dingin. Pada saat udara panas maka tali yang mengikat skrotum akan mengendur untuk membiarkannya turun lebih jauh dari tubuh. Sebaliknya apabila udara dingin maka tali tersebut akan menarik skrotum mendekati tubuh sehingga akan tetap hangat. Hal ini dilakukan untuk menunjang fungsi dari testis. b. Otot kremaster Otot kremaster merupakan penerusan otot lurik dinding perut. Otot ini berfungsi untuk mengatur suhu lingkungan testis agar stabil, karena proses spermatogenesis dapat berjalan dengan baik pada suhu stabil, yaitu 3 oC lebih rendah dari suhu di dalam tubuh. Suhu yang tidak sesuai akan menghambat produksi spermatozoa. Gangguan demam dapat mengakibatkan penurunan produksi spermatozoa. Pada pria dianjurkan memakai pakaian yang longgar untuk menunjang kesuburan laki-laki. Struktur dari kantong skrotum yaitu banyak lipatan kulit yang berfungsi untuk memperluas permukaan penguapan. Kulit kantong skrotum memiliki banyak kelenjar keringat,m untuk mendinginkannya dilakukan melalui proses penguapan air keringat. Hormon testosteron ini juga akan menentukan sikap mental seorang laki-laki, serta penampilan kejantanan tubuhnya. Tanpa hormon ini seorang laki-laki akan berkulit lembut, lemah gemulai, seperti ciri-ciri seorang wanita. Pada seorang laki-laki testis dapat mengalami gangguan, antara lain tumor, yaitu pembengkakan yang terjadi pada testis. Pembengkakan dapat juga diakibatkan pengumpulan cairan antara lapisan-lapisan pembungkus atau pembesaran pembuluh darah balik. Gondongan pada orang dewasa dapat pula menyebabkan pembengkakan dan peradangan testis sehingga menimbulkan kemandulan. 2. Saluran-Saluran Reproduksi Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam alat reproduksi pria terdiri atas saluran epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, dan uretra. 28 a. Saluran epididymis Di tempat ini, sperma mengalami pematangan. Selanjutnya dari sini, sperma bergerak menuju kantung kemih (vesikula seminalis) melalui saluran mani ( vas deferens). Sperma ditampung sementara waktu pada kantung kemih. b. Vas deferens Vas deferens merupakan sambungan dari epididimis. Saluran ini tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Fungsi saluran ini adalah sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen (kantung mani/ vesikula seminalis).Vas deferens menghasilkan sekret dan kelenjar, Fungsi dari sekret ini antara lain seperti berikut. 1. Menyediakan zat gizi yang dibutuhkan oleh spermatozoa, seperti karbohidrat, vitamin, dan asam amino. Karbohidrat yang dibutuhkan dalam bentuk fruktosa. 2. Sekret bersifat basa yaitu memiliki pH 7,2 – 7,4, sehingga dapat menetralkan asam yang terdapat di liang senggama wanita. Karena spermatozoa dapat mati jika berada pada pH asam. 3. Sekret mengandung lendir pelumas dan zat yang disebut prostaglandin yang dapat merangsang pergerakan dinding rahim Sperma bersama sekret inilah yang disebut dengan air mani atau semen. Di dalam vas deferens, sperma dapat bertahan hidup selama 6 minggu, tetapi apabila berada pada tubuh wanita hanya bertahan selama 1-2 hari. 29 c. Saluran ejakulasi Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra. d. Uretra Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi maupun pada sistem seksual. Pada pria, uretra berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani. Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis. Uretra pada pria dibagi menjadi empat bagian, dinamakan sesuai dengan letaknya, yaitu: Pars praprostatica, terletak sebelum kelenjar prostat. Pars prostatica, terletak di prostat. Pada bagian uretra ini terdapat pembukaan kecil, di mana terletak muara vas deferens. Pars membranosa, panjang sekitar 1,5 cm dan di bagian lateral terdapat kelenjar bulbo uretralis. Pars spongiosa/ cavernosa, panjang sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum penis. 3. Kelenjar-Kelenjar Asesories Saluran kelamin dilengkapi dengan tiga kelenjar asesoris yang dapat mengeluarkan getah atau semen. Kelenjar-kelenjar ini, antara lain vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretral (Cowper). a. Vesikula seminalis Vesikula seminalis terletak di belakang kantung kemih disebut juga kantung semen. Dinding vesikula menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. 30 Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan terletak di atas dan bawah kandung kemih. Vesikula seminalis menghasilkan 60% dari volume total semen. Cairan dari vesikula seminalis berwarna jernih, kental mengandung lendir, asam amino, dan fruktosa. Cairan ini berfungsi memberi makan sperma. Selain itu, vesikula seminalis juga mengekskresikan prostaglandin yang berfungsi membuat otot uterin berkontraksi untuk mendorong sperma mencapai uterus. b. Kelenjar prostat Kelenjar prostat terletak di bawah kantung kemih dan merupakan pertemuan antara uretra dengan vas deferens. Kelenjar prostat berukuran lebih besar dibandingkan dua kelenjar lainnya. Cairan yang dihasilkan encer seperti susu dan bersifat alkalis sehingga dapat menyeimbangkan keasaman residu urin di uretra dan keasaman vagina. Cairan ini langsung bermuara ke uretra lewat beberapa saluran kecil. c. Kelenjar bulbouretral atau kelenjar Cowper. Kelenjar ini kecil, berjumlah sepasang, dan terletak di sepanjang uretra. Cairan kelenjar ini kental dan disekresikan sebelum penis mengeluarkan sperma dan semen. Kelenjar Cowper terletak di belakang kelenjar prostat dan langsung menuju uretra. Kelenjar prostat dan kelenjar Cowper berfungsi untuk menghasilkan sekret (hasil produksi kelenjar) untuk memberi nutrisi dan mempermudah gerakan spermatozoa. 4. Alat Kelamin Luar Alat kelamin luar jantan yaitu berupa penis dan skrotum. Penis adalah organ yang berperan untuk kopulasi (persetubuhan). Kopulasi adalah penyimpanan sperma dari alat kelamin jantan (pria) ke dalam alat kelamin betina (wanita). Penis pada pria dapat mengalami ereksi. Ereksi adalah penegangan dan pengembangan penis karena terisinya saluran penis oleh darah. Skrotum pada pria di kenal dengan buah zakar. 31 Di dalam buah zakar ini terdapat testis. a. Penis Penis (dari bahasa Latin yang artinya “ekor”, akar katanya sama dengan phallus, yang berarti sama) adalah alat kelamin jantan. Penis merupakan organ eksternal, karena berada di luar ruang tubuh. Pada manusia, penis terdiri atas tiga bangunan silinder berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Ujung penis disebut dengan glan penis. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi). Fungsi penis secara biologi adalah sebagai alat pembuangan sisa metabolisme berwujud cairan (urinasi) dan sebagai alat bantu reproduksi. Penis sejati dimiliki oleh mamalia. Reptilia tidak memiliki penis sejati karena hanya berupa tonjolan kecil serta tidak tampak dari luar, sehingga disebut sebagai hemipenis (setengah penis). b. Scrotum (kantung zakar) Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testis atau buah zakar. Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini serupa dengan labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Scrotum merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Scrotum berjumlah sepasang, yaitu scrotum kanan dan scrotum kiri. Sperma matang dari tubulus seminiferus langsung masuk ke saluran epididimis. Saluran epididimis mencapai panjang 6 meter. Epididimis melekat di bagian luar testis. Di dalam 32 epididimis sperma disimpan sementara sebelum disalurkan ke vas deferens. Di saluran epididimis sperma diberi zat-zat sumber makanan. Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens yang letaknya di ronga perut. Vas deferens menerima sekret berupa cairan nutrisi dari vesicula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowpery. Cairan nutrisi merupakan cairan yang terbanyak disekresi dari kelenjar prostat. Cairan yang berisi nutrisi dan zat penguat daya tahan sperma bersama sperma disebut semen (mani). Mani berupa cairan yang berfungsi pula sebagai medium renang bagi sperma, mulai dari vas deferens ke saluran ejakulatori di dalam penis, sampai ke dalam vagina (apabila terjadi kopulasi). Vas deferens bergabung dengan saluran kencing (uretra) yang berasal dari kantung kencing, kemudian menjadi satu dalam penis. Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1-8oC lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Pada manusia, suhu testis sekitar 34°C. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak mendekat atau menjauhi tubuh. Testis akan diangkat mendekati tubuh pada suhu dingin dan bergerak menjauh pada suhu panas. 