BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (state of the art) Berdasarkan topik usulan tugas akhir yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan-batasan masalah yang berkaitan erat dengan topik yang sedang diambil. Referensi-referensi ini kemudian akan digunakan untuk mempertimbangkan permasalahan-permasalahan apa saja yang berhubungan dengan topik yang diambil. Adapun beberapa referensi tinjauan mutakhir yang digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Disyon tentang Analisa Keandalan Sistem Distribusi dengan Metode RIA pada Sistem Distribusi Jawa Timur Penyulang GI Waru pada tahun 2008, didapatkan bahwa metode RIA ini dapat digunakan untuk menghitung indeks keandalan MAIFI (Momentary Average Interruption Frequency Index) sebab di dalam perhitungannya, metode ini juga memperhatikan laju kegagalan yang disebabkan oleh gangguan sementara yang dialami oleh tiap komponen dalam sistem. Namun data-data yang dianalisis di dalam penelitian ini hanya mencangkup data panjang saluran serta jumlah pelanggan sistem distribusi GI Waru saja dan nilai failure rate pada komponen lain (seperti trafo dan CB) tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Henki P. Wicaksono dan kawan-kawan tentang Analisis Keandalan Sistem Distribusi di PLN APJ Kudus dengan metode Section Technique pada tahun 2012, didapatkan bahwa konfigurasi jaringan di APJ Kudus yang mulanya kompleks dapat dibagi ke dalam beberapa seksi dengan sectionalizer sebagai pembatas dari tiap seksi pada diagram sistem distribusi menggunakan metode ini, sehingga didapatkan proses perhitungan yang lebih sederhana untuk mendapatkan hasil indeks keandalan sistem. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan behwa nilai SAIFI pada area ini masih di memenuhi terget 5 6 PLN yakni sebesar 2,4982 pemadaman/tahun sedangkan nilai SAIDI bernilai 7,6766 jam/tahun sehingga tidak memenuhi target PLN yaitu 100 menit atau sekitar 1,67 jam/tahun. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah dan kawan-kawan tentang Studi Perbaikan Keandalan Jaringan Distibusi dengan Pemasangan Gardu Induk Sisipan di Kabupaten Enrekang Sulsel dengan metode RIA pada tahun 2012, didapatkan bahwa nilai indeks keandalan di area ini menjadi lebih baik setelah adanya sisipan GI di Enrekang. Dengan bantuan metode RIA ini, peneliti mendapatkan perhitungan indeks keandalan yang berupa SAIFI dan SAIDI. Didapatkan bahwa nilai SAIFI di masing-masing penyulang di area Enrekang ini masih memenuhi target PLN dengan nilai jumlah nilai SAIFI di penyulang area ini adalah 1,199 jam / pelanggan.tahun. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Fery Praditama tentang Analisis Keandalan dan Nilai Ekonomis di Penyulang Pujon PT. PLN (Persero) Area Malang pada tahun 2014, didapatkan bahwa dengan menggunakan metode section technique untuk menganalisis jaringan Penyulang Pujon yang semula sangat kompleks menjadi 8 section membuat proses perhitungan indeks keandalan sistem menjadi lebih mudah. Penyulang Pujon yang memiliki struktur jaringan radial interkoneksi dibagi menjadi 8 section untuk mendapat perhitungan SAIDI dan SAIFI. 7 2.2 Tinjauan Pustaka Adapun teori-teori penunjang yang digunakan penulis untuk mengerjakan Tugas Akhir ini, antara lain : 2.2.1 Keandalan Sistem Tenaga Listrik Keandalan merupakan suatu istilah abstrak yang memiliki arti ketahanan, ketergantungan, dan kinerja yang baik. Untuk sistem teknik elektro, keandalan merupakan sesuatu yang dapat dihitung, diukur, dievaluasi, direncanakan, dan didesain menjadi bagian dari peralatan atau sebuah sistem. Keandalan berarti kemampuan suatu sistem untuk bekerja sesuai dengan fungsinya dibawah kondisi operasi yang dihadapi selama masa hidupnya (Chowdhury, 2009). Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik dibagi menjadi beberapa bagian, yakni : sistem pembangkitan, sistem transmisi, sistem distribusi, serta sistem pembagian beban. Masing-masing bagian beroperasi secara terintegrasi agar dapat menyalurkan energi listrik dari pembangkit hingga pelanggan (beban). Sistem distribusi merupakan bagian vital dari sebuah sistem penyaluran energi listrik, karena sistem ini yang menghubungkan langsung sistem tenaga dengan pelanggannya. Sebanyak lebih dari 80% dari semua gangguan pelanggan, terjadi di sistem distribusi (Chowdhury, 2009). Hal ini dapat terjadi karena konfigurasi dari sistem distribusi umumnya adalah berbentuk radial, dimana sistem akan mudah down oleh sebuah gangguan karena sistem radial ini umumnya menggunakan struktur seri dalam konfigurasinya, sehingga apabila terjadi suatu gangguan maka akan mempengaruhi semua komponen sistem di dalamnya. Metode keandalan direncanakan dan didesain pada sistem distribusi untuk mencegah sistem tersebut mudah mengalami down, sehingga disinilah pentingnya untuk menganalisis suatu keandalan sistem distribusi tenaga listrik. 8 2.2.1.1 Pengaplikasian konsep keandalan pada sistem distribusi Aplikasi dari konsep keandalan sistem distribusi berbeda dengan aplikasi sistem pembangkitan dan sistem transmisi, dimana sistem distribusi lebih berorientasi pada titik beban pelanggan daripada orientasi pada wujud sistem, dan sistem distribusi lokal lebih dipertimbangkan daripada sistem terintegrasi yang secara luas yang mencangkup fasilitas pembangkitan dan transmisi. Keandalan sistem pembangkitan dan transmisi lebih mempertimbangkan probabilitas hilangnya beban (loss of load), dengan sedikit memperhatikan komponen sistem, sedangkan keandalan distribusi melihat ke semua aspek dari teknik, seperti desain, perencanaan, pengoperasian. Karena sistem distribusi kurang kompleks dibandingkan sistem pembangkitan dan transmisi yang terintegrasi, perhitungan probabilitas metematiknya lebih sederhana dibandingkan yang dibutuhkan untuk penaksiran keandalan pembangkitan dan transmisi (Chowdhury, 2009). 2.2.2 Tipe Jaringan Sistem Distribusi Secara umum, bentuk konfigurasi suatu jaringan tenaga listrik hanya mempunyai 2 konsep konfigurasi, yaitu : (PLN, 2010) 2.2.2.1. Jaringan Radial Merupakan jaringan yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika terjadi gangguan pada sistem, maka sistem akan blackout atau padam pada bagian yang tidak mendapat pasokan listrik. 2.2.2.2. Jaringan Bentuk Tertutup Merupakan jaringan yang memepunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika terjadi gangguan. Sehingga bagian yang mengalami pemadaman (blackout) dapat dikurangi atau bahkan dihindari. Berdasarkan kedua konsep di atas, maka dibuat konfigurasi-konfigurasi jaringan sebagai berikut : (PLN, 2010) 9 1. Konfigurasi Radial Konfigurasi jaringan ini disebut juga sebagai konfigurasi fish bone. Pengurangan luas pemadaman dilakukan dengan mengisolasi bagian yang terkena gangguan dengan menggunakan pemisah pole top switch (PTS), Air Break Switch (ABS), dengan koordinasi relai. Pemutus balik otomatis (PBO) atau automatic recloser dipasang pada saluran utama dan saklar seksi otomatis (SSO) atau automatic sectionalizer pada titik percabangan. Gambar 2.1 Konfigurasi Radial Konfigurasi bertipe radial ini memiliki kelebihan maupun kekurangan, antara lain sebagai berikut : a. Keunggulan : - Bentuk atau strukturnya sederhana. - Biaya investasi dan perawatan yang relatif murah. b. Kelemahan : - Kualitas pelayanannya kurang baik karena rugi tegangan dan daya pada saluran relatif besar. - Kontinyuitas pelayanan daya tak terjamin sebab antara titik sumber dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran. - Bila saluran tersebut mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian setelah gangguan akan mengalami pemadaman total. 