ANALISIS KESALAHAN EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN) PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK KELAS X KURIKULUM 2013 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan oleh Isma Rusan Farhani NIM 1111013000007 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul “Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” disusun oleh Isma Rusan Farhani, NIM 1111013000007, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 22 Oktober 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta, 26 Oktober 2015 Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia/Ketua Jurusan/Program Studi Makyun Subuki, M.Hum NIP. 19800305 200901 1 015 Sekertaris Jurusan/Program Studi Dona Aji Karunia P., M.A NIP. 19840409 2011 01 1 015 Penguji I Ahmad Bahtiar, M.Hum NIP. 19760118 200912 1 002 Penguji II Dra. Hindun, M.Pd NIP. 19701215 200912 2 001 KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal FORM (FR) Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia : : : : FITK-FR-AKD-089 1 Maret 2010 01 1/1 SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Isma Rusan Farhani Tempat/Tgl.Lahir : Bogor / 29 Desember 1993 NIM : 1111013000007 Jurusan / Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul Skripsi : Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 Dosen Pembimbing : Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah. Jakarta, 23 September 2015 Mahasisw Ybs. Isma Rusan Farhani NIM.1111013000007 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Isma Rusan Farhani 1111013000007 Di Bawah Bimbingan Nuryati Djihadah, M.A. M.Pd 196608291999032002 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 i ABSTRAK Isma Rusan Farhani NIM: 1111013000007, Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian skripsi ini adalah tentang kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Parung Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang berfokus pada kesalahan penulisan huruf, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan penggunaan tanda baca dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Parung Bogor. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan teknik studi dokumentasi atau kajian kepustakaan (library search). Berdasarkan hasil penelitan yang penulis lakukan pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan di SMA Negeri 1 Parung Bogor, masih terdapat kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013, yang berfokus pada kesalahan penulisan huruf, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan penggunaan tanda baca. Kata kunci: Analisis Kesalahan, EYD (Ejaan yang Disempurnakan), Buku Teks. ii ABSTRAK Isma Rusan Farhani NIM: 1111013000007, Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. The issue will be examined this thesis research is whether there is an enhanced spelling (EYD) mistakes in Indonesian Text Book Self Expression and Academic class X 2013 Curriculum used in SMA Negeri 1 Parung Bogor. As for the purpose of this study is to describe the enhanced spelling (EYD) mistakes including error writing letters, words, and use of punctuation mistakes in the Indonesian Text Book Self Expression and Academic Curriculum class X 2013 used in SMA Negeri 1 Parung Bogor. As for the method used in this research is descriptive qualitative study with engineering documentation or studies library (library search). Based on the results of the study that the author did in the Indonesian Text Book of Self Exspression and Academic class X 2013 Curriculum used in SMA Negeri 1 Parung Bogor, still contained an enhanced spelling (EYD) mistakes in Indonesian Text Book of Self Expression and X class academic curriculum including 2013, error writing letters, words, and use of punctuation errors. Key words: Mistakes Analysis, Enhanced Spelling (EYD), Text Book. iii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji serta syukur ke hadirat Allah Subhanallah wa Ta’ala. Atas segala karunia dan rahmat-Nya yang tak terhitung berupa kasih sayang, nikmat iman dan Islam, serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wassalam beserta keluarga, sahabat, serta para pengikutnya. Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar skripsi ini menjadi karya yang lebih baik lagi . Proses penulisan skripsi ini tentu saja banyak menemui hambatan dan kendala. Semua itu tidak akan teratasi tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak baik secara Moril maupun Materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini; 2. Makyun Subuki, M.Hum. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini; 3. Nuryati Djihadah, M.A., M.Pd Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingan bagi penulis selama ini. Terima kasih atas semangat, arahan, dan kesabaran Ibu selama membimbing penulis; iv 4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 5. Seluruh keluarga besar SMAN 1 Parung yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian; 6. Orang tua, Drs. Rusdi AS dan Khoirunissa, kakak Ismi Rusan Azzahra dan Dede Firmansyah, adik Ibna Rusan Azzaida dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan yang luar biasa kepada penulis; 7. Sahabat-sahabat (Banat, Nona, Mira, Indri, Nur, Aidah, Muthia, Caca) yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. 8. Syahrul Bachtiar yang selalu memberikan doa dan semangat dalam penulisan skripsi ini; 9. Teman-teman Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2011 yang telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini; 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasan pada diri penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Depok, 23 September 2015 Penulis Isma Rusan Farhani v DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ……………………………………………………………………………... i KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… iii DAFTAR ISI ………………………………………………………………………....... v DAFTAR TABEL …………………………………………………………………....... vii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………….. viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………….... 1 B. Identifikasi Masalah ………………………………………………………....….. 3 C. Pembatasan Masalah …………………………………………………………….. 4 D. Perumusan Masalah ……………………………………………………………… 4 E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………… 4 F. Manfaat Penelitian …………………………………………………………......... 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Analisis Kesalahan ………………………………………………………… 6 a. Analisis Buku Pelajaran Bahasa ………………………………………… 8 2. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) ………………………………………... 9 a. Penulisan Huruf ………………………………………………………... 11 b. Penulisan Kata …………………………………………………………. 17 c. Penggunaan Tanda Baca ……………………………………………….. 25 3. Buku Teks (Textbook) ……………………………………………………… 41 B. Penelitian yang Relevan ………………………………………………………... 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN vi A. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………………………......... 53 B. Metode Penelitian ………………………………………………….…………… 53 C. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………............ 54 D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data …………………………………………. 55 E. InstrumenPenelitian ……………………………………………………............. 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ………………………………………………………………….. 58 B. Analisis dan Interpretasi Data ………………………………………………….. 63 BAB V PENUTUP A. Simpulan ……………………………………………………………………….. 83 B. Implikasi ……………………………………………………………………….. 84 C. Saran ………………………………………………………………………........ 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL 1. TABEL 4.1. “Klasifikasi Jenis Kesalahan pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” 2. TABEL 4.2. “Analisis Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” 3. TABEL 4.3. “Analisis Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” 4. TABEL 4.4. “Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” 5. TABEL 4.5. “Persentase Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” 6. TABEL 4.6. “Persentase Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” 7. TABEL 4.7. “Persentase Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” 8. TABEL 6.1. Tabel Uji Referensi 9. TABEL 6.2. “Deskripsi Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” viii DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 : Uji Referensi 2. Lampiran 2 : “Deskripsi Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” 3. Lampiran 3 : Surat Bimbingan Skripsi 4. Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian 5. Lampiran 5 : Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung 6. Lampiran 6 : Hasil Wawancara 7. Lampiran 7 : Cover Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 8. Lampiran 8 : Biodata penulis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) merupakan hal yang sangat penting dalam penyusunan sebuah tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah harus didasari dengan penulisan yang benar mengikuti aturan ejaan yang disempurnakan yang sudah diatur dan ditetapkan. Masalah ejaan tampaknya sangat sederhana. Namun kesederhanaannya itulah yang sering dilupakan oleh penulisnya. Padahal, pedoman EYD, kamus, dan tata bahasa merupakan rambu-rambu untuk menuliskan bahasa tulis baku. Ketepatan penggunaan pedoman ejaan bisa dijadikan ukuran sejauh mana „kepahaman bahasa‟ seseorang, bahkan dijadikan ukuran sejauh mana seseorang „melek bahasa‟.1 Soal ejaan bukanlah soal yang sukar. Sekali seseorang menguasai cara menuliskan kata atau kalimat dengan baik, seterusnya orang tersebut tidak akan membuat kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu, tuntutan untuk memberikan perhatian terhadap cara penulisan yang benar, apalagi bila pekerjaan dalam bidang tulis-menulis. Tanpa mempelajarinya dengan sengaja, kita tidak akan pernah menguasainya dengan baik.2 Pentingnya mempelajari EYD agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan sebuah karya ilmiah dan dituntut untuk mengikuti aturan yang telah ada dan yang telah ditetapkan. Salah satu karya ilmiah yang menuntut penulisan secara benar dan cermat adalah buku teks atau buku pelajaran. Kita tidak bisa mengandalkan pengetahuan yang hanya sekali 1 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 21. 2 J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 99. 2 dipelajari dan tidak terus digali. Maka dari itu pentingnya belajar terusmenerus agar kita mengetahui dan paham. Dan setiap orang bisa semakin mengetahui kesalahan-kesalahan yang mungkin dianggap sepele dan berusaha untuk memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi tanpa disengaja. Kesalahan siswa dalam belajar bahasa merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Namun apabila kesalahan dibiarkan akan menjadi kebiasaan yang kurang baik dan cenderung terulang kembali. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa siswa khususnya bahasa tulis harus diminimalisir. Hal ini dapat dilakukan apabila guru mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa, dan guru pun harus memperhatikan bahasa atau kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam buku teks yang digunakan di sekolah-sekolah karena sebuah buku teks pun takkan luput dari kesalahan yang dilakukan oleh penulis maupun editor. Guru maupun pihak sekolah kerap tidak meneliti buku yang akan digunakan untuk pembelajaran di sekolah, terutama buku bahasa dan sastra Indonesia yang memang menjadi salah satu acuan siswa untuk melihat contoh yang benar dalam penggunaan ejaan selain buku pedoman ejaan. Tuntutan untuk sekolah agar memberikan yang terbaik kepada siswa-siswinya terlihat dari ketelitian pihak sekolah dalam memilih buku pelajaran yang akan menjadi pedoman pembelajaran. Dan ketelitian pihak sekolah itu sangat berpengaruh terhadap buku pelajaran yang dipilih. Seringkali siswa ditugaskan untuk membaca dan menggunakan buku teks dalam mempelajari materi yang akan disampaikan oleh guru. Banyak guru tidak menyadari kesalahan-kesalahan, baik itu penulisan huruf, pemakaian kata maupun tanda baca dalam buku teks yang digunakan siswa. 3 Buku teks adalah salah satu media penunjang kegiatan pembelajaran di sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang masih sering digunakan. Seperti diketahui penggunaan buku-buku teks pada setiap sekolah adalah hal yang dominan, hampir semua sekolah memiliki buku teks pedoman untuk menjadi pegangan setiap guru dan siswa/siswi. Setiap sekolah biasanya memiliki kepercayaan masingmasing terhadap isi buku yang diterbitkan oleh penerbit. Kenyataan yang terjadi, masih terdapat kesalahan dalam penulisan huruf, pemakaian kata, maupun penggunaan tanda baca pada buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang diterbitkan oleh para penerbit Indonesia maupun Kemendikbud. Oleh karena itu, guru harus memeriksa terlebih dahulu materi dan penggunaan EYD yang terdapat di dalam buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah “Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”. Dalam hal ini pentingnya penggunaan EYD dalam buku teks yang digunakan di sekolah mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. B. Identifikasi Masalah 1. Penulisan huruf dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013. 2. Penulisan kata dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013. 3. Penggunaan tanda baca dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013. C. Pembatasan Masalah 4 Berdasarkan identifikasi di atas, peneliti hanya membatasi pada Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang terdiri dari : 1. Penulisan huruf 2. Penulisan kata, dan 3. Penggunaan tanda baca pada buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas X kurikulum 2013 yang berjudul “Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik” karangan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2014, terdiri dari 222 halaman. D. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat kesalahan penulisan huruf dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ? 2. Apakah terdapat kesalahan penulisan kata dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ? 3. Apakah terdapat kesalahan penggunaan tanda baca dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk : 1. Menjelaskan kesalahan penulisan huruf pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013. 2. Menjelaskan kesalahan penulisan kata buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013. 3. Menjelaskan kesalahan penggunaan tanda baca pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013. F. Manfaat Penelitian 5 Manfaat untuk guru adalah bahwa guru harus memberi perhatian lebih lagi terhadap isi materi dan penggunaan EYD yang terdapat dalam buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang akan diajarkan kepada siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam pembelajaran. selain itu guru hendaknya menunjukkan kesalahan-kesalahan penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang terjadi dalam buku teks tersebut agar siswa dapat mengetahui dan mengerti penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang sesuai dengan EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Guru juga diharapkan untuk lebih sering memberikan pemahaman tentang penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunakan tanda baca pada siswa agar tidak terjadi lagi kesalahankesalahan tersebut yang diterapkan siswa ke dalam tulisan yang dibuat dan siswa mampu lebih terampil dalam menulis. Manfaat untuk sekolah dalam penelitian ini agar lebih mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam buku teks bahasa dan sastra Indonesia dan lebih teliti dalam memilih buku-buku yang akan menjadi pedoman bagi guru dan siswa dalam pembelajaran yang akan berlangsung di sekolah agar terjadinya pembelajaran yang optimal. Manfaat penelitian ini juga agar dapat mengurangi tingkat kesalahan pada cetakan buku teks yang menjadi panduan dalam pembelajaran siswa disekolah. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Analisis Kesalahan Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan mengungkapan bahwa, ―Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan itu‖.1 Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang disebut analisis kesalahan (anakes). Analisis kesalahan atau anakes mempunyai langkah-langkah kerja sebagai berikut: a) pengumpulan sampel kesalahan; b) pengidentifikasian kesalahan; c) penjelasan kesalahan; d) pengklasifikasian kesalahan; e) pengevaluasian kesalahan.2 Duskopa dan Rosaipal menyatakan sebagai berikut, ―Analisis kesalahan juga harus dapat (1) menganalisis sumber kesalahan dan (2) penentuan tingkat kekacauan yang disebabkan oleh kesalahan dalam hubungan dengan komunikasi dan norma-norma pemakaian. Fokus dan variabel kesalahan sudah harus ditentukan lebih dahulu agar peneliti atau guru bahasa tidak bekerja secara tidak menentu dan terarah‖.3 Nanik Setyawati mengungkapkan bahwa, ―Kesalahan Berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari 1 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1988), h. 68. 2 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Remedi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1984), h. 6. 3 Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 145. 7 faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia‖. norma 4 Mengaitkan kesalahan berbahasa dengan kegiatan berbahasa, seperti: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesalahan berbahasa yang terjadi pemakaian bahasa tertulis dan lisan mencakup : menyimak, berbicara, membaca, menulis, pragmatic, dan sosiolinguistik.5 Klasifikasi Kesalahan Berbahasa menurut Tarigan (1996/1997 : 48-49): a). Berdasarkan tataran linguistik, diklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa dapat kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis, (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana; b). Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis; c). Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis; d). Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi; dan e). Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.6 Jadi, analisis kesalahan adalah cara mengidentifikasi kesalahan dari datadata yang sudah dikumpulkan dan diklasifikasi dalam kelompok. 4 Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik, (Surakarta: Yama Pustaka, 2010), h. 15. 5 Sri Utari Subyakto Nababan, Analisis Kontranstif dan Kesalahan : Suatu Kajian Dari Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: PPS IKIP, 1994), h. 88. 6 Setyawati, op. cit., h. 19. 8 a. Analisis Buku Pelajaran Bahasa Nurhadi (1995: 395) menjelaskan bahwa prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa pendidikan mengacu pada penelitian aspek metodologis sebuah buku pelajaran bahasa atau tata bahasa pendidikan. Secara garis besar, prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa yang disarankan oleh Kizilirmak via Nurhadi (1995: 398), meliputi 1) analisis kebutuhan belajar bahasa siswa, 2) menentukan tujuan khusus, 3) menerapkan kriteria evaluasi, 4) menentukan score mentah, rata-rata, dan gambaran profil, 5) menggambarkan dan membandingkan dengan profil ideal, 6) menentukan keputusan: memakai atau tidak, dan 7) melangkah pada sikap selanjutnya, yaitu: mengubah, menambah, mengadaptasi, atau mengganti. Ketujuh prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa pendidikan tersebut dapat dirangkum dalam tiga tahap utama, yaitu tahap analisis, penyajian hasil analisis, dan evaluasi (Nurhadi, 1995: 396). Nurhadi menjelaskan tahap analisis meliputi menganalisis kebutuhan belajar siswa, menentukan tujuan khusus pengajaran bahasa, dan menerapkan kriteria evaluasi. Prosedur berikutnya adalah langkah penyajian hasil. Tahap ini ketika penganalisis menyajikan kesimpulan hasil analisisnya, sehingga laporan itu memiliki ‗daya baca‘. Langkah terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, adalah langkah memutuskan apakah sebuah buku memenuhi syarat pedagogis atau tidak; layak dipakai atau tidak; perlu direvisi atau tidak; diubah atau tidak; dibeli 9 atau tidak; dan sebagainya, bergantung pada tujuan akhir dari analisis yang dilakukan (Nurhadi, 1995: 420).7 2. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang lazim disebut EYD dinyatakan mulai berlaku sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 16 Agustus 1972. Peresmian yang diumumkan di dalam siding DPR itu diperkuat dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Bersamaan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, selanjutnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku di seluruh Indonesia.8 Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca9. Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Republik.EYD memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat, 7 Retno Kurniasari Widianingsih, Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira dan Erlangga, (Skripsi S1 Yogyakarta: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014), h. 14. 8 Mustakim, Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum, (Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 1996), h. 13. 9 E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: akademika Pressindo, 2010), h. 164. 10 dan penggunaan tanda baca. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk menstandarkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.10 Ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekadar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai sarananya.11 Ejaan adalah keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Pengertian tersebut kiranya sejalan dengan apa yang dirumuskan dalam KBBI (hlm. 250) yang menyatakan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.12 Menurut Harimurti Kridalaksana dalam kamus linguistik edisi keempat. ―Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan, yang lazimnya mempunyai 3 aspek yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca‖.13 Ejaan atau tata cara menulis bahasa Indonesia dengan huruf Latin untuk ketiga kali dibakukan secara resmi pada tahun 1972, setelah berlakunya Ejaan Van Ophuijsen (1901) dan Ejaan Soewandi (1974). Pada tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang menguraikan kaidah ejaan yang baru itu secara terinci dan lengkap.14 10 Ernawati Waridah, EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2009), h. iii. 11 Lamuddin Finoza, Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa, (Jakarta: Mawar Gempita, 1997), h. 11. 12 Yunita T. dkk, Karya Tulis Imliah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), h. 177. 13 Harimurti. Kridalaksana, Kamus Lingustik Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 54. 14 Hasan Alwi. dkk, Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), h. 16. 11 Ejaan yang Disempurnakan (EYD) merupakan ejaan yang menjadi penyempurna ejaan-ejaan sebelumnya. Jadi, ejaan adalah keseluruhan peraturan yang resmi dan dijadikan pedoman dalam setiap penulisan karya ilmiah untuk merujuk kepada bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagian besar makna kalimat dalam ragam lisan dipengaruhi oleh unsur nonbahasa seperti intonasi dan situasi. Dalam bahasa tulis, unsur bahasa seperti itu tidak ada.Unsur yang digunakan dalam bahasa tulis hanya huruf dan dan tanda baca. Oleh sebab itu, secara garis besarnya, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal sebagai berikut: a) Pemakaian huruf yang terdiri dari alphabet/abjad, vocal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri. b) Penulisan huruf yang terdiri dari huruf kapital dan huruf miring. c) Penulisan kata yang terdiri dari kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim, dan angka dan lambang bilangan. d) Penulisan unsur serapan yang membicarakan tata cara penulisan unsur serapan terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing. e) Pemakaian tanda baca yang berbicara tentang tanda titik (.), tanda koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (--), tanda ellipsis (…), tanda Tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ([]), tanda kurung siku ({}), tanda petik ganda (―…‖), tanda petik tunggal (‗…‘), tanda garis miring (/), tanda penyingkat/apostrof (‗).15 a. Penulisan Huruf Huruf yang ada dalam alphabet Latin hanya 26 buah, sedangkan jumlah fonem bahasa Indonesia ada 28 buah. Oleh karena itu, ada sebuah 15 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007), h. 20. 12 huruf yang digunakan untuk melambangkan dua buah fonem yang berbeda; dan ada juga digunakan gabungan dua buah huruf untuk melambangkan sebuah fonem.16 1. Penulisan Huruf Kapital a). Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya : Apa yang terjadi ? Ia menulis buku. Pengalaman itu sangat berharga. b). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya : Guru bertanya, ―Siapa yang tidur itu?‖ ―Kemarin dia berangkat,‖ katanya. ―Besok sore,‖ kata Ibu, ―Bapak akan berangkat‖. c). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan nama agama, Tuhan dan kita suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya : Islam Katolik Allah Yang Maha Adil Tuhan akan memberi rahmat kepada hamba-Nya. d). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. 16 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 38. 13 Misalnya : Haji Umar Sahid Nabi Musa Pangeran Antasari - Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya : Dia baru saja diangkat menjadi pangeran. Ia mendapat bintang mahaputra dari pemerintah. e). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan, yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya : Wakil Presiden Boediono Perdana Menteri Nehru - Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya : Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. Kegiatan itu direncanakan oleh Departemen Kehakiman Nasional. - Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau nama tempat. Misalnya : Siapa gubernur yang baru dilantik ? Batalyon itu dipimpin oleh brigadier jenderal. 14 f). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya : Dewi Sartika Halim Perdanakusuma Ampere Catatan : - Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran. Misalnya : 5 ampere - Dalam nama orang, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya : Abdullah bin Zaini - Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya : pascal seconds Pas N Newton g). Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya : Bangsa Indonesia 15 Suku Banjar17 h). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumentasi resmi. Misalnya : Warga dunia mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menengahi agresi Israel ke Palestina. i). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,ke,dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya : Aku baru saja membaca Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. j). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya : S.Hum. (Sarjana Humaniora) dan S.H. (Sarjana Hukum) Nn. Utami (Nona Utami)18 Jadi, penulisan huruf kapital adalah salah satu aturan yang terdapat di dalam Ejaan yang Disempurnakan yang harus ditaati cara penulisannya. 2. Penulisan Huruf Miring a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan 17 Tim Bahasa, Pedoman Lengkap EYD “Ejaan Yang Disempurnakan”, (Yogyakarta: Cahaya Atma, 2011), h. 9. 18 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: TransMedia, 2010), h. 10. 16 tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf miring ditandai dengan garis bawah satu. Misalnya: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan majalah Bahasa dan Kesustraan. Berita itu sudah saya abaca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata dan Republik. Catatan: Garis bawah satu, sebagai tanda kata yang dicetak miring, harus terputus-putus, kata demi kata. b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya: Kata daripada digunakan secara tepat dalam kalimat Penyelenggaraan Pemilu 1999 lebih baik daripada pemilu-pemilu sebelumnya. Buatlah kalimat dengan kata dukacita. c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata namanama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya. Misalnya: Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kata upgrading? Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangestana. Catatan: Sebenarnya, banyak penulisan huruf miring yang lain ataupun penandaan suatu maksud dengan memakai bentuk huruf tertentu (ditebalkan dan sebagainya). Akan tetapi, soal itu lebih menyangkut masalah tipografi pencetakan.19 19 E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, op. cit., h. 209. 17 b. Penulisan Kata 1. Kata Turunan (khususnya kata gabung berimbuhan) Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini! Tanggung jawab bertanggung jawab Garis bawah garis bawahi Bentuk dasar gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran (konfiks) ditulis serangkai. Tanggung jawab Tidak adil mempertanggungjawabkan ketidakadilan Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata tersebut ditulis serangkai. Perhatikan penulisan kata-kata berikut ini! Amoral Antarkota Adipati Narapidana Swadaya Ekstrakulikuler 2. Kata Depan (Preposisi) Kata depan dituliskan terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata). Misalnya: Lebih baik tinggal di sini daripada pergi ke daerah itu. Surat itu dikirimkan kepada orang tuanya di desa. Perhatikan penulisan kata-kata yang dicetak miring berikut ini! Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. 18 Baru saja dia masuk, kemudian keluar lagi. Kata depan dari dapat digunakan untuk menunjukkan pengertian ‗tempat‘ atau ‗asal yang ditinggalkan‘, ‗sejak‘, ‗asal atau bahan suatu benda‘, dan ‗di antara‘, sedangkan kata depan daripada digunakan untuk menyatakan ‗perbandingan‘ dua hal atau lebih tidak ada kata dari atau daripada yang berarti ‗milik‘. 3. Partikel Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini! Di manakah kau taruh barang berharga itu? Demikianlah maksud kedatangan saya. Partikel per dan pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Apa pun yang dimakannya, dia tetap kurus. Satu per satu mereka memasuki ruang pemeriksaan.20 4. Singkatan dan Akronim Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan, yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat—diikuti dengan tanda titik. Misalnya: Nn. Rosi Maria Adha Jend. Muhammad Fauzi 20 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 27. 19 b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atau huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: Dll. dan lain-lain Dsb. dan sebagainya Adapun untuk singkatan yang terdiri atas dua huruf, ditulis sebagai berikut. a.n. atas nama s.d. sampai dengan d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Cm sentimeter Kg kilogram Akronim Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau pun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. 