Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Sunarto (2003:47) mengatakan bahwa tahap terakhir dalam proses auditing adalah
menyiapkan laporan audit (audit report), laporan audit adalah alat formal yang
digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan
yang diaudit kepada pihak berkepentingan. Di dalam menerbitkan suatu laporan
audit, auditor harus memenuhi keempat standar pelaporan dalam standar auditing
Sunyoto (2014:30) mengatakan bahwa auditor independen adalah auditor
profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam
bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Profesi Akuntan
Publik di seluruh dunia merupakan profesi yang menghadapi risiko yang sangat
tinggi. Hampir semua akuntan publik menyadari bahwa mereka harus memberikan
jasa profesionalnya sesuai dengan standar profesional akuntan publik, mentaati kode
etik akuntan publik dan memiliki standar pengendalian mutu. Menurut Agoes
1
2
(2012:52) Jika akuntan publik bisa salah dalam memberikan opini, karena
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian padahal laporan keuangan mengandung
salah saji material (ini disebut audit failure). Ardiyos (2007:18) mengatakan bahwa
opini audit adalah laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai
hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
Sunyoto (2014:41) mengatakan bahwa kepercayaan masyarakat atas kualitas
atau mutu pekerjaan profesi akan semakin tinggi jika profesi tersebut menetapkan
standar pelaksanaan dan tatanan moral atau perbuatan yang tinggi terhadap seluruh
anggotanya. Menurut Arens (2008:43) istilah profesional berarti tanggung jawab untuk
berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya dan lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat.
Sebagai profesional, akuntan publik mengakui tanggung jawabnya terhadap
masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk perilaku yang
terhormat, sekalipun ini berarti pengorbanan pribadi. Agoes (2012:42) mengatakan
bahwa Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah pedoman bagi para anggota Istitut
Akuntan Publik Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif.
Menurut Sunarto (2003:63) Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri dari :
1.
Prinsip Etika
2.
Aturan Etika
3.
Interpretasi Aturan Etika
2
3
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji
itu (Mulyadi, 2002:76). Sesuatu dianggap material apabila dapat mempengaruhi
putusan para pemakai laporan keuangan. Materialitas merupakan hal yang penting
untuk dipertimbangkan, dalam menentukan secara tepat jenis laporan yang akan
diterbitkan pada situasi-situasi tertentu (Hery, 2013:21).
Penerapan standar auditing sangat dipengaruhi konsep materialitas dan resiko.
Standar auditing terdiri dari 3 bagian. Pertama, bagian yang mengatur tentang mutu
profesionalitas auditor independen atau persyaratan pribadi auditor (standar umum).
Kedua, bagian yang mengatur mengenai pertimbangan-pertimbangan yang harus
digunakan dalam pelaksanaan audit (standar pekerjaan lapangan). Ketiga, bagian yang
mengatur
tentang
pertimbangan-pertimbangan
yang
harus
digunakan
dalam
penyusunan laporan audit (standar pelaporan) (Halim, 2008:21).
Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009 hingga
kini telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha kepada delapan
akuntan public (AP) dan kantor akuntan publik (KAP). Departemen keuangan dalam
pengumuman yang diterima di Jakarta, sabtu, menyebutkan, penetapan sanksi
pembekuan izin usaha itu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.
17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Salah satu dari Akuntan Publik (AP)
3
4
yang terkena sanksi adalah Drs. HBM. Yang bersangkutan dikenakan sanksi
pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing
(SA)-Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum
atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai berpotensi
berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen (Santoso, 2009).
Selain itu fenomena yang terjadi di Indonesia dan sampai saat ini masih
berlarut adalah kasus yang menimpa Bank Century, kasus yang terjadi adalah
penyimpangan yang dilakukan oleh Bank Century terhadap laporan keuangan yang
dikeluarkan. Laporan keuangan yang dikeluarkan Bank Century yang dianggap
menyesatkan ternyata banyak sekali terjadi kesalahan yang material. Disini peran
auditor sangat dibutuhkan untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Hasil audit
BPK tentang Century dianggap menyesatkan antara lain dikarenakan audit investigasi
Badan Pemeriksaan Keuangan memuat “dosa” LPS (lembaga penjamin simpanan)
yang belum secara resmi menetapkan perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank
Century secara keseluruhan. Hal tersebut dapat muncul karena adanya penghilangan
informasi fakta material, atau adanya pernyataan material yang salah, dan dapat
menyebabkan ketidaktepatan opini yang diberikan oleh akuntan publik karena banyak
ditemukan kesalahan yang material oleh auditor pada saat melakukan pemeriksaan
laporan keuangan. Sehingga, auditor tersebut sulit untuk menemukan bukti-bukti
yang rill dan sulit untuk menerbitkan jenis opini pada Bank Century tersebut (Antara,
2009).
