73 V. PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Perusahaan PT. Innovative Development for Eco Awareness (Idea) Consultant merupakan perusahaan konsultan yang bergerak di bidang arsitektur lanskap. Terdapat tiga divisi di dalam perusahan, yaitu divisi Produksi, Manajemen, Pemasaran dan Sumber Daya Manusia. Proses manajemen perusahaan dilaksanakan melalui kerjasama yang dilakukan oleh semua staf yang terdiri dari pimpinan dan ketiga divisi dalam perusahaan. Stoner dan Freeman (1992) menyatakan bahwa pengorganisasian (organizing), adalah suatu proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumberdaya di kalangan anggota organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara optimum. Pada PT. Idea Consultant, pimpinan perusahaan bertugas dalam memberikan arahan dan melakukan pengawasan terhadap semua pekerjaan yang dilakukan pada ketiga divisi dalam perusahaan. Pengarahan (directing) yang dilakukan oleh seorang pemimpin merupakan tahap yang mencakup hal mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi karyawan untuk bekerja dan menjalankan tugasnya dengan baik, khususnya dalam mengerjakan setiap proyek yang dikerjakan oleh perusahaan. Perencanaan (planning) dan pengendalian (controlling) yang baik dalam manajemen yang dilakukan perusahaan dapat menjadi kunci sukses pengerjaan suatu proyek (Stoner dan Freeman, 1992). Komunikasi dan diskusi yang baik yang terjadi secara dua arah dilakukan antara pimpinan perusahaan dan semua staf dari ketiga divisi dalam perusahaan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pada proses pelaksanaan dan penanganan suatu proyek. Dengan struktur organisasi yang ditetapkan perusahaaan, perusahaan dapat mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, sehingga dapat menghasilkan produk yang fungsional, estetik, dan tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan serta sesuai dengan keinginan klien. Hal ini terjadi karena pada pengerjaan suatu proyek, dalam menghasilkan produk perencanaan dan perancangan lanskap perusahaan mengutamakan keinginan klien dengan memperhatikan kualitas lingkungan sekitar agar tidak terjadi kerusakan lingkungan. 74 Pelayanan jasa dan produk hasil dari klien yang memuaskan bagi klien menjadikan perusahaan dipercaya oleh klien dalam mengerjakan proyek lanskap. Hal inilah yang menjadikan perusahaan dapat memperoleh proyek dengan cara permintaan langsung dari klien dan kerjasama dengan lembaga. Cara komunikasi yang baik yang digunakan oleh staf dengan klien menjadi salah satu kunci mendapatkan kepercayaan dari klien. Selain itu bentuk dan cara presentasi produk yang baik kepada klien juga menjadi faktor yang dapat meyakinkan klien dan dapat memperoleh kepercayaan dari klien. 5.1.1. Fasilitas Perusahaan Dalam pekerjaan studio yang dilakukan perusahaan, terdapat dua teknik yang digunakan yaitu dengan sistem manual dan operasi komputer. Penggunaan dua sistem ini dilakukan untuk menghasilkan produk perancangan presentasi pada klien. Dalam pengerjaan proyek sistem manual digunakan peralatan gambar seperti alat gambar, kertas, dan tracing paper. Penggunaan sistem manual ini dilakukan untuk tahap-tahap awal pengerjaan proyek, antara lain tahap inventarisasi dan analisis, sintesis, serta pembuatan konsep. Dalam perusahaan untuk pengerjaan proyek menggunakan sistem operasi komputer digunakan fasilitas PC dan komputer serta aplikasi software komputer grafis untuk menghasilkan produk yang akan dipresentasikan kepada klien. Aplikasi software yang digunakan perusahaan antara lain AutoCAD, Google Sketch Up, Adobe Photosop, Google Earth, serta Microsoft Office. Dalam pengerjaan proyek aplikasi tersebut digunakan untuk mempermudah proses pengerjaan proyek terutama dalam tahap pengembangan desain yaitu proses pembuatan gambar-gambar seperti gambar potongan, site plan, gambar ilustrasi dan juga pembuatan laporan seperti RAB. Namun, perlu adanya penambahan fasilitas komputer untuk mendukung peningkatan kinerja perusahaan dalam menghasilkan produk yang menggunakan komputer grafis. Penambahan fasilitas komputer ini selain diperlukan untuk meningkatnya kinerja perusahaan, juga sangat berfungsi jika terdapat mahasiswa yang akan magang pada perusahaan atau nantinya untuk digunakan oleh tenaga teknis dengan tugas yang sama dengan yang dikerjakan oleh mahasiswa magang. 