MAKNA HIDUP PADA MANTAN PENGGUNA NAPZA Oleh

advertisement
MAKNA HIDUP PADA MANTAN PENGGUNA NAPZA
Oleh : Junaiedi
ABSTRAK
Selama ini banyak pengguna NAPZA ingin melepaskan diri dari ketergantungan. Kehidupan
yang mereka alami telah dikendalikan oleh narkoba, sehingga NAPZA membuat kehidupan mereka
menjadi tidak bermakna. Keinginan yang kuat untuk berhenti menggunakan NAPZA dari dalam diri
sangat diperlukan agar tidak kembali terjerumus. Mereka mencoba mencari apa arti kehidupan yang
bermakna tanpa menggunakan NAPZA dan berusaha menemukan kembali makna hidup yang hilang.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seorang
menjadi pengguna NAPZA, untuk mengetahui gambaran makna hidup pada mantan pengguna NAPZA.
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan. Hasil penelitian diperoleh
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan subjek menjadi pengguna NAPZA adalah aspek psikologis, faktor
obat atau zat, hubungan keluarga dan pengaruh teman sedangkan gambaran makna hidup pada mantan
pengguna NAPZA adalah ketika masih menggunakan NAPZA subjek merasa dirinya sudah tidak berarti
dan setelah subjek lepas dari NAPZA subjek merasa lebih dekat dengan Tuhan (religius), dan subjek juga
merasa Tuhan telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Selain itu, subjek juga merasa putus asa,
hampa dan banyak perasaan negatif karena subjek tidak mempunyai teman dan tidak bisa mendapatkan
sesuatu yang subjek inginkan. Dan subjek merasa pernikahannya merupakan hal yang bermakna dalam
merubah kehidupannya menjadi lebih baik.
Kata kunci : Makna hidup, mantan pengguna NAPZA
PENDAHULUAN
Fenomena NAPZA merupakan fenomena
gunung es (ice berg), artinya yang tampak
dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang
tidak tampak (dibawah permukaan laut).
Penelitian yang dilakukan oleh Hawari, dkk.
(2000) menyebutkan bahwa angka sebenarnya
adalah 10 kali lipat dari angka resmi. Atau
dengan kata lain bila ditemukan penyalahguna
NAPZA artinya ada 10 orang lainnya yang tidak
terdata resmi. Jumlah penyalahguna NAPZA
versi Badan Narkotika Nasional (BNN) pada
pertengahan tahun 2005 diperkirakan mencapai
3,2 juta jiwa. Peningkatan jumlah pengguna
menurut BNN, dalam rentang 2000-2004
meningkat
rata-rata
28,8%
pertahun.
Berdasarkan data di atas, masalah NAPZA
adalah masalah yang tidak mudah untuk
ditangani karena penyalahguna NAPZA
jumlahnya terlalu banyak.
Selama ini banyak pengguna NAPZA ingin
melepaskan diri dari ketergantungan. Kehidupan
yang mereka alami telah dikendalikan oleh
narkoba, sehingga NAPZA membuat kehidupan
mereka menjadi tidak bermakna. Individu yang
mengalami ketergantungan NAPZA sangat
membutuhkan motivasi hidup yang tinggi dalam
dirinya. Keinginan yang kuat untuk berhenti
menggunakan NAPZA dari dalam diri sangat
diperlukan agar tidak kembali terjerumus.
Mereka mencoba mencari apa arti kehidupan
yang bermakna tanpa menggunakan NAPZA
dan berusaha menemukan kembali makna hidup
yang hilang.
Frankl (2004) mengemukakan bahwa makna
hidup adalah sesuatu yang unik dan khusus,
artinya, dia hanya bisa dipenuhi oleh yang
bersangkutan. Menurut logoterapi, ada tiga cara
yang bisa ditempuh manusia untuk menemukan
makna hidup: pertama melalui pekerjaan atau
perbuatan; kedua dengan mengalami sesuatu
atau melalui seseorang; dan yang ketiga melalui
cara kita menyikapi penderitaan yang tidak bisa
dihindari. Makna hidup menunjukkan corak
kehidupan penuh semangat dan gairah hidup
serta jauh dari perasaan hampa dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.
TINJAUAN PUSTAKA
Makna Hidup
Frankl (1985) ketika membahas tentang
pengertian dari makna hidup pernah mengatakan
bahwa dia sendiri merasa ragu apakah seorang
individu seperti dokter sekalipun dapat
menjawab pertanyaan ini secara umum. Sebab,
makna hidup bisa berbeda antara satu dengan
yang lain dan berbeda setiap hari atau bahkan
setiap jam, makna hidup merupakan suatu hal
yang sangat personal tergantung dari pribadi dan
keunikan individu tersebut dalam caranya untuk
memaknai hidupnya. Oleh karena itu yang
penting bukanlah makna hidup secara umum
melainkan makna khsusus dari hidup individu
pada suatu saat tertentu.
Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap
penting
benar
dan
didambakan
serta
memberikan nilai khusus bagi individu. Jika
individu berhasil menemukan makna hidupnya,
maka ia akan merasakan bahwa kehidupannya
sangatlah berarti dan berharga, dan pada
akhirnya akan menimbulkan perngahayatan
bahagia
sebagai
akibat
sampingannya.
Pengertian makna hidup menyiratkan bahwa di
dalamnya terkandung tujuan hidup, yakni halhal yang perlu dicapai dan dipenuhi (Bastaman
dalam Iriana, 2005).
Krueger (1979) berpendapat bahwa makna hidup
adalah ‘manner’, suatu cara atau gaya yang dia
gunakan untuk ‘mengada,’ untuk mengahadapi
dunia; untuk eksis dan cara pendekatan individu
terhadap kehidupan sendiri itupun unik, sebab
sepanjang hidupnya manusia menyimpan
berbagai pengalamannya hingga ia meninggal.
Dan bilamana individu telah mencapai tingkat
kesadaran
yang
lebih
tinggi,
dimana
kesadarannya lebih terarah untuk pencarian
makna-makna, maka dapat dipastikan bahwa
pemaknaan seorang individu terhadap kehidupan
dengan individu lain akan berbeda satu dengan
yang lain.
Dimensi Makna Hidup
Menurut Frankl (1968) motivasi utama manusia
untuk hidup bukanlah untuk mencari
kesenangan, melainkan untuk mencari makna
hidup. Sedangkan kesenangan bersumber pada
kehendak akan makna. Kesenangan sendiri itu
merupakan efek dari pemenuhan makna. Frankl
membedakan makna menjadi dua, yaitu :
a. The Ultimate Meaning
Ultimate meaning mengacu pada makna
yang diperoleh melalui eksistensi dimensi
supramanusia, dari suatu keteraturan yang
mana individu menjadi bagian yang sangat
kecil darinya, misalnya Tuhan, kehidupan,
alam, atau ekosistem. Manusia tidak akan
pernah menemukannya secara utuh, manusia
hanya
dapat
berusaha
untuk
menemukannnya sejauh kemampuan yang
dimilikinya. Manusia juga tidak dapat
menciptakannya secara sembarangan, untuk
menemukannya diperlukan pencarian yang
terus menerus.
Usaha serta proses pencarian inilah yang
membuat apa yang dilakukan dan tidak
dilakukan manusia memiliki makna yang
sangat jelas berbeda. Misalnya pada individu
yang
religius
diwujudkan
dalam
keimanannya terhadap Tuhan, sedangkan
pada mereka yang tidak percaya kepada
Tuhan, makna ini mungkin terdapat pada
konsep-konsep yang bersifat metafisik.
b. The Meaning of The Moment
The meaning of the moment atau yang
disebut juga makna hidup mengacu kepada
makna yang manusia temukan dalam setiap
situasi. Frankl meyatakan bahwa setiap
situasi itu unik dan menawarkan potensi
akan makna yang spesifik karena setiap
moment tidak dapat dilulang. Hal ini
mengakibatkan makna dari suatu situasi ke
situasi lain, dari individu yang satu ke
individu yang lain akan mengalami
perubahan. Respons terhadap makna
spesifik inilah yang akan mengarahakan
manusia pada hidup yang lebih bermakna.
NAPZA
Napza adalah akumulasi dari narkotika dan
psikotropika. Ada sejumlah kata atau istilah
yang terkait dengan narkotika. Misalnya,
“narkan” (bahasa Yunani) yang berarti menjadi
kaku; “narcose” atau “narcosis” yang berarti
dibiuskan.
NAPZA singkatan dari Narkotika, Psikotropika
dan Zat adiktif adalah istilah yang sering
digunakan
masyarakat
awam
untuk
menerangkan tentang obat-obat yang berbahaya
bagi kesehatan (Maslim, 1996). Menurut
Wresniwiro (2004) NAPZA adalah singkatan
dari Narkotika, Psikotropika dan zat (bahan
adiktif) lainnya.
NAPZA
adalah
zat-zat
tertentu
yang
mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan
ketergantungan
(adiksi)
(http://www.epsikologi.com/remaja/napza-4.htm).
Istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktf Iainnya) mengacu kepada Narkotika dan
Psikotiopika, yang undang-undangnya sudah
berlaku yaitu Undang-Undang No.5 tahun 1997
tentang psikotropika dan. Undang-Undang
No.22 tahun 1997 tentang Narkotika. lstilah ini
diperkenalkan khususnya oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. NAPZA adalah
bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh
akan mempengaruhi tubuh terutama susunan
saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
fisik, psikis, dan fungsi sosial (Depkes, 2002).
Mantan Pengguna NAPZA
Menurut Nowinski (dalam Tirtasari, 2004)
penggunaan narkoba secara terus menerus akan
menyebabkan
kecanduan
(addiction),
menurutnya kecanduan pada pengguna narkoba
adalah suatu proses yang berkesinambungan,
biasanya dimulai dari rasa ingin tahu pada
narkoba sampai pada tahap kompulsif, dimana
kebutuhan untuk mengkonsumsi narkoba
menjadi kebutuhan psikologis dan fisiologis
bagi penggunanya. Konsep dari pengguna atau
pecandu narkoba adalah, pola maladaptive dari
pemakaian narkoba yang secara klinis membuat
individu menjadi stress dan mempunyai
keterbatasan-keterbatasan dalam memenuhi
perannya sebagai individu, rentan terhadap
bahaya, melanggar UU, dan menyebabkan
munculnya konflik sosial maupun interpersonal.
Bagi orang yang telah lama menggunakan
narkoba, biasanya akan timbul rasa jenuh dan
memiliki keinginan untuk berhenti. Mantan
pecandu narkoba memiliki arti proses dan
seorang pengguna narkoba untuk berhenti dan
kebiasaan mengkonsumsi narkoba, dimulai
ketika merasa malu dan bersalah, baik dengan
keluarga maupun lingkungan, karena telah
mengetahui kebiasaan buruknya. Pada saat
itulah biasanya pengguna narkoba akan
menyadari
konsekuensi
negatif
yang
ditimbulkan oleh narkoba, kemudian masuk ke
panti rehabilitasi.
Faktor-faktor Penggunaan Narkoba
Menurut Wahyurini & Ma’shum (2006) ada
banyak yang saling berinteraksi yang
mendorong menyalahgunakan obat terlarang.
