4. Outlook Perekonomian

advertisement
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2007
4. Outlook Perekonomian
Secara umum, akselerasi pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2008 diprakirakan
akan terus berlanjut dengan disertai stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga.
Dalam tahun 2007, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih tinggi dari prakiraan
semula, yaitu 6,2% (y-o-y), dengan ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga
dan ekspor yang lebih baik. Pada tahun 2008, aktivitas perekonomian akan terus
menguat dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,2-6,8% yang
didukung oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
Sementara itu, inflasi IHK tahun 2007 dan 2008 diprakirakan tetap berada dalam
sasaran yang ditetapkan, masing-masing sebesar 6±1% dan 5±1%.
ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN
Kondisi Perekonomian Internasional
Perekonomian
2007
Dunia
AS
*)CF April'07
*)CF Mei'07
*)CF Juni'07
Euro
*)CF April'07
*)CF Mei'07
*)CF Juni'07
Jepang 3)
*)CF April'07
*)CF Mei'07
*)CF Juni'07
Cina
*)CF April'07
*)CF Mei'07
*)CF Juni'07
India
*)CF April'07
*)CF Mei'07
*)CF Juni'07
Singapura
*)CF April'07
*)CF Mei'07
*)CF Juni'07
Thailand
*)CF Mei'07
*)CF April'07
*)CF Juni'07
Korea
*)CF April'07
*)CF Mei'07
*)CF Juni'07
Malaysia
*)CF April'07
*)CF Mei'07
*)CF Juni'07
1) Triwulan I = per Maret 2007.
22
2008
disertai dengan tekanan inflasi yang
4,9
2,2
4,9
2,8
2,3
2,3
2,3
1,9
10
9,5
8,4
7,8
5,5
4,5
5,7
4,8
4,4
4,4
5,5
5,8
Consensus Forecast (yoy)
2007
2007
diprakirakan tetap tumbuh kuat, yang
Tabel 4.1
Proyeksi PDB Dunia
WEO - April 2007
dunia
Q1
Q2
Q3
masih tinggi. Pertumbuhan tersebut
1)
Q4
2008
didukung oleh perekonomian AS
yang mulai menunjukkan perbaikan,
2,4
2,3
2,1
2,1
2,3
2,4
2,5
2,7
2,1
2,2
2,2
2,3
9,7
10,0
10,3
10,4
8,1
8,0
8,1
8,2
5,5
5,5
5,5
6,0
4,2
4,2
4,0
4,1
4,5
4,4
4,5
4,5
5,5
5,6
5,6
5,7
2,3
2,2
2,1
1,9
2,8
2,3
2,2
2,0
2,0
2,3
2,5
2,4
2,1
2,2
2,3
2,7
2,5
2,2
2,3
1,9
3,0
1,9
2,7
2,0
2,7
2,4
2,4
1,7
2,7
9,8
2,1
9,8
2,5
9,5
1,8
9,4
11,1
8,6
10,5
8,5
10,2
8,0
10,0
7,8
9,1
4,8
8,5
5,2
8,3
5,5
8,2
5,7
6,1
3,5
5,9
4,0
5,9
4,6
6,4
4,6
4,3
3,9
3,9
4,3
4,0
4,7
4,2
5,1
4,0
5,2
4,5
5,4
4,6
5,6
4,8
5,9
5,3
5,3
5,6
6,0
3,0
2,9
2,8
2,9
2,1
2,2
2,2
2,3
2,2
2,2
2,2
2,2
9,6
9,6
9,8
9,8
na
7,7
7,8
7,9
5,6
5,9
5,7
6,0
5,0
4,9
4,8
4,9
5,0
4,9
5,0
5,0
5,7
5,8
5,8
5,8
perekonomian Euro yang lebih
ekspansif, serta perekonomian Cina
dan India yang tumbuh tinggi.