33 BAB III METODOLOGI PENENLITIAN 3.1 Secara makroskopis Alat dan Bahan : 1. Bak aluminium 2. Pinset dan scalpel 3. Air 4. Alat atau organ kelamin jantan sapi 3.2 Secara Mikroskopis Alat dan Bahan : 1. Mikroskop 2. Sediaan awetan Tubulus Seminiferus dan Duktus Epididimis. 3.3 Cara Kerja 1) Secara Makroskopis Preparat at alat kelamin yang akan diperiksa di keluarkan dari dalam toples yang berformalin. Kemudian dibersihkan dengan air mengalir agar baunya tidak menyengat. Preparat alat kelamin jantan diletakkan di bak aluminium. Amati bagian-bagian dari alat kelamin betina tersebut. 2) Secara Mikroskopis Amati dengan menggunakan mikroskop 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Secara Makroskopis Gambar 1.1. Alat kelamin jantan utuh Gambar 1. 3. Corpus Penis (merupakan bagian tengah dari penis) Gambar 1. 2. Radix Akar (menempel pada didnding perut) Gambar 1. 4. Glans penis Badan (ujung penis seperti kerucut) 35 Gambar 1.5. Testes Gambar 1.6 Testes terbelah 4.1.2 Secara Mikroskopis Gambar 1. Testes Gambar 2. Duktus Epididimis 36 Gambar 3. Tubulus Seminiferus 4.2 Pembahasan Pembahasan pada praktikum kali ini adalah pembahasan tentang Sistem Reproduksi Jantan, Sistem reproduksi jantan yang meliputi bagian eksternal dan bagian internal system reproduksi jantan. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut. Alat-alat reproduksi adalah alat-alat yang mendukung reproduksi seksual pada hewan mamalia. Selain itu, tubuh mamalia pun telah dilengkapi dengan alat-alat tubuh lainnya. Organ genital pada suatu individu merupakan kelengkapan alat reproduksi yang berfungsi untuk berkembang biak dan memperoleh keturunan. Organ kelamin jantan dan organ kelamin betina berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, (Cartono, 2004). Pada dasarnya alat-alat reproduksi lakilaki terdiri dari alat kelamin luar dan alat kelamin dalam. Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara interna organ reproduksinya dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel sperma meluncur menuju rahim. Sistem reproduksi jantan terdiri atas : 1. Testis 2. Ductus defferen 3. Ductus epididymis 4. Kelenjar Aksesori 37 Vesikula Seminalis Prostata Bulbourethralis 5. Uretra 6. Penis 7. Preputium Alat Reproduksi jantan terdiri dari sebagai berikut : a. Testis Testis merupakan gonad hewan yang dapat memproduksi sperma dan hormone reproduksi (testosterone). Testis berada didalam skrotum dan digantung oleh spermatic cord. Testis sebelah kiri cenderung lebih rendah. Permukaan testis dilapisi oleh lapisan visceral tunika vaginalis kecuali bagian testis yang menempel dengan epididimis dan spermatic cord. Testis mempunyai lapisan luar berupa fibrosa yang kuat yang disebut tunika albuginea. Tunika albuginea akan menebal membentuk mediastinum testis dan akan memanjang membentuk septa. Septa membatasi lobula yang berada didalam testis. Testis dibagi menjadi 200-300 lobula, yang masing-masing lobula tersebut berisi 1-3 tubulus seminiferus. Bagian posterior tubula terhubung dengan plexus yang masuk ke dalam rete testis yang kemudian akan penetrasi kedalam tunika albuginea di bagian atas testis. Setelah itu menuju bagian head epididimis yang dibentuk oleh duktus eferen. Duktus eferen berfungsi untuk membentuk satu tuba yang akan membentuk body dan tail epididimis. Testis terdiri dari beberapa jaringan yaitu tubulus seminiferus, sel stroma, dan sel interstitial. Tubulus seminiferus yaitu epitel yang terdiri dari dua macam sel yang bebrbeda yaitu sel sertoli dan sel germinatif. Selsertoli adalah yang mempunyai bentuk panjang dan kadang-kadang seperti pyramid. Sel ini terletak dekat atau di antara sel-sel germinatif. Sel ini bersifat fagosit karena mereka memakan sel-sel mani yang telah mati atau yang telah mengalami degenerasi. Sel germinatif adalah yang akan mengalami perubahan-perubahan selama proses spermatogenesis, sebelum mereka siap untk mengadakan fertilisasi. Tingkat perkembangannya adalah sebagai berikut; spermatogonia (sel paling muda) akan mengalami pembagian mitosis beberapa kali menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer membagi diri menjadi spermatosit sekunder. Tiap sel spermatosit sekunder akan membagi lagi dirinya 38 menjadi spermatid, pada saat ini jumlah kromosom akan menjadi setengahnya (haploid). Tiap-tiap sel spermatid akan mendewasakan diri menjadi sel-sel spermatozoa. b. Ductus defferen Duktus deferens merupakan kelanjutan dari duktus epididimis yang setelah membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk ductus deferens dengan ciri histologinya. Bagian awal duktus deferens terdapat dalam funiculus spermatikus. Mempunyai dinding otot yang tebal dengan lumen yang halus sehingga memberikan struktur yang kuat. Dimulai dari bagian tail of epididimis yang terletak di ujung bawah testis. Merupakan komponen utama spermatic cord. Masuk ke dinding anterior abdomen melalui inguinal canal. Berakhir dengan menyatu dengan duktus vesika seminalis untuk membentuk duktus ejakulatori. Bagian ujung duktus deferens akan membesar yang disebut Ampulla. Duktus deferens terdiri dari lumen, musculus cirkuler, sel epitel, lamina propia, musculus longitudinal dalam,musculus longitudinal luar, dan tunika serosa. Duktus deferens meninggalkan ekor epididimis bergerak melalui canal inguinal yang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar ke belakang. Terdapat pada beberapa hewan, ada yanghomolog dengan uterus, yaitu uterus masculinus yang merupakan lipatangenital di antara dua duktus deferens. Struktur homolog tersebut mempunyai asal-usul embriologi yang sama. c. Ductus epididimis Merupakan struktur per[anjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen yang berasal dari testis memindahkan sperma yang baru dibuat menuju epdidimis. Epididimis dibentuk oleh duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran tersebut akan menjadi lebih kecil ketika melalui bagian atas epididimis (head of epididimis). Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan, penyimpanan dan sekresi. Epididimis terbagi menjadi 3 bagian yaitu: Head of epididymis : dibentuk oleh lobule yang berisi 12-14 duktus eferen. Body of epididymis Tail of Epididymis : bagian epididimis yang akan menu vas deferens. Ductus epididimis terdirilumen epididimis dan jaringan-jaringan yang mengelilinginya. Kepala epididimis melekat pada bagian ujung dari testis di mana pembuluh-pembuluh darah dan saraf masuk. Badan epididimis sejajar dengan aksis longitudinal dari testis dan ekor 39 epididimis selanjutnya menjadi duktus deferens yang rangkap dan kembali ke daerah kepala, di mana kemudian sampai ke korda spermatic. Fungsi epididimis adalah sebagai transportasi sperma, tempat pematangan/pemasakan sperma (mengalami perubahan fisiologi selama perjalanan), tempat pemadatan sperma (mengalami penyerapan air), tempat penimbunan sperma (ditimbun pada cauda epididimis). d. Kelenjar aksesoris Kelenjar aksesoris terbagi tiga, yaitu : 1). Vesikula Seminalis Vesika seminalis mempunyai struktur memanjang yang berada diantara bagian fundus bladder dan rectum. Vesika seminalis berada di atas kelenjar prostat dan tidak menyimpan sperma. Ia hanya mensekresikan cairan kental yang bersifat alkali, kelenjar tersebut juga mengandung fruktosa (sebagai sumber energy untuk sperma) yang akan dicampurkan dengan sperma ketika melewati duktus ejakulatori dan uretra. 2). Prostata Kelenjar prostat mempunyai panajng 3 cm dan lebar 4 cm, ia merupakan kelenjar aksesori terbesar. Kelenjar prostat mempunyai kapsul yang padat dan berisi banyak saraf dan pembuluh darah. Lobus prostat dibagi menjadi 3 bagian; - Isthmus berada di bagian anterior uretra. - Lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh istmus pada bagian anterior. Lobus kanan dan kiri ini dibagi menjadi empat : Inferoposterior :merupakan bagian yang teraba saat rectal examination (inferiorejaculatory duct, posterior-uretra) Inferolateral : bagian utama dari lobus kiri (lateral-uretra) Superomedial : mengelilingi duktus ejakulatori Anteromedial : lateral terhadap proximal prostatic uretra Saluran prostat mengeluarkan cairan berwarna putih seperti susu dan merupakan 20% dari keseluruhan cairan semen. Kelenjar prostat berperan dalam aktivasi sperma. 3) Bulbourethralis Berada proximal terhadap intermediate uretra dan mensekresi cairan yang bersifat alkali atau basa dan mukus sebagai lubrikasi uretra. 