Beberapa diantaranya adalah :
a. Faktor Individu
Penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh
keadaan mental, fisik, dan psikologi
seseorang. Kondisi mental seperti gangguan
kepribadian depresi, dan gangguan mental
dapat
memperbesar
kecenderungan
seseorang
untuk
menyalahgunakan
narkotika, faktor individu pada umumnya
ditentukan oleh dua aspek :
1) Aspek Biologis
Menurut
Schuchettade
(dalam
Wahyurini & Ma’shum, 2006) bukti
menunjukkan bahwa faktor genetik
berperan seperti alkoholisme serta
beberapa berbentuk perilaku yang
menyimpang, termasuk penyalahgunaan
zat.
2) Aspek Psikologis
Sebagian besar penyalahgunaan obat
dimulai pada masa remaja. Beberapa
cirri perkembangan masa remaja dapat
mendorong
seseorang
untuk
menyalahgunakan obat terlarang yaitu,
kepercayaan diri kurang atau kurang
PD, ketidakmampuan mengelola stress
atau masalah yang dihadapi, coba-coba
dan berpeluang untuk memperoleh
pengalaman baru yang semua itu dapat
menyebabkan
seseorang
remaja
terjerumus.
b. Faktor obat atau zat
1) Adanya
perubahan
nilai
yang
disebabkan oleh perubahan zaman
sehubungan dengan arti dan alasan
penggunaan zat-zat psikoaktif, obat
tidur, misalnya sekarang banyak
digunakan tanpa resep dokter untuk
membantu seseorang yang sulit tidur.
2) Dalam kenyataan ada beberapa jenis
obat yang digunakan sebagai tolak ukur
status sosial tertentu. Dengan demikian
mereka tidak menggunakan akan
mengalami tekanan sosial yang kuat
biasanya dari teman sebaya (untuk
mencoba-coba).
3) Adanya keyakinan bahwa obat dapat
membantu meningkatkan rasa percaya
diri dan mengurangi beban masalah
yang sedang dihadapi.
4) Sifat dari obat golongan narkotika dan
psikotropika adalah adiksi dan toleransi.
5) Peredaran semakin banyak dan lebih
mudah didapat.
c. Faktor lingkungan
Faktor sosiologis yang dianggap dapat
menyebabkan penyalahgunaan obat atau zat,
antara lain :
1) Hubungan keluarga
Biasanya keluarga yang tidak harmonis
mempunyai
masalah
dengan
penggunaan obat atau zat, misalnya ibu
terlalu dominant, overprotektif, ayah
yang otoriter atau acuh tak cuh dengan
keluarga. Atau orang tua yang
memaksakan kehendak pada anak yang
mendorong anak melarikan diri kedalam
impian melalui obat. Kualitas hubungan
keluarga
yang
buruk
dapat
menyebabkan penyalahgunaan obat atau
zat terlarang juga dipengaruhi oleh
kebiasaan anggota keluarga yang lain,
seperti orang tua dan kakak yang juga
menggunakan obat atau zat terlarang
tersebut.
2) Pengaruh teman
Pengaruh
teman
sangat
besar
kemungkinan terhadap penyalahgunaan
obat atau zat terlarang. Hukuman oleh
kelompok teman sebaya, terutama
pengucilan bagi mereka yang mencoba
berhenti, dirasakan lebih berat dari
pengguna obat itu sendiri.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan bentuk studi kasus yang
bermaksud mendeskripsikan hasil penelitian dan
berusaha menemukan gambaran menyeluruh
mengenai suatu keadaan. Menurut Stake (dalam
Heru Basuki, 2006) Penelitian studi kasus adalah
suatu penelitian (inquiry) atau studi tentang
suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan
(particularity), dapat dilakukan baik dengan
pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan
sasaran perorangan (individual) maupun
kelompok, bahkan masyarakat luas. Dalam
penelitian ditentukan sejumlah karakteristik
subjek penelitian, yaitu subjek penelitian ini
adalah seorang pria mantan pengguna NAPZA,
yang berusia 24 tahun. Adapun subjek penelitian
berjumlah 1 orang dengan 1 significant other.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara serta catatan lapangan. Untuk
membantu proses pengumpulan data digunakan
pedoman wawancara dan alat perekam audio
sebagai alat bantu peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini peneliti akan membahas
pertanyaan penelitian dengan teori yang
dijelaskan pada tinjauan pustaka. Pada
pertanyaan pertama akan membahas hasil
penelitian yang telah didapat dengan mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan seorang
menjadi pengguna NAPZA sedangkan untuk
pertanyaan penelitian kedua mengenai gambaran
makna hidup pada mantan pengguna NAPZA.
Faktor-faktor Penggunaan Narkoba
Menurut Wahyurini & Ma’shum (2006) ada
banyak yang saling berinteraksi yang
mendorong menyalahgunakan obat terlarang.
Beberapa diantaranya adalah :
a. Faktor Individu
Penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh
keadaan mental, fisik, dan psikologi
seseorang. Kondisi mental seperti gangguan
kepribadian depresi, dan gangguan mental
dapat
memperbesar
kecenderungan
seseorang
untuk
menyalahgunakan
narkotika, faktor individu pada umumnya
ditentukan oleh dua aspek :
1) Aspek Biologis
Menurut
Schuchettade
(dalam
Wahyurini & Ma’shum, 2006) bukti
menunjukkan bahwa faktor genetik
berperan seperti alkoholisme serta
beberapa berbentuk perilaku yang
menyimpang, termasuk penyalahgunaan
zat.
2) Aspek Psikologis
Sebagian besar penyalahgunaan obat
dimulai pada masa remaja. Beberapa ciri
perkembangan masa remaja dapat
mendorong
seseorang
untuk
menyalahgunakan obat terlarang yaitu,
kepercayaan diri kurang atau kurang
PD, ketidakmampuan mengelola stress
atau masalah yang dihadapi, coba-coba
dan berpeluang untuk memperoleh
pengalaman baru yang semua itu dapat
menyebabkan
seseorang
remaja
terjerumus.
Dari hasil penelitian tentang aspek
psikologis yang terjadi adalah di dalam
kehidupan subjek terdapat aspek psikologis
yang mendorong subjek menggunakan
NAPZA, seperti subjek ingin mencoba
sesuatu hal yang baru, rasa keingintahuan
dan kemauan dari dirinya sendiri, untuk
meningkatkan rasa percaya diri dan untuk
membantu menghadapi setiap permasalahan
yang terjadi dalam hidupnya.
b. Faktor obat atau zat
1) Adanya
perubahan
nilai
yang
disebabkan oleh perubahan zaman
sehubungan dengan arti dan alasan
penggunaan zat-zat psikoaktif, obat
tidur, misalnya sekarang banyak
digunakan tanpa resep dokter untuk
membantu seseorang yang sulit tidur.
2) Dalam kenyataan ada beberapa jenis
obat yang digunakan sebagai tolak ukur
status sosial tertentu. Dengan demikian
mereka tidak menggunakan akan
mengalami tekanan sosial yang kuat
biasanya dari teman sebaya (untuk
mencoba-coba).
3) Adanya keyakinan bahwa obat dapat
membantu meningkatkan rasa percaya
diri dan mengurangi beban masalah
yang sedang dihadapi.
4) Sifat dari obat golongan narkotika dan
psikotropika adalah adiksi dan toleransi.
5) Peredaran semakin banyak dan lebih
mudah didapat.
Dari hasil penelitian tentang faktor obat
atau zat yang terjadi adalah di dalam
kehidupan subjek terdapat pengaruh
faktor obat atau zat ketika subjek
menggunakan NAPZA seperti subjek
merasa lebih percaya diri, zat psikoaktif
dapat membantu melupakan masalahnya,
NAPZA dapat membantu menyatukan
subjek
dengan
teman
dan
lingkungannya.
