1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kasus kebakaran hutan di Indonesia merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi. Beberapa faktor cuaca yang mempengaruhinya ialah temperatur, curah hujan, radiasi matahari, kelembaban, stabilitas udara, kecepatan angin dan arah angin secara langsung (Thoha 2001 dalam Dedek 2011). Indikator kebakaran hutan yang bisa dijadikan acuan adalah jumlah titik api (hotspot). Hotspot merupakan titik-titik di permukaan bumi yang menjadi indikator adanya kebakaran hutan dan lahan. Salah satu cara pencegahan kebakaran hutan yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui hubungan antara faktor cuaca yang ada di suatu wilayah dengan jumlah hotspot yang muncul. Metode klasifikasi dengan menggunakan decision tree dapat digunakan untuk membuat sebuah classifier yang berguna untuk melihat pola / hubungan tersebut. Data iklim dan hotspot sering kali tidak bisa didekati melalui pendekatan crisp (tegas). Hal ini dikarenakan nilai atribut yang sangat berdekatan mampu memberi pengaruh yang berbeda di dalam pembentukan hotspot. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pendekatan dengan kaidah fuzzy. Penerapan kaidah fuzzy di dalam suatu decision tree sering dikenal sebagai fuzzy decision tree. Hasil dari klasifikasi dapat dilihat dari tingkat akurasi yang dihasilkan. Namun, sering kali model decision tree yang dihasilkan mengalami masalah overfitting. Overfitting di dalam decision tree menghasilkan suatu keadaan yang lebih kompleks daripada yang diperlukan. Hal ini juga membuat tingkat akurasi yang dihasilkan tidak cukup baik untuk mengklasifikasikan data baru. Oleh karena itu, diperlukan cara untuk meningkatkan akurasi dari model tree yang dihasilkan. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan akurasi dari tree adalah pruning. Pruning bekerja dengan prinsip memangkas atau menyederhanakan struktur tree. Pruning diharapkan mampu meningkatkan akurasi yang dihasilkan dalam proses klasifikasi secara signifikan. Penelitian ini mencoba menemukan hubungan antara faktor-faktor cuaca dengan jumlah hotspot yang dibentuknya menggunakan teknik klasifikasi menggunakan konsep fuzzy dengan metode decision tree. Untuk meningkatkan akurasi dalam proses klasifikasi, diterapkan juga metode pruning. Model tree dengan nilai akurasi tertinggi diharapkan mampu memberikan suatu model atau aturan yang bisa mengklasifikasikan jumlah hotspot berdasarkan pola pada iklim di daerah tersebut. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1 Menerapkan teknik data mining berupa klasifikasi dengan metode fuzzy decision tree. 2 Menerapkan teknik pruning pada tree. 3 Menemukan aturan klasifikasi pada data titik api (hotspot) sehingga dapat diketahui kelas jumlah hotspot berdasarkan pada pola data iklim di daerah tersebut. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada: 1 Penerapan algoritme ID3 dalam Fuzzy Decision Tree pada data titik api (hotspot) di daerah Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Selatan. 2 Membangun suatu model klasifikasi untuk mengetahui tingkat potensi kebakaran hutan di daerah terkait. Hal ini meliputi informasi dari atribut temperatur, curah hujan, penyinaran matahari, dan kelembaban 3 Penelitian ini menggunakan teknik data mining yaitu klasifikasi dengan metode decision tree. Namun, untuk mengatasi adanya ketidaktepatan, pendekatan fuzzy digunakan sebagai bantuan. 4 Penerapan pruning (pemangkasan) tree untuk menyederhanakan aturan klasifikasi yang ada. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan potensi kebakaran hutan berdasarkan jumlah hotspot yang ada sehingga dapat menjadi alat bantu oleh pihak yang berwenang dalam mengantisipasi dan deteksi dini kebakaran hutan. TINJAUAN PUSTAKA Knowledge Data Discovery (KDD) Knowledge Data Discovery merupakan sebuah proses iteratif yang terurut dan data mining merupakan salah satu langkah dalam KDD (Han & Kamber 2001). Tahapan proses KDD menurut Han & Kamber (2001), yaitu: