Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa Guru PAI berperan sangat sentral dalam memberdayakan sekolah sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa. Mengapa? Karena guru PAI adalah ulama pewaris nabi Muhammad Saw, yang harus melanjutkan tugasnya yaitu menyempurnakan akhlak. Peran Guru PAI Sebagai Pewaris Rasul Muhammad Saw, MenyempurnakanAkhlak Guru PAI adalah sosok orang yang berilmu sehingga dapat disebut sosok “ulama”. Guru PAI adalah pendidik yang segala ucapannya layak untuk “digugu” dalam arti dipatuhi oleh peserta didik dan diikuti oleh masyarakat lingkungannya dan perilakunya patut “ditiru”. Guru PAI merupakan pemimpin informal baik di sekolah maupun madrasah dan juga di masyarakat sekeliling tempat tinggalnya, yang merupakan sosok “teladan”. Kepada siapa para guru PAI harus berguru? Siapa sosok teladan yang harus diteladani guru PAI? Allah Swt berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” *QS. Al-Ahzab(33): 21]. Artinya bahwa sungguh banyak contoh-contoh yang baik pada diri Rasulullah Muhammad Saw yang harus ditiru oleh umatnya. Apa yang diucapkan Rasul harus digugu dan segala perilaku Rasul harus ditiru oleh umatnya, maka Rasulullah merupakan “Guru” bagi umatnya dan khususnya bagi PAI dan semua guru. Mengapa? Karena guru PAI dan semua guru sebagai ulama merupakan pewaris Nabi, pewaris Rasulullah Muhammad Saw, yang harus melanjutkan tugas-tugas Rasul. Apa sebenarnya tugas utama Rasulullah Muhammad Saw?Rasulullah Muhammad Saw bersabda, yang artinya: ”Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (H.R. Muslim dan ahmad) Oleh karena itu guru PAI sebagai “ulama pewaris Nabi” harus melanjutkan perjuangan Nabi yaitu menyempurnakan akhlak bangsa, khususnya akhlak generasi muda.Demikian juga, semua guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, harus dapat membangun karakter peserta didik. Pada saat ini ada pemahamanbahwa guru yang bertanggung jawab dalam membangun karakter atau akhlak mulia peserta didik hanyalah guru PAI (Pendidikan Agama Islam). Padahal dalam bab 2 telah dijelaskan bahwa semua guru, dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), adalah pendidik karakter. Apapun ilmu dan teknologi yang diajarkan oleh guru, untuk dikuasai oleh siswa (KI 3), siswa harus dapat menggunakannya dalam Peran Dan Fungsi Guru PAI 15 kehidupan (KI 4), agar bermanfaat bagi kehidupan masyarakat (KI 2), sebagai pengabdian mereka terhadap Allah Swt (KI 1). PAI Bertujuan Membangun Ahli Ibadah Guru PAI saat ini adalah guru mata pelajaran Al Qur’an–Hadits, Tarikh dan SKI (Sejarah Kebudayaan Islam), Aqidah dan Keimanan, Fiqih-Ibadah dan mata pelajaran Akhlak. Pola pembelajaran berbasis mata pelajaran atau subject matter (materi pelajaran) cenderung menghasilkan lulusan yang hanya hafal pengetahuan, belum mampu mengamalkan pengetahuannya dalam kehidupan dalam bentuk akhlak mulia. Dalam konteks pendidikan berbasis kompetensi, kita bertanya kemampuan apa yang harus dimiliki oleh lulusan sekolah setelah belajar PAI? Allah Swt berfirman, yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu”.[Qs Adz Dzariyat (51):56]. Oleh karena itu, kemampuan yang harus diperoleh lulusan pendidikan dasar dan menengah sebagai hasil pembelajaran PAI adalah kemampuan ber-ibadah. Bagaimana Dengan demikian PAI yang Berbasis Kompetensi Bertema Ibadah akan bertujuan membangun akhlak mulia. Bagaimana strateginya ? 