Sementara itu, tekanan inflasi negara
maju diprakirakan masih berlanjut
sejalan dengan tingginya utilisasi
kapasitas, ketatnya pasar tenaga
kerja, tingginya harga komoditas,
terutama minyak, serta tingginya
ekspektasi inflasi. Sementara itu,
dengan pengecualian Cina dan India,
inflasi di kawasan regional Asia
cenderung menurun. Tren apresiasi
mata uang domestik mengakibatkan
berkurangnya tekanan inflasi di
kawasan ini. Sedangkan inflasi di Cina
dan India terutama disebabkan oleh
kenaikan harga kelompok makanan.
Dengan mempertimbangkan tekanan
inflasi yang cenderung masih tinggi,
kebijakan moneter global pada 2007
diprakirakan masih bias ketat.
Outlook Perekonomian
Kebijakan moneter ketat diprakirakan ditempuh AS, Euro, dan Cina. Sementara
negara-negara di kawasan regional lainnya diprakirakan cenderung netral. Terkait
dengan ekses likuiditas global, aliran modal asing swasta tahun 2007 ke kawasan
Asia Pasifik diprakirakan masih cukup dominan meski tidak setinggi tahun 20061 .
Skenario Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal 2007-2008 diarahkan untuk menyeimbangkan antara pemberian
stimulus fiskal dan menjaga kesinambungan fiskal. Hal ini tercermin dari masih
tumbuhnya kontribusi fiskal pada pertumbuhan ekonomi. Memasuki triwulan III2007, dorongan sektor fiskal pada perekonomian domestik terutama berasal dari
investasi pemerintah. Untuk keseluruhan tahun 2007, pertumbuhan konsumsi dan
investasi pemerintah diprakirakan masih tetap meningkat, walau dengan laju yang
lebih lambat dari tahun 2006. Hal ini disebabkan karena perlambatan laju kenaikan
berbagai komponen Belanja Negara dibandingkan kenaikan tahun 2006. Untuk
tahun 2008, defisit APBN masih akan tinggi, yaitu dalam kisaran 1,5%-1,9% dari
PDB. Peningkatan defisit fiskal ini diharapkan meningkatkan kontribusi pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun demikian, tingginya defisit anggaran
masih akan diikuti oleh terjaganya kesinambungan fiskal, seperti masih berlanjutnya
penurunan rasio stok utang pemerintah terhadap PDB.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2007 diprakirakan lebih tinggi dari
prakiraan semula, yaitu dari 6% menjadi 6,2% (y-o-y). Revisi pertumbuhan yang
lebih tinggi terutama berasal dari konsumsi rumah tangga dan ekspor barang dan
jasa, sedangkan investasi tetap tumbuh tinggi walau tidak lagi seoptimis proyeksi
sebelumnya. Pendapatan masyarakat riil yang meningkat √ sebagaimana tercermin
dari meningkatnya upah riil di sebagian besar provinsi dan prakiraan inflasi yang
lebih rendah dari prakiraan semula √ mendorong peningkatan konsumsi rumah
tangga. Ekspor barang dan jasa juga diuntungkan oleh masih tingginya harga
komoditi beberapa produk ekspor Indonesia. Namun, kemajuan proyek-proyek
infrastruktur yang belum begitu menggembirakan agak meredam tingkat optimisme
kegiatan investasi. Sementara dari sisi sektoral, konsumsi rumah tangga yang lebih
optimis diprakirakan mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi di beberapa sektor
terkait, antara lain sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan
restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Penguatan ekonomi akan terus berlanjut pada tahun 2008. Perekonomian
diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 6,2-6,8% (y-o-y) di tahun depan. Peran
konsumsi rumah tangga dan ekspor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
akan tetap besar, demikian pula investasi. Walaupun begitu, peran investasi
diprakirakan tidak seoptimis proyeksi sebelumnya dengan mempertimbangkan
1
Sumber: IIF ƒƒ Capital Flows to Emerging Market Economies, 31 Mei 2007
23
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2007
kemajuan proyek infrastruktur pada saat ini. Peran konsumsi rumah tangga dan
investasi yang semakin meningkat akan mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi
di sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor
bangunan. Selanjutnya, aktivitas ekonomi yang semakin meningkat diprakirakan
berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas pengangkutan dan komunikasi.