75 Selain itu, terdapat juga fasilitas lain yang dimiliki perusahaan antara lain printer, scanner, mesin fax dan telefon, wifi, serta buku-buku referensi mengenai prencanaan dan perancangan lanskap. Fasilitas-fasilitas tersebut sangat menunjang kelancaran perusahaan dalam proses pengerjaan proyek. Namun perlu adanya penambahan fasilitas penunjang lain dalam perusahaan, fasilitas tersebut antara lain GPS (Global Positioning System) dan plotter. GPS diperlukan untuk melakukan kegiatan survei lapang, yaitu untuk untuk menentukan titik-titik lokasi yang menjadi potensi maupun kendala pada tapak, sedangkan plotter diperlukan untuk mencetak gambar atau peta dalam skala besar. Plotter dapat mengefisienkan waktu perusahaan dalam mengerjakan proyek, sehingga perusahaan tidak perlu membuang waktu untuk mencetak gambar atau peta berskala besar ke tempat percetakan. Jika ada kesalahan pada gambar atau peta, perusahaan juga dapat memperbaiki dan mencetaknya kembali dengan mudah. Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang telah dimiliki, perusahaan dapat mengerjakan dan menyelesaikan setiap proyek sesuai dengan prosedur dan sistem kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu perusahaan juga dapat menghasilkan produk presentasi sesuai dengan keinginan klien. Selain didukung oleh fasilitas yang ada, keberhasilan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak terlepas dari keterampilan dan kemampuan staf perusahaan. 5.1.2. Prosedur Pengerjaan Proyek Perusahaan Prosedur kerja yang dimiliki perusahaan cukup baik, karena perusahaan telah memiliki prosedur standar pengerjaan proyek yang terdiri dari beberapa tahapan antara lain: tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap desain konsep, tahap pengembangan desain, tahap pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan. Prosedur standar pengerjaan proyek yang telah ditetapkan perusahaan ini, sesuai dengan pendekatan teori proses perancangan menurut Booth (1983) (Gambar 55). 76 Persiapan Project acceptance Inventarisasi dan analisis Research and analysis Desain Konsep Design Pengembangan desain Pembuatan gambar kerja Construction drawings Pelaksanaan Implementation Prosedur standar Perancangan Idea Standar Perancangan menurut Booth (1983) Gambar 55. Kesesuaian prosedur standar tahap pengerjaan proyek perusahaan dengan proses perancangan menurut Booth (1983) Untuk beberapa proyek tertentu, perusahaan mengerjakan proyek sesuai dengan prosedur standar pengerjaan proyek perusahaan. Dalam proyek berskala kecil, selain bertindak sebagai konsultan, perusahaan juga dapat bertindak sebagai kontraktor sehingga desain yang diinginkan pihak perusahaan dengan klien dapat diaplikasikan sesuai dengan gambar-gambar yang diusulkan oleh perusahaan. Pada proyek lainnya, tidak semua tahapan dalam prosedur standar pengerjaan proyek dilakukan. Pada proyek berskala besar perusahaan hanya mengerjakan suatu proyek sampai tahap pengembangan desain atau tahap pembuatan gambar kerja, namun perusahaan tetap bisa menjadi konsultan pengawas pada saat pelaksanaan jika klien menginginkan. 77 5.2. Pengerjaan Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Pecang TNUK Prosedur standar pengerjaan proyek yang telah dimiliki perusahaan memudahkan mahasiswa dalam mengikuti proyek-proyek yang ada. Secara umum proses dan metode yang dilakukan perusahaan sesuai dengan teori yang didapat mahasiswa selama di bangku perkuliahan sehingga tidak memerlukan waktu yang lama bagi mahasiswa untuk memahami metode perencanaan dan perancangan yang dilakukan perusahaan. 5.2.1. Pengelolaan Proyek Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang merupakan proyek yang dimintakan langsung kepada PT. Idea Consultant oleh Dinas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung (PJLKKHL) yang berada langsung dibawah Departemen Kehutanan. Proyek ini memiliki tujuan yang telah ditetapkan oleh klien untuk dilaksanakan oleh perusahaan yaitu mengkaji penerapan desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk pengembangan kegiatan wisata alam di kawasan taman nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan melakukan menajemen proyek agar pengerjaan proyek selesai sesuai dengan tujuan serta rentang waktu yang telah ditetapkan klien. Menurut Soeharto (1999) manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari sumber daya manusia dan sumber daya material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. 5.2.1.