1. Dari kelimaaspek PAI yang bersifatkeilmuan (kognitif) adalah : Ilmu Al qur’an, Ilmu Hadits, Ilmu Fiqih, Ilmu Tarikh / SKI Aqidah – keimanan merupakan nilai sikap atau afektif, dan akhlak merupakan domain motorik. Sedangkan ibadah merupakan integrasi dari ketiga domain yang merupakan kemampuan atau kompetensi. Maka didalam pembelajaran Agama Islam Terpadu atau tematik, kelima aspek PAI dapat di integrasikan seperti yang digambarkan dalam berikut : Peran Dan Fungsi Guru PAI 16 Gambar 2.1: PAI Berbasis Kompetensi Bertema Ibadah Berdasarkan gambar tersebut, maka kompetensi ibadah - misalnya Shalat - dapat dirumuskan sebagai: Pemilikanilmutentang ibadah shalat yang diambildari Al-Qur’an-Hadits, FiqihdanTarikh, (Kognitif) Dapat mengerjakanshalatdengankhusyu, berdasarkan nilai-nilaikeimanan, (Afektif) dan Dapat mengimplementasikan nilai-nilai shalat dalam kehidupan sehari-hari dalam bentukakhlakmulia(Motorik) Hasilnya adalah Muslim yang Kaaffah [Qs.Al-Baqarah(2): 208] Karena dalam pembelajaran shalat: 1) Siswa berlatih shalat dengan khusyu, artinya siswa memahami arti dari apa yang diikrarkannya dalam shalat, diyakininya dalam hati, dan kemudian dilatihkan dalam amalan, kegiatan sehari-hari, sehingga 2) Siswa tersebut belajar mendirikan shalat, yang akan menghasilkan perilaku akhlak mulia dengan tidak berbuat keji antar manusia dan ingkar dari aturan Allah. [Qs Al- Ankabut (29): 45]. Peran Dan Fungsi Guru PAI 17 Bagaimana Rasulullah Muhammad Saw Membangun Akhlak Mulia (Karakter) Umatnya? Rasulullah Saw memerintahkan umatnya untuk mendidik anak-anak shalat sejak usia 7 Tahun. Mengapa shalat begitu penting? Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : ”Yang pertama kali ditanya kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah perhatian kepada shalatnya. Jika shalatnya baik, dia akan beruntung. Dan jika shalatnya rusak, dia akan gagal dan merugi. (HR Tabrani, Tirmidzi dan An Nasa-i) Kesimpulan dari hadits tersebut adalah bahwa shalat yang baik adalah shalat yang bermanfaat bagi diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Shalat yang baik, juga akan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya, karena shalat yang didirikan harus ditindak lanjuti dengan perilaku akhlak mulia, yaitu tidak berbuat keji dan tidak ingkar pada perintah Allah Swt, sesuai firmanNya, yang artinya : “Bacalah kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan mengingat Allah (shalat) itu lebih besar keutamaannya. Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan. [Qs. Al-Ankabut (29): 45). Bagaimana cara mendirikan shalat, atau melaksanakan shalat dengan baik dan benar itu? Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (H.R. Bukhari). Kita harus mencontoh shalat nyarasulullah Muhammad Saw. Pertama, gerakan dan ucapannya dalam shalat kita ikuti sebagai sunnah rasul. Kedua, apa yang diucapkan rasul dalam shalatnya pasti difahami dan diyakini dalam hatinya. Mengapa ? Karena ucapan dalam shalat dilaksanakan dalam bahasa Arab, bahasa yang digunakan rasul sehari – hari. Apakah kita harus memahami apa yang diucapkan dalam shalat kita seperti rasul ? Pasti kita harus memahami, mengapa ? Karena kitaharus shalat seperti yang dicontohkan rasul. Disamping itu kita harus ingat tentang manfaat shalat bagi kita, sesuai firmanNya : Hai orang – orang yang beriman minta-lah (kepada Ku) dengan sabar dan shalat, sungguh Allah bersama dengan orang – orang yang sabar. [Qs Al baqarah (2): 153]. Jadi shalat adalah sarana atau media kita meminta kepada Allah Swt dengan sabar, maka kita harus memahamiapa yang kita minta dalam sholat. Kita harus mempelajari shalat Rasul secara komprehensif, karena shalat merupakan tiang