KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN KEBIJAKAN FISKAL GEDUNG R.M. NOTOHAMIPRODJO, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR 1, JAKARTA 10710 TELEPON (021) 3812203 PESAWAT 7030/31; FAKSIMILI (021) 3848049 SITUS www.fiskal.depkeu.go.id SIARAN PERS Dapat diterbitkan segera Perkembangan Ekonomi Makro Terkini dan APBN Tahun 2011 Jakarta, 24 Maret 2011 A. Perkembangan Ekonomi Global 1. Proses pemulihan ekonomi global masih terus berlanjut, baik di negara maju maupun di negara emerging market. Namun di kawasan Eropa, pemulihan ekonomi masih dihadapkan pada ketidakpastian di beberapa negara akibat beban hutang pemerintah. Tekanan inflasi global akibat harga komoditas pangan internasional dan harga minyak yang meningkat menciptakan potensi risiko tekanan terhadap pemulihan ekonomi global yang terjadi. 2. Kondisi pasar keuangan global sedikit tertekan terkait dengan sentimen negatif meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah, serta bank sentral Cina yang terus melakukan pengetatan kebijakan moneternya. 3. Bencana tsunami dan isu reaktor nuklir Jepang berdampak pada pasar dan aktivitas ekonomi Jepang maupun dunia. Indeks Nikkei mengalami pelemahan akibat menurunnya aktivitas sektor industri Jepang. 4. Bencana tsunami dan isu kebocoran reaktor nuklir di Jepang dapat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi dalam negeri, antara lain: a. Dapat menimbulkan sentimen negatif pada pasar modal di Kawasan Asia Timur dan Tenggara, sehingga dapat menekan capital inflow dan nilai tukar negara-negara Asia. b. Menurunnya impor Jepang atas produk Indonesia dalam jangka pendek. c. Ke depannya bisa jadi akan meningkatkan ekspor minyak, gas, dan batu bara dari Indonesia seiring dengan tidak berfungsinya sumber pembangkit nuklir di Jepang. B. Perkembangan Ekonomi Domestik 1. Rupiah terus terapresiasi, IHSG rebound tipis mengikuti tren di kawasan regional akibat tekanan inflasi serta imbas dari gejolak di pasar minyak dunia dan bencana tsunami yang melanda Jepang. 2. Kepercayaan investor membaik, mendorong penurunan Yield SUN domestik dan global. Berita Pers, Kementrian Keuangan 24 Maret 2011 Hlm. 2 dari 3 3. Peningkatan harga komoditas bahan pangan internasional mempengaruhi naiknya harga komoditas bahan pangan domestik, terutama minyak goreng dan kedelai. 4. Inflasi Februari 2011 tercatat 0,13% (mtm) atau 6,84% (yoy) yang merupakan inflasi tahunan terendah selama empat bulan terakhir. Deflasi volatile food merupakan faktor utama rendahnya inflasi bulan ini, yaitu sebesar -0,48%(mtm) atau 16,51% (yoy). 5. Pada Januari 2011, total ekspor Indonesia mencapai US$14,5 miliar atau tumbuh sebesar 24.7% (yoy) dan impor mencapai US$12,6 miliar atau tumbuh 32,2% (yoy). 6. Neraca perdagangan pada bulan Januari 2011 mengalami surplus sebesar US$ 1.905,8 juta. Kinerja ekspor yang cenderung meningkat dan kuatnya aliran modal masuk, termasuk PMA telah memberikan peningkatan cadangan devisa yang per Februari 2011 sebesar US$99,6 miliar, dan per 3 Maret 2011 sudah di atas US$100 miliar (US$101,8 miliar). 7. Kinerja ekonomi yang membaik memberi dampak positif terhadap kesejahteraan rakyat dimana tingkat pengangguran turun (2009: 7,9% 2010: 7,14%) dan tingkat kemiskinan berhasil diturunkan (2009: 14,2% 2010: 13,3%) 8. Turunnya Gini Rasio dari 0,357 pada tahun 2009 menjadi 0,331 pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa pemerataan kesejahteraan rakyat semakin membaik. 