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pengelolaan sumber daya manusia bertujuan untuk mengupayakan secara efektif sumber daya manusia untuk melaksanakan proyek. Pengelolaan ini meliputi penyusunan organisasi, pembentukan tim, serta mempraktekan cara kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kegiatan proyek (Soeharto, 1999). Pengerjaan proyek ini menggunakan struktur tim yang telah ditetapkan perusahaan. Perusahaan telah memiliki sistem kerja yang baik dengan adanya pembentukan struktur tim untuk setiap proyek yang ditangani serta pengerjaan 78 proyek secara teamwork. Struktur tim proyek yang ditetapkan perusahaan pada tahap persiapan terdiri dari project leader, main designer, dan tim teknis. Terdapat dua tenaga ahli perusahaan dalam pengerjaan proyek ini yaitu tourism planner yang memilik posisi sebagai project leader, serta arsitek lanskap sebagai main designer. Dalam pengerjaan proyek, tim teknis digantikan posisinya oleh mahasiswa-mahasiswa magang. Dalam pengerjaan proyek ini mahasiswa magang melakukan beberapa kegiatan menurut pembagian kerja yang telah ditetapkan project leader. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa magang pada proyek ini antara lain survei lapang serta melakukan analisis dan sintesis. Selain itu mahasiswa juga berdiskusi dengan project leader dan main designer dalam proses analisis, pembuatan konsep dan rencana tata ruang, serta pembuatan rekomendasi desain sarana dan prasarana. Pada saat survei lapang dan analisis tapak mahasiswa magang dibimbing oleh project leader untuk mengamati beberapa aspek pada tapak yang kemudian didapatkan hasil invetarisasi dan analisis yang sudah dijelaskan pada bab hasil kegiatan magang Tidak adanya peta dasar lokasi tapak merupakan salah satu kendala bagi tim dalam pengerjaan proyek ini. Namun pihak balai TNUK menyediakan tenaga ahli pemetaan, untuk pembuatan peta dasar lokasi tapak dan sekitarnya sehingga sangat membantu kelancaran tim dalam pengerjaan proyek. Dengan struktur tim dan pembagian kerja dalam pengerjaan proyek tersebut, secara keseluruhan proyek dapat berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan setiap anggota tim menyelesaikan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan. 5.2.1.2 Pengelolaan Waktu (Jadwal) Selain pengelolaan sumber daya manusia, dalam pengerjaan proyek juga diperlukan adanya pengelolaan waktu. Lebih lanjut Soeharto (1999) menyatakan dalam manajemen proyek, pengelolaan waktu (jadwal) meliputi identifikasi kegiatan, penyusunan urutan kegiatan, perkiraan kurun waktu dan penyusunan jadwal. Pada tahap awal pelaksanaan proyek ini perusahaan telah membuat susunan jadwal sebagai acuan dalam pengerjaan proyek. Rentang waktu yang dimiliki perusahaan untuk mengerjakan proyek adalah satu bulan. Penyususnan jadwal yang dibuat oleh project leader dapat dilihat pada Tabel 7. 79 Tabel 7. Jadwal Pengerjaan Proyek Kajian Terapan Desain Tapak No. Kegiatan 1. Pembuatan jadwal, pembagian kerja, mengurus administrasi proyek. 2. Pencarian dan pengumpulan data sekunder, proses analisis dan konsep awal sebelum survei lapang. 3. Diskusi dengan klien, survei lapang, analisis, pembuatan recana tata ruang, pembuatan rekomendasi desain. 4. Pembuatan laporan dan produk presentasi, serta presentasi hasil pengerjaan proyek kepada klien. Bulan Mei Minggu 3 Bulan Juni Minggu 4 Minggu 1 Minggu 2 Pada tahap awal pengerjaan proyek ini yaitu pada minggu ketiga Bulan Mei, tim proyek menyusun jadwal dan membuat pembagian kerja, sedangkan pihak manajemen perusahaan mengurus administrasi proyek dengan klien. Penyusunan jadwal dan pembagian kerja dalam tim proyek merupakan pedoman bagi tim untuk melaksanakan pengerjaan proyek sesuai dengan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh klien. Pada minggu keempat Bulan Mei, tim memulai pengerjaan proyek dengan melakukan pengumpulan data sekunder tapak oleh mahasiswa magang. Melalui data sekunder ini, tim berdiskusi untuk melakukan analisis awal serta pembuatan konsep dasar untuk mendapatkan ilustrasi mengenai kondisi tapak. Selain itu pengumpulan data sekunder ini bertujuan untuk mempermudah tim dalam melakukan kegiatan survei lapang sehingga kegiatan survei dapat dilaksanakan tepat waktu. Sebelum melakukan survei lapang di minggu pertama Bulan Juni, tim terlebih dahulu melakukan diskusi dengan klien mengenai keinginan pihak balai TNUK dan PJLKKHL untuk produk akhir yang diinginkan oleh klien serta prosedur yang harus dilakukan saat melakukan survei lapang. Setelah mendapatkan kesepakatan dengan klien, tim melakukan survei lapang selama dua hari. Kegiatan survei ini lebih cepat dari target yang telah ditetapkan yaitu tiga 80 hari, karena tim telah terlebih dahulu melakukan pengumpulan data sekunder. Setelah itu tim melanjutkan pengerjaan proyek dengan melakukan analisis dari hasil survei lapang dan melakukan penyatuan dengan hasil analisis sebelumnya sehingga didapatlah konsep dan rencana tata ruang. Proses analisis hingga mendapatkan rencana tata ruang berlangsung selama dua hari, sehingga tersisa satu hari kerja untuk membuat pengembangan desain. Untuk kegiatan membuat pengembangan desain yaitu rekomendasi desain sarana dan prasarana dilakukan oleh main