{ I t tl ll lt ^ir'i':.1ry1ry0 o/noqt/v\tJl uaqlv uelsardy tp€s!U snelstuels ;lraqettnp rivl5 tuel(,uag elgenuel oUqerd esnAlnU elu!3oIon egue^l ue/v\euJaH d sntlnl ,0zg laslu ulll ; ilr ll f; I F ,,/ ll .t ' ....91|i l0 fF. , I "i' [. t: uI F E, z iltil iff iiiil]t nStul!{ resed ,SOI .oN €' otszl u4etes EX eIeU Sueped 'seoro utol lDuolsDuJagl wntol-wntol uDp 1Ze '411s1w1sad ryofuew sotuDl unwou'sr1s11oat duot(lqqadstad wolop uo4lodwavp npad ggg 1oq1py1" o o 2 \ .;.r, s,a (9 y 6 7'uomowag 4 sry1n1),,"' 1ur loos ptadx 1ont1 1oOuos wolop pqo78 splrlod uop rwouo4a Tsuapuadap,nluy,t 1sos11oqo10 s4a1uo4 ut z o o = 6 o1o06uo nto6au-oto0au nmod uop uo6unuada4 uoduntnyad 0uo[o 1o 02, tsuo1ss1a ryqtlD fi)unw 6uot( uoqruoyad pdopal 'DtfuulDl Dl -n1o60uo uop orsauopul $oq Qn[uow) ,,6ua1dsac,, 6uo[ dasat uo4lteqwa 6uot,,ta14op,, tlo1uo4nq o6nt 979 'otfuo1o6Buo onwas 1,tDp lDsapuaw uotl uop uodotot1 doqas qomo[uaw pdop Ouot ,,1o41oloq,, nop ,orneO, q F i o !. A lsuolleN pellun eqlro llJuno] IEIJoS pue aql {ll,!^ smels o Fettnsuo, lepads ul luaurdolo^ao uelsouopul uo urnrol OgN o ustus,{qErsd rlllolr,_y rlllllod nqrll uep Islsos nurll I 't, llt o N (, 6 s lDElo \twa$!s uoun7uata>14odwop 1so1oOuaw 4qun 0ZC uultlnlnquaw onqoq otottad !u! rynA 'qzt uDtgoqnqwew lntun uoso0D0 Buot( 1so>1r.lpsn[ po[uaw Sunsfiuol lDplt !u! uo1o6o6a4 fio1a1 'otfuu dunt ,7opuow, uo4uolo[uaut wolop 10o1 1o6o0 uop 1o0o0 oslq 979 o : ll I' lt .l{ rt' li' I,l tt{l il i1 f, t*1i'i ' \ iliiiiiil io pl#r+ E q 0. ItIOtBunpqEg t6 = uBmeuuaH d snljn^ : JollpS Ieqolg uellse$lepllax qatuo)l uelep lruouolf ueulpueua)l uqpnfnrna6l ozD !p elsauopul !6aterls uep sqlrq)lno ,fi, r.r" .!. : .0 ,{ ir'l r!\ ir' D o ;+ ['Zt-S'l€q' OmZ-SI0Z Nhlldu),)nqasret uoqnq fiapt1s tsoluawalilwy $oq lp4ala popuot todoqas duopuodlp 6uot( u uDp luouoia uD qD$al uo4rloqtadwaw dopl uoOuap 'sol o fluot( louolsDu lwouolo uoqnqwn1tad duotopuew 1ryun of,odn Y I=f a t p$u+ 16fru11 DpDd uDryDaq-l!?ltlp uDlD olsauopul @ tlltlo u0rad '02-9 wn rcl wo1qg, ,.,1 ! E tuid Quickwins dan Strategi lndonesia di G20 Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dalam Konteks Ketidakpastian GIobal TIM RISET G2O : Yulius P Hermawan lvan{p Mokoginta . Rrilyusa Pratikto Januarita Hendrani Siwi Nugraheni Stanislaus Risadi Apresian Albert Triwibowo Ratih lndraswari FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG S:i"ffi'['"",4]:"'5i#Ei.':l?"'li::ll'l Penulis Editor : : ltilts Keriaarpastran Gtouar Tim Riset G20 Yulius P Hermawan ISBN No. 978-979-973'19-t1 Pen€rbit: Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik +f lif,?fi ttli".fl.fE Hff ,1%',1. Email : fsip@unpar'ac Bekcriasama dengan ;ilftffi;inao : "FAm on lndonesian Development (lNFlD) Cetakan Perlama, Nopember 2015 Hak cigta drtindungi undang-undang dalam b€ntuk dan dengan cara ij'iri l',ii.i"iiplioli"vak k;rya tulis ini dari ijin tanPa Penerbll apapun Qubkwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya). Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat diadikan contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan parlisipasi masyarakat. (RPJMN 2015-2019, hal. 5-3 - 5--l) 7 II.MENGKONSOLIDASIKAN KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA DAN KEBIJAKAN FISKAL Ivantia S. Mokoginta Abstrak Strategi kebijakan keuangan negara dibagi ke ddlom stotegi yang bersifat akslemal dan intemal. Termasuk dalam strategi ekslemal adalah pemadaatan forum intemasional seperti G20 untuk memperjuangkan kepentingan nasional. Sebagai anggota Financial Stdbility Board, lndonesia dapat mengusulkan tata kelola sistem keuangan global. Sementara untuk stqlegi yang bersifat intemal, kebijakan pengelolaan keuangan negara sebaiknya difokuskan pada konsolidqsi fiskal, realokasi penerimaan dan pengeluaran serta peningkatan ketahanon frskal terhadap gejolak ekonomi global. I. Latar Belakang dan Perkembangan Isu Keuangan Dengan semakin terintegrasinya perekonomian, maka situasi ekonomi di suatu negara b,:sar akan mempunyai dampak spillover terhadap perekonomian negara lain. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dampak krisis keuangan di Amerika Serikat pada tahun 2008 yang menyebar ke berbagai kawasan ekonomi. Graf* 2.1 menunjukkan, bahwa kisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2007 mulai berdampak pada perekonomian dunia pada tahun 2008. Pada kumn waktu telsebut terjadi penurunan laju pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2008 menjadi 3.1 persen. Laju pertumbuhan perekonomian mencapai titik terendah pada tahun 2009 di mana laju pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat mencapai -2,8 persen sementara perekonomian dunia secara agregat tidak menunjukkan pertumbuhan. 17 r I Grrlik 2.1 Laju Pertumbuhan Output Amerika Serikat dan Dunia (Persen per Tahutr) ini ditutupi antara lain melalui peningkatan utang negara, sehingga rasio Grrfik 2.2 Perkembrngrn R&sio Gross Utrng terhsdap pDB Anggota G20 7 (persen) 3,4 2,4 3,1 ,8 L20 7L4,4 2010 2011 2012 201' 2007 2014 100 <-AmerikaSerikat +Dunia | 2 43 42 LO6,2 4t 40,9 40 40,4 40, -2,8 L12,3 110,5 110 2006 anrarir utang terhadap PDB meningkat (Lihat Graftk 2.2). 40,3 39,4 90 79,5 80 77,3 39 3,9,3 37 7,7 36 Sumber: lntemational Monetary Fund (2014 & 2015) 70 35 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20,,3 2or4 Krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat dan kemudian berubah meujadi kisis global menunjukkan, bahwa peran kebijakan noneter konvensional untuk memperbaiki kondisi perekonomian tidak lagi effektifl Pada saat pemerintah Amerika Serikat menurunkan tingkat suku bunga Fed secara tajan\ kebijakan ini belum mampu mengatasi krisis ekonomi di negara tersebut. Kebijakan penuunan tingkat suku bunga yang tajam pada tahun 2007 - 2008 dilakukan juga oleh Inggris dan negara-negara dalam Eurozone. Sama halnya dengan yang terjadi di Amerika Serikat, penurunan tersebut b€lum cukup untuk meredarn dampak kelesuan ekonomi global terhadap perekonomian domestik dan regional. Kebijakan moneter konvensional untuk mengatasi kelesuan ekonomi di Amerika Serikat tidak lagi dapat dijalankan pada saat tingkat suku bunga di negara tersebut sudah mendekati nol persen. Menurunnya efektifitas kebijakan moneter di negara miju mengindikasikan, bahwa peran kebijakan fiskat dalam mengatasi kondisi perekonomian melalui pengelolaan anggaran negara menjadi sangat penting. Persoalannya adalah adanya keterbatasan kemampuan anggaran pemerintah untuk menjalankan kebijakan fiskal ekspansif. Hal ini terjadi karena penurunan laju pertumbuhan ekonomi secara tajam membawa dampak terhadap penerimaan negara, khususnya pajak. Sementara itu, melemahnya kondisi perekonomian memaksa negaf,a-negara di dunia untuk menirgkatkan pengeluarannya, misalnya untuk mendanai paket stimulus fiskal. Akibatnya, penunrnan penerimaan Degara yang dibarengi oleh peningkatan pengeluaran fiskal mendorong defisit anggaran yang semakin membesar. Defisit <-Negara Maju (LHS) .+EMEs (RHS) Sumber: Intemational Monetary Fund (2015. hal. 7l & 79) Gralk 2.2 menunjukkan, bahwa rasio utang terhadap pDB meningkai tajam, khususnya di kelompok negara-negara maju. Sementara itu, di kclompot. negara-negara Emerging Economies (EMEs), peningkatan tersebut rclativ(l terkendali dalam arti rasio tersebut tidak melebihi batas aman 60 perscn. bahkarr cenderung menurun sampai dengan 2008 dan kembali menurun mulai tahun 2009 2012. Hal ini terjadi, karena rata-rata laju pertumbuhan ekonomi per tahun dr kelompok negara tersebut cenderung lebih tinggi daripada cli ncgarir-ncg.rra rnrju Walaupun begitu, tend rasio utang di negara EMEs mcningkat. Kondisi perekonomian global di atas memengaruhi juga ki:rer-ji perekonomian Indonesia. Kinerja tersebut dapat diukur dari adanya kcsenjangar antara target RPJMN II dengan kondisi aktual beberapa indikator ekonomi (Liha Tabel 2.1). Tabel 2.1 menunjukkan, bahwa sejak tahun 20ll pcrtumbuhar ekonomi berada di bawah target. Selain itu, perbedaan antara targct dcngan aktua pertumbuhan cenderung membesar selama periode RPJMN II. Selanjutnya, scjal tahun 2012, tingkat kemiskinan aklual berada di atas target RpJMN ll. IIal in menunjukkan, bahwa target tingkat kesejahteraan masyarakat selama RPJMN 11 belum tercapai. 