20 a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia UIN Universitas Islam Negeri b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Mendagri Menteri Luar Negeri c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret serta seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: presiden direktur21 Presdir 5. Pemakaian Angka dan Lambang Bilangan Lambang bilangan dapat dinyatakan dengan angka, baik angka arab (0,1,2, dan seterusnya) maupun angka romawi (I,II,III, dan seterusnya). Angka arab digunakan untuk menyatakan: (1) Ukurang panjang. Berat, dan isi; (2) Satuan waktu; (3) Nilai uang; (4) Nomor rumah, apartemen, atau kamar pada alamat; (5) Nomor bagian-bagian dalam naskah dan karya tulis; (6) Jumlah dari suatu hal, barang, atau orang.22 a). Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya : 21 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, op. cit., h. 13. 22 Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia, (Malang: Bumi Aksara, 2008), h. 145. 21 Menurut hasil pertandingan sementara, Chelsea masih bertengger di posisi ke-4, menyusul Arsenal di posisi ke-3, Liverpool di posisi ke-2, dan MU di posisi pertama. b). Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan digunakan secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya : Kelas itu terdiri atas dua puluh orang. Panitia lomba membeli 70 pulpen, 140 pensil, dan 280 buku untuk persiapan hadiah. c). Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.Misalnya : Sepuluh tim terdaftar dalam lomba cerdas cermat itu. Lomba jalan santai itu diikuti oleh 140 peserta. d). Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, da nisi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, serta (iv) kuantitas. Misalnya : Tinggal minimal untuk menjadi pramugari adalah 160 sentimeter. Bibi membeli 3 kilogram beras. e). Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan , rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya : Jalan Kampus II no. 8 f). Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya : Surah Alfatihah: 1 22 g). Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. Bilangan utuh Sebelas 11 Bilangan pecahan Setengah ½ h). Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut. Barang antik itu berasal dari tahun 1700-an Harga baju di toko itu sekitar 50.000-an i). Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya : Kuis itu menjanjikan hadiah 500 juta rupiah. j). Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya : Ochi mengoleksi tiga puluh tas. k). Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya : Saldo terakhir di ATM-ku berjumlah Rp.49.999 (empat puluh sembilan ribu sembilan ratus rupiah)23. 23 Ibid, h. 15. sembilan puluh sembilan 23 Jadi, pemakaian angka dan bilangan adalah salah satu aturan yang terdapat di dalam Ejaan yang Disempurnakan yang harus ditaati cara pemakaiannya. 6. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya (Pronomina) Kata ganti ku-, kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Majalah itu boleh kubaca Kamarnya sedang diperbaiki Catatan: Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkai dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali huruf kapital. Misalnya: BPKB-nya KTP-ku Kata si dan sang kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Ibu itu membelikan sang suami sebuah computer. Surat itu diberikan kepada si penerima. Catatan: Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlukan sebagai unsur nama diri. Misalnya: Dalam cerita itu, Si Pitung berkelahi dengan penjajah. Petani itu marah sekali kepada Sang Kancil.24 24 Tim Bahasa, op. cit., h. 41. 24 7. Kata Ulang (Reduplikasi) kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan, kata ulang terbagi menjadi ke dalam empat jenis, yakni sebagai berikut. a. Kata ulang dasar (dwilingga) disebut pula perulangan utuh. Misalnya: mobil-mobil, gedung-gedung. b. Kata ulang berimbuhan adalah bentuk perulangan yang disertai proses pengimbuhan. Misalnya: padi-padian, mobil-mobilan. c. Kata ulang berubah bunyi (salin suara) adalah bentuk perulangan yang disertai dengan perubahan bunyi. Misalnya: sayur-mayur, mondar-mandir. d. Kata ulang sebagian (dwipurwa) adalah bentuk perulangan yang terjadi hanya pada sebagian bentuk dasar. Misalnya: pepohonan, melihat-lihat. 8. Kata Sandang (Artikula) Kata sandang adalah kata yang dipakai untuk membatasi kata benda. Kata sandang dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut. a. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar. Misalnya: si monyet, para guru. b. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari kata dasar (nomina deverbal). Misalnya: si terdakwa, si perampok. c. Kata sandang yang mendampingi kata ganti. Misalnya: si dia, sang aku. d. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif. Misalnya: kaum teraniaya, si tertuduh.25 25 Ernawati Waridah, op. cit,. h. 282. 25 c. Penggunaan Tanda Baca Tanda baca menurut Kusno Budi Santoso adalah ―suatu alat kalimat yang berupa tanda-tanda ekstra lingual seperti koma (,), titik (.), tanda seru (!), dan sebagainya yang sangat besar peranannya dalam menentukan makna kalimat‖.26 Tanda baca merupakan pengganti intonasi, nada, dan tekanan yang muncul dalam ragam lisan. Tanda baca dapat membantu pembaca untuk memahami jalan pikiran penulisnya. Alangkah sulitnya kita memahami suatu tulisan yang tidak dilengkapi dengan tanda baca.27 Pemakaian tanda baca dalam ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan mencakup pengaturan tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda hubung,tanda pisah, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda ulang, tanda garis miring, dan penyingkat28. Jadi, tanda baca merupakan alat yang dipergunakan dalam kalimat yang berupa tanda ekstra lingual, seperti tanda titik, tanda koma, tanda Tanya, dan sebagainya. Gunanya untuk menjadi pembatas atau penjeda dalam kata maupun kalimat. a) Tanda Titik (.) a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Hari ini tanggal 6 April 2008. 26 Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Prktis Bahasa Baku, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 128. 27 Felicia N. Utorodewo, Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, (Depok: Universitas Indonesia, 2006), h. 125. 28 E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, op. cit., h. 197. 26 b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: III. Departemen Dalam Negeri A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat jenderal Agraria 1. …. 1. Patokan umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik Catatan : tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) e. tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. 27 Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara, Weltevredan: Balai Poestaka. f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpendudukan 24.200 orang. Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara kunjungan Adam Malik Bentuk dan Kebudayaan (Bab 1 UUD 1945) h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya: Jalan di Ponegoro 82 Jakarta (tanda titik) Yth.Sdr. Moh. Hasan (tanda titik) Jalan Arif 41 (tanda titik) Atau: Kantor Penempatan Kerja (tanda titik) b). Tanda Koma (,) a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian 28 atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli tas, pena, dan tinta. Satu, dua, …..tiga! b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata hubung seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim. c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. Dia lupa akan janjinya karena sibuk. d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan pengubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh Karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, danakan tetapi. Misalnya: ….Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. …. Jadi, soalnya tidak semudah itu. e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata ibu, ―Saya gembira sekali.‖ 29 ―Saya gembira sekali,‖ kata ibu,‖karena kamu lulus.‖ f. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: C. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. g. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki yang makan sirih. h. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya, nanti jauh. i. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagianbagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta. Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 Mei 1960 j. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.Jilid 1 dan. Djakarta: PT Pustaka Rakjat. 30 k. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: W.J.S Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karangmengarang (Yogyakarta; UP Indonesia, 1967), hlm. 4. l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m Rp. 12,50 m. Tanda koma dipakai –untuk menghindari salah baca-di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus. n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan letikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: ―Di mana Saudara tinggal? ‖ tanya Karim. ―Berdiri lurus-lurus!‖ perintahnya. c). Tanda Titik Dua (:) a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. 31 Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan ekonomi perusahaan. b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan Tempat Sidang : Ruang 104 Pengantar Acara : Bambang S. Hari : Senin Waktu : 09.30 c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : (meletakkan beberapa kopor) ―Bawa kopor ini, Mir!‖ Amir : ―Baik, Bu‖ (mrngangkat kopor dan masuk) Ibu : ―Jangan lupa. Letakkan baik-baik!‖ (duduk di kursi besar) d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. 32 Misalnya: Tempo, 1 (1971), 34:7 Surah Yasin: 9 Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. d). Tanda Titik Koma (;) Tanda titik koma (;) dapat digunakan: a. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai juga. b. Untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk di dapur; adik menghafalkan pelajarannya; saya sendiri sedang mendengarkan radio.29 e). Tanda Hubung (-) a. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. 29 Chaer, op. cit,. h. 76. 33 b. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (ii) penghilang bagian kelompok kata. Misalnya: Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial. Bandingkan dengan: Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 2500), tanggung jawab dan kesetiakawanan social c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf capital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf capital dengan imbuhan atau kata, atau (v) nama jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, d. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing. Misalnya: Di-smash, pen-tackle-an e. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ada juga ca-ra yang baru. Suku kata yang berupa vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. Misalnya: Beberapa pendapat mengenai masalah itu Telah disampaikan…. Atau 34 Beberapa pendapat mengenai masalah Itu telah disampaikan…. Bukan Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan …. f. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Misalnya: Kami ada cara yang baru untuk mengukur panas kukuran baru itu memudahkan kita mengukur kelapa akhiran –i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. g. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal30. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973 f). Tanda Pisah (—) a. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan. 30 Ernawati Waridah, op. cit,. h. 37. 35 Keberhasilan itu—saya yakin—dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras. b. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain, sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. Gerakan pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat sumpah pemuda—harus terus di tingkatkan. c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ―sampai dengan‖ atau ―sampai ke‖. Misalnya: Tahun 1928—2008 Jakarta—Bandung Catatan: 1. Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat. Misalnya: Kita memerlukan alat tulis-pena, pensil dan kertas. 2. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. g). Tanda Elipsis (…) Tanda ellipsis berupa tiga buah titik (…) digunakan untuk menunjukkan adanya bagian-bagian kalimat yang dihilangkan. Misalnya: 36 Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut. Catatan: Kalau tanda ellipsis itu berada pada akhir kalimat, maka ditambah satu titik lagi, yaitu titik yang menyatakan berakhirnya kalimat itu; jadi, semuanya ada empat buah titik. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hatihati…. h). Tanda Tanya (?) Tanda Tanya (?) digunakan: a. Pada akhir kalimat tanya Misalnya: Siapa namamu? Anda sudah tahu, bukan? b. Untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya (dalam hal ini tanda Tanya itu diapit oleh tanda kurung). Misalnya: Dia dilahirkan tahun 1918 (?) di Jakarta. Ayahnya bekerja di kantor pos (?) i). Tanda Seru (!) 37 Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menyatakan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah besarnya kapal itu! Merdeka! j). Tanda Kurung (()) Tanda kurung digunakan: a. Untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Kami mengunjungi Monas (Monumen Nasional) Hadir juga dalam acara itu Letjen (Purnawirawan) T.B. Simatupang. b. Untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sajaknya yang bejudul ―Ubud‖ (nama tempat terkenal di pulau Bali) ditulis pada tahun 1962. Dia pindah ke Genteng (Kota kecil dekat Banyuwangi, Jawa Timur) mengikuti orang tuanya. c. Untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan, tanpa kurung buka. Misalnya: Factor-faktor produksi meyangkut masalah berikut: 38 1) Alam 2) Tenaga kerja; dan 3) Modal. k). Tanda Kurung Siku ( [ ] ) Tanda kurung siku ( [ ] ) digunakan: a. Untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi, atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Sang Sapurba [d]engar bunyi gemerisik. b. Untuk mengapit keterangan di dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya: … (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab 1] tidak dibicarakan) …. l). Tanda Petik (―…‖) Tanda petik (―…‖) digunakan: a. Untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. Misalnya: 39 Kata ayah, ―Saya akan datang.‖ ―Saya belum siap,‖ jawab Nita, ―tunggu sebentar.‖ b. Untuk mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai di dalam kalimat. Misalnya: Sajak ―Aku‖ karangan Chairil Anwar terdapat pada halaman terakhir buku itu. c. Untuk istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara ―coba dan ralat‖ saja. Catatan: a. Tanda petik penutup terletak di belakang tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya: Kata adik, ―Saya mau makan.‖ b. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti kusus. Misalnya: Karena perutnya besar, ia mendapat julukan ―Si Gendut‖. m). Tanda Petik Tunggal (‗…‘) 40 Tanda petik tungga dipakai: a. Untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain. Misalnya: Tanya Basri, ―Kau dengarkah bunyi ‗kring-kring‘ tadi?‖ b. Untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata, atau ungkapan asing. Misalnya: Rate of inflation ‗laju inflasi‘ n). Tanda Garis Miring (/) Tanda garis miring digunakan: a. Dalam penomoran kode surat. Misalnya: No. 07/PR/1976 b. Sebagai pengganti kata dan, per, atau nomor pada alamat. Mahasiswa/mahasiswi o). Tanda Penyingkat (apostrof) Tanda penyingkat (apostrof) digunakan sebagai tanda adanya penghilangan bagian kata. Misalnya: Ali ‗kan kutemui (‗kan = akan) Malam ‗tlah larut (‗lah = telah)31 31 Chaer, op. cit,. h. 84. 