9. APBN ditujukan untuk mendukung program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan tenaga kerja melalui anggaran kemiskinan dan belanja modal infrastruktur. C. Pelaksanaan APBN per 28 Februari 2011 1. Realisasi Pendapatan negara dan hibah sampai dengan Februari 2011 sebesar Rp130 triliun atau 11,8% dari target APBN 2011, yang berarti menunjukkan peningkatan dari pencapaian periode yang sama tahun 2010 sebesar Rp108,4 triliun atau 10,9%. 2. Penerimaan Perpajakan menunjukkan peningkatan, dimana sampai dengan bulan Februari 2011 mencapai Rp108,1 triliun atau 12,7% dibandingkan per Februari 2010 sebesar Rp90,7 triliun atau 12,2%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya penerimaan PPh Nonmigas yang mencapai Rp47,2 triliun atau 12,9% dari target, yang menunjukkan pertumbuhan 26,9% dari pencapaian tahun 2010 sebagai dampak membaiknya kondisi ekonomi nasional di tahun 2010 dan realisasi 2011. Selain itu, peningkatan penerimaan pepajakan juga didukung oleh peningkatan penerimaan Cukai yang mencapai Rp13,4 triliun atau 21,3% dari target, yang juga telah menunjukkan peningkatan dari pencapaian di tahun 2010 sebesar Rp12,5 triliun dan penerimaan Bea Keluar yang telah mencapai Rp5,1 triliun atau 100,8% dari targetnya sebagai dampak tingginya harga CPO Internasional di awal tahun 2011 dengan rata-rata mencapai USD1.294,5/MT, sehingga Tarif Bea Keluar mencapai 25%. Berita Pers, Kementrian Keuangan 24 Maret 2011 Hlm. 3 dari 3 3. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp21,9 triliun atau 8,7% dari targetnya, yang menunjukan peningkatan 23,7% dari pencapaian di tahun 2010 sebesar Rp17,7 triliun. Pencapaian realisasi PNBP tahun 2011 tersebut dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga komoditi energi terutama minyak dan batu bara yang mengakibatkan realisasi penerimaan Migas dan Pertambangan umum telah cukup baik di awal tahun 2011. 4. Realisasi Belanja negara sampai dengan Februari 2011 sebesar Rp111,5 triliun atau 9,1% dari target APBN 2011, yang berarti menunjukkan peningkatan 14,0% dari pencapaian periode yang sama tahun 2010 yang mencapai Rp97,8 triliun, yang didukung oleh realisasi Belanja Pusat mencapai Rp47,1 triliun atau 5,6% dari APBN 2011 dan Transfer ke Daerah Rp64,4 triliun atau 16,4% dari APBN 2011. Realisasi belanja pusat didominasi oleh Belanja pegawai Rp24,8 triliun atau 13,7% dari APBN 2011 dan Belanja pembayaran bunga utang Rp16,6 triliun atau 14,4% dari APBN 2011. Sedangkan realisasi transfer ke daerah didukung oleh Dana Perimbangan yang mencapai Rp60,4 triliun atau 18,1% dari target, yang menunjukkan peningkatan dari pencapaian tahun 2010 sebesar Rp51,9 triliun dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian mencapai Rp4,1 triliun atau 6,9%, yang menunjukkan peningkatan dari pencapaian tahun 2010 sebesar Rp1,0 triliun. 5. Realisasi Pembiayaan mencapai Rp19,6 triliun atau 15,7% dari APBN 2011 yang terdiri dari Pembiayaan Dalam Negeri sebesar Rp24,8 triliun atau 19,8% dari APBN 2011 dan Pembiayaan Luar negeri sebesar minus Rp5,2 triliun. -selesai- Informasi lebih lanjut hubungi: Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Tel / Fax: 021 - 3441464 / 021 - 3810181