18 11' l Tabel 2.I Target RPJMN II dan Aktual Beberapa Indikator Ekoromi (persen) rr{DtKAToR Et(or,{oMt 2010 na 2011 Grafik 2.3 Trend Indikator Keuangan n-egara selama periodc llp,lMN II 2014 2013 5,5-t5 5,0,5,3 5,4-5,9 6,1-7,4 5,38 6,17 5,03 t58 Target RPIMN Il Aktual Target RPJMN ll 12,0- 13,s 1ts-12,s 10,5- 11,s 9,s'10,s 15,00 -3,00 10,00 INOIKATOR KEUANGAN NEGARA RPtMt{ Aktual 2014 11,15 dan Target RPJMN II PDB (%) Stok utang pemerintahterhadap LN Utang DN (%) -!.2 14.2 (%) 24.0 5.2 PDB 17.7 APBN terhadap pDB (%) - LHS Penerimaan pajak terhadap pDB (%) - RHS .i+stok utang pemerintah terhadap pDB (%) , RHS Sumber: Kementrian KeualUan (201 5b) Secara umum, trend beberapa indikator keuangan negara sclama RPJMN II cenderung berfluktuasi, kecuali rasio penerimaan pajak terhadap pDB yarg menunjukkan trend membaik sepanjang periodc RPJMN II. Rasio keseimbangrLn primer terhadap PDB dan defisit APBN terhadap pDB mcnunjukkan trerrd Keterangan 2t)14 Surplus/defisit APBN terhadap PDB 20,00 .+Keseimbangan Primer terhadap pDB (%) - LHS -,1-Surplus/defisit Kesenjangan (Target-Ahual) ',"4 &0-10,0 gambaran serupajuga ditemui. Sampai dengan akhir tahun 2014 (akhn RPJMN II), berbagai indikator keuangan negara telah menunjuklan bcrbagai perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tartet 2014 -2,OO Dari sisi anggaran pemerintah Indonesia selama periode RPJMN II, II 3 5,02 5umber: Badan Pusat Statistik (2014); Kementrian Prenmnaan Pembangunan Nasional (2010) Tabel 2.2Posisi Keuangan Negara Akhir RPJMN 2011 -1,00 13,33 12,36 1166 11,47 Aktual 2009 7,0-1,7 Iintkat lkmiskinan l%) utang 25,00 0,00 Pertumbuhan Ekonomi (%l Penerimaan pajal terhadap 1,00 -2.3 1.1 Tidaktercapai 12.3 1.9 Tidal terca par 25.6 -1.5 Tidaktercapai 6.6 -0.4 Tiq?T19r?P?i 19.2 -1.5 Tidak tercapai Sumber:RPlMN lll, Kementrian Keuangan {2014 2015') Berdasarkan Tabel2.2, terdapat kesenjangan antara target dengan capaian sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai indikator keuangan negara. Secara umum dapat disimpulkan, bahwa target keuangan negara selama RPJMN II belum dapat dipenuhi. Adapun trend aktual berbagai indikator di atas selama periode RPJMN II digambarkan dalam Grahk 2.3. menurun. Rasio defisit terhadap PDB pada tahun 201.1 sebesar -2,39 perscn yarg berarti masih di bawah ketentuan pcrundangan -3,0 pcrsen. Scmentara trcnd ras o utang pemerintah terhadap PDB cenderung mcmbajk. pada tahun 2009, ras o tersebut sebesar 28,37 persen, kemudian menurun menjadi 25,51.l perscn pada tahL n 2014. Selama kurun waktu RPJMN II, rasio utang terhadap pDB masih di barvi h batas aman 60 persen menumt pemndangan. _ Memasuki masa pelaksanaan RPJMN I tahun 2015, kondisi pcrekonomir n global diprediksikan membaik walaupun masih berada di bawah angla perumbuhan sebelum krisis. Hal ini ditunjukkan oleh perkiraan pertumbuhirn perekonomian sebesar 3,5 persen dan 3,8 persen untuk tahun 2015 dan 20lrr. Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dipcrkirakan mencapai 3,1 pcrsen untuk tahun 2015 dan 2016. Angka ini sedikit berada di bawah angka pertumbuhan sebelum krisis, yaitu pada mta-rata 3,3 pcrsen per tahun sclama kurun waktrr I997 - 2006. Negara maju secara keseluruhan akan tumbuh sebesar 2,4 pcrscn pertahun untuk tahun 2015 dan 2016. Sementara itu negara-negara berkembang dan EMI s akan tumbuh sebesar 4,3 persen di tahun 2015 da;4,7 persen di iahun 201r,. Angka-angka ini lebih tinggi daripada perkiraan laju pertumbuhan ekonomi dunia dan negara maju (Intemational Monetary Fund, 2015, hal. 170). 20 21 Unnrk lima tahun ke depan, rasio utang terhadap PDB di negara maju diperktakan rnasih berada di atas 60 persen. Sementara itu, rata-rata rasio defisit anggaran terhadap PDB dalam kurun waktu yang sama diperkirakan menurun dari -3,6 persen tahun 2Ol5 menjadi -2,3 persen tahun 2019 (Intemational Monetary Fund, 2015, hal. 65). Gralik 2.4 Perkiraan Rasio Utang terhadap PDB Negara-negara Anggota G20 (persen) 113 46 45 L,7 111 4a 47 45,7 11 9 712 110 45,9 46,6 10,9 44 42,5 Target Indonesia dan Prioritas Kebijakan Bidang Keuangan Negara selama RPJMN 108 42 4l trI Kondisi perekonomian global sebagaimana drelaskan di atas bes(na gambaran tentang kondisi aktual perekonomian Indonesia mempakan titik a\val dari pene[tuan target pertumbuhan ekonomFdan kcbijakan fiskal un(uk pcriodc RPJMN III. Selain itu, Tabel 2.3 menunjukkan target kinerja ekonouri scllrna RPJMN III. Target laju pertumbuhan ekonomi selama periode terscbut rnasih di atas perkiraan laju pertumbuhan ekonomi global. Target tersebut diharapkrn dapat mendorong peningkatan kesejahteraan melalui pcnurunan tingkat kcmiskinan rlln dapat memenuhi prinsip growth, balancc, sustttinable dan in(l;t',ire sejalan dcnltan agenda G20. Tabel 2.3 Target