agama. Apabila “shalatnya tegak berdiri, maka tegaklah agamanya, apabila shalatnya runtuh, runtuhlah agamanya”. Artinya apabila setiap umat muslim di Indonesia “mendirikan shalat”, tidak hanya melakukannya, maka akan terbangun karakter (akhlak mulia) bangsa, yang Peran Dan Fungsi Guru PAI 18 akan menjadi pondasi bagi pembangunan ekonomi kesejahteraan masyarakat. nasional yang berdampak pada Ibadah shalat yang merupakan ibadah yang utama dan pertama kali dihisab pada hari perhitungan, dapat dijadikan pembelajaran PAI berbasis kompetensi bertema ibadah bertujuan membangun karakter (akhlak mulia) generasi muda, dan menghilangkan pemeo STMJ yaitu shalat terus maksiat jalan. Dengan demikian sesuai dengan perintah Rasulullah Saw didiklah siswa SD dengan kemampuan shalat khusyu’. Mengapa harus belajar shalat khusyu’? Karena dengan shalat khusyu, Allah Swt berjanji akan memasukkan orang-orang mukmin kedalam kelompok orang yang beruntung sesuai firmanNya, yang artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya” *Qs Al Mu’minun (23): 1-2] Bagaimanakah shalat yang khusyu’ itu? Pertama,shalat yang khusyu’ adalah shalat yang dilakukan dengan penuh konsentrasi. Dalam bahasa Indonesia khusyu’ adalah konsentrasi, maka shalat yang khusyu’ adalah shalat yang dilakukan dengan penuh konsentrasi. Semua indra difokuskan hanya kepada Allah Swt yang merupakan satu-satunya tuhan yang wajib dan berhak disembah oleh manusia. Demikian juga pikiran, hati dan fisik jasmaniah, hanya ditujukan pada Allah Swt, oleh karena itu apa yang diucapkan dalam shalat harus difahami, dimengerti dan diyakini oleh hati, meskipun ducapkan dalam bahasa Arab. Belajar shalat khusyu’ merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam kehidupan. Shalat yang khusyu’ adalah shalat yang dilakukan dengan konsentrasi dan ditindaklanjuti dengan perilaku ahlak mulia, sesuai dengan firmanNya, yang artinya : “dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” *Qs Al Mu’minun (23): 3+. Setelah shalat khusyu’, siswa SD (anak usia 7 tahun) harus dilatih untuk tidak berbuat yang sia-sia atau tidak berguna. Dengan kata lain mereka dilatih untuk berperilaku atau berkarakter baik. Mereka juga dilatih untuk senang memberi, khususnya kepada kaum dhu’afa, dengan berzakat sesuai firmanNya, yang artinya : ”dan orang-orang yang menunaikan zakat” *Qs Al Mu’minun (23): 4+. Berilah pemahaman bahwa berzina dan LGBT merupakan perbuatan yang melampaui batas, melanggar larangan Allah Swt dan merupakan perbuatan dosa besar, sesuai dengan firmanNya, yang artinya: “dan orang-orang yang menjaga kemaluannya “ *Qs Al Mu’minun (23): 5] Peran Dan Fungsi Guru PAI 19 Mereka juga harus dilatih untuk “amanah” dan menepati janji-janji, karena janji adalah “hutang”, sesuai dengan firmanNya, yang artinya : “dan orang-orang yang memelihara amanatamanat (yang dipikulnya) dan janjinya” *Qs Al Mu’minun (23): 8+. Mereka harus dilatih untuk belajar “memelihara shalat”nya. Apa maksudnya? Mereka berlatih mengamalkan semua ucapannya dalam shalatnya, sesuai dengan firmanNya, yang artinya : “dan orang-orang yang memelihara shalatnya” *Qs Al Mu’minun (23): 9+. Inilah yang disebut dengan belajar “mendirikan shalat”, yaitu belajar shalat dengan khusyu’ dan berlatih mengamalkannya dalam kehidupan dalam bentuk akhlak mulia, yang dijanjikan Allah Swt untuk menjadi pewaris syurga firdaus dan kekal di dalamnya, sesuai dengan firmanNya, yang artinya : “mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,(yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya” *Qs Al Mu’minun (23): 10-11]. Surat Al Mu’minun (23) ayat 1 s/d 11 merupakan penjelasan dari surat Al Ankabut (29) ayat 45, bahwa perintah menegakkan shalat itu ditindak lanjuti dengan perilaku kita sehari-hari dalam kehidupan yaitu tidak boleh berbuat keji dan mungkar. Dapat kita simpulkan bahwa: Pertama, shalat khusyu’ adalah shalat yang dilaksanakan dengan penuh konsentrasi, berpusat pada penyembahan dan pengabdian manusia sebagai mahlukNya kepada Allah Swt, dengan melibatkan jiwa dan raga secara totalitas (integral) dan kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk ahlak mulia. Kedua, melaksanakan shalat dengan khusyu’ dapat disebut juga sebagai mendirikan shalat, karena mereka yang mendirikan shalat adalah mereka yang mengerjakan shalat dan sesudah shalat harus ditindak lanjuti dengan pelaksanaannya dalam kehidupan yaitu menahan diri untuk tidak berbuat keji serta tidak berbuat yang dilarang oleh Allah Swt (mungkar), sesuai dengan firmanNya dalam Qs Al Ankabut (29): 45. Ayat ini menegaskan bahwa mendirikan shalat terkait langsung dengan perilaku ahlak mulia. Orang mendirikan shalat adalah mereka yang melaksanakan shalat dengan khusyu’ dan memelihara shalatnya dalam kehidupan dalam bentuk perilaku akhlak mulia. Ketiga, bukankah mendidik siswa shalat dengan berpedoman pada Al Qur’an *Qs Al Mu’minun (23) : 1 – 11] merupakan pendidikan berbasis kompetensi yang mengintegrasikan ilmu, iman dan amal ? Sehingga pendidikan Shalat Khusyu’ merupakan salah satu kunci keberhasilan sekolah dalam membangun karakter generasi muda. Peran Dan Fungsi Guru PAI 20 Peran Guru PAI dalam Memberdayakan Sekolah sebagai Pusat Pembangunan KarakterBangsa Para guru PAI dapat membangun kesadaran guru-guru umum dan kejuruan bahwa membelajarkan siswa-siswanya untuk menguasai ilmu dan teknologi tanpa pengamalannya dalam kehidupan dengan kebermanfaatan bagi dirinya dan masyarakat dan berintikan nilai-nilai keimanan atau aqidah, belum memenuhi perintah Allah Swt. Artinya, belum dapat disebut sebagai ibadah kepadaNya, karena hanya akan membangun siswa yang tidak satu kesatuan antara ucapan, tindakan dan niatnya dalam hatinya. Bukankah pembelajaran seperti itu hanya akan membangun lulusan yang tidak memiliki pribadi integral? atauMunafik ? Naudzu billahi mindzalik. Yakinkanlah kepada guru-guru umum dan kejuruan bahwa tujuan pembelajaran dalam bidang keilmuan dan teknologi apapun adalah membangun lulusan ahli ibadah [Qs Ad Zariyat (51):56] calon pemimpin [Qs Al BAqarah (2): 30] masa depan. Inilah yang disebut dengan pendidikan berbasis kompetensi yang berlandaskan pada UU Sisdiknas Tahun 2003. Jadi pendidikan berbasis kompetensi membelajarkan siswa untuk menguasai dan memiliki ilmu pengetahuan dan atau teknologi (KI-3) melatih siswa untuk mengamalkannya dalam kehidupan (KI-4) yang bermanfaat bagi masyarakat (KI-2) sebagai pengabdian kepada Allah Swt (KI-1).Bila semua guru melaksanakan pendidikan berbasis kompetensi secara konsisten, bukankah mereka membelajarkan siswa untuk beribadah kepadaNya? Bukankah semua guru menjadi pendidik karakter? Apabila semua guru menjadi pendidik karakter maka sekolah akan menjadi Pusat Pembangunan Karakter Bangsa. Inilah tugas utama Guru PAI sebagai khalifatullah. Disamping itu Guru PAI dapat meminta bantuan guru-guru umum dan kejuruan untuk bersama-sama mendidik siswanya belajar dan berlatih mendirikan shalat khusyu’, dan implementasinya dalam kehidupan sebagai bentuk pembiasaan berakhlak mulia, yang berdampak pada latihan penyebaran rahmatan lil’alamiin. Peran Dan Fungsi Guru PAI 21