Subjek
juga
mendapatkan NAPZA dengan mudah
dari teman-temannya. Selain itu, efek
dari NAPZA membuat subjek sering
merasakan ketagihan (adiktif).
c. Faktor lingkungan
Faktor sosiologis yang dianggap dapat
menyebabkan penyalahgunaan obat atau zat,
antara lain :
1) Hubungan keluarga
Biasanya keluarga yang tidak harmonis
mempunyai
masalah
dengan
penggunaan obat atau zat, misalnya ibu
terlalu dominant, overprotektif, ayah
yang otoriter atau acuh tak acuh dengan
keluarga. Atau orang tua yang
memaksakan kehendak pada anak yang
mendorong anak melarikan diri kedalam
impian melalui obat. Kualitas hubungan
keluarga
yang
buruk
dapat
menyebabkan penyalahgunaan obat atau
zat terlarang juga dipengaruhi oleh
kebiasaan anggota keluarga yang lain,
seperti orang tua dan kakak yang juga
menggunakan obat atau zat terlarang
tersebut.
2) Pengaruh teman
Pengaruh
teman
sangat
besar
kemungkinan terhadap penyalahgunaan
obat atau zat terlarang. Hukuman oleh
kelompok teman sebaya, terutama
pengucilan bagi mereka yang mencoba
berhenti, dirasakan lebih berat dari
pengguna obat itu sendiri.
Dari hasil penelitian tentang hubungan
keluarga yang terjadi adalah di dalam
kehidupan subjek terdapat pengaruh
hubungan keluarga yang mendorong subjek
menggunakan
NAPZA
seperti
permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam keluarga subjek (perceraian orang tua
subjek).
Dari hasil penelitian mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan seorang menjadi
pengguna NAPZA di atas dapat disimpulkan
bahwa faktor menyebabkan seorang menjadi
pengguna NAPZA adalah aspek psikologis,
faktor obat atau zat, hubungan keluarga dan
pengaruh teman
Dimensi Makna Hidup
Menurut Frankl (1968) motivasi utama manusia
untuk hidup bukanlah untuk mencari
kesenangan, melainkan untuk mencari makna
hidup. Sedangkan kesenangan bersumber pada
kehendak akan makna. Kesenangan sendiri itu
merupakan efek dari pemenuhan makna. Frankl
membedakan makna menjadi dua, yaitu :
a. The Ultimate Meaning
Ultimate meaning mengacu pada makna
yang diperoleh melalui eksistensi dimensi
supramanusia, dari suatu keteraturan yang
mana individu menjadi bagian yang sangat
kecil darinya, misalnya Tuhan, kehidupan,
alam, atau ekosistem. Manusia tidak akan
pernah menemukannya secara utuh, manusia
hanya
dapat
berusaha
untuk
menemukannnya sejauh kemampuan yang
dimilikinya. Manusia juga tidak dapat
menciptakannya secara sembarangan, untuk
menemukannya diperlukan pencarian yang
terus menerus.
Usaha serta proses pencarian inilah yang
membuat apa yang dilakukan dan tidak
dilakukan manusia memiliki makna yang
sangat jelas berbeda. Misalnya pada individu
yang
religius
diwujudkan
dalam
keimanannya terhadap Tuhan, sedangkan
pada mereka yang tidak percaya kepada
Tuhan, makna ini mungkin terdapat pada
konsep-konsep yang bersifat metafisik.