Kinerja Ekonomi sclama RPJMN 43 7 109 II. Proveksi Aktual INDIKATOR EKONOMI 2014 lll 2015 2016 2017 2018 2019 40 108 2016 2015 +Negara Maju 2017 (LHS) +EMEs Sumber: lntemational Monetary Fund (2015, hal. 7l & 2079 2018 (RHS) 79) Pertumbuhan Ekonomi (%) Iingkat Kemiskinan (%) 5,02 5,8 6,6 7,1 7,5 8,0 11,25 9,5-10,5 9,0-10,0 8,5-9,5 7,5-8,s 7,0-8,C Sumber:sadanPusatSEtistik(2015'r);KementianKeuangan(2015');KementrianPerencanaan Pembangunan Narional (2014, Bab 4, lEl. l6) Untuk kelompok negara EMEs rasio utang terhadap PDB menunjukkan trend m€ningkat, walaupun masih berada di bawah batas aman 60 persen (Lihat Grafik 2.3). Sementara itu rasio defisit terhadap PDB diperkirakan menurun dari 3,5 pada tahun 2015 menjadi -2,4 persen pada tahun 2019 (Internasional Monetary Fund, 2015, hal. 73)25. Perkiraan perkembangan rasio utang terhadap PDB tersebut mempertegas kembali adanya keterbatasan pemerintah untuk menjalankan kebijakan fiskal ekspansif sebagai upaya pemulihan kondisi perekonomian selama Iima tahun ke depan. 25 22 Peningkatan rasio utang terhadap PDB di kelompok negara EMEs pada saat rasio defisit terhadap PDB menurun memrnjukkan adanya dua kemungkinan, yaitu peningkatan utang dalam negeri danlatau peringkatan utang luar negi sebagai akibat terdepresiasinya mata uang domestik terhadap mata uang denominasi utang luar negcri. Dalam upaya mencapai target yang telah ditentukan, RPJMN lll .jtga menggariskan prioritas-prioritas pembangunan di berbagai bidang. Aclapun prioritas pembangunan untuk bidang keuangan negara adalah trcrrr:ulrri keberlanjutan fiskal serta meningkatkan kemampuan keuangan negara untuk meredam dampak negatif kondisi ekonomi global. Fokus pengembangan llsl(al adalah mendorong percepatan pertumbuhan ckonomi melalui pcmbangulun intastruktu, modal manusia dan perbaikan sistcm kelembagaan fiskal. Llnruk memenuhi prioritas tersebut, arah kebijakan flskal sclama periodc RP.IMN lll dicapai melalui pengelolaan fiskal yang lebih baik, yaitu konsolidasi fiskal t ln pengelolaan utang yang lebih baik. Pcndapatan ncgara diperkirakan alan meningkat sebesar 17,2 persen dari PDB. Scmcntara itu belanja rcgara rluu meningkat sebesar 17,3 persen pertahun. Sccara umum, diperkirakan tcrjrrili penurunan defisit anggaran sebesar 1,0 perscrr dari PDB dan pcnrnrnan stok utr ns sebesar 20,0 persen dari PDB selama RPJMN IIl. 23 Peningkatan pendapatan negara diperkirakan akan didorong melalui; l6 persen dari PDB. Selaniutnya, pengeluaran pemerintah yang lebih baik dijalankan melalui (a) pemrmnan subsidi energi dari 1,3 pcrsen PDB pada tahun 2015 menjadi 0,3 persen dari PDB pada tahun 2019; (b) penghematan berbagai pengeluaran beberapa pos anggaran seperti perjalanan dinas dan penyelenggaraan rapat dan (c) peningkatan pos belanja modal dari 2,4 pertama, peningkatan pajak scbesar persen pada tahun 2015 menjadi 3,9 persen dari PDB pada tahun 2019, khususnya untuk belanja infrastruktur dan pos belanja ke daerah rata-rata 17,3 persen pertahu& khususnya untuk dana desa. Secara umunl target keuangan negara selama periode RPJMN dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Target Keuangan Negara Periode RPJMN III dapat III Proyeki Attual INOiKATOR KTUAN6AN NEGABA 20t4 N17 2015 1.9 .18 1r3 13.2 14.2 Stok utang pemerintah tefiadap PDB 25.6 16.1 23.3 IN 6.6 5.3 19.2 18.7 s/defsitAPBN terhadap Penerimaan PDB (%) PDB uta Utang DN t [--ulI u.t a.o 2019 -1.4 -1.0 15,2 16.0 2t1 19.3 3,3 18.6 18.2 fi.1 16.7 Sumber: Xementrian xeuangan {2015'b); (ementrian P€renonaan Pembangunan Naiional{2014 Bab4 hal. 16) Untuk mencapai target tersebut, prioritas pembangunan selama RPJMN III akan diarahkan pada pencapaian kondisi perekonomian yang memenuhi kiteria growth, balance, sustainable dan inclusive.Kriteria ini sejalan dengan agenda G20. Unnrk memenuhi kiteria di atas, Indonesia memiliki piioritas pelaksanaan kebijakan bidang liskal. Prioritas tersebut adalah mencapai keberlanjutan fiskal serta meningkatkan kemampuan keuangan negara untuk meredam dampak negatif kondisi ekonomi global. Fokus pengembangan fiskal adalah mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infiastruktw, modal manusia dan perbaikan sistem kelembagaan fi skal. III. Tantangan Memasuki masa RPJMN III, Indonesia menghadapi berbagai faktor ekternal dan intemal yang berpotensi menghambat menggrnggu keberlanjutan fiskal. Keberlajutan fiskal tersebut dibutuhkan sebagai modal pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional. Faktor ekstemal tersebut berasal dari kondisr perekonomian global yang belum sepenuhnya pulih, antara lain: pertama, kondisi perekonomian Amerika Serikat yang ditandai oleh perkiraan laju pcrtumbuhan e_konomi negara tersebut untuk tahlun 2015 berada puOu ,irg'tut 2.1 persen. Walaupun meningkat bila dibaodingkan dengan tahun 20 i 4 yang f,anya I 9 persen. tetapi masih berada di bawah kondisi sebelum krgis 1Sari, ZOtSa'). I<rincjisi ini akan memengaruhi kondisi perekonomian global termasuk Indonesia. Kedua, kondisi perekonomian Tiongkok melemah sebagaimana ditunjukkan dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi negara terseb'ut. Bagi Indonesia. melemahnya kondisi perekonomian Tiongkok akan berdampak pada pcncnmaan ekspor seperti batubara, CPO dan karet ke n"garu terscbut, sehingga berpotcnsi rlleningkatkan defisit neraca berjalan dan p"nu-l,u, cadangan devii' ncgara. Ilari srsr Keuangan negara. penurunan cadangan dcvisa terssbut akan menrpengaruhi kemampuan negara untuk membayar utang dalam denominasi mata uung asrng terutarna USD. .. Ketiga, terdepresiasinya nilai tukar IDR terhadap USD. Ba;.yak lakkrr yang , ditengarai memengaruhi terdepresiasinya mata uang Indonesla yang tclah mencapai 15,8 persen sejak 2015. Salah satu faktor tersebut adalah ajany'a utang luar negeri swasta yang tidak menggunakan skema lindung nilai atau irtrlgrze sehingga kebutuhan-valuta asing untuk pcmbayaran utan; luar ncgrr mereka meningkat tajam. Permintaan akan vaiuta aiing tcrsc6ut mcndirrog terdepresiasi (Cubernur BI dalam Sari, 201 5b). Faktor lain penyebab terdepresiasinya nilai tukar IDR adalah kct IDR akpastian rencana bank sentral Amerika Serikat untuk mcningkatkan tingkat suku burga acuan sejak 2013. Hal ini mendorong terjadinya fenorrrcna taperiantrunt lll,,turJir.rt dalam. The Fed,20 Septembcr 2015), yairu ge.jala yang ditandai olch pcrihku spekulator untuk memengaruhi nilai tukar mati uang osir[ dcngan n]cnrirnl.irltktn isu suku bunga acuan Fed untrL- rn"n-dupuikan kcuntungao. .,kenaikan Ketidakpastian ini akan terus membayangi pereknnumln Indoncsil akan kemungkinan arus balik modal keluar n"g"ii yurg dapat mengganggu posrsr cadangan devisa negara. . ,"i keuangirn negara, terdcpresiasinya mata uang II)li PTi tekanan pada anggaran. menimbulkan LIal ini teriadi karcna pada akh'ir rlhtrn 2014, sekitar 29 persen dari utang negara bcrbcntuk mata uang USD dan pusrsr ut1g dapnl lasrtr PDB menunjukJ<an trend Dcningkar ,rJ,lodi 2+,e pcrscn plcia 1e-rh1dT tahun 2013. dibandingkan dengan 23,0 p"r."n pud" tahun 2012 (Lilrar (;ratik I S,ementara itu, walaupun mata uang IDF. mulai-menunjukkan pcn;uatan Icrhadap USD. mata.uang IDR telah terdepresiasi cukup banyak ..poniuig tahLrn 2015. l ekanan pada anggaran pemcrintah sebagai akibat depresiasi mata uang II)ll akan teJlihat pada peningkatan rasio utang terhadap pDB jan dclisit anggaran lcrhadirp PDB pada akht tahun anggaran 2015. 24 25 Grafik 2.5 Perkembangan Indikator Fiskal (persen) 26 25 24 24,7 24,5 Melihat berbagai kondisi eksternal dan internal yang berpotcnsi untuk 0,00 -0,50 -1,00 -0,58 23 -1,50 22 -2,OO 27 -2,50 2010 2011 +Rasio #Rasio 2072 2013 2074' utang terhadap PDB (LHS) defisit anggaran terhadap P0B (RHS) Catatan: *Angka realisasi sementam Sumber: Kementrian Keuangan (2015, hal. 7 & 3l) membebani anggaran pemerintah, maka tantangan utama yang dihadapi adalah: bagaimana strategi anggaran pemerintah agar dapat mendanai-berbagai progrant pembangunan nasional selama masa RpJMN III selain juga mengat;si berbagai dampak negatifdari kondisi perekonomian global dan domeslik yan! masih leruah. lV. Peluang Sebagai anggota forum G20, Indoncsia mcntiliki pcluang bcsar unlrrk mengejar kepentingan kelompok negara EMEs sc.rro ,-urn rJar kcpcntingan nasional secara khusus. Jumlah populasi negara-negara anggota ti)runl (i20 mewakili-lebih dari 80 perscn populasi dunia. Indoncsia sebagai salah snllt anggola Financial Stability Board yang bcrtugas untuk rncmonitor. dan nrcnrbcrikan rekomendasi tata kelola sistem keuangan global. Dcngan dernikian, dalanr lbrrrrn internasional tersebut, Indonesia mcmiliki peluang besar untuk mcnyuarakarr kepentingan kelompok negara EME agar