designer dan mahasiswa magang. Namun untuk pembuatan gambar dan ilustrasi rekomendasi desain ini tidak dapat diselesaikan dalam waktu satu hari, mahasiswa magang melakukan lembur pada akhir minggu (weekend), sehingga pembuatan gambar dan ilustrasi desain ini dapat selesai tepat sesuai jadwal, yaitu minggu pertama Bulan Juni. Dengan adanya keterbatasan waktu, tidak adanya evauasi lebih lanjut dari project leader mengenai hasil dari pengerjaan gambar-gambar yang telah diselesaikan oleh mahasiswa magang juga merupakan kekurangan dalam proyek ini. Pada minggu terakhir rentang waktu pengerjaan proyek, project leader membuat laporan berupa presentasi produk terhadap klien. Pertemuan antara tim dengan klien dilakukan pada minggu terakhir ini, untuk mempresentasikan hasil dari pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tim. Setelah pertemuan dan diskusi dilakukan antara tim dengan klien, menghasilkan kepuasan klien terhadap produk yang telah dibuat sehingga tidak perlu ada revisi dalam pembuatan gambargambar. Pengerjaan proyek ini berjalan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat project leader pada tahap awal pengerjaan proyek. Hanya terjadi lembur pada weekend disaat minggu pertama Bulan Juni untuk menyelesaikan pembuatan gambar-gambar rekomendasi desain. Secara keseluruhan pengerjaan proyek ini berjalan dengan baik karena dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh klien karena perusahaan mengerjakan proyek ini sesuai dengan jadwal yang dibuat tim pada awal tahap persiapan. Selain itu tidak ada koreksi dari klien mengenai produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan. 81 5.2.1.3 Pengelolaan Biaya Pengelolaan biaya meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan dan pemakaian dana proyek (Soeharto, 1999). Untuk pengelolaan biaya dan pembuatan RAB proyek ini, pihak perusahaan tidak memberikan informasi detail mengenai hal tersebut. Namun pihak perusahaan menginformasikan bahwa terdapat rentang biaya antara pendapat dan pengeluaran dimana pendapatan lebih besar daripada pengeluaran, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan mendapat keuntungan dan melakukan pengelolaan biaya dengan baik. 5.2.1.4 Pengelolaan Komunikasi Komunikasi dan diskusi yang baik yang terjadi secara dua arah dilakukan antara project leader, main designer, mahasiswa magang serta staf dari pihak balai TNUK yang termasuk ke dalam struktur tim proyek ini. Selain itu, komunikasi dengan klien juga dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan halhal yang diinginkan oleh klien dalam pengerjaan proyek ini. Pengelolaan komunikasi ini bertujuan meminimalisir terjadinya kesalahan pada proses pelaksanaan proyek. Pengelolaan komunikasi ini merupakan proses yang diperlukan agar mereka yang terlibat dalam proyek, memperoleh informasi yang diperlukan pada waktu yang tepat (Soeharto, 1999). 5.2.2. Tahapan Pengerjaan Proyek Pada pembahasan mengenai prosedur standar pengerjaan proyek perusahaan, terdapat kesesuaian antara prosedur standar pengerjaan proyek perusahaan dengan pendekatan teori perancangan menurut Booth (1983). Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang TNUK dilakukan melalui beberapa tahapan yang telah ditetapkan perusahaan, karena tahapan pengerjaan proyek ini merupakan kesepakatan antara pihak PT. Idea Consultant dengan klien. Pengerjaan proyek Kajian Terapan Desain Tapak ini hanya dilakukan sampai pada tahap pengembangan desain (design development). Penjelasan analisis setiap tahapan pengerjaan proyek adalah sebagai berikut: 82 5.2.2.1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, perusahaan mempersiapkan kebutuhan teknis proyek, mengurus administrasi dan berdiskusi dengan klien, membuat jadwal serta pembagian kerja sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan proyek. Perusahaan terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan klien yaitu pihak PJLKKHL. Pihak klien memberikan berita acara mengenai penjelasan pengerjaan proyek (Anwijzing) mengenai syarat administrasi, nilai kontrak proyek, dan output (hasil akhir) dari pengerjaan proyek ini. Namun pada pertemuan tersebut, mahasiswa magang tidak terlibat langsung didalamnya, hanya pemilik perusahan dengan klien yang bertemu. Untuk tahap persiapan ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan sejalan dengan proses perancangan yang telah ditetapkan perusahan serta standar perancangan Booth (1983). Penyusunan jadwal dan pembagian kerja sangat penting pada tahap ini, karena merupakan pedoman untuk mengerjakan proyek. Pembagian kerja juga merupakan salah satu metode yang digunakan tim untuk mengefisiensi waktu dalam pengerjaan proyek, sehingga setiap anggota tim fokus terhadap pekerjaan masing-masing. Namun masing-masing anggota tim tetap saling berkomunikasi agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan proyek. 