4) Uretra 40 Uretra hewan jantan dibagi dalam segmen prostat, membranosa, dan spingiosa. Segmen prostat menjulur dari kandung kemih ke pinggir caudal kelenjar prostat. Segmen membranosa berawal dari daerah tersebut dan berakhir di uretra yang memasuki bulbus penis, dari permukaan di mana segmen spongiosa berlanjut ke gerbang luar uretra 5) Penis Penis adalah alat kopulasi yang terbentuk oleh jaringan erektil, yang disebut corpus covernous. Penis berbentuk silindris yang terdapat didalam praeputium. Penis terdiri atas 3 bagian yaitu radix penis, corpus penis dan gland penis. 6) Preputium Preputium adalah lipatan kulit di sekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas, sementara lapisan dalam menyerupai membrane mucosa yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan ekskremitas bebas dari penis. Fungsi dari preputium adalah untuk melindungi penis dari pengaruh luar dan kekeringan. Fornix praeputii adalah daerah dimana praeputii bertaut dengan penis tepat caudal dari glans penis. 41 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa alat kelamin jantan terdiri dari : 1. Testis Testis atau buah zakar adalah bagian dari organ reproduksi jantan, terletak di bawah penis, dalam scrotum (kantung zakar). Pria memiliki sepasang testis yang berbentuk oval berada di kiri dan kanan untuk memproduksi sperma 2. Ductus defferen 3. Ductus epididimis 4. Kelenjar Aksesori Vesikula Seminalis Dinding vesikula menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan terletak di atas dan bawah kandung kemih. Prostata Cairan yang dihasilkan encer seperti susu dan bersifat alkalis sehingga dapat menyeimbangkan keasaman residu urin di uretra dan keasaman vagina. Cairan ini langsung bermuara ke uretra lewat beberapa saluran kecil. Bulbourethralis Cairan kelenjar ini kental dan disekresikan sebelum penis mengeluarkan sperma dan semen. Kelenjar Cowper terletak di belakang kelenjar prostat dan langsung menuju uretra. Uretra Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi maupun pada sistem seksual. Penis Penis merupakan organ eksternal, karena berada di luar ruang tubuh Preputium Adalah pembungkus penis. 42 5.2 Saran Agar dapat dilakukan pergantian preparat yang baru karena mengingat preparat yang sekarang sudah terlalu lama dan sulit diamati sehingga sulit untuk difahami 43 DAFTAR PUSTAKA Cartono, 2005. Biologi Umum. Bandung: Prisma Press Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press Junqueire, L.C. 1980. Basic Histology. California: Lange Medical Publ.Inc Kumar, Robin.2002. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC: 390-393 M.B Marenda, 1989. Antara Kebutuhan Sex dan Kesehatan. Jakarta: Gita Karya Partodihardjo, S. 1985. Ilmu Produksi Hewan. Produksi Mutiara, Jakarta:Binarupa Aksara Pratiwi,DA. 1996. Biologi 2. Jakarta: Erlangga Suripto, 1994. Struktur Hewan. Bandung: Penerbit ITB Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang: Jurusan Biologi UM Anonimus. 2012. Testis. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Testis. diakses Minggu, 24 Maret 2013 Jam 13.47 Anonimus. 2009. Alat Reproduksi. (online) http://intanriani.files.wordpress.com/2009/03 /untitled-15.jpg?w=570 diakses Minggu, 24 Maret 2013 Jam 17.45 Anonimus. 2008. Sistem Reproduksi Pada Manusia. (online), http://gurungeblog.wordpress.com /2008/10/31/sistem-reproduksi-pada- \manusia-pria/ diakses Minggu, 24 Maret 2013 Jam 19.45 Anonimus. 2008. Alat Reproduksi Pria. (online) http://www.sridianti.com/biologi/alat reproduksi-pria/ diakses Senin, 25 Maret 2013 Jam 20.45 Anonimus. 2010. Anatomi dan Fungsi Reproduksi Hewan Jantan. (online) (http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-fungsi-reproduksihewan-jantan). diakses Senin, 25 Maret 2013 Jam 20.53 Anonimus. 2011. Reproduksi Jantan. (online) (http://dt.widayati.net/course/course comments.php?id=26_0_8_0_C3). diakses Selasa, 26 Maret 2013 Jam 11.45 44 Anonimus. 2006. Info KB. (online). (http://situs.kesrepro.info/kb/jul/2006/kb02.htm). Diakses Selasa, 26 Maret 2013 Jam 11.55 Anonimus. 2012. Reproduksi Hewan. (online) (http://tumoutou.net/6_sem2_023/ elvia_hernawan.htm) diakses Rabu, 27 Maret 2013 Jam 16.45 Anonimus. 2012. Kuliah Anatomi. (online) www.contohskripsitesis.com/backup/ Tugas%20Kuliah/Anatomi%20dan%20fungsi%20reproduksi%20hewan%20j) 45 PENGAMATAN SPERMATOZOA 46 DAFTAR ISI Daftar Isi…………………………………………………………………………………..46 BAB I……………………………………………………………………………………....48 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………48 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...48 1.2 Tujuan……………………………………………………………………….49 1.3 Manfaat……………………………………………………………………..49 BAB II………………………………………………………………………………………50 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………50 BAB III……………………………………………………………………………………..53 METODE PERCOBAAN………………………………………………………………….53 3.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………..53 3.2 Cara Kerja………………………………………………………………….53 BAB IV…………………………………………………………………………………….55 HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………………………...55 4.1 Hasil…………………………………………………………………………55 47 4.2 Pembahasan……………………………………………………………….55 BAB V………………………………………………………………………………….…57 PENUTUP………………………………………………………………………………...57 5.1 Kesimpulan…….………………………………………………………….57 5.2 Saran………………………………………………………………………57 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……59 48 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah sperma dari kata Yunani kuno dan lebih dikenal sebagai sel sperma, adalah sel haploid yaitu gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama. Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Sistina, 2000). Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdeferensiasi, satu-satunya sel yang memilki jumlah sitoplasma yang terperas dan nyaris habis. Strukturnya sangat khusus untuk mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yaitu mengantarkan material genetis jantan ke betina dan fungsi kedua adalah mengaktifkan program perkembangan telur . Analisa sperma merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus infertilitas (susah dapat anak). Pada saat dilakukan analisa pada sperma terdapat 2 hal yang perlu diperiksa : volume, waktu mencairnya, jumlah sel sperma per 49 mililiter, gerakan sperma, PH, jumlah sel darah putih dan kadar fruktosanya (gula). Hasil anlisa sperma bisa menetukan apakah : ada masalah reproduksi (infertilitas), vasektomi berhasil dan apakah reversal (menyambung kembali) vasektomi berhasil (Mitchell, 2005). 1.2 Tujuan Melalui kegiatan praktikum ini, para mahasiswa diharapkan mempunyai pengalaman mengenai mendeskripsikan morfologi sperma dan perbedaan morfologi sperma antar organisme satu dengan yang lainnya, serta mampu menjelaskan fungsi bagian-bagian sperma. 1.1.1 Manfaat Mahasiswa dapat mendeskripsikan morfologi sperma dan dapat membedakan morfologi sperma antar organisme satu dengan yang lainnya serta dapat menjelaskan fungsi bagianbagian-bagian sperma. 50 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami pembelahan atau pertumbuhan,berasal dari gonosit yang menjadi spermatogonium,spermatosit primer dan sekunder dan selanjut nya berubah menjadi spermatid dan akhir nya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor ( hafez.2000). Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia yang bersifat diploid ini dapat membelah diri secara mitosis membentuk spermatogonia atau dapat berubah menjadi spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel haploid ialah, spermatid. Spermatid ini dalam proses tersebut, kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang menjadi sperma (Kimball, 1996: 360). Proses pembentukannya disebut spermatogenesis. Spermatogonium yang terletak di paling luar tubulus seminifirus dan yang melekat pada membrane basalis, mengalami mitosis berulang-ulang. Ini tumbuh menjadi spermatosit. Spermatosit mengalami meiosis menjadi spermatid. Spermatid mengalami spermiogenesis menjadi sperma, yang dipelihara oleh sel Sertoli. Satu sel Sertoli memelihara berpuluh spermatid, terletak di daerah puncaknya (Yatim, 1994: 11). Spermatogenesis, atau produksi sel-sel sperma dewasa, adalah proses yang terus-menerus dan prolific pada jantan dewasa. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650 juta sel 51 sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari dengan kemampuan untuk membuahi yang hanya berkurang sedikit (Campbell, 2004: 160). Bagian-Bagian Sperma Satu spermatozoa terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Sebagian besar kepala sperma berisi inti. Dua pertiga bagian inti di selimuti tutup akrosom. Jika terjadi terjadi pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim yang terpenting ialah hialurodinase dan protease mirip tripsin. (Yatim, 1994: 239). Kepala spermatozoa berbentuk bulat telur dengan panjang 5 mikron,diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama di bentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurun ayah nya. Kepala mengandung lapisan tipis sitoplasma, dan sebuah inti berbentuk lonjong yang hampir mengisi seluruh bagian kepala itu. Inti di selaputi oleh selabung perisai, di depan atau di belakang. Di depan di sebut tudung depan atau akrosom. Di belakang di sebut tudung belakang. Ke tudung belakang melekat sentriol depan dan filament poros (Yatim, 1994: 238). Leher adalah tempat persambungan ekor dengan kepala. Persambungan itu berbentuk semacam sendi peluru pada rangka. Dalam leher pula lah terdapat sentriol (Yatim, 1994: 239). Badan mengandung filament poros. Mitokondria dan sentriol belakang berbentuk cincin. (Jadi sentriol yang terdapat 2 buah pada setiap sel umumnya, pada sperma letaknya terpisah dan berbeda bentuk (Yatim, 1994: 240). Ekor dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian tenagh, bagian utama, bagian , yang pada orangujung. Ekor memiliki teras yang disebut aksonema, yang terdiri dari Sembilan doublet mikrotubul dan dua singlet mikrotubulsentral. Ini sama dengan sitoskeleton yang dmiliki flagella.Susuna sksonema sama dari pangkal ke ujung ekor. Perbedaanya denga flagella lain pada 52 umumnya ialah bahwa pada spermatozoa di sebuah luar teras itu ada Sembilan berkas serat padat (Yatim, 1994: 241). Pada bagian tengah ekor di sebuah luar serat padat ada cincin mtokondria yang bersusun rapat dengan arah spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat tak ada cincin mitokondri, tetapi di gantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan berbentuk tulang rusuk, sedang di bagian tengah atas-bawah menebal menonjol. Serat padat di tentang ini bergabung dengan penebalan tengah itu (Yatim, 1994: 241). 53 BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan A. Alat-alat Microskop Cawan Petri Object glasssa Tusuk gigi Pinset Bak alumunium B. Bahan NaCl fisiologi Sperma sapi Sperma ayam Sperma tikus Sperma kambing 54 3.2 Cara Kerja Mengambil spermatozoa yang sudah matang pada bagian testis ayam, sapi, tikus, kambing. Memasukkan kedalam cawan petri yang sudah berisi NaCl fisiologi, aduk agar sperma menyatu dengan NaCl fisiologi. meneteskan cairan sperma pada object glass yang bersih dan tutup dengan cover glass. Mengamati sperma dengan menggunakan mikroskop. 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Spermatozoa sapi Spermatozoa tikus spermatozoa ayam 56 4.2 Pembahasan Spermatozoa dihasilkan oleh testes dan dibentuk di dalam tubuli seminiferus. Didalam seminiferus terdapat sel-sel berbentuk polygonal, disebut juga dengan sel leydig atau sel interstisial yang berfungsi penghasil hormon testosteron. Didalam tubuli semminiferus, terdapat membran basal dan disitulah letak sel sertoli yang berfungsi sebagai pemberi makan kepada spermatozoa. Pada keadaan criptorchid, spermatozoa tidak dihasilkan oleh tubuli seminiferus, tetapi sel leydig masih mampu menghasilkan hormon testosteron. Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit dibagian korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelucida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder. Sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai menyelesaikan meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder. Setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom. 57 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Struktur sperma terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, leher dan ekor. Pada bagian kepala sperama terdapat acrosome dan DNA dan juga RNA yang terdapat di dalam nucleus untuk pewarisan gen keturunan. Kepala Sperma berbeda-beda bentuknya sesuai dengan jenis hewannya. Pada bagian leher/mid piece terdapat butir mitokondria yang di sebut selubung. Ekor yang terdapat pada sperma berfungsi sebagai alat gerak sampai menuju ovum. Sperma yang abnormal biasanya tidak bisa memfertilisasi ovum. Apabila sperma abnormal ini memfertilisasi ovum maka besar kemungkinan akan melahirkan individu yang cacat. 5.2 Saran Diharapkan lebih banyak preparat sperma hewan yang berbeda spesiesnya digunakan dalam praktikum ini, sehingga mahasiswa dapat membedakan lebih jauh tentang perbedaan sperma antar spesies hewan. 58 DAFTAR PUSTAKA Http://Laporan Embriologi Medical Veteriner/ Cubocubosaenyoblok.html Http://Laporan Embriologii Medical Veteriner/Morfologi Speermatozoa.html Http://Laporan Embriologi Medical Veteriner/Laporan Spermatozoa.Html 59 Perkembangan Embrio Ayam 60 DAFTAR ISI Daftar Isi…………………………………………………………………………………..61 BAB I……………………………………………………………………………………....63 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………65 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...65 1.2 Tujuan……………………………………………………………………….64 1.3 Manfaat……………………………………………………………………..64 BAB II……………………………………………………………………………………...65 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………65 BAB III……………………………………………………………………………………..74 METODE PERCOBAAN………………………………………………………………….74 3.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………..74 3.2 Cara Kerja………………………………………………………………….74 BAB IV…………………………………………………………………………………….75 HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………………………...74 4.1 Hasil…………………………………………………………………………74 61 4.2 Pembahasan……………………………………………………………….78 BAB V………………………………………………………………………………….…83 PENUTUP………………………………………………………………………………...83 5.1 Kesimpulan…….………………………………………………………….83 5.2 Saran………………………………………………………………………83 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……84 62 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percobaan perkembangan embrio ayam, dapat kita lihat sesuai praktikum yang diuji cobakan, yaitu dengan melihat perkembangannya mulai zigot sampai bentuk embrio. Salah satu peristiwa yang terjadi dalam reproduksi adalah rangkaian tahapan perkembangan janin atau embrio. Pada tahap ini terjadi perkembangan yang signifikan dari janin. Mulai dari awalnya hanya serupa satu sel dan kemudian terus membelah menjadi beberapa sel dan akhirnya berbentuk organisme sempurna yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan sel, pola dasar perkembangan embrio aves dan embrio katak, yaitu melalui tahapan pembelahan, blastula, gastrula, neurula dan organogenesis. Perkembangan embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan dari telur berupa kuning telur, albumen dan kerabang telur. Itulah penyebab telur unggas relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat. Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion dan alantois. Kantung kuning telur yang dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah untuk diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal yang berisi cairan untuk pergerakan embrio, sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen embrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen. 63 1.2 1.3 Tujuan 1. Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam. 2. Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ. Manfaat 1. Dengan melakukan pengamatan mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan atau pembentuan organ pada berbagai umur embrio ayam. 2. Dengan melakukan pengamatan mahasiswa dapat mengetahui lapisan embrional yang membentuk bakal organ. 64 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pembelahan merupakan poses awal dari embriogenesis. Akibat pembelahan terjadi penambahan jumalah sel. Sel anak yang terbentuk disebut blastomer. Blastomer akan membentuk struktur menjadi morula, blastula, gastrula dan dilanjutkan dengan neurolasi, pembentukan garis primitif, determinasi dan differensiasi. Pada tingkat morula sudah terbentuk blastomer. Stadium morula berjalan sangat singkat dan segera disusul pembentukan blastula dimana jumlah sel mencapai kira-kira 128. Perubahan blastula menjadi gasrtula kira-kira satu jam setelah telur di keluarkan dari kloaka dan pada telur yang diinkubasi 7-8 jam Pembelahan lebih sukar dan terbatas pada suatu keeping pada kutup anima, disini cangkang bentuk cakram yang disebut sebagai blastodis yang merupakan blastomer sentral yang melepasan diri dari detoplasma di bawahnya dan terbentuk rongga sempit yang merupakan bagian pinggir, blastomer tidak jelas terpisah dari detoplasma dan ia terus menerus e dalam detoplasma (Yatim, 1994). Proses morfogenetik yang disebut sebagai gastrulasi adalah pengaturan kembali sel-sel blastula secara dramatis. Gastrula berbeda rinciannya dari satu kelompok hewan dengan kelompok hewan yang lainnya, tetapi suatu kumpulan perubahan seluler yang sama menggerakkan pengaturan spasial embrio ini. Mekanisme seluler yang umum tersebut adalah perubahan-perubahan motilitas sel, perubahan dalam bentuk sel dan perubahan dalam adhesi (penempelan) seluler ke sel lain dan ke molekuler matriks ekstraseluler. Hasil penting dari gastrulasi adalah beberapa sel dekat permukaa blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam. Hal ini akan mentransformasi blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut gastrula (Campbell, 1987). 