41 Jadi, tanda baca adalah salah satu aturan yang terdapat di dalam Ejaan yang Disempurnakan yang harus ditaati cara penggunaanya. Tanda baca yang terdiri dari 15 tanda diantaranya tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda petik, tanda petik tunggal. 3. Buku Teks (Text Book) a. Pengertian Buku Teks (Text Book) A. J. Loveridge bersama tiga rekannya dalam buku Preparing Textbook Manuscripts: A Guide for Authors in Developing Countries (1970) memberikan definisi textbook sebagai berikut: ―Buku pelajaran adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah dipilih mengenai mata pelajaran tertentu dan disusun secara sistematis untuk dipahami.‖32 Minto Rahayu mengungkapkan bahwa, ‖Buku teks (Textbook) merupakan tulisan ilmiah yang mempunyai sumber bahan pustaka dan dipergunakan untuk keperluan pendidikan dan pengajaran‖.33 Buku pada dasarnya adalah suatu karangan berisi gagasan seseorang yang dicetak pada lembaran-lembaran yang dijahit/dilekatkan dengan diberi sampul sehingga memiliki bentuk wajah dan susunan fisik tertentu. Untuk memberikan pemahaman lebih luas dapatlah dikutipkan definisi tentang buku yang dirumuskan oleh para ahli luar negeri. ―A unit of publication, either bibliographically independent. Or a volume in a series published under the same title.‖ (Suatu satuan terbitan, baik yang secara bibliografis berdiri sendiri atau suatu jilid dalam suatu seri yang diterbitkan di bawah judul yang sama.) 32 33 The Liang Gie, Terampil Mengarang, (Yogyakarta: ANDI, 2002), h. 143. Minto Rahayu, Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 30. 42 (Dari Educational Technology: Definition and Glossary of Terms, Volume 1, 1977.34 Presiden suatu universitas Carl R. Woodward (dimuat dalam buku Alfred Stefferud, ed., The Wonderful World of Books, 1953) merumuskan peranan buku demikian: ―Books are the instruments for perpetuating the body of knowledge painfully and slowly accumulated through the ages of man. Through them cultural resources of mankind become the birthright of the generations to come.‖ (Buku-buku merupakan peralatan untuk mengekalkan kumpulan pengetahuan yang secara susah payah dan perlahan-lahan dihimpun selama abad-abad hidup manusia. Melaluinya sumber daya budaya umat manusia menjadi hak waris angkatan-angkatan mendatang.)35 Ada yang mengatakan bahwa ―buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun buat maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional‖ (Hall Quest, 1915). Ahli yang lain menjelaskan bahwa ―buku teks adalah buku standar/buku setiap cabang khusus studi‖. (Lange, 1940). Ahli yang lain mengemukakan bahwa ―buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapakan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu‖.(Bacom, 1935). Menurut Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, ―Buku teks merupakan buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidang itu dan mudah dipakai di sekolah-sekolah sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran‖.36 34 Gie. op. cit., h. 131. Gie, op. cit., h. 132. 36 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 13. 35 43 Menurut Chambliss dan Calfee (1998), ―Buku teks adalah alat bantu siswa untuk memahami dan belajar dari hal-hal yang dibaca dan untuk memahami dunia (di luar dirinya)‖. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa ―buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan‖.37 Bahasa buku, apalagi buku pelajaran, harusnya menggunakan bahasa baku, bahasa standar. Keberhasilan pengajaran di sekolah sebagian besar ditentukan oleh sang guru yang mengajar. Bagaimanapun lengkapnya sarana, apabila guru kurang pandai menyajikan pelajaran, hasilnya akan tidak memuaskan. Buku-buku pelajaran yang ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menjadi salah satu factor penunjang dalam keberhasilan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Kita mengakui masih banyak buku yang dipakai di sekolah-sekolah sebagai buku pelajaran ditulis dengan bahasa yang kurang baik. Buku-buku yang ditulis oleh perseorangan yang dipakai baik oleh guru maupun oleh murid banyak yang harus diperbaiki lagi bahasanya. Tanpa perbaikan bahasa, sebaiknya buku-buku seperti itu dilarang peredarannya oleh yang berwenang. Gagasan bahwa tiap buku yang akan diterbitkan oleh setiap penerbit harus diteliti bahasanya, kemudian diperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya, merupakan suatu gagasan yang baik sekali. Seorang penyunting bahasa haruslah memperhatikan: 1) susunan kalimat yang baik; 2) bentukan kata yang tepat; 3) penggunaan ungkapan secara tepat; 4) pemilihan kata secara tepat dilihat dari segi makna; 5) penggunaan 37 Masnur Muslich, ―Hakikat dan Fungsi Buku Teks‖, http://masnurmuslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html diakses tgl 21 Agustus 2015 12.18 WIB 44 istilah secara tepat; 6) penulisan alinea secara tepat; 7) penggunaan tanda baca sesuai dengan aturan ejaan umum yang berlaku.38 Jadi, berdasarkan beberapa pengertian tersebut, buku teks merupakan buku pelajaran yang menjadi pegangan siswa/mahasiswa yang digunakan dalam mempelajari bidang studi tertentu, disusun dan distandarkan oleh pakarnya dengan maksud dan tujuan intruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan mudah dipahami. b. Struktur Buku Teks Buku pelajaran sebagai suatu karangan ilmiah yang memuat bahan pelajaran memiliki susunan fisik tertentu. Bagian-bagian buku yang membentuk susunan fisik itu meliputi: a. Judul Buku yang diterbitkan mempunyai judul berupa nama yang menyatakan secara singkat apa yang merupakan isi buku. Judul diperlukan untuk pendaftaran ciptaan, perjanjian penerbitan, pencatatan daftar buku maupun untuk keperluan penggolongan karangan dan pembuatan kartu catalog pada perpustakaan. b. Pagina judul Pagina judul adalah suatu halaman pada awal buku yang mencantumkan secara lengkap keterangan-keterangan berupa judul selengkapnya dari buku, nama pengarang dari buku, edisi dan cetakulang yang ke berapa, dan keterangan mengenai penerbit buku. c. Kata persembahan 38 J.S. Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 1993), h. 37. 45 Dedication atau kata persembahan dapat berwujud sebuah ungkapan pendek atau serangkaian kalimat yang merupakan suatu alinea yang cukup panjang. d. Prakata Prakata berisi penjelasan dari pengarang kepada para pembaca dengan bahasa yang tidak terlampau resmi dan dalam nada sebagai sahabat. e. Kata pendahuluan Kata pendahuluan merupakan semacam prakata yang ditulis oleh seseorang lain yang bukan pengarang dari buku yang bersangkutan. f. Ucapan penghargaan Bilamana orang-orang atau badan-badan yang memberikan bantuan kepada seorang pengarang dalam pengumpulan bahan, penulisan naskah, atau penyempurnaan buku cukup banyak dan perlu disebut satu demi satu, pengarang dapat menyediakan halaman tersendiri untuk menuliskan kata-kata penghargaan atau ucapan terima kasih. g. Pengantar Pengantar merupakan pembahasan awal yang sudah termasuk dalam bagian isi buku. h. Daftar isi Daftar isi mencatat secara urut pembagian dan perinci buku yang bersangkutan dalam bagian (part), bab (chapter), sampai paragraph (section).P i. Judul bab 46 Karya tulis ilmiah dan buku pelajaran harus dibagi dalam sejumlah bab atau rincian lainnya sesuai dengan luasnya materi yang dipaparkan. j. Daftar bacaan Bibliografi adalah suatu daftar yang mencantumkan segenap sumber bacaan (buku dan artikel) yang digunakan oleh pengarang dalam menulis bukunya. k. Daftar istilah Bagi buku pelajaran yang cukup luas dan menyangkut banyak istilah ilmiah atau perkataan teknis, pengarang sebaiknya menyusun sebuah daftar istilah. Daftar itu dapat memuat istilah-istilah Indonesia saja atau istilah asing (misalnya bahasa Inggris) dengan terjemahannya dalam kata Indonesia. Istilah-istilah harus diurutkan menurut abjad dari A sampai Z. l. Lampiran Lampiran adalah bahan-bahan yang ditambahkan pada isi buku. m. Indeks39 Indeks adalah istilah/konsep/topik suatu dan daftar nama menurut urutan tokoh/ahli/penulis abjad dari lain yang diperbincangkan dalam buku yang bersangkutan dengan disertai nomor pagina yang memuat perbincangan itu. Dengan demikian, struktur buku teks berisi bagian-bagian buku yang dirangkai menjadi susunan fisik sebuah buku. 39 Gie, op. cit., h. 134. 47 c. Fungsi Buku Teks Greene dan Petty dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan lebih jauh menyebutkan beberapa peranan buku teks, yaitu: a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan betahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional d. Menyajikan bersama-sama mendampinginya, mengenai dengan buku metode-metode manual dan yang sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para siswa e. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. f. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna40. Beberapa peranan buku teks dalam pengajaran selain yang tertera di atas, antara lain: a. Buku teks sebagai pengisi bahan haruslah menampilkan sumber bahan mantap, susunannya teratur dan sistematis. b. Bahan yang terkandung dalam buku teks hendaknya tersusun rapi. c. Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi syarat-syarat tertentu. d. Buku teks juga sebaiknya menyajikan bahan secara mendalam. e. Di samping sebagai sumber bahan, buku teks juga berperan sebagai sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remedial. 40 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 17. 48 Buku mempunyai berbagai macam fungsi atau peranan dalam dunia pendidikan, buku sangat bermanfaat bukan hanya untuk siswa melainkan untuk semua orang yang membacanya. b. Kualitas Buku Teks Sebuah buku teks dikatakan berkualitas baik apabila buku tersebut memenuhi sebelas butir kriteria dibawah ini: a. Sudut pandangan (point of view) b. Kejelasan konsep c. Relevan dengan kurikulum d. Menarik minat e. Menumbuhkan motivasi f. Menstimulasi aktivitas g. Ilustratif h. Komunikatif i. Menunjang mata pelajaran lain j. Menghargai perbedaan individu k. Memantapkan nilai-nilai41 Kualitas buku sangat ditentukan dari materi apa yang disampaikan di dalam buku tersebut, pentingnya menciptakan buku yang kreatif dan inovatif dalam setiap materi akan menumbuhkan motivasi dan semangat bagi yang membacanya. c. Keterbatasan Buku Teks Greence dan Petty telah mengidentifikasi keterbatasan buku teks. Keterbatasan buku teks itu, antara lain: a. Buku teks itu sendiri tidaklah mengajar (walaupun beberapa kegiatan belajar dapat dicapai dengan membacanya) tetapi merupakan suatu sarana pengajaran. 41 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op. cit., h. 23. 49 b. Isi yang disajikan sebagai perangkat-perangkat kegiatan belajar dipadu secara artificial atau secara buatan saja bagi setiap kelas tertentu. c. Pelatihan-pelatihan dan tugas-tugas praktis agaknya kurang memadai karena keterbatasan-keterbatasan dalam ukuran buku teks dan dikarenakan begitu banyaknya praktik-praktik, pelatihan yang perlu dilaksanakan secara perbuatan. d. Sarana-sarana pengajaran juga sangat sedikit dan singkat karena keterbatasan-keterbatasan ruang, tempat, atau wadah yang tersedia di dalamnya. e. Pertolongan-pertolongan atau bantuan-bantuan yang berkaitan dengan evaluasi hanyalah bersifat sugestif dan tidaklah mengevaluasi keseluruhan yang diinginkan.42 Buku merupakan suatu sarana pengajaran, buku bukanlah guru yang bisa secara leluasa menyampaikan maksud dan tujuan tertentu. Dalam keterbatasan itulah buku tidak selalu bisa dijadikan tolak ukur dalam mengevaluasi setiap pembelajaran. B. Penelitian yang Relevan Muhriji (2012), mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, melakukan penelitian tanda mengenai ―Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI MA AlKhaeriyah Karang Tengah Cilegon, Banten Tahun Pelajaran 2012/2013‖. Masih banyak terjadi kesalahan tanda baca pada karangan narasi yang di buat oleh siswa. Sehingga di butuhkan metode yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang menulis tanda baca yang sesuai dengan EYD. Dan di butuhkan perhatian dan motivasi dari guru untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan tentang tanda baca yang dimiliki siswa. Penelitian penulis 42 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op. cit., h. 26. 50 berbeda dengan penelitian Muhriji yang fokus meneliti penggunaan tanda baca dalam karangan narasi yang ditulis oleh siswa. Sedangkan penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks yang digunakan di sekolah. Retno Kurniasari Widianingsih (2014), mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, melakukan penelitian mengenai ―Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira dan Erlangga‖. Masih banyak terjadi kesalahan dalam kedua buku tersebut, sehingga dibutuhkan ketelitian yang lebih lagi untuk setiap buku yang akan terbit. Penelitian penulis berbeda dengan penelitian Retno Kurniasari Widianingsih yang fokus meneliti ejaan pada buku teks SD terbitan Yudhistira dan Erlangga. Penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks SMA terbitan Kemendikbud. Widyaningsih (2009), Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta melakukan penelitian yang berjudul ―Kesalahan Ejaan dan Ketidakbakuan Kata pada Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009‖ menyatakan bahwa kesalahan yang dibuat siswa sebagian besar terletak pada pemakaian huruf kapital, tanda baca, kata depan, singkatan, dan kata tidak baku. Kesalahan disebabkan ketidaktahuan siswa akan pembatasan kaidah-kaidah kebahasaan. Penelitian penulis berbeda dengan penelitian Widyaningsih yang fokus meneliti ejaan dan ketidakbakuan kata pada karangan argumentasi yang ditulis oleh siswa. Penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks yang digunakan di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhriji, Retno Kurniasari Widianingsih, dan Widyaningsih. 51 Penelitian yang dilakukan oleh Muhriji subjeknya adalah karangan narasi yang ditulis oleh siswa dan objeknya adalah tanda baca yang terdapat di dalam karangan narasi tersebut. Penelitian yang dilakukan Retno Kurniasari Widianingsih subjeknya adalah buku teks pelajaran Bahasa Indonesia dan objeknya adalah buku teks bahasa Indonesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih subjeknya adalah karangan argumentasi yang ditulis oleh siswa dan objeknya adalah ejaan dan ketidakbakuan kata dalam karangan argumentasi tersebut. Berbeda dengan ketiga penelitian yang dilakukan oleh Muhriji, Retno Kurniasari Widianingsih dan Widyaningsih. Peneliti melakukan penelitian mengenai analisis kesalahan EYD pada buku teks bahasa Indonesia yang digunakan di sekolah. Dalam penelitian ini subjeknya adalah buku teks bahasa dan sastra Indonesia yang digunakan di sekolah dan objeknya adalah Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Dari penelitian di atas, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai analisis kesalahan EYD. Hasilnya menunjukkan masih terdapat banyak kesalahan dalam penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang terdiri dari penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis kesalahan EYD masih sangat menarik untuk dilakukan. Penelitian ini membahas tentang ―Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013‖. Penulis melakukan penelitian ini, dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan & Taylor (1990) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan berprilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).43 Oleh karena itu, setelah dilakukan penelitian, diharapkan agar seluruh pengguna EYD meningkatkan pehamaman tentang 43 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta, Bumi Aksara: 2013), h. 82. 