5.2.2.2. Tahap Inventarisasi dan Analisis Pada awal tahap inventarisasi dan analisis, perusahaan terlebih dahulu mencari referensi data sekunder serta menganalisis dan membuat konsep awal untuk pengerjaan proyek. Selanjutnya tim proyek melakukan survei lapang dan melakukan analisis lebih lanjut menggunakan data primer yang didapat dan juga aturan-aturan yang harus diterapkan pada pengerjaan proyek ini. Pada saat survei lapang, digunakan GPS sebagai alat untuk menentukan titik-titik lokasi yang menjadi potensi maupun kendala pada tapak. Setelah proses analisis selesai, tim mendapatkan sintesis untuk pengerjaan proyek pada tahap selanjutnya. Untuk tahap ini, pengerjaan proyek sejalan dengan tahapan perancangan perusahaan serta tahapan perancangan yang ditetapkan oleh Booth (1983). 83 (1) Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder terlebih dahulu sebelum tim melakukan kegiatan survei lapang. Dari data sekunder berupa data deskriptif kondisi umum Pulau Peucang, tim melakukan analisis dan konsep awal terhadap tapak. Pengumpulan data sekunder ini mempermudah tim pada saat kegiatan survei lapang, sehingga survei dapat selesai lebih cepat dari waktu yang telah ditargetkan. Belum adanya base map tapak mengharuskan tim melakukan survei untuk mapping area tapak. Cara paling cepat dan mudah untuk membuat mapping tapak ini yaitu dengan menggunakan GPS. Terdapat sedikit kendala karena perusahaan tidak memiliki alat GPS untuk pelaksanaan kegiatan survei lapang, namun perusahaan mendapat bantuan alat GPS dari pihak balai TNUK, sehingga proses survei lapang dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, GPS juga berguna untuk merekam posisi/lokasi penting secara geografis. Pada saat survei lapang dilakukan proses pengambilan data mengenai batas tapak dan penentuan lokasi-lokasi yang sesuai untuk sarana dan prasara yang akan direncanakan dibangun pada tapak. Untuk veegetasi, perusahaan tidak melakukan pengambilan data dan tidak melakukan identifikasi terhadap vegetasi yang terdapat pada tapak. Perusahaan hanya melakukan identifikasi terhadap keberadaan terumbu karang pada tapak untuk menentukan lokasi peletakkan darmaga pada tapak. Output yang dihasilkan pada tahap ini berupa peta tata guna lahan dan peta tutupan lahan. Namun, perusahaan diharapkan mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam perancangan suatu kawasan konservasi seperti vegetasi dan satwa yang merupakan elemen lanskap penting dan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi. (2) Analisis Perusahaan telah melakukan analisis cepat (quick analysis) secara deskriptif dari beberapa aspek. Selain melakukan analisis melalui standar peraturan teknis dan undang-undang serta kondisi lingkungan tapak, perusahaan juga melakukan studi terhadap arsitektur lokal daerah setempat yaitu rumah Baduy. Penggunaan filosofi arsitektur lokal dalam proses kajian ini sangat diperlukan untuk menyesuaikan pengembangan sarana dan prasarana serta material yang akan digunakan terhadap kondisi lingkungan sekitar tapak. 84 Namun, perlu dilakukannya analisis secara spasial yang menghasilkan produk berupa gambar site analysis mengenai kondisi kawasan, daerah-daerah yang merupakan danger signal, dan jalur lalu lintas satwa. Untuk melakukan site analysis tersebut dibutuhkan data tambahan mengenai karakter lanskap Pulau Peucang yaitu segala sesuatu elemen lanskap pembentuk Pulau Peucang mulai dari iklim, jenis tanah, aspek visual, home range dari satwa-satwa pada Pulau Peucang, dan vegetasi apa saja yang terdapat pada tapak dan dapat digunakan sebagai material dalam pembangunan proyek ini nantinya. Pihak balai TNUK perlu membuat pemetaan mengenai kondisi home range dan jalur lalu lintas satwa pada Pulau Peucang untuk keperluan proyek ini jika nantinya pembangunan proyek ini akan dilaksanakan. Home range satwa (animal behavior) penting dalam kajian ini terutama untuk pemilihan lokasi fasilitas. Hal ini dikarenakan satwa memiliki kepekaan terhadap penciuman dan pendengaran, dan jika pada home range satwa-satwa tersebut dibuat sebuah fasilitas maka dampak negatif terhadap kehidupan satwa liar tersebut. 