dipcrhitungkan dalatn konstcllsi sistcut tata kelola keuangan global. Dalam upaya menghadapi tanrangan yang ada. Indorrcsir daprt memanfaatkan keanggotaannya dalam forum intemasional untuk nrentpcrjuangkan Selain faktor eksternal di atas, tantangan ekonomi juga berasal dari faktor internal, antara lain: Pertarna, menurunnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 ini berdampak pada penurunan penerimaan pemerintah yang bersumber dari pajak. Kondisi ini akan memperlebar defisit arggaran pemerintah, sebagaimarn akan terlihat dari membesarnya rasio defisit anggaran terhadap PDB. Grafik 2.5menunjukkan, bahwa rasio defisit anggaran terhadap PDB terus meningkat, walaupun rasio tersebut masih berada di bawah ketentuan perundangan - 3 persen. Peningkatao tersebut dapat mengganggu tingkat keoerlanjutan fiskal. Kedua, masih tingginya porsi pengeluaran pemerintah yang bersifat mengikat, baik karena peratuan perundang-undangan atau kewajiban moral pemerintah. Besamya porsi pengeluaran tersebut terhadap total pengeluaran negaxa berpotensi memperbesar defisit anggaran pemerintah. Untuk menutupi defisit tersebut, pemerintah berencana untuk menambah utang luar rregri. Dalam situasi nilai IDR yang terus terdepresiasi, utang publik dalam nilai USD dan nilai pengeluaran subsidi untuk barang-barang yang harus diimpor cenderung meningkat Hal ini akan terlihat pada peningkatan rasio utang terhadap PDB dan rasio defisit anggaran terhadap PDB. Ketiga, dampak dari kelesuan perekonomian domestik terlihat dari p€nuunan kegiatan sektor usaha sehingga berdampak pada peningkatan jumlah PHK dan penuunan daya beli masyarakat. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung memaksa pemerintah untuk menjalaDlan kebijakan fiskal yang semakin longgar, sehingga berpotensi untuk menggaoggu keberlanjutan fiskal sebagaimana terlihat dari peningkatan rasio defisit anggaran terhadap PDB. 26 kepentingan nasional. Kepentingan ini antara lain adalah: pertamlr, mcnqusulkln penerapan sistem peringatan dini sebagai bagian dari global,run,:illLtut.t, .sysrL,tt yang tidat hanya diterapkan pada ncgara-negara berkcrnbang tcrrnasuk kclompok negara EMEs, tetapi juga kelompok negara maju. Hal ini dibutuhl<an Drunsrnrirl kisis ekonomi dapat juga disebabkan oleh kondisi pcrekononrian ncslrl nulr sepeni krisis ekonomi global yang dimulai di Amerika Serikat pada tahun 2007. Kedua, memperkuat keterwakilan kcpentingan kelontpok negara EMl-ls dalam mencari jalan keluar mengatasi krisis. Saat ini, hantpir sctiap kasasan internasional memiliki mekanisme GFSN dalam skcma iegional L.inontiul Asyatqlce (RFA) yang berada di luar lntemational Monetary Fund. Untuk kawasan ASEAN + 3 telah dibentuk CMIM. Skema RFA juga telai.r terbentuk di kawasan lain seperti di Amerika Latin, Eropa dan Timur Tengah. Mengusulkan pcningkatan koordinasi antar RFA dengan lntemational Monetaiy Fund diperlukan. khususnya dalam penentuan persyaratan pencairan dana dan currencv s*ip yong lebih tcrbuka scdang dan mempertimbangkan kepentingan kelompok n"guru EME yang mengalami kisis. Ketiga, sebagai anggota forum G20, lndonesia dapat nrclakukan herbagai lobby dalam upaya memperoleh dana untuk kcbutuhan pembangunan inl'r.ilstruktur dan sumber daya manusia. Untuk kebutuhan infrastruktrir, dana ini dapat bcrbcntuk tawaran investasi langsung (PMA) atau penjualan obligasi pemcrintah. Scrncntaril pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan sejalan dengan kegiaran investasi langsung melalui skema transfer teknologi dan ilnru pengltahuan darr 27 penyediaan dana beasiswa dari pemerintah asing. Lobby ini juga dapat dilakukan misalnya dalam mencari mitra dagang yang potensial untuk Indonesia. Kedua, pemanfaatan penerimaan sumber daya alam tak terbaruk;rn (non-rcnewable resoutces) pro!uk1[ Keempat, Indonesia dapat memanfaatkan pasar sukuk sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan. Pasar sukuk merupakan pasar modal dengan pertumbuhan yang relatif cepat. Saat ini perkembangan pasar sukuk masih terkonsentrasi di beberapa negara seperti Malaysia dan negrlra-negara di kawasan teluk Persia. Belakangan ini, beberapa negara di kawasan Asia Timur, Afiika dan Eropa mulai menunjukkan minat untuk pengembangan pasar sukuk. Instrumen Strategi ini dibangun berdasarkan konsep weak sisrainahitit. Penerapannya dalam