52 aturan-aturan EYD yang telah ditetapkan dan menggunakan EYD sesuai aturan yang berlaku. 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Parung Bogor kelas X kurikulum 2013, tahun pelajaran 2014/2015. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah huruf, kata, dan tanda baca yang terdapat dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan & Taylor (1990) adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berprilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh)”.1 Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.2 Riset kualitatif dianggap kurang dapat direproduksi, artinya riset tersebut sangat bersifat pribadi bagi peneliti, sehingga tidak ada jaminan bahwa peneliti lain tidak akan menghasilkan kesimpulan yang sama sekali bertentangan dengan kesimpulan peneliti pertama.3 Menurut Bogdan dan Biklen “penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar 1 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta, Bumi Aksara: 2013), h. 82. 2 Lexy J. Moleong, metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 11. 3 Dr. dr. H. Boy S. Sabarguna. Mars, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UIPress, 2005), h. 13. 54 daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi”.4 Penelitian dengan metode kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk menjelaskan kesalahan peggunaan huruf, kata, dan tanda baca yang terdapat dalam buku teks bahasa dan sastra Indonesia. Adapun langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian adalah: 1. Menentukan buku teks bahasa dan sastra Indonesia yang biasa dipakai oleh sekolah SMAN 1 Parung. 2. Menentukan fokus penelitian, yakni menelaah penggunaan huruf, kata, dan tanda baca pada buku teks bahasa dan sastra Indonesia. 3. Menganalisis objek penelitian, dan 4. Menyusun dan membuat laporan penelitian. C. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik studi dokumentasi atau kajian kepustakaan (library search), yakni teknik pengumpulan data melalui pengumpulan sumber-sumber yang dapat membantu penulis dalam menganalisis dan mengurai objek yang diteliti. Riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih daripada sekedar melayani fungsifungsi yang disebutkan di atas. riset pustaka sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya 4 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 3. 55 riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan.5 Teknik kajian pustaka biasa dilakukan dengan cara mencari buku-buku dan artikel maupun dokumen lain yang dapat membantu dan memberikan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian bagi penulis. Teknik dokumentasi direalisasikan atau diterapkan dengan tiga langkah berikut ini: a. Teknik Inventarisasi, dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan sejumlah data dalam hal ini adalah buku teks bahasa dan sastra Indonesia, yang menjadi sumber data penelitian. b. Teknik Baca Simak, dilakukan dengan seksama terhadap huruf, kata, dan tanda baca yang terdapat dalam buku teks bahasa dan sastra Indonesia. Teknik ini dilakukan berulang-ulang untuk memeroleh data yang akurat. data ini berkenaan dengan seluruh huruf, kata, dan tanda baca yang terdapat dalam buku teks bahasa dan sastra Indonesia tersebut. c. Teknik Pencatatan, setelah melakukan baca simak. Hasil yang diperoleh dicatat dalam kartu data atau dalam buku. Fokus yang dicatat berupa kesalahan huruf, kata, dan tanda baca yang terjadi pada buku teks tersebut. d. Penulis juga membaca berbagai sumber, baik itu dari artikel, buku, dan skripsi yang berkaitan dengan judul dan tema yang penulis analisis. D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik pengolahan data kesalahan mencakup : a. Pengumpulan data; b. Identifikasi kesalahan; 5 Mestika ZED, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 1. 56 c. Klasifikasi atau pengelompokkan kesalahan; d. Pernyataan tentang frekuensi tipe kesalahan.6 2. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang peneliti gunakan yaitu teknis analisis kualitatif deskriptif. Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi, kemudian dilengkapi dengan persentase. Dalam hal ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut. P= F x 100% N Keterangan : P = Persentase (%) F = Frekuensi kesalahan N = Jumlah kesalahan EYD dalam buku7 Setelah didapatkan hasil persentase, maka untuk mengetahui persentase kesalahan EYD yang terdapat di dalam buku teks tersebut, dapat dilihat berdasarkan kriteria di bawah ini: NO Persentase Kriteria 1. 0% - 20% Baik Sekali 2. 21% - 40% Baik 3. 41% - 60% Cukup 4. 61% - 80% Buruk 5. 81% - 100% Buruk Sekali 6 Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 145. 7 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 43. 57 E. Intrumen Penelitian Dikarenakan pendekatan ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, maka instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Peneliti fokus pada buku teks yang dianalisis secara mendalam dan komprehensif. 58 BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data yang disajikan penulis ini, berupa klasifikasi jenis kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 diantaranya: kesalahan penulisan huruf kapital, kesalahan penulisan huruf miring, kesalahan penulisan angka dan bilangan, kesalahan penggunaan tanda titik, kesalahan penggunaan tanda koma, kesalahan penggunaan tanda hubung, kesalahan penggunaan tanda titik dua, kesalahan penggunaan tanda pisah, kesalahan penggunaan tanda kurung, kesalahan penggunaan tanda kurung siku, dan kesalahan penggunaan tanda petik tunggal. TABEL 4.1. “Klasifikasi Jenis Kesalahan pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” No Halaman Jenis Kesalahan Jumlah 1. Iii A1 6 A2 - A3 - A4 - A5 - A6 - A7 - A8 - A9 - A10 A11 - 2. v - 1 - - - - - - - - - 1 3. vii 2 - - - - - - - - - - 2 4. 4 - - - - - 1 - 1 - - - 2 5. 6 - - - - - 1 - - - - - 1 6. 7 - - - - 2 1 - - - - - 3 7. 8 - - - - - 3 - - - - - 3 6 59 - - - - 1 - 1 - - - - - - - 1 - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - 1 - - - - - - - 1 - - 1 1 - - - - - - - - - - 1 40 - - - - 1 - - - - - - 1 15. 45 1 - - - - - - - - - 1 16. 46 - - - 1 - - - - - - - 1 17. 48 - - - - - - 1 - - - - 1 18. 54 1 - - - - - - - - - - 1 19. 56 2 - - - - - - - - - - 2 20. 57 - - - - - - - 1 - - - 1 21. 65 26 - 1 - - - - - - - - 27 22. 66 43 - 1 - - - - - - - - 44 23. 67 3 - - - - - - - - - - 3 24. 71 2 - - - - - - - - - - 2 25. 72 1 - - - - - - - - - - 1 26. 73 3 - - - - - - - - - - 3 27. 76 - - - 2 - - - - - - - 2 8. 12 - - - - 9. 17 - - - 1 10. 20 2 - - 11. 25 1 - 12. 35 - 13. 37 14. 60 28. 77 3 - - 2 - - - - - - - 5 29. 78 5 - - 5 - - - - - - - 10 30. 81 1 - - - - - - - - - - 1 31. 82 1 - - - - - - - - - - 1 32. 94 1 - - - - - - - - - - 1 33. 95 1 - - - - - - - - - - 1 34. 105 - - - 5 - - - - - - - 5 35. 109 1 - - - - - - 1 - - - 2 36. 116 2 - - - - - - - - - - 2 37. 118 3 - - - - - - - - - - 3 38. 121 1 - - - - - - - - - - 1 39. 129 - - - 2 - - - - - - - 2 40. 132 2 - - - - - - - - - - 2 41. 133 - - 3 - - - - - - - - 3 42. 135 1 - 1 - - - - - - - - 2 43. 137 2 - - - - - - - - - - 2 44. 140 - - - 12 - - - - - - - 12 45. 141 - - - 7 - - - - - - - 7 46. 145 1 - - - - - - - - - - 1 47. 146 1 - - - - - - - - - - 1 61 48. 149 - - - - 1 - - - - - - 1 49. 153 - - - 1 - - - - - - - 1 50. 154 4 - - - - 1 - - - - - 5 51. 156 1 - - - - - - - - - - 1 52. 158 1 - - - - - - - - - - 1 53. 160 3 - - - - - - - - - - 3 54. 161 1 - - - - - - - - - - 1 55. 164 1 - - - - - - - - - - 1 56. 165 1 - - - - - - - - - - 1 57. 167 1 - - - - - - - - - - 1 58. 169 - - - - 1 - - - - - - 1 59. 170 - - - - - 1 - - - - - 1 60. 175 - - - 1 - - - - - - 1 2 61. 182 - - - - - 1 - - - - - 1 62. 183 - - - 2 - 1 - - - - - 3 63. 187 - - - - - - 2 - - - - 2 64. 191 - - - 1 - - - - - - - 1 65. 194 - - - 1 - - - - - - - 1 66. 209 - - - 2 - - - - - - - 2 67. 213 1 - - - - - - - - - - 1 62 68. 216 - - - - - - 2 - - - - 2 69. 217 - - - - - - 3 - - - - 3 70. 218 - - - 5 - - 1 - - - - 6 71. 219 - - - - - - 3 - - - - 3 72. 220 - - - - - - 3 - - - - 3 73. 221 - - - - - - 1 - - - - 1 134 1 6 50 5 10 16 3 1 1 1 228 Jumlah Keterangan : A1 = Kesalahan penulisan huruf kapital. A2 = Kesalahan penulisan huruf miring. A3 = Kesalahan penulisan angka dan bilangan. A4 = Kesalahan penggunaan tanda titik. A5 = Kesalahan penggunaan tanda koma. A6 = Kesalahan penggunaan tanda hubung. A7 = Kesalahan penggunaan tanda titik dua. A8 = Kesalahan penggunaan tanda pisah. A9 = Kesalahan penggunaan tanda kurung. A10 = Kesalahan penggunaan tanda kurung siku. A11 = Kesalahan penggunaan tanda petik tunggal. 63 B. Analisis Data TABEL 4.2. “Analisis Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” No Analisis Kesalahan Penulisan Huruf (Huruf Kapital) 1. Data: Sejalan dengan peran itu, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang Pendidikan Menengah Kelas X yang disajikan dalam buku ini disusun dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan Bahasa Indonesia sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Bahasa”, “Pendidikan”, “Menengah”, dan “Kelas” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Karena dalam EYD, huruf kapital digunakan pada kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa. Perbaikan: Sejalan dengan peran itu, pembelajaran bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan menengah kelas X yang disajikan dalam buku ini disusun dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan bahasa Indonesia sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran. 2. Data: Tahap pembangunan teks secara bersama-sama dilaksanakan pada Kegiatan 2. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Kegiatan” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Karena dalam EYD, huruf kapital digunakan pada kata yang terletak di awal kalimat dan kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa. Perbaikan: Tahap pembangunan teks secara bersama-sama dilaksanakan pada kegiatan 2. 3. Data: Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua RT dilaksanakan oleh suatu 64 Panitia yang dibentuk oleh Lurah dengan Keputusan Camat berdasarkan usulan dari para Kepala Keluarga di lingkungan RT setempat. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Ketua”, “Wakil”, “Panitia”, “Lurah”, “Keputusan”, “Camat”, dan “Kepala Keluarga” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Dalam EYD, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata yang menyatakan gelar kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan, yang diikuti dengan nama orang dan sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang. Perbaikan: Pemilihan ketua dan wakil ketua RT dilaksanakan oleh suatu panitia yang dibentuk oleh lurah dengan keputusan camat berdasarkan usulan dari para kepala keluarga di lingkungan RT setempat. 4. Data: Apakah yang ditempuh oleh Pemerintah agar syarat itu terpenuhi? Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Pemerintah” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Dalam EYD, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata yang menyatakan gelar kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan, yang diikuti dengan nama orang dan sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang. Perbaikan: Apakah yang ditempuh oleh pemerintah agar syarat itu terpenuhi? 5. Data: Ekonomi Indonesia Akan Melampaui Jerman Dan Inggris. Analisis: Judul di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Dan” dalam judul di atas tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Karena kata “Dan” merupakan kata penghubung atau konjungsi. Kata penghubung atau konjungsi tidak ditulis dengan huruf kapital melainkan ditulis dengan huruf kecil jika letaknya bukan di awal kalimat. Perbaikan: Ekonomi Indonesia Akan Melampaui Jerman dan Inggris. 6. Data: Urutkanlah dengan menggunakan penanda argumentasi Yang 65 terpenting adalah … …; Yang berikutnya adalah … …; Selanjutnya, … …; dan sejenisnya. Analisis: - Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Yang” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Karena kata “Yang” merupakan kata penghubung atau konjungsi. Kata penghubung atau konjungsi tidak ditulis dengan huruf kapital melainkan ditulis dengan huruf kecil jika letaknya bukan di awal kalimat. - Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya “Selanjutnya” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Karena dalam EYD, huruf kapital digunakan pada kata yang terletak di awal kalimat dan kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa. Perbaikan: Urutkanlah dengan menggunakan penanda argumentasi yang terpenting adalah … …; yang berikutnya adalah … …; selanjutnya, … …; dan sejenisnya. 7. Data: Argumentasi yang diajukan oleh penulis teks yang diawali oleh penanda wacana Pertama, …, Kedua, …, Ketiga, … …, dan Keempat, … … Kalian juga boleh membuat judul baru seperti contoh berikut ini. Analisis: - Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Pertama”, “Kedua”, “Ketiga”, dan “Keempat” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Karena dalam EYD, huruf kapital digunakan pada kata yang terletak di awal kalimat dan kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa. - Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya tanda ellipsis yang terletak diakhir kalimat “…” ditambah satu titik lagi menjadi empat titik untuk menyatakan berakhirnya kalimat. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. 66 Perbaikan: Argumentasi yang diajukan oleh penulis teks yang diawali oleh penanda wacana pertama, …, kedua, …, ketiga, … …, dan keempat, … …. Kalian juga boleh membuat judul baru seperti contoh berikut ini. 8. Data: “Keunggulan Ekonomi Indonesia Pada Tahun 2030” Analisis: Judul di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Pada” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Karena kata “Pada” merupakan kata penghubung atau konjungsi. Kata penghubung atau konjungsi tidak ditulis dengan huruf kapital melainkan ditulis dengan huruf kecil jika letaknya bukan di awal kalimat. Perbaikan: “Keunggulan Ekonomi Indonesia pada Tahun 2030” 9. Data: Pekerjaan yang telah kalian buat pada Tugas 3 tersebut dapat kalian sajikan di depan teman-teman kalian. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Tugas” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Karena dalam EYD, huruf kapital digunakan pada kata yang terletak di awal kalimat dan kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa. Perbaikan: Pekerjaan yang telah kalian buat pada tugas 3 tersebut dapat kalian sajikan di depan teman-teman kalian. 10. Data: “Menyusun Kembali Urutan Kalimat dalam Teks prosedur kompleks” Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, seharusnya kata “prosedur” dan “kompleks” dalam judul di atas menggunakan huruf kapital. Dalam EYD, huruf kapital digunakan untuk setiap judul tetapi huruf kapital tidak digunakan untuk kata penghubung atau konjungsi yang terdapat di dalam judul kecuali di awal kalimat. Perbaikan: “Menyusun Kembali Urutan Kalimat dalam Teks Prosedur Kompleks” 11. Data: Sajak W.S Rendra di atas menggambarkan seorang pemuda yang hanya Tinggal berdiam. 67 Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Tinggal” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Dalam EYD, huruf kapital digunakan pada kata yang terletak di awal kalimat dan kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa. Perbaikan: Sajak W.S Rendra di atas menggambarkan seorang pemuda yang hanya tinggal berdiam. 