5.2.2.3. Tahap Desain Konsep dan Rencana Tata Ruang Setelah didapatkan sintesis, dilakukan pembuatan konsep serta pembuatan rencana tata ruang. Selain dilakukan analisis terhadap kondisi tapak, perusahaan juga menelusuri sejarah TNUK sebagai World Heritage Site dan kawasan habitat asli badak jawa, sehingga menemukan desain konsep yang sesuai untuk proyek ini yaitu konsep The Windows To The Last Home Of The Javan Rhinos. Tidak adanya master plan TNUK merupakan kendala bagi perusahaan, namun tidak mengurangi kinerja perusahaan dalam pengerjaan pembuatan rencana tata ruang untuk proyek ini. Output dari pengerjaan proyek tahap ini adalah rencana tata ruang yang berupa bubble diagram yang terdiri dari area penerimaan, area gedung multifungsi, area chalet dan ecotoilet, area multifungsi dan area danau. Untuk tahap pembuatan rencana tata ruang ini, selain menggunakan hasil analisis terhadap kondisi tapak dan sekitarnya, perusahaan juga melakukan penyesuaian terhadap desain konsep yang telah ditentukan. Mahasiswa magang sebelumnya juga membuat konsep untuk proyek ini, namun setelah melalui diskusi dengan 85 project leader telah disepakati bahwa konsep yang digunakan adalah konsep yang telah dibuat oleh perusahaan. 5.2.2.4. Tahap Pengembangan Desain Pada tahap pengembangan desain proyek ini dilakukan pembuatan site plan untuk setiap area yang direncanakan serta sarana dan prasarana yang akan dibangun pada setiap area tersebut. Dalam pengerjaan proyek ini tidak dibuat site plan secara keseluruhan. Hal ini perlu dievaluasi oleh perusahaan, karena pembuatan site plan keseluruhan tapak sangat diperlukan untuk membantu klien dalam memahami hubungan antar ruang dari desain yang dibuat perusahaan. Selain itu, untuk menghubungkan antara zona pemanfaatan yang telah dibangun sebelumnya dengan zona pemanfaatan yang akan dibangun perlu adanya jalur sirkulasi penghubung sehingga terdapat kesinambungan antara zona yang akan dibuat dengan zona sebelumnya. Hasil rencana tata ruang untuk proyek ini, merupakan arahan untuk mengembangkan aktifitas serta sarana dan prasarana yang akan direncanakan pada setiap ruang. Peletakkan sarana dan prasarana telah sesuai dengan hasil analisis, rencana tata ruang dan desain konsep yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan penentuan peletakkan sarana dan prasana yang sudah menyesuaikan dengan kondisi arus pasang surut dan persebaran terumbu karang yang telah diketahui pada tahap inventarisasi tapak. Penentuan peletakkan signage juga ditempatkan pada lokasi yang strategis dan disesuaikan dengan lokasi sarana dan prasarana. Selain itu pada lokasi-lokasi chalets juga diletakkan signage edukasi yang berfungsi untuk memberikan pengetahuan mengenai kondisi kawasan sekitar tapak. Peletakan sarana mooring buoy dan jetty telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar agar tidak merusak terumbu karang yang ada disekitar tapak. Dengan empat sisi tambat kapal pada mooring buoy untuk delapan kapal berlabuh. Dua sisi tambat muoring buoy cukup memuat 4 unit kapal dengan ukuran 6x3 m, sedangkan dua sisi tambat cukup memuat 4 unit kapal kecil dengan ukuran 3x1,5 m. Jetty dibuat dengan dua sisi tambat kapal sehingga cukup memuat 4 unit kapal kecil dengan ukuran 3x1,5 m untuk berlabuh. 86 Menurut Harris (1998) standar kebutuhan ruang rata-rata untuk sebuah tenda adalah 200 m2. Untuk area multifungsi yaitu camping ground seluas 1 ha dapat memuat maksimal 50 tenda dimana satu tenda dapat memuat maksimal 5 orang sehingga kapasitas maksimum untuk area ini dapat memuat 250 orang. Adanya kapasitas maksimum tersebut diharapkan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu perlu dibuat aturan lebih lanjut untuk penggunaan area berkemah ini dalam bentuk pembatasan jumlah pengunjung. Pada area ini juga direncanakan akan dilengkapi ecotoilet untuk kebutuhan toilet bagi wisatawan yang akan berkemah. Untuk standar minimal ukuran toilet adalah 1,5x1 m. Sedangkan standar minimal lebar pedestrian circulation untuk 1 orang pejalan kaki adalah 0,6 m. Namun pihak perusahaan tidak merencanakan lebih lanjut mengenai kapasitas kebutuhan ecotoilet dan lebar jalur pejalan kaki pada area ini dikaitkan dengan kemungkinan jumlah pengunjung yang dapat ditampung dengan kapasitas fasilitas akomodasi yang ada. Desain dan material sarana dan prasarana pada proyek ini sejalan dengan prinsip “the law of the similar” menurut Simonds (1983). Prinsip “the law of the similar” menjelaskan bahwa desain dan material yang digunakan dalam pengerjaan suatu proses perancangan lebih menyerupai dengan kondisi lingkungan alam sekitar. Terdapat dua prinsip similar yang terlihat dalam proses pengerjaan proyek ini yaitu similar dalam material dan similar dalam tekstur. Similar dalam material dan tekstur terlihat dari penggunaan material kayu pada sarana dan prasarana. Hal ini bertujuan agar warna bangunan sarana dan prasarana menyerupai warna batang-batang pepohonan pada tapak, karena tapak merupakan kawasan yang memiliki kerapatan vegetasi cukup tinggi. Begitu juga dengan penggunaan material atap menggunakan ijuk. Hal ini dimaksudkan agar atap menyerupai dedaunan. Namun pihak perusahaan tidak membahas lebih lanjut apakah material yang direncanakan untuk pengerjaan proyek ini akan menggunakan material yang terdapat pada tapak. Untuk material kayu sendiri banyak terdapat pada tapak. Saat survei lapang terlihat beberapa pohon besar tumbang. Menurut pihak balai kayukayu pohon tersebut dapat digunakan untuk pengerjaan proyek ini kedepannya. 