Dari hasil penelitian dimensi makna hidup
pada mantan pengguna NAPZA yang terjadi
adalah di dalam kehidupan subjek terdapat
dimensi The Ultimate Meaning seperti
ketika masih menggunakan NAPZA subjek
merasa dirinya sudah tidak berarti dan
kehidupannya sudah tidak jelas karena dia
merasa semua yang dimilikinya mulai
hilang. Dan setelah subjek lepas dari
NAPZA subjek merasa lebih dekat dengan
Tuhan (religius), dan subjek juga merasa
Tuhan telah mengabulkan semua doa dan
keinginannya. Subjek juga merasa Tuhan
telah mengabulkan semua doanya dan
memberikan hidayah pada kehidupan subjek
sehingga membuat subjek menyadari segala
dosanya dan meninggalkanya.
b. The Meaning of The Moment
The meaning of the moment atau yang
disebut juga makna hidup mengacu kepada
makna yang manusia temukan dalam setiap
situasi. Frankl meyatakan bahwa setiap
situasi itu unik dan menawarkan potensi
akan makna yang spesifik karena setiap
moment tidak dapat dilulang. Hal ini
mengakibatkan makna dari suatu situasi ke
situasi lain, dari individu yang satu ke
individu yang lain akan mengalami
perubahan. Respons terhadap makna
spesifik inilah yang akan mengarahakan
manusia pada hidup yang lebih bermakna.
Dari hasil penelitian dimensi makna hidup
pada mantan pengguna NAPZA yang terjadi
adalah di dalam kehidupan subjek terdapat
dimensi The Meaning of The Moment
seperti ketika subjek masih menggunakan
NAPZA subjek tidak menghargai dirinya
sendiri dan keluargannya. Selain itu, subjek
juga merasa putus asa, hampa dan banyak
perasaan negatif karena subjek tidak
mempunyai teman dan tidak bisa
mendapatkan sesuatu yang subjek inginkan.
Dan
subjek
merasa
pernikahannya
merupakan hal yang bermakna dalam
merubah kehidupannya menjadi lebih baik
(misalnya,
subjek
dapat
berhenti
menggunakan NAPZA, karena dirinya
sekarang telah menyadari bahwa NAPZA
telah membuat hidup subjek menjadi tidak
berarti).
Dari beberapa hasil penelitian mengenai
gambaran makna hidup pada mantan
pengguna NAPZA di atas dapat disimpulkan
bahwa didalam dimensi makna hidup pada
mantan pengguna NAPZA terdapat The
Ultimate Meaning dan The Meaning of The
Moment.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa dari penelitian mantan
pengguna NAPZA peneliti menemukan:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek
menjadi pengguna NAPZA adalah sebagai
berikut:
Di dalam faktor individu terdapat aspek
psikologis yang menyebabkan subjek
menggunakan NAPZA, seperti subjek ingin
mencoba sesuatu hal yang baru, rasa
keingintahuan subjek dan kemauan dirinya
sendiri, untuk meningkatkan rasa percaya
diri
dan untuk membantu menghadapi
setiap permasalahan yang terjadi dalam
hidupnya. Dalam faktor obat atau zat yang
menyebabkan
subjek
menggunakan
NAPZA, seperti subjek merasa lebih
percaya diri, zat psikoaktif dapat membantu
melupakan masalahnya, NAPZA dapat
membantu menyatukan subjek dengan
teman dan lingkungannya. Subjek juga
mendapatkan NAPZA dengan mudah dari
teman-temannya. Selain itu, efek dari
NAPZA membuat subjek sering merasakan
ketagihan (adiktif). Dan di dalam faktor
lingkungan terdapat faktor hubungan
keluarga yang menyebabkan subjek
menggunakan
NAPZA
seperti
permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam keluarga subjek (perceraian orang tua
subjek). Selain itu terdapat aspek pengaruh
teman
yang
menyebabkan
subjek
menggunakan NAPZA seperti, pertama kali
menggunakan NAPZA jenis ganja adalah
lingkungan dan teman-temannya yang juga
menggunakan NAPZA.