10 2. Konfigurasi Spindel Konfigurasi spindel umumnya digunakan pada saluran kabel bawah tanah. Pada konfigurasi ini dikenal 2 jenis penyulang yaitu penyulang cadangan (standby atau express feeder) dan penyulang operasi (working feeder). Penyulang cadangan tidak dibebani dan berfungsi sebagai back-up suplai jika terjadi gangguan pada penyulang operasi. Untuk konfigurasi 2 penyulang, maka faktor pembebanan hanya 50%. Berdasarkan konsep spindel, jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6 penyulang operasi dan 1 penyulang cadangan sehingga faktor pembebanan konfigurasi spindel penuh adalah 85%. Ujung-ujung penyulang berakhir pada gardu yang disebut Gardu Hubung dengan kondisi operasi Normally Open (NO), kecuali penyulang cadangan dengan kondisi Normally Close (NC). Gambar 2.2 Konfigurasi Spindel Adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh konfigurasi sistem distribusi ini, antara lain sebagai berikut : a. Keunggulan : - Mempunyai keandalan sistem yang lebih tinggi. - Rugi tegangan dan rugi daya relatif kecil. - Adanya gardu hubung b. Kelemahan : - Beban setiap penyulang terbatas - Maksimum 7 penyulang dan panjang penyulang kurang lebih 8 km - Biaya investasi dan perawatan yang sangat mahal. 11 3. Konfigurai Fork Konfigurasi ini memungkinkan satu Gardu Distribusi dipasok dari 2 penyulang berbeda dengan selang waktu pemadaman sangat singkat. Jika penyulang operasi mengalami gangguan, dapat dipasol dari penyulang cadangan secara efektif dalam waktu sangat singkat dengan menggunakan fasillitas Automatic Change Over Switch (ACOS). Pencabangan dapat dilakukan dengan sedapan Tee-Off (TO) dari saluran udara atau saluran kabel bawah tanah melalui Gardu Distribusi. Gambar 2.3 Konfigurasi Fork Sumber : PLN, 2010 4. Konfigurasi Spotload (Paralel Spot) Konfigurasi yang terdiri dari sejumlah penyulang yang beroperso secaraa paralel dari sumber atau Gardu Induk yang berakhir pada Gardu Distribusi. Konfigurasi ini dipakai jika beban pelanggan melebihi kemampuan hantar arus penghantar. Salah satu penyulang berfungsi sebagai penyulang cadangan, guna mempertahankan kontinyuitas penyaluran. Sistem harus dilengkapi dengan relai arah (directional relay) pada Gardu Hubung. Gambar 2.4 Konfigurasi Spotload (Paralel Spot) Sumber : PLN, 2010 12 5. Konfigurasi Jala-Jala (Grid, Mesh) Konfigurasi jala-jala memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai arah ke titik beban. Rumit dalam proses pengoperasiannya, namun umumnya digunakan pada daerah padat beban tinggi dan pelanggan-pelanggan khusus. Gambar 2.5 Konfigurasi Jala-Jala (Grid, Mesh) Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik adalah ditinjau dari bal-hal berikut ini : (Suhadi, 2008) a. Kontinyuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemadaman, baik karena gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan. Biasanya, kontinyuitas pelayanan terbaik diprioritaskan pada beban-beban yang dianggap vital dan sama sekali tidak dikehendaki mengalami pemadaman, misalnya instalasi militer, pusat pelayanan komunikasi, rumah sakit, dll. b. Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi : Kapasitas daya yang memenuhi Tegangan yang selalu konstan dan nominal Frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC) c. Perluasan dan Penyebaran daerah beban yang dilayani seimbang. Khususnya untuk sistem tegangan AC 3 fasa, faktor keseimbangan beban pada masing-masing fasa perlu diperhatikan. d. Fleksibel dalam pengembangan dan perluasan daerah beban. Perencanaan sistem distribusi yang baik, tidak hanya bertitik tolak pada kebutuhan beban sesaat, tetapi perlu diperhatikan pula secara teliti mengenai pengembangan 13 beban yang harus dilayani, bukan saja dalam hal penambah kapasitas dayanya, tetapi juga dalam hal perluasan daerah beban yang harus dilayani. e. Kondisi dan Situasi Lingkungan. Faktor ini merupakan pertimbangan dalam perencanaan untuk menentukan tipe-tipe atau macam sistem distribusi mana yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan, misalnya tentang konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, dan sebagainya, termasuk pertimbangan segi estetika atau keindahannya. f. Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut perhitungan untung rugi ditinjau dari segi ekonomis, baik secara komersil maupun dalam rangka penghematan anggaran yang tersedia. 2.2.3 Laju Kegagalan (failure rate) Laju kegagalan didefinisikan sebagai nilai atau jumlah dari gangguan dalam suatu interval waktu tertentu. Di dalam menghitung laju kegagalan dari sebuah grup unit, waktu total operasi dari unit biasanya digunakan daripada waktu kronologinya. Laju kegagalan ini mempunyai satuan kegagalan/tahun. Adapun persamaan dari laju kegagalan ini adalah sebagai berikut : Laju kegagalan, λ = jumlah kegagalan total waktu operasi unit (2.1) Berdasarkan penyebab terjadinya laju kegagalan, laju kegagalan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni : 1. Sustained failure rate yang merupakan nilai laju kegagalan yang diakibatkan oleh gangguan yang memiliki interval waktu yang cukup lama di dalam periode perbaikannya. Jenis laju kegagalan ini yang umum digunakan untuk perhitungan indeks keandalan suatu sistem distribusi. 2. Momentary failure rate merupakan nilai laju kegagalan yang disebabkan oleh gangguan sesaat yang dialami oleh suatu komponen di dalam sistem. 14 Berikut ini merupakan SPLN No. 59 Tahun 1985 mengenai standar nilai λ pada setiap struktur jaringan distribusi listrik : Tabel 2.1 Failure rate menurut SPLN No. 59 Tahun 1985 Jenis Jaringan Standar Nilai λ SUTM Radial 3,21 SUTM Radial dengan PBO di tengah 2,415 Spindle tanpa PPJD 1,199 Spindle dengan PPJD 1,199 Spot Network 0,01 2.2.4 Ketidaktersediaan (Unavailability) Ketidaktersediaan merupakan waktu dimana sistem tidak dapat menyuplay daya ke pelanggan. Ketidaktersediaan juga berarti durasi atau lamanya gangguan dan disimbolkan huruf U besar. Durasi gangguan ini mempunyai satuan jam/tahun. Berikut ini merupakan SPLN No. 59 Tahun 1985 mengenai standar nilai U pada setiap struktur jaringan distribusi listrik : Tabel 2.2 Unavailability menurut SPLN No. 59 Tahun 1985 Jenis Jaringan Standar Nilai U SUTM Radial 21,094 SUTM Radial dengan PBO di tengah 12,842 Spindle tanpa PPJD 4,364 Spindle dengan PPJD 3,3312 Spot Network 0,01 15 2.2.5 Konsep Kurva Bathtub Kurva bathtub merupakan grafik yang digunakan untuk menggambarkan laju kegagalan dari suatu peralatan. Kurva bathtub ini memiliki 3 bagian utama, yaitu : 2.2.5.1 Periode Infant Mortality Pada periode ini laju kegagalan dari peralatan memiliki nilai yang tinggi pada waktu baru pakai artinya peralatan tersebut akan mudah mengalami kerusakan, kemudian terjadi penurunan nilai laju kegagalan yang signifikan. Besarnya nilai laju kegagalan ini dapat disebabkan karena adanya cacat pada waktu produksi peralatan, adanya kerusakan pada saat pengangkutan, adanya kerusakan pada saat instalasi, ataupun pelaksanaan instalasi yang kurang baik. Periode ini disebut juga periode adaptasi dari peralatan terhadap lingkungannya. 2.2.5.2 Periode Useful Life Karakteristik peralatan pada selang waktu ini memiliki nilai laju kegagalan yang mendekati konstan sehingga peralatan tersebut siap beroperasi atau digunakan. Pada periode ini, laju kegagalan dari peralatan juga paling kecil dibandingkan periode yang lain, atau dengan kata lain pada periode ini peralatan dapat dikatakan jarang mengalami kegagalan. 