Prospek Permintaan Agregat
Dengan mendasarkan kepada perkembangan beberapa faktor, konsumsi rumah
tangga diprakirakan tumbuh lebih kuat (Tabel 4.2). Nilai tukar rupiah tahun 2007
yang lebih terapresiasi menyebabkan harga barang-barang konsumsi yang diimpor
menjadi lebih murah dan juga menyebabkan prakiraan inflasi tahun ini yang lebih
rendah. Inflasi yang menurun tersebut mendorong peningkatan daya beli masyarakat
secara riil, sehingga selanjutnya berpengaruh kepada peningkatan konsumsi rumah
tangga. Disamping itu, suku bunga yang menurun juga berpengaruh dalam
mendongkrak pengeluaran konsumsi. Dalam kondisi ini masyarakat lebih memilih
untuk lebih banyak berkonsumsi dibandingkan menyimpan uangnya di bank. Suku
bunga yang menurun juga memberikan kelonggaran bagi masyarakat untuk
meningkatkan kredit konsumsinya.
Sementara itu, dari sisi kebijakan pemerintah, Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) di daerah pedesaan, pemberian beasiswa dan bantuan tunai
bagi masyarakat miskin, diprakirakan memungkinkan masyarakat untuk
mengalokasikan sebagian pendapatannya ke konsumsi karena beberapa kebutuhan
dasar √ seperti pendidikan dan kesehatan √ diperoleh dengan cuma-cuma. Dengan
dilatarbelakangi oleh prakiraan inflasi yang lebih rendah, konsumsi rumah tangga
diprakirakan masih terus menguat di tahun 2008. Pada triwulan IV-2008, konsumsi
masyarakat diprakirakan meningkat signifikan karena maraknya kegiatan yang
berkaitan dengan persiapan Pemilu 2009.
Arah penguatan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh beberapa indikator. Leading
indikator konsumsi menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga berada pada
fase ekspansi. Meningkatnya upah
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Tabel 4.2
tahun 2007 √ seperti di DKI Jakarta,
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Jawa Barat dan Jawa Timur √ yang
Indikator
Total Konsumsi
2006
I
II
III
IV
2006
melebihi inflasi daerah mendorong
2007*
I
II*
III*
IV*
2007* 2008*
peningkatan UMP riil relatif tinggi.
3,8
5,6
2,8
3,5
3,9
4,5
4,7
4,7
7,1
5,3
5,4
Konsumsi Swasta
2,9
3,0
3,0
3,8
3,2
4,5
4,8
4,9
5,0
4,8
5,3
Konsumsi Pemerintah
11,5
28,8
1,7
2,2
9,6
4,3
4,1
3,8
19,9
8,9
6,1
tahun 2007 dan 2008 diprakirakan
Total Investasi
1,1
1,1
1,3
8,2
2,9
7,5
8,8
10,6
11,6
9,7
13,4
masih tetap tumbuh. Sejalan dengan
Permintaan Domestik
3,1
4,4
2,4
4,6
3,7
5,2
5,7
6,2
8,2
6,4
7,4
Ekspor Barang dan Jasa
11,6
11,3
8,2
6,1
9,2
8,9
9,1
9,4
11,2
9,7
10,8
prakiraan defisit keuangan pemerintah
Kegiatan konsumsi pemerintah dalam
Impor Barang dan Jasa
2,8
7,5
10,1
9,7
7,6
8,4
9,0
11,0
14,3
10,7
13,3
yang meningkat menjadi 1,8% dari PDB
PDB
5,0
5,0
5,9
6,1
5,5
6,0
6,1
6,2
6,3
6,2
6,5
pada 2007 dan menurun menjadi 1,7%
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
24
minimum beberapa provinsi (UMP)
dari PDB pada 2008, pertumbuhan
Outlook Perekonomian