2. Gambaran makna hidup pada mantan
pengguna NAPZA adalah sebagai berikut:
Di dalam gambaran makna hidup pada
mantan pengguna NAPZA terdapat
beberapa dimensi-dimensi, antara lain
dimensi The Ultimate Meaning seperti
ketika masih menggunakan NAPZA
subjek merasa dirinya sudah tidak berarti
dan kehidupannya sudah tidak jelas
karena dia merasa semua yang
dimilikinya mulai hilang. Dan setelah
subjek lepas dari NAPZA subjek merasa
lebih dekat dengan Tuhan (religius), dan
subjek juga merasa Tuhan telah
mengabulkan
semua
doa
dan
keinginannya. Subjek juga merasa Tuhan
telah mengabulkan semua doanya dan
memberikan hidayah pada kehidupan
subjek sehingga membuat subjek
menyadari
segala
dosanya
dan
meninggalkanya. Selain itu The Meaning
of The Moment seperti ketika subjek
masih menggunakan NAPZA subjek
tidak menghargai dirinya sendiri dan
keluarganya. Selain itu, subjek juga
merasa putus asa, hampa dan banyak
perasaan negatif karena subjek tidak
mempunyai teman dan tidak bisa
mendapatkan sesuatu yang subjek
inginkan.
Dan
subjek
merasa
pernikahannya merupakan hal yang
bermakna dalam merubah kehidupannya
menjadi lebih baik (misalnya, subjek
dapat berhenti menggunakan NAPZA,
karena dirinya sekarang telah menyadari
bahwa NAPZA telah membuat hidup
subjek menjadi tidak berarti).
Saran
1. Untuk subjek
Kepada subjek disarankan untuk lebih
meningkatkan rasa percaya diri, lebih
terbuka dan jujur terhadap keluarga dan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar. Dalam mengatasi setiap kesulitan
atau permasalahan diharapkan subjek lebih
bersikap positif dalam mengatasinya dan
bukan dengan cara menggunakan NAPZA.
2. Untuk keluarga
Kepada keluarga disarankan untuk lebih
meningkatkan hubungan yang harmonis
antar anggota keluarga, seperti komunikasi,
rasa saling sayang dan perhatian antar
anggota keluarga.
3. Penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari hasil yang memuaskan.
Untuk itu bagi para peneliti yang akan
mengadakan penelitian dengan topik yang
sama hendaknya memperbanyak sample
penelitian agar data yang ditemukan lebih
bervariasi, komperehensif dan penelitian
dapat dilakukan dengan lebih detail dalam
menganalisis data yang didapat sehingga
hasil penelitian akan lebih relevan.
Krueger, D. (1979). An introduction to
phenomenological
psychology.
Pittsburg: Ouquesne University
Press.
Maslim. (1996). Bahaya NAPZA dan
penanggulangannya. ( vol : II ) :
Jakarta: Rajawali.
Tirtasari, Reni. (2004). Kepercayaan diri
pada remaja ex-pengguna narkoba.
Sknipsi (Tidak diterbitkan) Depok:
Fakultas
Psikologi
Universitas
Gunadarma.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2006). Penyalahgunaan NAPZA.
http://www.infonapza.or.id.
Basuki, H. (2006). Penelitian kualitatif :
Untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan
budaya.
Jakarta:
Universitas
Gunadarma.
BNN. (2004). Pencegahan penyalahgunaan
narkoba bagi pemuda. Jakarta: BNN.
Frankl, V. E. (1968). The doctor and the
soul : From psychotherapy through
logoterapi.
New York: Alfred A.
Knopft.
Frankl, V. E. (1985). Man’s search for
meaning. New York: Washington
Square Press.
Hawari, D. (2006). “Penyalahgunaan dan
ketergantungan NAZA (Narkotika,
Alkohol, dan Zat Adiktif)“. Balai
Penerbit
Fakultas
Kedokteraan
Universitas Indonesia.
Iriana, S. (2005). Derita cinta tak terbalas :
Proses pencarian makna hidup.
Jakarta: Jalasutra.
Wresniwiro, M. (2004). Narkoba musuh
bangsa. Jakarta: Yayasan Mitra
Bintibmas.
Download