2.2.5.3 Periode Wear Out Karakteristik peralatan pada selang waktu ini yang sebelumnya mendekati konstan akan mengalami peningkatan nilai laju kegagalan secara eksponensial sampai kemudian peralatan tersebut rusak dan harus diganti dengan peralatan yang baru. 16 Gambar 2.6 Kurva bathtub laju kegagalan Sumber : Chowdhury, 2009 2.2.6 Sistem Seri Pada suatu sistem yang terkoneksi seri, semua komponen di dalam sistem dibutuhkan agar sistem dapat bekerja sesuai fungsinya. Dengan kata lain, apabila terdapat satu dari semua komponen yang tidak beroperasi, maka sistem akan mati (down). Secara skematik, sistem ini memiliki satu jalur utama yang melewati tiap elemen dari sistem dan jalur ini yang menghubungkan bagian input dan output dari sistem. R1(t) R2(t) R3(t) Gambar 2.7 Skematik jaringan sistem seri Setiap komponen pada sistem memiliki laju kegagalan dan keandalan sendiri, dan laju kegagalan dan keandalan dari sistem tergantung pada komponen individunya. Keandalan sistem seri merupakan probabilitas dimana semua komponen akan berperan secara serempak atau bersamaan agar sistem tersebut dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Apabila kegagalan komponen tidak tergantung dengan yang lain, maka probabilitas dari sistem dapat dituliskan ke dalam persamaan berikut : 17 Rsystem(t) = R1(t) x R2(t) x R3(t) (2.2) Apabila terdapat n komponen pada sistem seri, maka : Rsystem(t) = ∑ni=1 Ri (2.3) Apabila komponen satu memiliki laju kegagalan λ1 begitu pula dengan komponen 2 dan 3 memiliki laju kegagalan λ 2 dan λ3, maka : λsys =λ1 +λ2 +λ3 Usys =λ1 .r1 +λ2 .r2 +λ3 .r3 Usys rsys = λ = λ1 .r1 +λ2 .r2 +λ3 .r3 sys λ1 +λ2 +λ3 (2.4) (2.5) (2.6) Apabila terdapat n komponen pada sistem seri, maka : λsys = ∑i λi Usys = ∑i λi.ri Usys rsys = λ (2.7) (2.8) (2.9) sys Keterangan : λ1, λ2, λ3 = laju kegagalan komponen 1, 2, dan 3 (kegagalan/tahun) r1, r2, r3 = outage time komponen 1, 2, dan 3 (jam/kegagalan) Usys = rata-rata ketidaktersediaan / unavailability sistem (jam/tahun) 2.2.7 Sistem Paralel Sebuah sistem yang disusun secara paralel akan mengalami pemadaman (mati) apabila semua komponen di dalam sistem mengalami pemadaman atau rusak, namun jika hanya terdapat satu komponen saja yang mengalami kerusakan maka tidak akan menyebabkan sistem mati. Sistem yang memiliki konfigurasi paralel sering disebut sebagai sistem yang berlebih (fully redundant system). 18 R1(t) R2(t) Gambar 2.8 Skematik jaringan sistem paralel Apabila komponen 1 memiliki laju kegagalan λ1 begitu pula dengan komponen 2 memiliki laju kegagalan λ 2, maka : λ .λ .(r .r ) 1 2 λsys = 1+(λ 1.r 2)+(1+λ 2 .r2 ) 1 1 λsys =λ1 .λ2 .(r1 +r2 ) ketika λi . ri << 1 r .r rsys = r 1+r2 1 (2.10) (2.11) (2.12) 2 Usys =λsys .rsys =λ1 .λ2 .r1 .r2 (2.13) Untuk sistem yang memiliki komponen lebih dari 2, maka persamaan sistem menjadi dibawah ini : λsys =λ1 .λ2 .λ3 (r1 +r2 +r3 ) r .r .r rsys = r 1+r2 +r3 1 2 (2.14) (2.15) 3 Usys =λsys .rsys =λ1 .λ2 .λ3 .r1 .r2 .r3 (2.16) 2.2.8 Komponen-komponen sistem dalam menganalisis keandalan Suatu sistem jaringan distribusi tenaga listrik memiliki banyak komponen di dalamnya, seperti : transformator, circuit breaker, fuse, relay-relay, dan sebagainya. Namun, di dalam menganalisis keandalan suatu sistem jaringan distribusi, komponenkomponen yang umumnya diperhatikan tingkat laju kegagalannya (λ) antara lain : Transformator Circuit Breaker 19 Fuse Saluran distribusi, baik berupa SUTM maupun SKBT Selain tingkat laju kegagalannya (failure rate) dari masing-masing komponen, nilai repair time serta switching time dari tiap komponen juga diperlukan guna mengetahui nilai indeks keandalan sistem distribusi tersebut. 