87 Sedangkan untuk material ijuk tidak terdapat pada tapak sehingga perlu didatangkan dari luar pulau. Pada pengerjaan proyek ini desain yang digunakan disesuaikan dengan kondisi sekitar tapak. Material yang digunakan juga menyesuaikan dengan keberadaan satwa dan kondisi tapak sehingga desain dari sarana dan prasarana tersebut terlihat harmonis dengan lingkungan sekitar tapak. Dengan prinsip eco yang diterapkan, perusahaan perlu mempertimbangakan bagaimana kondisi dan kebutuhan material yang akan digunakan untuk sarana dan prasarana jika proyek ini nantinya akan dilaksanakan. Jika material yang diperlukan tidak ada pada tapak, perlu mendatangkan material tersebut dari luar pulau dengan konsekuensi seperti mahalnya biaya pengiriman material sehingga membutuhkan penambahan biaya. Untuk tahap pengembangan desain pada bangunan baik chalets, information centre, kantin dan gudang, perusahaan juga telah menyesuaikan desain bangunan-bangunan tersebut dengan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy. Terlihat dari bentuk bangunan yang berbentuk panggung, penggunaan material kayu pada dinding, dan penggunaan material ijuk untuk atap bangunan. Selain itu desain kemiringan atap yang telah ditentukan serta penggunaan material kasa pada jendela chalets juga telah disesuaikan dengan kondisi iklim setempat sehingga dapat memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari. Dengan memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari ini, juga dapat menghemat energi sehingga tidak diperlukan pendingin udara dan energi listrik pada siang hari. Pengembangan desain bangunan dan penginapan dalam hal ini berupa chalets jika dibandingkan sesuai dengan prinsip ecolodges. Ecolodges merupakan akomodasi untuk penginapan wisatawan yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) merupakan bangunan kecil kurang dari 30 kamar, (2) menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat, (3) terletak pada daerah alami dan mendukung konservasi alam lingkungan setempat, (4) meminimalkan penggunaan energi dan pengelolaan limbah (www.worldwideecolodges.com). Gambar 57 menampilakan beberapa contoh ecolodges yang terdapat di Laos yang merupakan ibukota negara Kamboja. 88 (Sumber: www.ecotourismlaos.com/eco_accommodation) Gambar 56. Ecolodges di Laos Tabel 8. Kesesuaian kriteria chalets dengan prinsip ecolodges No. Ecolodges Chalets 1. Merupakan bangunan kecil kurang dari 30 kamar. Merupakan bangunan dengan 1 kamar. 2. Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat. Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat yaitu penerapan filosofi dan penggunan material arsitektur lokal rumah Baduy. 3. Terletak pada daerah alami dan mendukung konservasi alam lingkungan setempat. Terletak pada salah zona pemanfaatan TNUK yang merupakan daerah alami dan juga merupakan kawasan konservasi sehingga mendukung konservasi lingkungan setempat. 4. Meminimalkan penggunaan energi dan pengelolaan limbah. Desain kemiringan atap 20o dan penggunaan material kasa dapat memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari sehingga dapat menghemat energi. Adanya ecotoilet yang menggunakan sistem biofil merupakan bentuk aplikasi penggunaan teknologi dalam pengelolaan limbah. Terlepas dari berbagai kekurangannya, pengerjaan proyek ini secara keseluruhan sudah berjalan cukup baik, karena tidak adanya saran atau koreksi lebih lanjut dari klien saat perusahaan mempresentasikan produk (output) dari proyek ini. Produk (output) yang dihasilkan dari pengerjaan proyek ini berupa arahan serta rekomendasi desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan pulau Peucang TNUK. 89 5.3. Posisi Mahasiswa Magang Pada Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon, mahasiswa magang berpartisipasi aktif dari awal tahap persiapan proyek hingga tahap pengembangan desain. Mahasiswa magang juga berpartisipasi langsung pada kegiatan survei lapang ke lokasi proyek kajian Terapan Desain Tapak yaitu Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon. Pada proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang, mahasiswa magang berada langsung dibawah arahan dan bimbingan dari project leader serta