BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Melalui komunikasi manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain sehingga dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu dengan yang lain dengan melakukan komunikasi tersebut. Komunikasi itu sendiri menurut Cherry, 1957 (dalam Suprapto dan Fahrianoor, 2004) adalah suatu proses di mana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama yang lebih baik mengenai suatu masalah yang penting bagi semua pihak yang terlibat. Sedangkan menurut Wood (Enjang, 2009) komunikasi merupakan suatu proses sistematis dalam interaksi antar individu, dengan menggunakan berbagai simbol dalam rangka menciptakan dan menginterpretasi makna atau arti. Devito seorang profesor komunikasi di City University Of New York dalam bukunya Communicology membagi komunikasi atas empat macam, yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa (Uchjana, 2005). Dari keempat tipe komunikasi tersebut yang 1 akan dibicarakan dalam penelitian ini adalah tipe komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication). Komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam menurut sifatnya, yakni komunikasi diadik (Dyadic Communication) dan komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication). Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Sedangkan komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotaanggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya (Barus, 2005). Komunikasi interpersonal berlangsung di antara individu, bersifat mempribadi dan dibangun atas sendi-sendi pengakuan dan penghargaan yang tinggi atas martabat manusiawi. Maka komunikasi interpersonal (kerap disebut juga komunikasi antar pribadi) mampu memanusiakan manusia sebagai pribadi yang pantas dan selayaknya dihormati, dihargai dan diberdayakan (Enjang, 2009). Devito (1997) menegaskan, karena sifatnya yang interpersonal inilah, maka komunikasi antarpribadi mampu menjadi unsur paling penting dalam membentuk pribadi, menggerakkan partisipasi, memodifikasi sikap perilaku individu. Meningkatkan relasi, menyehatkan jiwa, dan bahkan ampuh dalam mengatasi konflik-konflik kepentingan (Barus, 2005). Menurut Rahmat (2002) ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang 2 yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin untuk berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Bila kemudian ia terpaksa berkomunikasi, sering pembicaraannya tidak relevan, sebab berbicara yang relevan tentu akan mengundang reaksi orang lain, dan ia akan dituntut berbicara lagi. Penelitian yang dilakukan oleh Diah (2010) tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal siswa kelas VII SLTPN 1 Lumbang Pasuruan didapatkan hasil rxy = -0,238 dan p = 0,030. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal karena p 0,050 dapat dijelaskan dengan (rxy = -0,238; sig = 0,030 0,05). Juwita (2009) penelitian tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal dengan r = 0,461 dan p = 0,000. Jika penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Juwita (2009) menyatakan hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Diah (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal. Maka peneliti hendak melakukan penelitian ulang dengan judul 3 yang sama yaitu arah hubungan antara kepercayaan diri dan gejala kecemasan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VIII MTs NU Salatiga apakah sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Diah (2010) adanya hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal atau sejalan dengan hasil penelitian Juwita (2009) yang menyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal. Menurut Rakhmat (2002) tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan kurang percaya diri, tetapi diantara berbagai faktor yang paling menentukan adalah percaya diri. Lauster (Alsa, 2006) menyatakan kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan berprestasi seta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri. Lauster (Alsa, 2006) mengatakan kepercayaan diri adalah percaya kepada diri sendiri yang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang dilalui sejak kecil. Orang yang percaya pada dirinya sendiri dapat mengatasi segala faktor-faktor dan situasi frustasi, bahkan mungkin frustasi ringan tidak akan terasa sama sekali. Tapi sebaliknya orang 4 yang kurang percaya pada dirinya akan sangat peka terhadap bermacam-macam situasi yang menekan. Berdasarkan teori Lauster (Alsa, 2006) tentang kepercayaan diri mengemukakan ciri-ciri orang yang percaya diri yaitu: percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri, serta berani mengungkapkan pendapat. Dalam pendidikan di Indonesia baru-baru ini menjelang dilaksanakannya Ujian Nasional (UN) 2010, Dewan Pendidikan Jawa Timur menghimbau kepada seluruh guru untuk dapat menyiapkan mental siswanya. Ini perlu dilakukan karena banyak siswa yang cenderung mengalami gangguan psikologis atau stres menjelang UN. Selain mengawasi mental siswa, guru hendaknya juga sering melakukan evaluasi pembelajaran bagi siswa. Melalui proses evaluasi, siswa dapat mengetahui tingkat kemampuan dan besar kesalahan untuk dapat diperbaiki. Jika siswa semakin percaya diri akan kemampuannya, tentu fenomena yang kurang baik akan berkurang pula (Surabaya, KOMPAS.com). Alasan penulis mengapa mengambil sampel dan melakukan penelitian di MTs NU Salatiga karena hasil dari wawancara/share dengan salah satu guru dan secara kebetulan guru tersebut adalah guru BK di MTs NU, memaparkan bahwa siswa-siswi mempunyai kepercayaan diri yang baik, tetapi mereka sering mengalami kecemasan dalam kesehariannya di sekolah terkait dengan pembelajaran mereka di sekolah. Dalam hal ini peneliti mengambil subjek kelas VIII di MTs NU Salatiga alasan dipilihnya kelas tersebut karena dari penilaian 5 oleh guru dan wali kelas bahwasannya sering terjadi permasalahan terkait dengan kecemasan komunikasi interpersonal dan kepercayaan diri. Saat pembelajaran mereka merasa khawatir hasil pekerjaannya tidak memuaskan, ada yang tidak berani tampil di kelas karena dia tidak yakin bahwa pekerjaannya baik, takutnya kalau hasilnya tidak baik, teman-temannya akan mentertawakan dibelakangnya. Kelas VIII merupakan kelas yang siswanya paling rame dan sulit diatur. Prestasi juga sangat berpengaruh terhadap kecemasan komunikasi interpersonal siswa. Mereka sering merasakan kecemasan dalam hal pembelajaran sehari-hari disekolah, menurutnya perasaan itu muncul begitu saja dan sulit dihilangkan. Seperti yang sudah penulis jelaskan diatas tadi. Kemudian peneliti melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengambil sampel penelitian disini. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam yang dituangkan dalam judul : ”Arah Hubungan antara Kepercayaan Diri dan Gejala Kecemasan Komunikasi Interpersonal pada siswa kelas VIII MTs NU Salatiga” 1.2. Rumusan Masalah Bagaimanakah arah signifikansi antara kepercayaan diri dan gejala kecemasan komunikasi interpersonal siswa di MTs NU Salatiga? 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui arah signifikansi hubungan antara kepercayaan diri dan gejala kecemasan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII di MTs NU Salatiga. 6 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1.4.1. Kegunaan Secara Teoritik Kegunaan penelitian ini untuk memastikan signifikansi arah hubungan antara kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal. Jika hasil penelitian terdapat hubungan positif signifikan antara kepercayaan diri kecemasan komunikasi interpersonal, berarti penelitian ini sejalan dan dengan penelitian Juwita (2009), dan jika hasil penelitian ini terdapat hubungan negatif signifikan antara kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal, berarti penelitian ini sejalan dengan penelitian Diah (2010) 1.4.2. Kegunaan Secara Praktis Dapat memberikan masukan pada MTs NU atau sekolah untuk memberi layanan bimbingan pribadi dan sosial. 1.5. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II. Landasan Teoritis, terdiri dari pengertian kecemasan komunikasi interpersonal, Pengertian kepercayaan diri, penelitian yang relevan, hipotesis. Bab III. Metodologi Penelitian, berisi jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. 7 Bab IV. Hasil Penelitian Pembahasan, berisi gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. Bab V. Penutup, berisi kesimpulan dan saran. 8