proses penglkumulasian modal aclalah sunrb;r daya alam rak terbarukan. yang merupakan bentuk dari pemanfaatan sumber daya alam Strategi Adapun strategi kebijakan keuangan negara yang dapat dijalankan untuk mcndan u Ketiga, menciptakan suatu mekanisme sistem peringatan dini untr k mengukur ketahanan fiskal dalam mcnghadapi gejola-k kctidakpastian pasar global. Fis.a/ Srress /ader mcrupakan silah sarrr rrrdckr. virr rr dapat dibangun berdasarkan berbagar bisaran keuangi,n d:rn ek,,rr,,r,ri mako. Indeks ini digunakan sebagar bagian rJarr pcngclolaarr risitr,, fiskal dalam menghadapi gelolak kerrdakpisrian ekon,rrnigl,,hal Keempat, memanfaatkan dana yang bcrasal dari penjualan instrutncnl pasar modal bcrbasis syariah untuk pcngcmbangan infiastrukrLrr. Pendanaan melalui penerbitan instrument pasar sukrrk ntcmiliki risiko penghasilan tidak kena pajak (PTKP) serta berbagai program jaring pengaman sosial seperti kartu sehat merupakan upaya mempertahankan relative kecil dibandingkan dana dari pasar modal konvensional. Ilal irr dimungkin-kan, karena pengcmbalian pinjaman didasdrkan pada prinsip daya beli. Sementara itu, berbagai paket kebijakan yang telah dijalankan pemerintah seperti penurunan tariff BBM solar dan listrik, bagi hasil proyek. Sistem bagi hasil tersebut menvcbabkan risiklr ditanggung bersama secara merara oleh para invesror. Dcngan demikian, fiskal pendanaan yang berasal dari pasar ,rk,., ,,,i,,k -risiko pemotongan pajak bagi pengusaha dan eksportir dan tax holiday untuk dividend yang diinvestasikan kembali di Indonesia merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang dapat menggerakkan kegiatan ekonomi dari sisi produksi. klileria sustainable. Pertana, pengakumulasian fscal buffer (space) sebagai salah satu strategi menjaga keberlanjutan fiskal. Pengeluaran negara secara umum terbagi dalam pengeluaran yang bercifat non-discretionqry karcta diatur oleh undang-undang dan yang tak terbarukan untuk pengeluaran produktif adalah Susrttituble Budget In.lex (SBt). mencapai target RPJMN III bertumpu pada kriteria growth, bolance, sustainable dan inclusive. Strategi tersebut antara lain adalah: a. Pemenuhan kriteria growth. Strategi fiskal untuk kiteria ini diharapkan dapat menggerakkan kegiatan di sektor riil sebagai sisi produksi dan seklor rumah tangga sebagai sisi permintaan. Pertumbuhan perekonomian Indonesia cenderung digerakkan dari sisi permintaa''l atau konsumsi masyarakat. Berdasarkan pemahaman ini, maka kebijakan yang telah dijalankan p€merintah seperti peningkatan batas b. ,?.r/./,..r/ capital dimanfaatkan untuk mendorong pengakumulasian bcntuk lrrodirl lairurya, yaitu modal manusia (humai caflta|. modal fisik (phrllc. r/ cqpitql)., modal sosial (social capital) dan modal kcuangan capilal). Alat ukur yang dapat digunakan untuk meng-ukurilinoncii cfisicnsi pasar sukuk dapat dimanfaatkan untuk memperoleh dana altemative yang berasal dari negara-negara berbasis lslam. V. untuk keperluan Detucluaran vun, Pengeluaran produktif ini berkairan i.nion uf.u,riin.i modal. yang disebut sebagai Su.ttainable irulget .rrrutcgt. .Strategi ini, proyek. infiastruktur yang bersifar jangka panjang relarivc lebih kee dibandingkan sumber dana dan pasar rnudai konvc-nsronll. I Pemenuhan bersifat discretionary. Pada tahun 2013, pengeluaran yang bersifat nondiscrelionary memanfaatkan sekitar 79,5 persen dari total pengeluaran pemerintah, sehingga berarti hanya 20,5 persen dari total tersebut (atau setara dengan 3,73 persen dari PDB) digunakan untuk pengeluaran discretionary (dthitung dari Kementrian Keuangan, 201 5"'). c. Pemenuhan kriteria inclusive. Salah satu kcbijakan fiskai yang kiteria ini adalah dana dcsa yang mcrupakan bagian dar:i dana perimbangan pusat - daerah. Dana- yang disalurka-n urrtuk menggerakkan kegiatan perekonomian pedesian merupakan bagiar dari program peningkatan pemerataan pembangunan. ilana tcrsibL,t diharapka-n dapat menjadikan dacrah pedeiaan scbagai pusar pertumbuhan. Sejalan dengan penyaluran dana desa terseLut, inakr sistem kelembagaan terkait pencairan dana, proses monitoring tllr cvaluasi penggunaan dana tersebut perlu menlidi bagian dari siatcpi memenuhi 23 I ini. Selain itu pengeluaran pemerintah saat ini yang berkaitan dengan program pengentasan kemiskinan seperti kartu sehat, raskin, dan scbagainya merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang bersifat inklusif Hal ini menunujukkan semakin diperlukannya data sosiodemografi-ekonomi kependudukan yang akural, sehingga program tersebut dapat tepat sasaran. d. Pemenuhan k:riteria balanced. Pada saat perekonomian berada pada masa resesi, kriterra balqnced budget menjadi suatu hal yang sulit dicapai. OIeh sebab itu, kiteria ini dapat dipenuhi melalui proses konsolidasi fiskal terkait realokasi dana pembangunan dan berbagai penghematan, sementara anggaran VI. difisit dengan Referensi Badan Pusat Statistik. (2014). Laju pertumbuhan produk Dohestik Bruk) At.$ Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan LJsaha @ersen), 2O(,0_ 2014. Diunduh Juni l, 20t5, dari produk bomestik Br'uto (Lapangrn Usaha): http://www.bps. go. id/linkTabe6taris/view/idl I 202 Badan Pusat statistik. (2015a). Jumrah penduduk Mi\kin, perst,tltus(, pL,trtrtrr,tk Miskin dan Garis Kemiskinan, lg\0-201J. Diuniuh Juni l. Kemiskinan: http://www.bps. go. id,/linkTabelstatis/v iew/ id/ I 49 4 2015, drrri berbagai pembiayaannya dikelola dengan baik. Penentuan rasio utang terhadap PDB dan rasio defisit anggaran terhadap PDB sebagaimana telah digariskan dalam RPJMN III merupakan tolok ukur yang dipakai untuk memenuhi kriteria ini selain juga ketentuan perulrdangan tentang besar Badan Prrsat statistik. (20r5b). Jumrqh dan persentase penduduk Mi'kin, Gcr.i.s Kemiskinan, Indels Kedalaman Kemiskinan (pt), dan. Diunduh Juni l, 2015, dari Kemiskinan: http://www.bps.go.irVlinkiabelstatis/viewlidi l4t8 kedua rasio tersebut. Intemational Monetary Fund. (20141. llorld Economic Outloctk. LegLte:ies, Cltttr/.t. Uncertainties. Washington. DC: Inlemalional Monclary FuJ Penutup Gejolak perekonomian global akan sangat mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia. A-kibatnya, pada saat perekonorrrian dunia mengalami kisis, kinerja perekonomian Indonesia akan terganggu. Hal ini terlihat dari belum tercapainya target pertumbuhan ekonomi selama RPJMN lI (2010 2014) sebagai akibat adanya kisis ekonomi dunia pada tahun 2007 2009. Adanya kisis tersebut menunjukkan, bahwa kebijakan moneter konvensional melalui penurunan tingkat suku bunga tidak cukup untuk dapat mengatasi kisis ekonomi, sehingga peran kebijakan fiskal menjadi sangat penting. Masalahnya adalah kemampuan pemerintah untuk menjalankan kebijakan fiskal ekspansif masih terbatas, terutama karena tingginya kban utang negara, sebagaimana ditunjukkan oleh rasio utang terhadap PDB. Menghadapi kondisi perekonomian global yang masih sepenuhnya pulih dari krisis, Indonesia memasuki masa pelaksanaan RPJMN III (2015 - 2019). Target kinerja perekonomian berdasarkan prioritas pembangunan dan target keuangan negara telah dibuat. Strategi pencapaian target yang telah ditentukan didasarkan pada prinsip growth, balance, sustainable dan izclaslve. Sebagai anggota G20 masih terbuka peluang untuk memanfaatkan forum tersebut untuk kepentingan nasional. Dari sisi kebijakan nasional, strategi keuangan negara lebih difokuskan pada konsolidasi fiskal, realokasi penerimaan dan pengeluaran serta peningkatan ketahanan fiskal terhadap gejolak ekonomi globcl. International. Ygnelary Fund. (2015). Now is the Time: Fiscal l,olit.it.t /,t Sustain(tble Growth, Fiscal Affair. Washington, f)C: International Monctary Fund. Intemational. Ygn"lury Fund. (2015). Now i.s the Timt:.. Fiscal potit.it.r /,tr Sustqinable Growth. Fiscal Affair. Washington, DC: IMF. Intemational. Monetary Fund. (2015). Ir/orld Economic outrook: Lrnevcn (irou,rtt. Washington DC: Intemational Monetary Fund. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2015a). Rancangan Angg(r.ta, Pendapatan dan Belonja Negata Tahun Anggaran 2015.Jaiarta: Dircklorirt Jendral Anggaran. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2015b). prtt/il Utttnu l,cm(rintoh Pusal: Pinjaman dan Surat Berharga Nqura.Jakuita: Dtrc'k'rnrat Jcn.lr.,l Pengelolaan Utang. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. (2010). Rencana pctnbangunrn Jangka Menengah 20ro - 20r4. Buku t. )akartai Kernentrian pcrencarairn Pembangunan Nasional. 30 :1 Komenterian Perencanaan Pembangunan Nasional. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Mcnengah Nasional III 2015 - 2019. Buku I. lakatta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 32