12. Data: “Negosiasi Antara Penjual dan Pembeli di Pasar Seni Sukawati” Analisis: Judul di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Antara” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil. Karena kata “Antara” merupakan kata penghubung atau konjungsi. Kata penghubung atau konjungsi dalam judul tidak ditulis dengan huruf kapital melainkan ditulis dengan huruf kecil jika letaknya bukan di awal kalimat. Perbaikan: “Negosiasi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Seni Sukawati” 13. Data: “Orang Indonesia tidak Perlu Belajar Bahasa Indonesia” Analisis: Judul di atas kurang tepat, karena kata “tidak” seharusnya menggunakan huruf kapital bukan huruf kecil. Dalam EYD, kata yang terdapat dalam judul harus menggunakan huruf kapital kecuali kata penghubung atau konjungsi, itu tidak menggunakan huruf kapital. Perbaikan: “Orang Indonesia Tidak Perlu Belajar Bahasa Indonesia” No Analisis Kesalahan Penulisan Huruf (Huruf Miring) 14. Data: Penyusunan buku Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik ini dapat diselesaikan. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya judul buku “Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik” ditulis dengan huruf miring. Dalam EYD, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Perbaikan: Penyusunan buku Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan 68 Akademik ini dapat diselesaikan. TABEL 4.3. “Analisis Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” No Analisis Kesalahan Penulisan Kata (Angka dan Bilangan) 1. Data: Kalian diskusikan terlebih dahulu tugas berikut ini dalam kelompok yang terdiri atas tiga sampai lima orang. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya “tiga sampai lima orang” menggunakan angka dan tanda pisah. Karena dalam EYD, tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti „sampai dengan‟, atau di antara dua nama kota yang berarti „ke‟, atau „sampai‟. Perbaikan: Kalian diskusikan terlebih dahulu tugas berikut ini dalam kelompok yang terdiri atas 3—5 orang. 2. Data: Kalian lebih baik bekerja sama tiga sampai lima orang. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya bilangan “tiga sampai lima orang” menggunakan angka dan tanda pisah. Karena dalam EYD, tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti „sampai dengan‟, atau di antara dua nama kota yang berarti „ke‟, atau „sampai‟. Perbaikan: Kalian lebih baik bekerja sama 3—5 orang. 3. Data: Beberapa anggota yang ditentukan oleh ketua bila dipandang perlu dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya bilangan “3 (tiga)” tidak menggunakan penjelasan kata “(tiga)”. Dalam EYD, bilangan tidak perlu ditulis dengan huruf dan angka sekaligus. Perbaikan: Beberapa anggota yang ditentukan oleh ketua bila dipandang perlu dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 3 orang. 69 4. Data: Waktu pelaksanaan pemilihan dapat ditunda paling lama 15 (lima belas) hari kemudian dan selanjutnya diadakan pelaksanaan pemilihan walaupun jumlah yang hadir tidak mencapai jumlah sedikitnya 2/3 (dua pertiga) Kepala Keluarga di lingkungan RT setempat. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya bilangan “15 (lima belas)” tidak menggunakan penjelasan huruf “(lima belas)”. Dalam EYD, bilangan tidak perlu ditulis dengan huruf dan angka sekaligus. Perbaikan: Waktu pelaksanaan pemilihan dapat ditunda paling lama 15 hari kemudian dan selanjutnya diadakan pelaksanaan pemilihan walaupun jumlah yang hadir tidak mencapai jumlah sedikitnya 2/3 (dua pertiga) kepala keluarga di lingkungan RT setempat. 5. Data: Belum boleh. Dua ratus delapan puluh lima ribu. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya bilangan“dua ratus delapan puluh lima ribu” ditulis dengan angka agar lebih mudah untuk dibaca. Dalam EYD, angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat ditulis sebagian dengan huruf agar lebih mudah dibaca. Perbaikan: Belum boleh. 285 ribu rupiah. TABEL 4.4. “Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Titik ) 1. Data: Sekaligus menjadi sarana kohesi teks, seperti pertama, kedua, ketiga, dan setelah, seperti pada kalimat: … Ketiga, pastikan tuduhan pelanggaran. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya tanda elipsis “…” ditambah satu titik lagi menjadi empat titik untuk menyatakan berakhirnya kalimat. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir 70 kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. Perbaikan: Sekaligus menjadi sarana kohesi teks, seperti pertama, kedua, ketiga, dan setelah, seperti pada kalimat: …. Ketiga, pastikan tuduhan pelanggaran. 2. Data: Kalau begitu, kami tetap akan melakukan aksi mogok kerja sampai tuntutan kami dipenuhi Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya diakhir kalimat diberi tanda titik. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. Perbaikan: Kalau begitu, kami tetap akan melakukan aksi mogok kerja sampai tuntutan kami dipenuhi. 3. Data: Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak) Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya diakhir kalimat diberi tanda titik. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. Perbaikan: Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak). 4. Data: Bilingual: berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa. =˃ multilingual Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya diakhir kalimat diberi tanda titik. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. Perbaikan: Bilingual: berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa. =˃ multilingual. 5. Data: Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman secara lengkap dengan menggunakan 6 kriteria dengan sedikit bantuan dari guru Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya diakhir kalimat diberi tanda titik. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. 71 Perbaikan: Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman secara lengkap dengan menggunakan 6 kriteria dengan sedikit bantuan dari guru. 6. Data: Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman dengan menggunakan 4—5 kriteria dengan sedikit bantuan dari guru Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya diakhir kalimat diberi tanda titik. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. Perbaikan: Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman dengan menggunakan 4—5 kriteria dengan sedikit bantuan dari guru. 6. Data: Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman dengan menggunakan 3 kriteria dengan banyak bantuan dari guru Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya diakhir kalimat diberi tanda titik. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. Perbaikan: Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman dengan menggunakan 3 kriteria dengan banyak bantuan dari guru. 7. Data: Argumentasi yang diajukan oleh penulis teks yang diawali oleh penanda wacana Pertama, …, Kedua, …, Ketiga, … …, dan Keempat, … … Kalian juga boleh membuat judul baru seperti contoh berikut ini. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya tanda ellipsis yang terletak diakhir kalimat “…” ditambah satu titik lagi menjadi empat titik untuk menyatakan berakhirnya kalimat. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. Perbaikan: Argumentasi yang diajukan oleh penulis teks yang diawali oleh penanda wacana pertama, …, kedua, …, ketiga, … …, dan keempat, … …. Kalian juga boleh membuat judul baru seperti contoh berikut ini. No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Koma ) 72 8. Data: Vertebrata mempunyai tulang belakang yang meliputi manusia, burung, kucing, katak, dan lain-lain, sedangkan invertebrate tidak mempunyai tulang belakang yang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “dan lainlain” diakhiri dengan tanda titik bukan tanda koma. Dan setelah kata “sedangkan” seharusnya diberi tanda koma. Karena dalam EYD, tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya. Perbaikan: Vertebrata mempunyai tulang belakang yang meliputi manusia, burung, kucing, katak, dan lain-lain. Sedangkan, invertebrate tidak mempunyai tulang belakang yang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. 9. Data: Langkah kedua tidak dapat dilakukan sebelum langkah pertama ditempuh? Jelas bahwa langkah awal merupakan syarat bagi langkah berikutnya. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya setelah kata “Jelas” diberi tanda koma. Dalam EYD, tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya. Perbaikan: Langkah kedua tidak dapat dilakukan sebelum langkah pertama ditempuh? Jelas, bahwa langkah awal merupakan syarat bagi langkah berikutnya. 10. Data: Pada kenyataannya jenis teks yang telah disebutkan itu tidak muncul secara murni atau orang tidak hanya menggunakan satu jenis teks sekaligus. Analisis: kalimat di atas kurang tepat, Karena seharusnya setelah kata “pada kenyataannya” diberi tanda koma untuk penjeda. Dalam EYD, 73 tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya. Perbaikan: Pada kenyataannya, jenis teks yang telah disebutkan itu tidak muncul secara murni atau orang tidak hanya menggunakan satu jenis teks sekaligus. 11 Data: Pada kenyataannya jenis teks yang telah disebutkan itu tidak muncul secara murni atau orang tidak hanya menggunakan satu jenis teks sekaligus. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, Karena seharusnya setelah kata “pada kenyataannya” diberi tanda koma untuk penjeda. Dalam EYD, tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya. Perbaikan: Pada kenyataannya, jenis teks yang telah disebutkan itu tidak muncul secara murni atau orang tidak hanya menggunakan satu jenis teks sekaligus. 12. Data: Kemudian keluarkanlah kartrid toner baru dari kemasannya. Lalu lepaskan pita kemasan kartrid. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya setelah kata “Lalu” diberi tanda koma untuk penjeda. Dalam EYD, tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya. Perbaikan: Kemudian keluarkanlah kartrid toner baru dari kemasannya. Lalu, lepaskan pita kemasan kartrid. No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Hubung ) 13. Data: Teks laporan berkaitan dengan hubungan berjenjang antara sebuah kelas dan subsubkelas yang ada di dalamnya. 74 Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “subsubkelas” diberi tanda hubung. Karena dalam EYD, tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang. Perbaikan: Teks laporan berkaitan dengan hubungan berjenjang antara sebuah kelas dan sub-subkelas yang ada di dalamnya. 14. Data: Tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tumbuhtumbuhan berbunga dan tumbuh-tumbuhan tidak berbunga. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “tumbuhtumbuhan” menggunakan tanda hubung. Karena dalam EYD, tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang. Perbaikan: Tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tumbuhtumbuhan berbunga dan tumbuh-tumbuhan tidak berbunga. 15. Data: Manusia makin berusaha memiliki secara pribadi hewanhewan langka tersebut. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “hewanhewan” diberi tanda hubung. Karena dalam EYD, tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang. Perbaikan: Manusia makin berusaha memiliki secara pribadi hewanhewan langka tersebut. 16. Data: Keterangan tersebut adalah bahanbahan makanan yang harus disiapkan sebelum langkah-langkah memasak dilakukan. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “bahanbahan” diberi tanda hubung. Karena dalam EYD, tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang. Perbaikan: Keterangan tersebut adalah bahan-bahan makanan yang harus disiapkan sebelum langkah-langkah memasak dilakukan. 75 17. Data: Apabila teks prosedur kompleks mengandung langkah-langkah yang dapat dibalikbalik, teks tersebut disebut protokol. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “dibalikbalik” diberi tanda hubung. Karena dalam EYD, tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang. Perbaikan: Apabila teks prosedur kompleks mengandung langkahlangkah yang dapat dibalik-balik, teks tersebut disebut protokol. No 18. Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Titik Dua ) Data: Transaksi penting melalui ATM itu, antara lain, adalah Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya di akhir kalimat diberi tanda titik dua. Dalam EYD, tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian. Perbaikan: Transaksi penting melalui ATM itu, antara lain, adalah: 19. Data: Fungsi pelaporan portofolio (sebagai bukti karya nyata dan alat penilaian) adalah untuk Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya di akhir kalimat diberi tanda titik dua. Dalam EYD, tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian. Perbaikan: Fungsi pelaporan portofolio (sebagai bukti karya nyata dan alat penilaian) adalah untuk: 20. Data: Kontributor terhadap kelompok Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya di akhir kalimat diberi tanda titik dua. Dalam EYD, tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian. Perbaikan: Kontributor terhadap kelompok: 21. Data: Warga yang bertanggung jawab Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya di akhir kalimat diberi tanda titik dua. Dalam EYD, tanda titik dua digunakan 76 pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian. Perbaikan: Warga yang bertanggung jawab: 22. Data: Keterampilan pengelolaan Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya di akhir kalimat diberi tanda titik dua. Dalam EYD, tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian. Perbaikan: Keterampilan pengelolaan: 23. Data: Pengorganisasian komunikasi Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya di akhir kalimat diberi tanda titik dua. Dalam EYD, tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian. Perbaikan: Pengorganisasian komunikasi: 24. Data: Pemilihan media yang sesuai Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya di akhir kalimat diberi tanda titik dua. Dalam EYD, tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian. Perbaikan: Pemilihan media yang sesuai: No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Pisah ) 25. Data: Kalian diskusikan terlebih dahulu tugas berikut ini dalam kelompok yang terdiri atas tiga sampai lima orang. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya “tiga sampai lima orang” menggunakan angka dan tanda pisah. Karena dalam EYD, tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti „sampai dengan‟, atau di antara dua nama kota yang berarti „ke‟, atau „sampai‟. Perbaikan: Kalian diskusikan terlebih dahulu tugas berikut ini dalam kelompok yang terdiri atas 3—5 orang. 26. Data: Kalian lebih baik bekerja sama tiga sampai lima orang. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya bilangan “tiga 77 sampai lima orang” menggunakan angka dan tanda pisah. Karena dalam EYD, tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti „sampai dengan‟, atau di antara dua nama kota yang berarti „ke‟, atau „sampai‟. Perbaikan: Kalian lebih baik bekerja sama 3—5 orang. 27. Data: Kerjakanlah tugas 1 sampai dengan 4 sesuai dengan petunjuk yang diberikan! Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya bilangan “1 sampai dengan 4” menggunakan angka dan tanda pisah. Karena dalam EYD, tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti „sampai dengan‟, atau di antara dua nama kota yang berarti „ke‟, atau „sampai‟. Perbaikan: Kerjakanlah tugas 1—4 sesuai dengan petunjuk yang diberikan! No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Kurung ) 28. Data: Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan MAK karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama. a. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya singkatan “MAK” diberi tanda kurung. Dalam EYD, tanda kurung digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. b. Perbaikan: Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan (MAK) karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama. 78 No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Kurung Siku ) 29. Data: Tumbuh-tumbuhan [[yang ditanam di kebun itu]] tergolong ke dalam makhluk hidup. a. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, Karena seharusnya tanda kurung siku “[[yang ditanam di kebun itu]]” yang digunakan hanya satu. Dalam EYD, tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi, atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asli dan tanda kurung siku juga digunakan untuk mengapit keterangan di dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Perbaikan: Tumbuh-tumbuhan [yang ditanam di kebun itu] tergolong ke dalam makhluk hidup. No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Petik Tunggal ) 30. Data: Jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi. Anekdot mempunyai struktur teks: abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda. Tanda “^” berarti “diikuti oleh”. a. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “diikuti oleh” diapit oleh tanda petik tunggal bukan tanda petik karena “diikuti oleh” adalah sebuah penjelasan dari tanda “^”. Dalam EYD, kata petik digunakan untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata, atau ungkapan asing. Perbaikan: Jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi. Anekdot mempunyai struktur teks: abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda. Tanda “^” berarti „diikuti oleh‟. 79 TABEL 4.5. “Persentase Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” No Kode Tipe Frekuensi Jumlah Presentase Kesalahan Kesalahan Kesalahan Kesalahan (%) EYD dalam Buku 1. A1 Huruf 134 228 58.77 % 1 228 0,43 % Kapital 2. A2 Huruf Miring TABEL 4.6. “Persentase Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” No Kode Tipe Frekuensi Jumlah Presentase Kesalahan Kesalahan Kesalahan Kesalahan (%) EYD dalam Buku 1. A3 Angka dan Bilangan 6 228 2, 63 % 80 TABEL 4.7. “Persentase Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” No Kode Tipe Frekuensi Jumlah Presentase Kesalahan Kesalahan Kesalahan Kesalahan (%) EYD dalam Buku 1. A4 Tanda Titik 50 228 21,92 % 2. A5 Tanda Koma 5 228 2,19 % 4. A6 Tanda 10 228 4,38 % 16 228 7,01 % Hubung 5. A7 Tanda Titik Dua 6. A8 Tanda Pisah 3 228 1,31 % 7. A9 Tanda 1 228 0,43 % 1 228 0,43 % 1 228 0,43 % Kurung 8. A10 Tanda Kurung Siku 9. A11 Tanda Petik Tunggal Hasil analisis data yang peneliti peroleh dari buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013, berupa kesalahan pada aspek sebagai berikut: 1. Terdapat kesalahan penulisan huruf kapital dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan terbesar yaitu 58,77 %. 81 2. Terdapat kesalahan penulisan huruf miring dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan terkecil 0,43 %. 3. Terdapat kesalahan pemakaian angka dan bilangan dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan 2,63 %. 4. Terdapat kesalahan penggunaan tanda titik dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan 21,92 %. 5. Terdapat kesalahan penggunaan tanda koma dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan 2,19 %. 6. Terdapat kesalahan penggunaan tanda hubung dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan 4,38 %. 7. Terdapat kesalahan penggunaan tanda tititk dua dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan 7,01 %. 8. Terdapat kesalahan penggunaan tanda pisah dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan 1,31 %. 9. Terdapat kesalahan penggunaan tanda kurung dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan terkecil 0,43 %. 10. Terdapat kesalahan penggunaan tanda kurung siku dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan terkecil 0,43 %. 11. Terdapat kesalahan penggunaan tanda petik tunggal dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dengan persentase kesalahan terkecil 0,43 %. 82 Kesimpulannya, terdapat kesalahan pada penulisan huruf kapital dengan persentase 58,77 %, penulisan huruf miring dengan persentase 0,43 %, penulisan angka dan bilangan dengan persentase kesalahan 2,63 %, tanda baca titik dengan persentase kesalahan 21,92 %, tanda koma dengan persentase kesalahan 2,19 % , tanda hubung dengan persentase kesalahan 4,38 %, tanda titik dua dengan persentase kesalahan 7,01 %, tanda pisah dengan persentase kesalahan 1,31 %., tanda kurung dengan persentase 0,43 %, tanda kurung siku dengan persentase 0,43 %, tanda petik tunggal dengan persentase 0,43 %. Dengan demikian, tidak terdapat kesalahan pada penulisan kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim, kata ganti. Dan tidak terdapat kesalahan pada penggunaan titik koma (;), tanda ellipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda petik ganda (“…”), tanda garis miring (/), tanda penyingkat/apostrof („). 83 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Terdapat kesalahan penulisan huruf dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Diantaranya, kesalahan penulisan huruf kapital dengan persentase kesalahan terbesar yaitu 58,77 % dan kesalahan penulisan huruf miring dengan persentase kesalahan 0,43 %. 2. Terdapat kesalahan penulisan kata dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Diantaranya, kesalahan pemakaian angka dan bilangan dengan persentase kesalahan 2,63 %. Tidak terdapat kesalahan pada penulisan kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim, kata ganti. 3. Terdapat kesalahan penggunaan tanda baca dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Diantaranya, kesalahan penggunaan tanda titik dengan persentase kesalahan 21,92 %, kesalahan penggunaan tanda koma dengan persentase kesalahan 2,19 %, kesalahan penggunaan tanda hubung dengan persentase kesalahan 4,38 %, kesalahan penggunaan tanda tititk dua dengan persentase kesalahan 7,01 %, kesalahan penggunaan tanda pisah dengan persentase kesalahan 1,31 %, kesalahan penggunaan tanda kurung dengan persentase kesalahan terkecil 0,43 %, kesalahan penggunaan tanda kurung siku dengan persentase kesalahan terkecil 0,43 %, dan kesalahan penggunaan tanda petik tunggal dengan persentase kesalahan terkecil 0,43 %. Tidak terdapat kesalahan pada penggunaan titik koma (;), tanda ellipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda petik ganda (“…”), tanda garis miring (/), tanda penyingkat/apostrof („). 84 Dengan demikian, masih terdapat kesalahan Ejaan yang Disempurnakan pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan oleh SMA Negeri 1 Parung Bogor. B. Implikasi Dari simpulan yang telah didapat, bahwa masih terdapat kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada buku teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan oleh SMA Negeri 1 Parung Bogor. Maka, implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah sekolah dan guru harus meningkatkan ketelitian dalam memilih buku yang akan menjadi pedoman pembelajaran. Jika masih terdapat kesalahan dalam buku teks yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran, akan menjadi contoh yang tidak baik bagi guru maupun siswa. C. Saran Berdasarkan simpulan yang didapat. Maka saran penulis, sekolah harus lebih teliti dalam memilih buku yang akan menjadi pedoman dalam pembelajaran. Guru pelajaran bahasa Indonesia sebaiknya mengecek ulang buku bahasa Indonesia yang akan digunakan untuk pembejaran di dalam kelas. DAFTAR PUSTAKA Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S Amran. Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo, 2010. Alwi, Hasan. dkk. Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2010. Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994. -------. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 1993. Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Finoza, Lamuddin. Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Mawar Gempita, 1997. Gani, Ramlan A. dan Fitriyah, Mahmudah. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007. Gie, The Liang. Terampil Mengarang. Yogyakarta: ANDI, 2002. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Lingustik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Mustakim. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 1996. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Mars, Boy S Sabarguna. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI-Press, 2005. Muslich, Masnur. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Malang: Bumi Aksara, 2008. Muslich, Masnur. “Hakikat dan Fungsi Buku Teks”, http://masnur- muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html, diakses 21 Agustus 2015 12.18 WIB. Nababan, Sri Utari Subyakto. Analisis Kontranstif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa. Jakarta: PPS IKIP, 1994. Parera, Jos Daniel. Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Erlangga, 1997. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: TransMedia, 2010. Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika. Bandung: Refika Aditama, 2007 Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo, 2007. Santoso, Kusno Budi. Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Prktis Bahasa Baku. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Setyawati, Nanik. Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik. Surakarta: Yama Pustaka, 2010. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1988. -------. Pengajaran Remedi Bahasa. Bandung: Angkasa, 1984. -------, dan Djago Tarigan. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa, 2009. Tim Bahasa. Pedoman Lengkap EYD “Ejaan yang Disempurnakan”. Yogyakarta: Cahaya Atma, 2011. Utorodewo, Felicia N, dkk. Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. Depok: Universitas Indonesia, 2006. Waridah, Ernawati. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka, 2009. Widianingsih, Retno Kurniasari. Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira dan Erlangga. Skripsi S1 Yogyakarta: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014. Yunita, dkk. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ZED, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008. 70 UJI REFERENSI Nama : Isma Rusan Farhani NIM : 1111013000007 Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Judul Skripsi : Analisis Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 dan Impikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Parung Bogor Dosen Pembimbng : Nuryati Djihadah, M. Pd., M.A No REFERENSI 1. Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S Amran. Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk Perguruan Tinggi. PARAF Jakarta: akademika Pressindo, 2010. 2. Alwi, Hasan. dkk. Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2010. 3. Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994. 4. Badudu, J.S. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 1993. 5. Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. 71 6. Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. 7. Gani, Ramlan A. dan Fitriyah, Mahmudah. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007. 8. Gie, The Liang. Terampil Mengarang. Yogyakarta: ANDI, 2002. 9. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. 10. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Lingustik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. 11. Finoza, Lamuddin. Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Mawar Gempita, 1997. 12. Mustakim. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 1996. 13. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. 14. Mars, Boy S Sabarguna. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI-Press, 2005. 15. Muslich, Masnur. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Malang: Bumi Aksara, 2008. 16. Muslich, Masnur. “Hakikat dan Fungsi Buku Teks”, 72 http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-danfungsi-buku-teks.html, diakses 21 Agustus 2015 12.18 WIB. 17. Nababan, Sri Utari Subyakto. Analisis Kesalahan: Suatu Kajian Dari Sudut Kontranstif dan Pandang Guru Bahasa. Jakarta: PPS IKIP, 1994. 18. Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika. Bandung: Refika Aditama, 2007. 19. Parera, Jos Daniel. Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Erlangga, 1997. 20. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: TransMedia, 2010. 21. Rahayu, Minto Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo, 2007. 22. Setyawati, Nanik. Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik. Surakarta: Yama Pustaka, 2010. 23. Santoso, Kusno Budi. Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Prktis Bahasa Baku. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. 24. Tarigan, Henry Guntur dan Tarigan, Djago. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1988. 73 25. Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Remedi Bahasa. Bandung: Angkasa, 1984. 26. Tarigan, Henry Guntur dan Tarigan, Djago. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa, 2009. 27. Tim Bahasa. Pedoman Lengkap EYD “Ejaan Yang Disempurnakan”. Yogyakarta: Cahaya Atma, 2011. 28. Utorodewo, Felicia N. Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. Depok: Universitas Indonesia, 2006. 29. Waridah, Ernawati. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka, 2009. 30. Yunita, dkk. Karya Tulis Imliah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 31. ZED, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008. Depok, 12 September 2015 Yang Menyatakan Dosen Pembimbing Nuryati Djihadah, M. Pd., M.A NIP 196608291999032002 “Deskripsi Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013” No Halaman Kesalahan Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Kode Kesalahan 1. iii Sejalan dengan peran itu, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk A1 jenjang Pendidikan Menengah Kelas X yang disajikan dalam buku ini disusun dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan Bahasa Indonesia sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran. 2. iii Bermuara pada pembentukan sikap kesantunan dan kejelian A1 berbahasa serta sikap penghargaan terhadap Bahasa Indonesia sebagai warisan budaya bangsa. 3. v Penyusunan buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik A2 ini dapat diselesaikan. 4. vii Tahap pembangunan teks secara bersama-sama dilaksanakan A1 pada Kegiatan 2. 5. vii Adapun Kegiatan 3 merupakan kegiatan belajar mandiri. A1 6. 4 Teks laporan berkaitan dengan hubungan berjenjang antara A6 sebuah kelas dan subsubkelas yang ada di dalamnya. 7. 4 Kalian diskusikan terlebih dahulu tugas berikut ini dalam A8 kelompok yang terdiri atas tiga sampai lima orang. 8. 6 Tumbuh-tumbuhan tumbuhtumbuhan dapat berbunga dikelompokkan dan menjadi tumbuh-tumbuhan A6 tidak berbunga. 9. 7 Rumput, gandum, dan tanaman keras adalah jenis A6 Vertebrata mempunyai tulang belakang yang meliputi manusia, A5 tumbuhtumbuhan. 10. 7 burung, kucing, katak, dan lain-lain, sedangkan invertebrate tidak mempunyai tulang belakang yang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. 11. 8 Kalian akan mengetahui bahwa terdapat beberapa subkelas yang dapat dibagi menjadi subsubkelas yang lebih terperinci lagi. A6 12. 