65 Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas dan selama itu terjadi Selama pembelahan awal seluler, terbentuk dua lapisan sel benih dimana peristiwa ini disebut dengan gastrulasi, yang biasanya dilengkapi pada saat telur dikeluarkan dari tubuh induk. Kedua lapisan ini adalah ektoderm dan mesoderm. Lapisan ketiga yaitu endoderm akan terbentuk ketika telur sudah di tempatkan di dalam incubator (Nuryati, 2005). Pada saat telur dikeluarkan, beberapa ribu sel akan dihasilkan dan blastodisc akan menggambarkan suatu unit yang kompleks. Setelah telur dikeluarkan, pembelahan seluler terus berlangsung selagi temperature di atas 75º F. Sel telur tidak akan membelah lagi bila temperatur kembali rendah, oleh karena itu mulai saat telur ditelurkan sampai telur siap dimasukkan kedalam incubator, pembelahan seluler akan terhambat, artinya tidak terjadi pembelahan sel antara waktu tersebut (Arthur, 2008). Layaknya seorang bayi dalam perut ibunya,embrio anak ayam di dalam telur jugamengalami perkembangan yang signifikan darihari ke hari. Embrio di dalam telur sebagaiawal mula kehidupan seekor ayam ternyata memilikikeunikan pertumbuhan di dalamnya. Pengetahuan tentang perkembangan embrio di dalam telur perludiketahui (Anonimus, 2009). Perkembangan embrio ayam terjadi dalam dua media yaitu dalam tubuh induk dan diluar tubuh induk. Perkembangan dalam tubuh induk yaitu setelah terbentuknya zygote dari persatuan sel sperma dengan ovum, maka pertumbuhan embrio pun dimulai. Sesaat setelah lima jam ovulasi, saat telur berkembang dalam isthmus terjadi pembedahan sol yang pertama. Duapuluh menit kemudian disusul didaerah lain lain dan seterusnya sehingga satu jam setelah itu pada saat telur meninggalkan isthmus, embrio sudah tersusun dari 16 sel. Setelah empat jam di dalam uterus, jumlah sel menjadi 256 buah (Anonimus, 2009). 66 Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning telur, albumen, dankerabang telur. Itulah sebabya telur unggas selalu relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat, dengan mata telanjang, melainkan perlu bantuan alat khusus seperti mikroskop atau kaca pembesar (Anonimus, 2009). Komposisi FisikTelur Komposisi fisik telur dapat dibagi menjadi : Shell (cangkang) Cangkang merupakan lapisan berkapur (calcareous) yang menyusun 9 – 12 % berat telur total. Cangkang terdiri dari bahan organik yang berupa kerangka dari serabut-serabut yang teranyam halus dan granula-granula serta substansi interstitial yang tersusun dari campuran garam-garam organik. Cangkang tersusun kira-kira 94% kalsium karbonat, 1% magnesium karbonat, 1% kalsium fosfat dan 4% bahan organik terutama protein. Merupakan pembungkus telur yang paling tebal, bersifat keras dan kaku. Pada kerabang terdapat pori-pori yang berfungsi untuk pertukaran gas. Pada permukaan luar kerabang terdapat lapisan kutikula, yang merupakan pembungkus telur paling luar. Shell Membrane (Membrane Kulit Telur) Membrane kulit telur terdiri dari dua lapisan, yaitu membrane kulit telur dalam dan membrane kulit telur luar yang masing-masing tersusun oleh 2 atau 3 lapis anyaman serabut protein yang tidak teratur. Serabut-serabut tersebut disatukan oleh suatu bahan albuminous cementing untuk membentuk membran tipis, kuat, melekat erat dan bersama-sama membatasi cangkang di sebelah dalam dan melekat erat padanya. Membran dalam lebih tipis daripada 67 membrane luar. Tebal keseluruhan 0,01 – 0,02 mm. Kedua membran merupakan barisan pertahanan terhadap masuknya mikroorganisme, tetapi ini bukan berarti tidak dapat dilewati mikroorganisme atau gas. Hal ini disebabkan oleh adanya pori-pori yang halus. Lewatnya gasgas dan cairan melalui membrane terutama terjadi karena osmose dan difusi. Menbran tampak berwarna putih seperti kapur, tetapi ada beberapa yang agak pink (jambon) karena adanya pigmen poryphyrin dalam jumlah yang sngat kecil. Khalaza Struktur keruh berserat yang terdapat pada kedua ujung kuning telur yang disebut dan berfungsi memantapkan posisi kuning telur. Kuning telur terdiri dari latebra, diskus terminalis, cincin/lingkaran konsentris dengan warna gelap dan terang, dan dikelilingi oleh selaput vitelina. Amnion Amnion adalah selaput yang menyelubungi emrio dimana embrio terletak didalam rongga amnion yang berisi cairan amnion. Amion terbetuk sebagai akibat pelipatan somatopleura daerah kepala ke arah dorsokaudal, daerah ekor ke arah dorsokranial, dan daerah dinding lateral ke arah dorsomedial. Amnion berisi cairn amnion yang berasl dari ginjal fetus, kelenjar mulut dan alat pernafasan. Cairan amnion berfungsi sebagai media untukmengambang, melindungi serta memungkinkan pergerakan dari tubuh dan tungkai embrio. Juga berfungsi untuk mencegah embrio kering, meniadakan goncangan, keleluasaan embrio berubah-ubah sikap, dan menyerap albumin. 68 Korion Korion merupakan selaput embrionik paling luar dan perpaduan antara selaput bagian dalam kerabang telur dengan alantois. korion menempel pada selaput kerabang sebelah dalam setelah ari ke- 7-8 inkubasi. Korion berasal dari sebelah luar zona amniotic. Pada proses pembentukan plasenta merupakan bagian dari foetus. Bersama-sama dengan alantois membentuk selaput choriallantois. Korion kaya akan pembuluh darah yang berfungsi menyempurnakan fungsi metabolic serta pertukarn gas dan air. . Alantois Merupakan selaput ekstra embrionik yang terbentuk dari penonjolan dinding usus belakang yang berbentuk seperti katung. Alantois berkembang danmengisi ruang ekstra embrionik dan bagian luarnya menyatu denan korion membntuk korionalantois. Alantois pada awalnya brbentuk kantung kecil di sisi kanan embrio pada hari ke-3 inkubasi dan memenuhi seluruh ruang ekstra embrionik pada hari ke-10 inkubasi. Alantois berfungsi untuk menampung ekskresi urin embrio. Alantois merupakan selaput yang membantu system sirkulasi dan apabila telah berkembang sempurna ia akan mengelilingi embrio. Albumen Albumen menyusun kira-kira 60% dari berat telur total. Albumen terdiri dari 4 fraksi : lapisan chalaziferous (lapisan kental dalam), lapisan kental encer dalam (inner thin layer), lapisan kental luar (firm gel-like layer) dan lapisan encer luar (outer thin layer). Albumen biasanya berwarna sedikit kehijauan yang disebabkan oleh riboflavin (vitamin B2). Albumen tersusun atas sebagian besar air. Komponen utama bahan organik dalam albumen adalah protein. Komponen lain yaitu karbohidrat dan mineral, sedangkan lipida sangat sedikit bahkan dapat dianggap tidak ada.Albumenterdiri dari 4 lapisan, paling dalam lapisan tipis dan encer atau 69 lapisan chalaziferous (lapisan 4), lapisan ini berhubungan langsung dengan selaput vitelina; lapisan luar yang tipis dan encer (lapisan 3) yang mengelilingi lapisan kental (lapisa 2). Paling luar adalah lapisan tipis dan encer (lapisan 1). Bentuk Telur Berdasarkan bentuknya telur dibedakan menjadi 5 (lima) macam, yaitu : a. Biconical, adalah telur yang kedua ujungnya runcing seperti kerucut. b. Conical, adalah yang salah satu ujungnya runcing seperti kerucut. c. Elliptical, adalah bentuk telur yang menyerupai elip. d. Oval, adalah bentuk telur yang menyerupai oval, dan ini merupakan bentuk yang paling baik. e. Spherical, adalah bentuk telur yang hampir bulat Faktor yang mempengaruhi bentuk telur yaitu : genetik dan umur induk. Induk yang baru mulai bertelur bentuk telur yang dihasilakn cenderung runcing, memanjang; sedangkan induk yang semakin tua menghasilkan telur yang semakin ke arah bulat bentuknya. Komposisi Kimia Telur Telur tersusun atas sebagian besar air. Bahan padat terdiri atas bahan organik yaitu protein, lipida dan karbohidrat, sedangkan bahan anorganik tersusun atas mineral (abu). Bagian terbesar dari isi telur adalah air (75% dari berat telur). Selanjutnya diikuti bahan organik, yang terdiri atas protein dan lipida, masing-masing terdapat sekitar 12% dan karbohidrat dalam jumlah kecil, yaitu 1%. Bahan anorganik terdapat sekitar 1% dari berat isi telur. 