konsumsi pemerintah diprakirakan cenderung melambat. Secara nominal sebagian
besar komponen konsumsi pemerintah pusat dan konsumsi pemerintah daerah
meningkat pada tahun 2007 dan 2008, namun pertumbuhannya diprakirakan
melambat dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan investasi ke depan diprakirakan tetap meningkat walaupun tidak
seoptimis proyeksi sebelumnya. Investasi yang tumbuh tinggi pada 2007 didorong
baik oleh faktor domestik maupun eksternal. Dari sisi domestik, meningkatnya
permintaan √ yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
dibandingkan tahun 2006 √ dan suku bunga rendah mendorong peningkatan
investasi. Dari sisi eksternal, turunnya harga komoditi dunia dan terapresiasinya
nilai tukar rupiah menyebabkan harga barang-barang impor √ terutama barang
modal √ menjadi lebih murah. Menurunnya harga barang modal ini menimbulkan
gairah bagi investor untuk berinvestasi. Penguatan kegiatan ekonomi domestik
dan prakiraan tetap rendahnya harga komoditi dunia tersebut diprakirakan terus
berlanjut di tahun 2008, sehingga mendongkrak kegiatan investasi yang lebih kuat
lagi dibandingkan 2007. Secara umum, meningkatnya investasi pada 2007-2008
ini diprakirakan didorong oleh jenis investasi bangunan dan nonbangunan.
Sementara itu, kegiatan ekspor-impor barang dan jasa tahun 2007-2008
diprakirakan semakin menguat. Pada 2007, meningkatnya pertumbuhan ekspor
lebih disebabkan oleh penurunan harga bahan baku impor karena nilai tukar yang
lebih apresiatif, dan juga didorong oleh harga komoditi dunia yang masih menarik.
Penurunan harga impor diprakirakan memberikan insentif bagi investor untuk
membeli lebih banyak barang-barang modal, terutama yang menunjang kegiatan
investasi nonbangunan, seperti mesin-mesin. Meningkatnya investasi jenis ini
berpotensi meningkatkan ekspor ke depan karena berarti terdapat peningkatan
kapasitas produksi. Selain itu, rasio antara harga ekspor dan harga domestik yang
meningkat juga memberikan insentif bagi eksportir untuk memperbesar volume
ekspornya. Pada tahun 2008, pertumbuhan ekspor akan lebih tinggi dibandingkan
2007 karena lebih tingginya pertumbuhan volume perdagangan dunia dan
meningkatnya kapasitas produksi.
Pertumbuhan impor barang dan jasa tahun 2007-2008 lebih disebabkan oleh
meningkatnya permintaan domestik, selain oleh nilai tukar yang lebih apresiatif.
Apresiasi nilai tukar menyebabkan harga impor lebih rendah yang dapat mendorong
pelaku ekonomi untuk membeli barang-barang impor.
Prospek Penawaran Agregat
Pertumbuhan ekonomi sisi produksi tahun 2007 diprakirakan mencapai sekitar 6,2%
(Tabel 4.3). Pertumbuhan konsumsi swasta yang lebih tinggi diprakirakan akan
diikuti oleh pertumbuhan yang lebih tinggi di sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Perkembangan harga barang tambang yang masih tinggi diprakirakan berdampak
positif terhadap output sektor pertambangan dan penggalian.