8 Tambahkanlah subsubkelas di bawah tumbuh-tumbuhan ke A6 dalam diagram tersendiri! 13. 8 Buatlah perincian itu pada kertas terpisah agar subsubkelas yang A6 lebih kecil dapat dimasukkan ke dalam diagram ini! 14. 12 Tumbuh-tumbuhan [[yang ditanam di kebun itu]] tergolong ke A6 dalam makhluk hidup. 15. 17 Binatang yang menyusui A4 16. 20 Teks laporan yang kalian pelajari pada Kegiatan 1 berkaitan A1 dengan alam, manusia, dan hewan. 17. 20 Pada Kegiatan 2, kalian menganalisis teks laporan tentang unsur A1 alam yang disebut karbon. 18. 25 Pekerjaan yang telah kalian buat pada Tugas 3 tersebut dapat A1 kalian sajikan di depan teman-teman kalian. 19. 35 Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah A9 menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan MAK karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama. 20. 37 Apa yang Harus Anda Lakukan Jika Ditilang? A1 21. 40 Langkah kedua tidak dapat dilakukan sebelum langkah pertama A5 ditempuh? Jelas bahwa langkah awal merupakan syarat bagi langkah berikutnya. 22. 45 Apa yang Harus Anda lakukan Jika Ditilang? A1 23. 46 Sekaligus menjadi sarana kohesi teks, seperti pertama, kedua, A4 ketiga, dan setelah, seperti pada kalimat: … Ketiga, pastikan tuduhan pelanggaran. 24. 48 Transaksi penting melalui ATM itu, antara lain, adalah A7 25. 54 Setelah selesai, bandingkan dengan teks prosedur kompleks A1 yang dijadikan model pada Kegiatan 1. 26. 56 Menyusun Kembali Urutan Kalimat dalam Teks prosedur A1 kompleks 27. 57 Kalian lebih baik bekerja sama tiga sampai lima orang. 28. 65 Untuk mengerjakan Tugas 4, kalian perlu membaca teks ini A3 & A8 A1 dengan cermat. 29. 65 Setiap berapa tahun sekali kampung kalian melakukan pemilihan A1 Ketua RT? 30. 65 Siapa saja yang boleh mencalonkan diri sebagai Ketua RT? A1 31. 65 Di manakah tata cara pemilihan Ketua RT di tempat tinggal A1 kalian? 32. 65 Bagaimanakah tata cara pemilihan Ketua RT di tempat tinggal A1 kalian? 33. 65 Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua RT dilaksanakan oleh suatu A1 Panitia yang dibentuk oleh Lurah dengan Keputusan Camat berdasarkan usulan dari para Kepala Keluarga di lingkungan RT setempat. 34. 65 Beberapa anggota yang ditentukan oleh Ketua bila dipandang A1 & A3 perlu dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang. 35. 65 Panitia pemilihan Ketua dan Wakil Ketua RT tidak dapat A1 dicalonkan sebagai Ketua dan Wakil Ketua RT. 36. 65 Tugas dan wewenang panitia pemilihan adalah mencari dan A1 mengumpulkan nama calon Ketua dan Wakil Ketua RT berdasarkan usulan dari para Kepala Keluarga di lingkungan RT setempat. 37. 66 Melaporkan berita acara hasil pemilihan kepada Camat melalui A1 Lurah untuk mendapatkan pengesahan. 38. 66 Ketua dan Wakil Ketuaa RT dipilih oleh para Kepala Keluarga A1 setempat dalam suatu pemilihan yang dihadiri sedikitnya 2/3 (dua pertiga) Kepala keluarga di lingkungan RT setempat. 39. 66 Dalam pelaksanaan pemilihan, Ketua RT yang dipilih A1 berdasarkan urutan suara terbanyak pertama dan Wakil Ketua RT berdasarkan urutan suara terbanyak kedua. 40. 66 Penentuan Ketua dan Wakil Ketua RT ditentukan oleh panitia A1 pemilihan. 41. 66 Apabila dalam suatu pelaksanaan pemilihan Ketua dan Wakil Ketua RT, tidak dihadiri sedikitnya 2/3 (dua pertiga) jumlah Kepala Keluarga sebagaimana dimaksud pada huruf a. A1 42. 66 Atas dasar pertimbangan panitia pemilihan dengan pemuka A1 masyarakat dan Lurah. 43. 66 Waktu pelaksanaan pemilihan dapat ditunda paling lama 15 (lima belas) hari kemudian dan selanjutnya A1 & A3 diadakan pelaksanaan pemilihan walaupun jumlah yang hadir tidak mencapai jumlah sedikitnya 2/3 (dua pertiga) Kepala Keluarga di lingkungan RT setempat. 44. 66 Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara dan A1 Seksi dipilih oleh Ketua dan Wakil Ketua RT. 45. 66 Hasil pemilihan Ketua dan Wakil Ketua RT diajukan panitia A1 pemilihan kepada Lurah guna diteruskan pada Camat untuk mendapatkan pengesahan dengan keputusan Camat. 46. 66 Ketua dan Wakil Ketua dikukuhkan dan dilantik oleh Camat atas A1 nama Kepala Daerah. 47. 66 Coba ceritakan ulang urutan tata cara pemilihan Ketua RT dan A1 Wakil Ketua RT dengan menggunakan kalimat kalian sendiri. 48. 67 Setelah kalian menceritakan ulang urutan tata cara pemilihan A1 Ketua RT dan Wakil ketua RT. 49. 71 Bacalah terlebih dahulu puisi atau sajak “Seonggok Jagung” A1 pada Tugas 1 untuk mendapatkan gambaran. 50. 71 Pada Tugas 2, 3, dan 4, kalian akan mengeksplorasi cara A1 mengajukan pendapat lebih lanjut. 51. 72 Sajak W.S Rendra di atas menggambarkan seorang pemuda yang A1 hanya Tinggal berdiam. 52. 73 Apakah yang ditempuh oleh Pemerintah agar syarat itu A1 terpenuhi? 53. 73 Ekonomi Indonesia Akan Melampaui Jerman Dan Inggris. A1 54. 76 Saya setuju karena … … … … … … A4 55. 76 Saya tidak setuju karena … … … … … … A4 56. 77 Tulislah kembali pendapat itu dengan kalimat kalian sendiri! A4 … … … … … ... 57. 77 Tulislah kembali pernyataan itu dengan kalimat kalian sendiri! ……………… A4 58. 77 Urutkanlah dengan menggunakan penanda argumentasi Yang A1 terpenting adalah … …; Yang berikutnya adalah … …; Selanjutnya, … …; dan sejenisnya. 59. 78 Argumentasi yang diajukan oleh penulis teks yang diawali oleh A1 & A4 penanda wacana Pertama, …, Kedua, …, Ketiga, … …, dan Keempat, … … Kalian juga boleh membuat judul baru seperti contoh berikut ini. 60. 78 Keunggulan Ekonomi Indonesia Pada Tahun 2030 A1 61. 78 Pertama, … … … … … … A4 62. 78 Kedua, … … … … … … A4 63. 78 Ketiga, … … … … … … A4 64. 78 Keempat, … … … … … … A4 65. 81 Masalah ini akan kalian pelajari pada Kegiatan 2 berikut ini. A1 66. 82 Integrasi Asean Dalam Plurilingualisme A1 67. 94 Kalian boleh melihat kembali teks yang dicontohkan pada A1 Kegiatan 1 dan 2 itu. 68. 95 Cocokkan dengan teks yang dicontohkan pada Kegiatan 1 dan 2. A1 69. 105 Abstraksi … … … … … … A4 70. 105 Orientasi … … … … … … A4 71. 105 Krisis … … … … … … A4 72. 105 Reaksi … … … … … … A4 73. 105 Koda … … … … … … A4 74. 109 Kerjakanlah Tugas 1 sampai dengan 4 sesuai dengan petunjuk A1 & A8 yang diberikan! 75. 116 “negeri sampah” A1 76. 118 Pada Kegiatan 3 ini kalian diajak untuk mengerjakan tugas A1 secara mandiri. 77. 118 Kalian dapat menggunakan teks anekdot yang telah kalian A1 pelajari pada Kegiatan 1 dan 2 di atas sebagai pedoman. 78. 118 Gunakan teks yang telah kalian pelajari pada Kegiatan 1 dan 2 A1 untuk perbandingan. 79. 121 Kerjakan Tugas 1 yang mengikutinya. A1 80. 129 Kalau begitu, kami tetap akan melakukan aksi mogok kerja A4 sampai tuntutan kami dipenuhi 81. 129 Tidak boleh demikian. Kita harus mencari jalan tengah A4 82. 132 Teks lain yang akan kalian pelajari adalah teks tentang ekspor A1 kain sarung ke Negeri Yaman. 83. 132 Negosiasi Antara Penjual dan Pembeli di Pasar Seni Sukawati A1 84. 133 Belum boleh. Dua ratus delapan puluh lima ribu. A3 85. 133 Tidak mau. Kalau boleh, dua ratus lima puluh ribu. A3 86. 133 Dua ratus tujuh puluh lima ribu. A3 87. 135 Seperti pada negosiasi antara karyawan dan pengusaha pada A1 Kegiatan 1? 88. 135 Belum boleh. Dua ratus delapan puluh lima ribu. A3 89. 137 Seorang ibu muda dari Eropa pergi ke Pasar Seni Sukawati A1 untuk membeli patung yang terbuat dari kayu. 90. 140 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 91. 140 Pihak bank : … … … … … … … … … … … … … … … A4 92. 140 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 93. 140 Pihak bank : … … … … … … … … … … … … … … … A4 94. 140 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 95. 140 Pihak bank : … … … … … … … … … … … … … … … A4 96. 140 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 97. 140 Pihak bank : … … … … … … … … … … … … … … … A4 98. 140 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 99. 140 Pihak bank : … … … … … … … … … … … … … … … A4 100. 140 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 101. 140 Pihak bank : … … … … … … … … … … … … … … … A4 102. 141 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 103. 141 Pihak bank : … … … … … … … … … … … … … … … A4 104. 141 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 105. 141 Pihak bank : … … … … … … … … … … … … … … … A4 106. 141 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 107. 141 Pihak bank : … … … … … … … … … … … … … … … A4 108. 141 Pengusaha : … … … … … … … … … … … … … … … A4 109. 145 Kalian dapat menggunakan teks negosiasi antara wakil karyawan A1 dan wakil karyawan pada Kegiatan 1 di atas sebagai panduan. 110. 146 Buatlah dialog tersebut seperti dialog pada Kegiatan 1 dengan A1 struktur teks. 111. 149 Pada kenyataannya jenis teks yang telah disebutkan itu tidak A5 muncul secara murni atau orang tidak hanya menggunakan satu jenis teks. 112. 153 Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan A4 kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak) 113. 154 Harimau yang ada di Kebun Hewan A berbeda dengan harimau A1 pada umumnya. 114. 154 Harimau di Kebun Hewan A yang kalian uraikan itu juga tidak A1 diklasifikasikan ke dalam kelas hewan tertentu. 115. 154 Manusia makin berusaha memiliki secara pribadi hewanhewan A6 langka tersebut. 116. 156 Seperti telah kalian pahami dari Pelajaran 2, teks prosedur A1 kompleks yang demikian itu disebut teks protokol. 117. 158 Pada Kegiatan 2, kalian akan belajar lebih jauh untuk menjalani A1 hidup melalui teks. 118. 160 Dari Pelajaran mengetahui 3 tentang eksposisi bahwa tahap sebelumnya, pernyataan kalian A1 pendapat^tahap pernyataan ulang pendapat itu seimbang. 119. 160 “Program Akselerasi sangat dibutuhkan” A1 120. 161 Dari sini kalian dapat menegaskan lagi pemahaman terhadap A1 eksposisi pada Pelajaran 3 sebelumnya. 121. 164 Kalian akan diajak untuk menghadapi berbagai persoalan A1 pembelajaran Bahasa Indonesia melalui teks eksposisi. 122. 165 “Orang Indonesia tidak Perlu Belajar Bahasa Indonesia” A1 123. 167 Pada Kegiatan 3 ini kalian diajak untuk mencari dan A1 memanfaatkan informasi dengan berbagai cara. 124. 169 Kemudian keluarkanlah kartrid toner baru dari kemasannya. A5 Lalu lepaskan pita kemasan kartrid. 125. 170 Keterangan tersebut adalah bahanbahan makanan yang harus disiapkan sebelum langkah-langkah memasak dilakukan. A6 126. 175 Jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau A11 menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi. Anekdot mempunyai struktur “^” berarti kemampuan untuk A4 Teks ini mengutamakan hubungan antara kelas dan subsubkelas A6 abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda. Tanda teks: “diikuti oleh”. 127. 175 Bilingual: berhubungan dengan menggunakan dua bahasa. =˃ multilingual 128. 182 atau anggota-anggota kelas yang ada. 129. 183 Observasi (nomina), mengobservasi (verba): pengamatan, A4 mengamati. =˃ laporan 130. 183 Apabila teks prosedur kompleks mengandung langkah-langkah A6 yang dapat dibalikbalik, teks tersebut disebut protokol. 131. 187 Fungsi pedagogis portofolio (sebagai metode) adalah untuk A7 132. 187 Fungsi pelaporan portofolio (sebagai bukti karya nyata dan alat A7 penilaian) adalah untuk 133. 191 KOMENTAR: A4 ……………………………………… 134. 209 Siswa masih kurang menguasai topic A4 135. 209 Siswa telah menguasai topic A4 136. 209 Komentar: A4 ……………………………………… 137. 213 “Kritik Dan Humor dalam Layanan Publik” A1 138. 216 Komunikator yang efektif A7 139. 216 Pemecahan masalah secara efektif A7 140. 217 Kontributor terhadap kelompok A7 141. 217 Warga yang bertanggung jawab A7 142. 217 Pembelajaran seumur hidup A7 143. 218 Keterampilan pemahaman A4 144. 218 Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman secara lengkap A4 dengan menggunakan 6 kriteria dengan sedikit bantuan dari guru 145. 218 Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman dengan menggunakan 4—5 kriteria dengan sedikit bantuan dari guru A4 146. 218 Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman dengan A4 Siswa menunjukkan keterampilan pemahaman secara minimal A4 menggunakan 3 kriteria dengan banyak bantuan dari guru 147. 218 dengan menggunakan 1—2 kriteria dengan banyak bantuan dari guru 148. 218 Siswa tidak menunjukkan keterampilan pemahaman A4 149. 219 Keterampilan pengelolaan A7 150. 219 Pembuatan simpulan A7 151. 219 Penerapan A7 152. 220 Eksplorasi/penelitian A7 153. 220 Pengorganisasian komunikasi A7 154. 220 Presentasi lisan A7 155. 221 Pemilihan media yang sesuai A7 Keterangan: A1 = Kesalahan penulisan huruf kapital. A2 = Kesalahan penulisan huruf miring. A3 = Kesalahan penulisan angka dan bilangan. A4 = Kesalahan penggunaan tanda titik. A5 = Kesalahan penggunaan tanda koma. A6 = Kesalahan penggunaan tanda hubung. A7 = Kesalahan penggunaan tanda titik dua. A8 = Kesalahan penggunaan tanda pisah. A9 = Kesalahan penggunaan tanda kurung. A10 = Kesalahan penggunaan tanda kurung siku. A11 = Kesalahan penggunaan tanda petik tunggal. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung Bogor SMA Negeri Parung didirikan pada tanggal 01 Juli 1985 berdasarkan SK Mendikbud No 0601/O/1985. Awalnya SMAN 1 Parung merupakan filial (kelas Jauh) SMA Negeri 1 Cibinong. Menempati gedung sendiri di Jl Waru Jaya, Desa Waru Jaya, Kec. Parung sejak tahun 1987. Sampai tahun 2013 telah meluluskan sebanyak 26 angkatan. Kepala Sekolah yang telah memimpin di SMAN 1 Parung : D1. Drs. Wirya JayaAtmaja tahun 1985-1989 D2. Juariman,BA(alm) tahun 1990-1992 D3. Nana Sutarna,BA tahun 1992-1995 D4. Drs. Acep Wiharsa tahun 1996-1998 D5. Dra.Hj. Zuraidah,M.M tahun 1998-2006 D6. Dra. Hj. Komariah tahun 2006-2009 D7. Drs. H. Ali Gozali,M.Pd tahun 2009-2011 D8. Drs. H. Ali tahun 2011- 2014 tahun 2014 – sekarang Rochman,M.BA,MM D9. Drs. Ikhwan Setiawan, MM Identitas Sekolah Nama Sekolah Nama Sekolah NSS/NPSN : SMA NEGERI 1 PARUNG : 301020210051 / 20200602 Status Sekolah : Sekolah Negeri Alamat Sekolah Provinsi : JAWA BARAT Kabupaten : BOGOR Kecamatan : PARUNG Desa : WARU JAYA Kode Pos : WARU JAYA NO.17 Nomor Fax/Telepon : Bogor, 16330 Web Site Rekening Sekolah Email Nomor Rekening : (0251) 8542063 : : 0812-01-03014-53-2 http://www.sman1parung.sch.i d : [email protected] Atas Nama : SMA NEGERI 1 PARUNG Nama Bank : BRI Unit Parung Alamat Bank : Jl. Raya Parung – Bogor Data Fisik Sekolah a. Luas Tanah : 9.180 m2 b. Luas Bangunan : 6.500 c. Status Tanah : Negara / Pemda Kab m2 Bogor d. No Akta / sertifikat tanah : 10.10.20.11.1.00001 e. Daya Listrik Total : 23500 VA Jumlah Rombongan Belajar : 24 Kelas a. Jumlah siswa Kelas I : 299 Orang b. Jumlah Siswa Kelas II : 318 Orang c. Jumlah Siswa Kelas III : 284 Orang Jumlah Seluruhnya : 865 Orang Jumlah Guru : 47 orang Jumlah Karyawan : 12 orang BIODATA PENULIS Isma Rusan Farhani, lahir di Bogor tanggal 29 Desember 1993. Putri dari pasangan Rusdi AS dan Khoirunnisa. Penulis telah menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di Raudhatul Athfal Islamiyah dari tahun 1998-1999. Melanjutkan pendidikan sekolah dasar di MI Islamiyah dari tahun 1999-2005. Melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di MTS Islamiyah Darul Irfan dari tahun 2005-2008. Dan melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di MA Islamiyah Darul Irfan dari tahun 2008-2011. Penulis mulai melanjutkan pendidikan S1 di perguruan tinggi sejak tahun 2011 melalui jalur penelusuran minat dan bakat (PMDK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis memilih Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI) sampai tahun 2015. Alamat Penulis sejak tahun 2003 hingga sekarang di Jl. Abdul Wahab RT 05 RW 05 No. 22 Sawangan Depok. Email : [email protected].