4
5
Kasus yang baru-baru ini terjadi, diungkapkan oleh Wakil Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) Hasan Bisri dalam diskusi bertajuk 'Kekayaan Negara
yang Dipisahkan: Apakah Tidak Termasuk Keuangan Negara?' di Gedung BPK,
Kamis, 12 September 2013 bahwa, sampai hari ini masih ada kantor akuntan publik
yang bandel. Mereka tidak melaporkan temuan pelanggaran dalam laporan keuangan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam audit yang dilakukan BPK terhadap
perusahaan-perusahaan BUMN masih terdapat banyak rekayasa yang dilakukan.
Hasan menjelaskan, salah satu modusnya, BUMN mencatatkan piutang sebagai
pendapatan. Tujuannya, agar bonus untuk manajemen dan laba naik. Metode tersebut
merupakan modus yang relatif kuno masih dilakukan, ternyata masih sering kantor
akuntan publik tidak mengoreksi atau menuliskan dalam laporan auditnya (Thertina,
2013).
Menurut penelitian Febriyanti (2012) dengan sample auditor yang berkerja
pada KAP di Sumatera Selatan terdapat pengaruh yang signifikan antara prinsip
profesionalisme ruang lingkup dan sifat jasa auditor dengan pemahaman tingkat
materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Gusti
dan Ali (2008)
membuktikan terdapat hubungan yang signifikan antara skeptisme professional
auditor dengan ketepatan opini audit. Sedangkan dihubungkan dengan variabel
situasi, yang menghubungkan variabel situasi audit, etika, pengalaman dan keahlian
audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik, hanya variabel
situasi audit saja yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan ketepatan
5
6
pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya peneliti menggabungkan variable ketepatan opini auditor
sebagai variable dependen dengan menjadikan profesionalisme auditor dan tingkat
materialitas sebagai variable independen. Dengan demikian, maka penulis melakukan
penelitian yang berjudul : “Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Tingkat
Materialitas Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah yang di identifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah
profesionalisme
auditor
berpengaruh
terhadap
ketepatan
pemberian opini audit.
2. Apakah tingkat materialitas berpengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
3. Apakah profesionalisme auditor dan tingkat materialitas berpengaruh
secara simultan terhadap ketepatan pemberian opini audit.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang
diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari samapai sejauh mana pengaruh
profesionalisme dan tingkat materialitas dalam menemukan solusi atas masalah
ketepatan pemberian opini audit.
6
7
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap
ketepatan opini audit.
2. Mengetahui apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap
ketepatan opini audit.
3. Mengetahui apakah profesionalisme dan tingkat materialitas berpengaruh
secara simultan terhadap ketepatan pemberian opini audit.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
banyak pihak :
1.
Bagi Auditor
Sebagai
masukan
yang
bermanfaat
dalam
upaya
meningkatkan
profesionalisme dan pengetahuan tentang tingkat materialitas sehingga auditor dapat
memberikan opini audit lebih tepat.
2.
Bagi Pemakai Jasa Akuntan
Agar
klien
auditor
mengerti
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
profesionalisme dan tingkat materialitas terhadap ketepatan pemberian opini
audit.Selain itu, klien auditor dapat terus mempertahankan keberlangsungan usahanya
7
8
sesuai dengan aturan bisnis yang legal dan tidak melakukan manipulasi bisnis yang
dapat merugikan pihak-pihak lain seperti stakeholder, investor, pemegang saham dan
lainnya.
3.
Bagi Akademisi
Untuk menambah wawasan mengenai aturan yang berlaku dan pengetahuan
terapan, serta memberi informasi dan gambaran yang lebih jelas bagi peneliti lain
yang penelitiannya ada hubungan dengan penelitian ini.
4.
Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan kepustakaan, sumbanfan
pemikiran dan dijadikan bahan pembelajaran untuk penelitian selanjutnya guna
mengembangkan ilmu pengetahuan di tengah masyarakat.
5.
Bagi Penulis
Dengan melakukan penelitian ini penulis akan lebih dapat memahami
penerapan dari teori-teori yang didapat selama dibangku kuliah terutama yang
berkaitan dengan judul yang dipilih.
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian
Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam
penyusunan skripsi ini, maka penulis akan melakukan penelitian pada beberapa
8
9
Kantor Akuntan Publik yang ada di kota Bandung. Dengan waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan selesai.
9
Download