2.2.9 Metode Section Technique Metode Section Technique merupakan suatu metode terstruktur untuk menganalisis suatu sistem kelistrikan. Metode ini dalam mengevaluasi keandalan sistem distribusi didasarkan pada bagaimana suatu kegagalan dari suatu peralatan mempengaruhi operasi sistem. Efek atau konsekuensi dari gangguan individual peralatan secara sistematis diidentifikasikan dengan penganalisaan apa yang terjadi jika gangguan terjadi. Kemudian masing-masing kegagalan peralatan dianalisisis dari semua titik beban (load point). Pendekatan yang dilakukan dari bawah ke atas dimana yang dipertimbangkan satu mode kegagalan pada suatu waktu (Xie, 2008). Dalam metode Section Technique ini, diasumsikan kegagalan peralatan tidak saling berhubungan, masing-masing peralatan dapat dianalisis secara terpisah. Jika kegagalan peralatan saling dihubungkan, maka perhitungan keandalan sistem menjadi lebih kompleks. Maka untuk menyederhanakan perhitungan tersebut adalah dengan cara mengasumsikan bahwa setiap kegagalan tidak saling berhubungan. Namun pada akhirnya, hasil dari tiap bagian-bagian yang telah terpisah sebelumnya akan digabungkan menjadi satu untuk mendapatkan indeks keandalan yang akan dicari. 2.2.10 Metode RIA Metode RIA (Reliability Index Assesment) adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk memprediksi gangguan pada sistem distribusi berdasarkan topologi sistem dan data-data mengenai keandalan komponen. Secara fungsional, RIA mendata kegagalan yang terjadi pada peralatan secara komprehensif, lalu mengidentifikasi kegagalan tersebut, dan menganalisis mode kegagalan tersebut. 20 Filosofi dari metode RIA adalah suatu sistem mode yang melibatkan analisis bottom up dimana suatu analisis mode kegagalan spesifik dari sub sistem, dilihat pengaruhnya terhadap keseluruhan sistem sehingga dapat dihasilkan indeks-indeks keandalan yang memiliki kontribusi terhadap indeks keandalan seluruh sistem. Adapun syarat-syarat dari metode RIA : 1. Data topologi penyulang (feeder) sistem jaringan distribusi 20 kV secara menyeluruh beserta titik-titik beban (load point). 2. Data jumlah pelanggan pada setiap titik beban. 3. Parameter data keandalan sistem. 2.2.11 Indeks Keandalan Indeks keandalan yang akan dievaluasi biasanya menggunakan konsep klasik yang akan menghitung : laju kegagalan rata-rata (λ), durasi pemadaman ratarata (r), dan ketidaktersediaan tahunan rata-rata (U). Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan dalam suatu besaran probabilitas. Keandalan dari pelayanan konsumen dapat dinyatakan dalam beberapa indeks yang biasanya digunakan untuk mengukur keandalan dari suatu sistem. Adapun indeks tersebut, diantaranya : 1. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index). Merupakan ukuran jumlah rata-rata dari gangguan yang terjadi dalam satu tahun dan ditetapkan ke dalam bentuk persamaan : = = ∑ ∑ . ℎ ℎ ............................................................................... (2.17) 21 2. SAIDI (System Average Interruption Duration Index). Merupakan waktu kegagalan rata-rata dalam satu tahun untuk tiap pelanggan dan ditetapkan ke dalam bentuk persamaan : = = 3. ∑ . ∑ ℎ ℎ ............................................................................... (2.18) CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index). Merupakan lama rata-rata dari sebuah gangguan yang pernah dialami oleh pelanggan dan ditetapkan ke dalam bentuk persamaan : = = 4. ∑ . ∑ ℎ ℎ ............................................................................... (2.19) CAIFI (Customer Average Interrruption Frequency Index). Merupakan lama rata-rata dari gangguan pada pelanggan yang pernah mengalami gangguan paling tidak satu kali dan ditetapkan ke dalam persamaan berikut : = = 5. ∑ ∑ . ℎ ℎ ............................................................................... (2.20) MAIFI (Momentary Average Interruption Frequency Index). Merupakan frekuensi pemadaman rata-rata untuk tiap konsumen dalam kurun waktu setahun yang disebabkan oleh gangguan sesaat dan ditetapkan ke dalam persamaan berikut : = ∑ ∑ . ............................................................................... (2.21)