70 Protein Protein telur dikenal sebagai protein seimbang (balanced protein) dan mengandung semua asam amino esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh manusia. Asam amino telur berada dalam keseimbangan yang baik bagi kebutuhan protein manusia. Perhatian penting lain dari protein telur dalam nutrisi manusia adalah kandungan metionin yang luar biasa tingginya. Asam amino esensial ini kurang atau dijumpai dalam jumlah yang sangat rendah dalam serealia (Stevenson dan Miller, 1962). Dua butir telur bisa menyediakan 35 – 121 persen dari kebutuhan asam amino esensial per hari. Lemak Lemak telur mudah dicerna dan merupakan sumber energi bagi tubuh. Telur kaya akan asam lemak esensial terutama asam oleat. Lemaknya mengandung asam lemak tak jenuh dengan proporsi yang tinggi. Seluruh lemak yang terdapat dalam telur terletak dalam yolk. Karbohidrat Telur mengandung relatif sedikit karbohidrat, terdapat kira-kira 0,5 gram dan hampir 75% karbohidrat terdapat dalam albumen. Karbohidrat dalam telur terdapat dalam bentuk bebas dan terkombinasi dengan protein atau lemak. Karbohidrat bebas dalam telur adalah glukosa, sedang karbohidrat terkombinasi adalah mannosa dan galaktosa. Karbohidrat terkombinasi terdapat pada fosfoprotein, fosfolipida dan cerebrosida dalam yolk, sedang pada albumen terdapat dalam glikoprotein sederhjana yang ada dalam albumen yaitu ovoconalbumin. 71 Vitamin Telur mengandung hampir semua vitamin yang telah teridentifikasi, kecuali vitamin C (ascorbic acid). Telur merupakan sumber vitamin A, D, B1 dan riboflavin. Walaupun lebih dari setengah kandungan riboflavin telur terdapat dalam putih telur, kebanyakan vitamin lainnya terdapat dalam putih telur. Yolk merupakan sumber vitamin A yang paling berharga karena hanya lemak susu, hati dan telur yang mengandung vitamin ini dalam keadan pre-formednya. Yolk juga mengandung jumlah yang beragam dari pigmen karoten kuning, yang bisa sebagian atau seluruhnya dikonversikan ke vitamin A oleh tubuh manusia. Vitamin D juga terdapat dalam yolk. Vitamin D merupakan zat gizi esensial bagi absorbsi dan metabolisme kalsium dan fosforus. Vitamin B12 merupakan vitamin yang dipercaya hanya ada dalam pangan hewani, termasuk juga di dalam telur. Walaupun jumlah vitamin B12 dalam sebutir telur relatif kecil dan variabel (0,028 mg/butir), tetapi keberadaannya memberikan faktor dalam nilai biologis yang tinggi pada protein telur. Hal ini disebabkan karena dipercayai bahwa ada interrelationship antara vitamin B12 dan metabolisme asam amino. Mineral Telur merupakan sumber Fe dan fosfor yang baik. Sebagian besar Fe terdapat dalam yolk (kuning telur). Mineral penting lainnya yang dapat disuplai dari telur adalah Sodium (Na), Potassium, Sulfur (S), Chlorine (Cl), magnesium (mg) dan Manganese (Mn). Mineral telur dengan mudah digunakan dalam nutrisi manusia. Persentase mineral yang ada mungkin tidak setinggi pangan lain, tetapi karena keberadaan itu lebih mudah diabsorbsi saluran pencernaan, telur sebenarnya merupakan sumber yang baik. 72 Pigmen pada telur Substansi pigmen terdapat pada semua bagian telur, tetapi masing-masing sifat kimianya sangat berbeda. Pigmen dalam telur paling banyak terdapat pada yolk yaitu 0,4 mg, sedang pada albumen 0,03 mg, dan pada bagian yang lain dari telur hanya dalam jumlah sedikit. Yolk merupakan bagian telur yang banyak mengandung pigmen, yaitu 0,02%. Pigmen yolk diklasifikasikan menjadi dua yaitu lipochrome dan liochrome. Albumen hanya mengandung 1 pigmen dimana pigmen tersebut larut dalam air yaitu ovoflavin. Ovoflavin dalam albumen terdapat kira-kira 0,017 mg. Selaput kerabang kadang-kadang terlihat berwarna agak pink (merah muda), hal ini karena adanya pigmen porphyrin. Warna dari kerabang telur terdiri atas merah-coklat, biru-hijau dan puith. Pigmen yang memberi warna merah-coklat pada kerabang adalah oophorphyrin. Oophorphyrin ini juga terdapat pada kerabang putih, tetapi pada saat telur ditelurkan pigmen tersebut segera rusak karena kena sinar matahari, sedang oocyan adalah pigmen pada kerabang yang berwarna biru-kehijauan. 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan o Incubator o Scalpel o Bak Alumunium o Pinset o Cawan Petri o Telur ayam yang sudah dieramkan dalam incubator 3.2 Cara Kerja 1. Sediakan telur ayam kampung yang akan ditetaskan secukupnya, guna melihat perbedaan diantaranya. Dimasukkan kedalam incubator /mesin tetas dengan suhu mulai hari 1-19/21 adalah 102°F-105°F. 2. Pada waktu pengamatan, telur diambil 1 sampai 3 butir untuk memudahkan dalam pengamatan embrio biar tidak berdesakan dengan teman-teman dan lebih efisien. 3. Telur yang akan diamati, dipecahkan dengan scalpel dan dituangkan isinya kedalam cawan Petri.kemudian amati perubahan yang terjadi pada telur tersebut. 4. Pada hari selanjutnya tentukan apa-apa saja perubahan atau pembentukan telur tersebut mulai hari pertama sampai menetas. 74 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hari Pertama Hari ketiga Hari kedua Hari keempat 75 Hari kelima Hari ketujuh Hari kesepuluh Hari keenam Hari kesembilan Hari kesebelas 76 Hari kedua belas Hari ketiga belas Hari keempat belas Hari kelima belas Hari ketujuh belas Hari kedelapan belas 77 Hari kesembilan belas 4.2 Hari kedua puluh Pembahasan Hari pertama Bentuk awal embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoderm. Setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi perkembangan embrio. 78 Pada hari pertama pengamata hanya terlihat 3 bagian dari telur ayam yakni,Peta takdir,area ovaca,dan zona vasikulata.Peta takdir merupakan cikal bakal dari pembentukan jantung,sementara area ovaca merupakan tahap awal pembentukan organ tubuh,dan zona vasikullata merupakan pembentuk pembuluh darah bagi embrio. Hari kedua Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah terlihat primitive streake – suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm – yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah. Pada hari kedua mulai terbentuk jantung, hati dan pembuluh darah mulai berkembang. Sedang memulai dimana letak telinga, pembuluh saraf columna vertebrae. Saat ini adalah saat yang kritis dari kehidupan embrio, sebab saat itu jantung mulai berdetak. Peredaran darah dimulai, dengan kerja sama antara kantung darah dengan kantung selaput kuning telur. Hari ketiga Pada jantung hari ketiga ini, sudah mulai terbentuk dan berdenyut serta bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung bening, kantung amnion, dan awal perkembangan alantois. Gelembunggelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas.Pada hari ketiga ini bentuk jantung tergambar, kaki mulai terbentuk dan dikembangkan, terbentuk sayap, embrio mulai berputar, dengan mata tampak pembuluh 79 darah, organ tubuh lengkap,terbentuk lidah, adanya selaput amnion, ada cairan corio alantois, umbilicalis fungsinya menyalurkan makanan ke embrio atau memfiksir embrio. Hari keempat Di hari ini, mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu jantung sudah membesar. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. Hari kelima Hari kelima ini embrionya sudah tampak jelas. Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. Embrio sudah terletak didalam amnion dan pembuluh sudah semakin banyak dari pada hari sebelumnya. Selain itu telah terdapat pula optic fecicel, prosencephalon, metencephalon, rombencephalon, dan umbilicalis. Pada hari kelima ini, embrionya sudah mulai tampak lebih jelas. Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat bahwa telah terjadi perkembangan alat reproduksi dan sudah terbentuk jenis kelaminnya. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. Hari keenam Pada hari keenam ini kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alantois, kantong kuning telur, seta paruhnya. Hari ketujuh 80 Hari ketujuh hampir sama dengan hari keenam hanya kuncup-kuncup anggota badan sudah telah agak terbentuk. Mata sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alantois, kantong kuning telur, seta paruhnya. Hari kesembilan Pembentukan tulang pertama kali terjadi peda embrio berumur 9 hari,selain itu juga terjadi pembentukan organ yang sudah Nampak sebelumnya. Hari kesepuluh Lubang hidung masih sempit. Terjadi pertumbuhan kelopakmata, perluasan bagian distal anggota badan. Membran viteline mengelilingi kuning telur dengan sempurna. Folikel bulu mulai menutup bagian bawah anggota badan. Patuk paruh mulai nampak. Hari kesebelas Lubang palpebral memiliki bentuk elips yang cenderung menjadiencer. Alantois mencapai ukuran maksimal, sedangkan vitellus makin menyusut. Embrio sudah nampak seperti anak ayam. Hari kedua belas Folikel bulu mengelilingi bagian luar indera pendengar meatusdan menutupi kelopak mata bagian atas. Kelopak mata bagian bawah menutupi 2/3 atau bahkan ¼ bagian kornea. Hari ketiga belas Alantois menyusut menjadi membran Chorioalantois. Kuku dan kali mulai nampak jelas. 