main designer dalam struktur tim proyek. Dalam Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang ini, mahasiswa magang juga ikut serta dalam proses analisis serta pembuatan konsep yang dilakukan oleh project leader dan main designer. Pada tahap pengembangan desain proyek ini, mahasiswa juga berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan detail siteplan maupun gambar ilustrasi. Aplikasi yang digunakan mahasiswa dalam pengerjaan proyek ini antara lain AutoCAD 2004, Google Sketch Up 7, Adobe Photoshop CS3, serta Google Earth. Dalam perusahaan mahasiswa magang berada pada divisi produksi yaitu divisi yang mengerjakan proses perencanaan dan perancangan setiap proyek yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk proyek Sinar Mas Forestry, mahasiswa magang berpartisipasi sebagai drafter dalam mengerjakan proyek tersebut yang saat itu sudah pada tahap pengembangan design. Sementara itu, untuk proyek Rencana Pengelolaan Hutan Diklat Rumpin, mahasiswa berpartisipasi dimulai dari tahap analisis sampai dengan tahap pengembangan desain. Pada saat proses magang, mahasiswa magang juga mendapat ilmu-ilmu baru yang tidak terdapat pada bangku perkuliahan. Pengerjaan proyek yang mengutamakan kepada perlindungan kawasan dan mengusahan kondisi lanskap tetap alami seperti aslinya merupakan ilmu baru yang didapat mahasiswa saat magang. Pengerjaan proyek dalam skala besar, serta lokasi proyek yang merupakan kawasan konservasi merupakan suatu tantangan baru bagi mahasiswa magang untuk mempelajarinya. Proses survei lapang pada kawasan konservasi juga merupakan hal baru yang dialami mahasiswa magang. 90 Selain itu, terdapat penambahan ilmu mengenai pariwisata dan ekowisata yang aplikasinya pada tapak kurang dipelajari secara mendalam saat di bangku perkuliahan. Konsep eco-tourism menegaskan bahwa konsep pemanfaatan lingkungan harus diletakkan untuk ‘membangun hubungan simbiosis pariwisata – lingkungan’ yang berfungsi untuk menciptakan wisata berkelanjutan melalui integrasi ke empat hal berikut: (1) kepentingan pelestarian kawasan, (2) kepentingan ekonomi kawasan di sekitar kawasan TNUK, (3) kepentingan pelayanan terhadap wisatawan, dan (4) kepentingan kelayakan pengembangan wisata, dalam sebuah hubungan timbal balik yang bergantung dan saling mempengaruhi. 5.4. Perusahaan Konsultan sebagai Penyedia Jasa Sebagai sebuah perusahaan konsultan yaitu sebagai penyedia jasa dan produk, perusahaan tergolong telah memiliki kriteria yang baik. Hal ini dikarenakan perusahaan telah memenuhi persyaratan sebagai penyedia jasa menurut Kepres No. 80 tahun 2003. Selain itu PT. Idea Consultant sebagai sebuah perusahaan konsultan memiliki kelebihan yang sesuai dengan beberapa kelebihan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Kelebihan perusahaan sebagai konsultan lanskap adalah: 1. Kemampuan profesional yang dimiliki oleh perusahaan adalah kemampuan menghasilkan produk perencanaan dan perancangan yang sesuai dengan keinginan klien, fungsional, estetik dan tidak merusak lingkungan. Terbukti dengan adanya sebelas proyek yang ditangani sebelumnya, serta tiga proyek yang sedang dikerjakan saat kegiatan magang berlangsung, dengan klien yang beragam baik klien swasta maupun lembaga pemerintahan. 2. Perusahaan telah memiliki pengalaman dan pengetahuan langsung dalam mengerjakan proyek-proyek sebelumnya dan penanganan proyek yang beragam. Selain itu, dalam menghasilkan produk dan hasil kerja telah menunjukkan sikap obyektif dan profesional. Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki perusahaan sebagai konsultan lanskap, perusahaan juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu di evaluasi demi kemajuan perusahaan antara lain: 91 1. Terjadi lembur (overtime) pada saat mendekati waktu deadline pengerjaan gambar-gambar yang harus segera diselesaikan. Selain itu, lembur juga terjadi untuk menyesuaikan antara jadwal pengerjaan proyek dengan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh klien, karena jadwal pengerjaan proyek Kajian terapan Desain Tapak yang ditetapkan hanya satu bulan. 2. Proses analisis yang belum komperhensif unutuk kasus kawasan konservasi serta belum lengkapnya produk yang dihasilkan dalam pengerjaan proyek Kajian terapan Desain Tapak Pulau peucang TNUK seperti kurangnya gambar site analysis dan gambar site plan keseluruhan. 3. Kurangnya beberapa fasilitas, seperti PC dan komputer, GPS dan plotter. Dengan kurangnya beberapa fasilitas tersebut tidak mennghambat kinerja perusahaan dalam pelaksanaan pengerjaan proyek. Namun akan lebih baik jika perusahaan memiliki dan menambah fasilitas tersebut sehingga kinerja perusahaan dapat lebih dioptimalkan.