81 Hari keempat belas Kepala sudah mengarah ke sayap sebelah kanan,karna mendekati rongga udara. Dan amnion sudah mulai berkurang. Hari keenam belas Pembuluh darah masuk ke dalam tubuh,dan amnion sudah habis. Hari ketujuh belas Ginjal sudah mulai memproduksi uretras,dan paruh mengarah ke rongga udara. Hari kedelapan belas Membrane Vitelin mulai masuk ke dalam tubuh. Hari kesembilan Belas Membrane Vitelin semakin masuk ke dalam tubuh,sehingga warna tubuh berubah menjadi hitam, mulai bernapas dengan paru-paru, dan kerabang mulai rapuh. Hari kedua puluh Vitelin telah habis dan embrio sudah memenuhi seluruh ruang dalam kerabang. 82 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan : 1. pembelahan merupakan proses awal dari embriogenesis, yang menyebabkan terjadinya pertambahan jumlah sel dengan beberapa tahapan yakni morulasi, blastulasi dan gastrulasi. 2. Tahap perkembangan embrio pada ayam terdiri atas 2 fase yaitu a. Fase perkembangan awal, dalam tubuh induk ± 26 jam b. Perkembangan selama masa pengeraman diluar tubuh induk (20 hari) 3. Komposisi fisik telur terdiri dari cangkang, membran cangkang, kuning telur, putih telur, kalaza, amnion, korion dan alantois. 5.2 Saran Setelah membaca laporan ini, diharapkan kepada pembaca dapat memberikan kritik dan saran nya untuk laporan ini agar laporan ini dapat diperbaiki lagi. 83 DAFTAR PUSTAKA Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Adaningrum, Dewi. 2010. Embriologi Ayam. Tarsito: Bandung. Bradley M, Patten.(1950). Early Embriology of The Thich. McGraw-Hill Book Company, New York. Campbell. 1987. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Ham, Arthur Worth.(1957).HISTOLOY.J.B. Lippincott Company: USA. Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya : Surabaya. Kimball, john W.(1983). BIOLOGI edisi ke-5 jilid 2. Penerbit Erlangga : Jakarta Luis Carlos Junquiera, Jose Carneiro. HISTOLOGI DASAR: Text&Atlas. EGC;2007 Sugiyanto. 1996. Perkembangan Hewan. Fakulatas Biologi UGM: Yokyakarta. im Dosen UNM, 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Universitas Negeri Makasar. Nuryati, M.P Ir.Tuti, Ir.Sutarto, Muh.Khamim, dkk.(2005).Sukses Menetaskan Telur, Penebar Swadaya, Bogor. Ph.D., Seeley Road R, Trent D. Stephens Ph.D., dkk. (1995). Anatomy & Physiology. Mosby:USA Suprijatnah, Dr. Enjeng, Prof. Dr. Ruhyat Kartasudjana.(2006). Unggas. Penebar Swadaya, Bogor. Wildan Yatim.(1982).Reproduksi dan Embriologi.Tarsito, Bandung Yuhara Sukra.(1975).Pengantar Kuliah Embriologi I. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi IPB. Bogor. 84 Yatim. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito : Bandung Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Anonim.2007. Veteriner Reproduksi. (online),http://www.137.222.110.150/calnet/vetrep7/ . page2.htm. Diakses Minggu 21 April 2013 Anonim. 2008. Pertumbuhan pada Hewan. (online), http://www. Praweda.co.id. Diakses Minggu 21 April 2013. http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule Pauline Destinugrainy KASI, Sumaryono. 2006. Keragaman morfologi selama perkembangan embrio. Jurnal Menara Perkebunan. Volume 1 Halaman 44-52 Suhaemi, Zasmeli. 2008. Jurnal Embrio. Volume 1 No 2 Halaman 50-107 85 PENGAMATAN FOETUS 86 DAFTAR ISI Daftar Isi……………………………………………………………………………………87 BAB I…………………………………………………………………………………….....89 PENDAHULUAN………………………………………………………………………….89 1.1 Latar Belakang………………………………………………………………89 1.2 Tujuan………………………………………………………………………..90 1.3 Manfaat………………………………………………………………………90 BAB II……………………………………………………………………………………….91 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………….91 BAB III……………………………………………………………………………………...96 METODE PERCOBAAN…………………………………………………………………..96 3.1 Alat dan Bahan………………………………………………………………96 3.2 Cara Kerja…………………………………………………………………..96 BAB IV……………………………………………………………………………………..97 HASIL dan PEMBAHASAN………………………………………………………………97 4.1 Hasil…………………………………………………………………………97 87 4.2 Pembahasan………………………………………………………………97 BAB V……………………………………………………………………………………99 PENUTUP………………………………………………………………………………..99 5.1 Kesimpulan……………….………………………………………………99 5.2 Saran……………………………………………………………………...99 LAMPIRAN……………………………………………………………………………..100 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………101 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan individu baru selama kebuntingan merupakan hasil dari perbanyakan jumlah sel, pertumbuhan, perubahan susunan serta fungsi sel. Peristiwa tadi mempengaruhi perubahan-perubahan tertentu, beberapa di antaranya merupakan ciri dari tahap perkembangannya. Meskipun perkembangan anak dalam kandungan berlangsung terus menerus, namun kebuntingan kadang-kadang dinyatakan terdiri dari 3 tahap yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Foetus merupakan hasil akhir dari suatu proses diferensiasi secara teratur yang merubah zigot bersel satu menjadi jenis hewan yang bersangkutan. Foetus (janin) berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran. Foetus dapat diartikan "bibit muda, kandungan". Foetus sapi berada pada salah satu kornua, sedangkan kornua yang lain tetap kecil. Embrio dan foetus berkembang mengikuti suatu pola tertentu. Pada awalnya, jumlah sel meningkat diikuti oleh diferensiasi dan perkembangan berbagai system organ. Pada berbagai ternak memiliki perkiraan umur yang berbeda-beda. Berdasarkan uraian diatas, sebagai mahasiswa kedokteran hewan sangat perlu dilakukan untuk memahami metode pengukuran umur foetus dan sebagainya. Dalam laporan ini akan dibahas mengenai foetus, fase foetus dan metode pengukuran umur foetus. Ada dua cara untuk mengukur panjang foetus, yaitu : · Curved Crown Rump Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk garis curva forehead. Cara ini tidak lazim dipakai. 89 · Straight Crown Rump Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara inilah yang sering digunakan. 1.2 Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk, : 1. Mengetahui panjang foetus pada masa kandungan. 2. Mengetahui berat foetus pada masa kandungan. 3. Mengetahui umur foetus pada masa kandungan. 1.3 Manfaat Agar mahasiswa mengetahui rasio ukuran foetus dan berat foetus berdasarkan usia kebuntingan, dan dapat mengetahui umur foetus. 90 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi), dimulai dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi, atau persatuan antara ovum dan sperma; nidasi atau implantasi, atau perkembangan membran fetus; dan berlanjut ke pertumbuhan fetus. Gejala awal terjadi kebuntingan tidak jelas karena tidak dapat terlihat. Akan tetapi, adanya perubahan mekanis dan perilaku mereka yang mencolok dan dapat dijadikan petunjuk bahwa sapi itu bunting. Adapun tanda-tanda kebuntingan : Birahi berikunya tidak muncul Nafsu makan meningkat Sering menjilat-jilat batu merah Adanya kecendrungan kenaikan berat badan Bagi sapi dara pada pertama kali bunting, pada umur kebuntingan bulan ke-4 dan ke-5 terjadi perkembangan ambing yang mencolok . ( Aak,1995 ) Plasenta adalah suatu tenunan yang tumbuh dari embrio dan induknya,dan terjadi saat proses pertumbuhaan embrio yang diperlukan untuk menyalurkan zat makanan dari induk kepada anak,sisa makanan akan dikeluarkan ke induk. Amnion adalah selaput yang menylubungi fetus bagian paling dalam, chorion adalah selaput yang menyelubungi fetus bagian paling luar, alllantois adalah selaput antaraamnion dan chorion. Amnion berfungsi sebagai pelindung embrio/fetus menjadi kering, mencegah perlekatan embrio atau foetus terhadap 91 selaput lain, dan sarana pengangkut zat makanan dan oksigen ke foetus. Alantois berfungsi sebagai kantung air kencing ekstra emrional dan sarana penampung sisa hasil metabolisme. Bentuk plasenta induk adalah endometrium uterus yang dikenal dengan Korunkula, dan bagian plasenta foetus adalah chorioallantois dikenal dengan kotiledon. (Sumaryadi, 2003). Janin (fetus, foetus, fœtus, faetus, fætus) adalah mamalia yang berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran. Dalambahasa Latin, fetus secara harfiah dapat diartikan "berisi bibit muda, mengandung". Pada manusia, janin berkembang pada akhir minggu kedelapan kehamilan, sewaktu struktur utama dan sistem organ terbentuk, hingga kelahiran. Janin disebut juga Calon Bayi. (www.wikipedia.com) Fetus tumbuh di bagian uterus. Uterus biasanya memiliki dua buah tanduk dan sebuah tubuh. Seluruh organ tersebut melekat pada dinding pinggul dan dinding perut dengan perantaraan ligamen uterus yang lebar (ligamentum lata uteri). Melalui ligamen inilah uterus menerima suplai darah dan saraf. Lapisan luar ligamentum lata uteri membentuk ligamen uterus yang melingkar (ligamentum teres uteri). Menurut Frandson tahun 1992, uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari corpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua. Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, seperti juga halnya bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Corpus (badan) uterus ukurannya paling besar daripada kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja. secara superfisial, pada uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal dan tanduk tergabung dengan ligamen interkornual. (Toelihere, 1981) Hereditas. Ukuran foetus secara genetic ditentukan oleh komplemen gene-nya sendiri, komplemen gene induk dan kompetisi intrauterine dengan foetus lain. Kontribusi genetic maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal ; pada 92 kenyataannya, telah diperkirakan bahwa 50-75 % variabilitas dalam berat lahir ditentukan oleh factor-faktor maternal. Fase foetus ditentukan mulai dari terbentuknya organogenesis dan terbentuknya anggota gerak (ekstremitas) sampai foetus lahir. Tingkat perkembangan foetus saat ini telah dapat mengekstraksi zat-zat makanan dari sistem sirkulasi induk dengan perantara plasenta. Estimasi umur foetus dalam hari = 2,5 x (CRL cm + 21) atau Estimasi umur foetus dalam bulan = √2xCRL inches. Penentuan umur fetus bisa dilakukan dengan metode CRL (Crown Length Rump). Menurut Toelihere (1985), gambar fetus sebagai berikut: Keterangan : BCVRT = panjang keseluruhan fetus C-R = kepala- pangkal ekor CVR = curva kepala-pangkal ekor VR = panjang columna vertebralis VRT = panjang columna vertebralis dan ekor Perkiraan umur fetus menurut metode pengukuran CRL Sapi No Domba Panjang C-R Umur Fetus Panjang C-R Umur Fetus (cm) (bulan) (cm) 1 0,9 1 1 3 minggu 2 6-8 2 2 5 minggu 3 14-17 3 3 6 minggu 4 20 3,5 8 2 bulan 93 5 26 4 16 3 bulan 6 30 4,5 25 4 bulan 7 30-37 5 40-53 5 bulan 8 45 6 - - 9 60 7 - - 10 70-75 8 - - n 80-100 9 - - 11 Pada jenis hewan monotocus, foetus terletak pada punggungnya selama kehidupannya intra uterin. Presentase anterior terjadi pada ruminansia; kaki-kai depan foetus muncul lebi dahulu denganhidung diantaranya: kepela melurus dan punggung foetus berkontak dengan sacrum induk. Presentase posterior dengan kaki belakang terlebih dahulu keluar cukup sering pada sapi (5%) untuk dianggap sebagai normal. Pada kuda sebagian besar tubuh foetus terdapat di dalam korpus uteri, sedangkan pada sapi di koruna uteri. Walaupun demikian foetu kuda beradaa pada kedudukan yang sama pada foetus sapi. Pada babi pengeluaran foetus secara individual dari kedua koruna uteri berlangsung teratur dan dimulai pada bagian dekat cerviks. Kriteria utama untuk menentukan umur foetus adalah waktu kopulasi dan ovulasi atau berat dan panjang foetus, suatu pengukuran diambil dari ujung hidung sampai kor melalui punggung pada suatu daratan sagital. Panjang kaki atau kepala dipakai dalam penentuan umur foetus sapi . semua metode ini dapat bervariasi karena waktu ovulasi yang tepat tidak dapat 94 ditentukan, sedangkan pengukuran berat dan panjang foetus tergantung pada bagian bangsa, strain, umur induk, ukuran litter dan musim kelahiran.(Salisbury,1985) 95 BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 1. foetus 2. Scalpel 3. Air 4. Tali pengukur Tubuh 6. Formalin 3.2 Cara Kerja 1. Letakkan foetus sapi dalam bak aluminium 2. untuk mengukur panjang foetus sapi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Curved Crown-Rump (CC-R) Pengukuran dilakukan dengan cara megukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk garis curva sampai forehead b. straight crown rump (SCR) pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari garis pangkal ekor membentuk garis lurus sampai foerehead. 3. ukur tali yang digunakan diatas penggaris yang disesuaikan dengan pengukuran pada foetus 4. mengisi table yang berisi data : tubuh,kepala, alat gerak depan, alat gerak belakang dan badan. 96 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Umur Berat Panjang (hari) (gram) (cm) Panjang Kepala Ratio Tubuh Panjang Kaki Kaki depan belakang Ratio CC-R 120 500-800 28 13 20 1,3:2 17 20 1,7:2 SC-R 120 500-800 24 10 19 1:1,9 11 12 1,1:1,2 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum kami yang tertera dalam table diatas mengenai keadaan karakteristik foetus dalam masa kandungan, maka kita dapat menentukan panjang foetus, berat dan umur foetus pada masa kandungan. Beratnya 500-800 gram memiliki ukuran sebesar kucing muda dalam kebuntigan 120 hari. Dengan menggunakan metode CC-R didapat panjang badan 28 cm, panjang kepala 13 cm, panjang tubuh 20 cm sehingga diambil rasio nya antara panjang kepala dengan panjang tubuh nya didapat 1,3:2. Panjang kaki depan 17 cm. panjang kaki belakang 20 cm sehingga didapat pula ratio antara kedua nya yaitu 1,7:2. Sedangkan kalau mengguanakn metode SC-R didapat panjang badan 24 cm. panjang kepala 10 cm. panjang tubuh 19 cm sehingga ratio dari kedua tersebut adalah 1:1,9. Panjang kaki depan 11 cm. Panjang kaki belakang 12 cm sehingga ratio dari kedua tersebut 97 adalah 1,1:1,2. Ketepatan pengukuran memberikan hasil yang baik pula. Dalam pengukuran foetus ini cara yang paling sering digunakan adalah dengan metode SC-R karena pengukuran ini hanya dengan menarik garis lurus tanpa mengikuti lekuk tubuh foetus. Periode kebuntingan dapat dibagi dalam tiga bahagian, berdasarkan ukuran individu dan perkembangan jaringan dan organnya. Ketiga periode itu adalah ovum, embrio dan foetus. Periode ovum berlangsung 10-12 hari. Selama periode ini, terjadi pembentukan membrane zygote dalam uterus. Periode embrio atau organogenesis berlangsung 12-45 hari masa kebuntingan. Selama periode ini organ dan system utama tubuh sudah terbentuk dan terjadi perubahan-perubahan dalam bentuk tubuh. Periode foetus berlangsung dari hari ke -45 masa kebuntingan sampai partus. Selama periode ini terjadi perubahan-perubahan kecil dalam diferensiasi organ, temuan dan system bersamaan dengan pertumbuhan dan pematangan individu antenatal. Selama periode ini cotyledon dan caruncel berkembang dan membesar untuk mensuplai makanan bagi foetus. Pertambahan berat foetus dari hari ke 150 sampai hari ke 270 adalah tiga kali lebih besar dari pertambahan berat badan dari waktu pembuahan sampai hari ke 150 masa kebuntingan. Pada permulaan periode foetus terbentuk kelopak mata, osifikasi tulang dimulai dan perubahan –perubahan cepat terjadi pada rupa dan ukuran kaki. 98 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Pengukuran foetus ada dua cara yaitu pengukuran dengan metode CC-R dan pengukuran dengan metode SC-R. 2. Pengukuran foetus dengan menggunakan metode SC-R lebih memberikan kemudahan dan ketepatan dalam hasil pengukuran dari pada menggunakan metode CC-R yang tidak sering digunakan para pengukur. 3. Foetus yang digunakan dalam praktikum, jika dilihat dari panjangnya (disesuaikan dengan tabel), maka foetus sapi tersebut berumur 120 hari dan beratnya 500-800 g 4. Periode kebuntingan dapat dibagi dalam tiga bahagian. Ketiga periode itu adalah ovum, embrio dan foetus. 5.2 Saran Agar dapat dilakukan pergantian preparat yang baru karena mengingat preparat yang sekarang sudah terlalu lama dan sulit diamati sehingga sulit untuk difahami. 99 LAMPIRAN Pengukuran foetus menggunakan metode CC-R Pengukuran foetus menggunakan metode SC-R 100 DAFTAR PUSTAKA Aak. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta. Salisbury, G. W. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Iseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sumaryadi, Mas Yedi dkk. 2003. Ilmu Reproduksi Ternak. Fapet Unsoed. Purwokerto. Toelihere, R. Mozes. 1985. Ilmu kebidanan pada Ternak sapid an Kerbau. Universitas Indonesia :Jakarta. www.wikipedia.com 101