25
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2007
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Sebagai sektor yang memiliki pangsa
Tabel 4.3
terbesar terhadap perekonomian,
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
sektor industri pengolahan pada 2007
Indikator
2006
I
II
III
IV
Pertanian
6,4
1,5
2,2
1,8
Pertambangan & Penggalian
2,7
4,0
1,6
0,7
Industri Pengolahan
2,9
3,7
5,9
5,9
diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari
2007*
2006
IV*
2007* 2008*
tahun 2006. Hal ini sejalan dengan
I
II*
III*
3,0
-0,5
3,2
2,5
3,3
2,1
2,8
indikator penuntun sektor industri
2,2
5,6
3,6
2,8
-1,6
2,5
3,0
pengolahan yang masih berada dalam
4,6
5,4
5,5
5,9
6,1
5,7
6,0
fase ekspansi dan tingkat kapasitas
Listrik, Gas & Air Bersih
5,1
4,4
5,7
8,1
5,9
8,2
7,8
8,1
7,8
8,0
8,4
Bangunan
7,4
8,7
9,3
10,4
9,0
9,3
9,2
10,5
11,3
10,1
10,3
penggunaan di sektor ini yang terus
Perdagangan, Hotel & Restoran
4,4
5,5
7,5
7,0
6,1
8,5
7,5
7,5
7,9
7,8
8,0
Pengangkutan & Komunikasi
11,5
13,3
13,6
15,9
13,6
11,1
13,6
14,4
15,3
13,7
13,8
meningkat sejak triwulan III-2006.
Keuangan, Persewaan & Jasa
5,7
5,3
4,7
6,8
5,6
7,1
6,1
6,2
6,2
6,4
6,5
Pertumbuhan yang tinggi di sektor
Jasa-jasa
5,8
6,1
6,9
6,0
6,2
7,0
5,3
5,4
6,0
5,9
5,5
industri pengolahan diprakirakan
PDB
5,0
5,0
5,9
6,1
5,5
6,0
6,1
6,2
6,3
6,2
6,5
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
berasal dari subsektor industri alat
angkutan, mesin, dan peralatannya,
subsektor industri makanan, minuman
dan tembakau, dan subsektor kimia dan barang dari karet. Perbaikan kinerja di
subsektor industri alat angkutan tidak terlepas dari prospek membaiknya pendapatan
masyarakat ke depan serta suku bunga kredit yang semakin menurun. Kinerja
subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau diprakirakan masih tetap
tinggi seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Sementara itu,
apresiasi nilai tukar rupiah diprakirakan meningkatkan output subsektor industri
kimia dan barang dari karet karena lebih murahnya harga bahan baku impor.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada 2007 diprakirakan mencatat
pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun 2006. Membaiknya daya beli masyarakat
memberikan dorongan positif terhadap kinerja di sektor-sektor penghasil barang,
yang pada gilirannya berdampak terhadap peningkatan aktivitas perdagangan besar
dan eceran. Selain itu, dukungan pembiayaan seiring dengan penurunan suku bunga
kredit turut berperan dalam menopang pertumbuhan yang lebih baik di sektor ini.
Kegiatan bisnis yang meningkat menaikkan nilai tambah di subsektor hotel dan
restoran. Perkembangan ke depan sektor ini dikonfirmasi oleh indikator penuntun
sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang diprakirakan berada pada tahap
ekspansi.
Sektor pertanian diprakirakan tumbuh melambat pada 2007. Di sektor pertanian,
peran subsektor tanaman bahan makanan, khususnya padi, sangat besar. Pengaruh
pergeseran musim pada penurunan hasil panen raya di triwulan I serta ancaman
pengaruh La Nina terhadap panen padi pada musim tanam gadu diprakirakan
mengganggu produksi padi untuk keseluruhan tahun 2007. Pergeseran musim
tanam 2006/2007 menyebabkan sebagian hasil panen raya (triwulan I) akan
bergeser. Sementara itu, produksi subsektor tanaman perkebunan diprakirakan
tetap tinggi yang terutama didukung oleh produksi perkebunan kelapa sawit. Hal
ini tidak terlepas dari produktivitas kebun yang tinggi serta insentif harga CPO di
pasar internasional yang menarik.
26
Outlook Perekonomian
Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada
tahun 2007. Meningkatnya kegiatan ekonomi mendorong aktivitas di subsektor
pengangkutan. Sementara itu, aktivitas di subsektor komunikasi diprakirakan
masih tetap tinggi. Daya beli masyarakat yang meningkat, yang didukung pula
oleh layanan selular yang semakin luas serta biaya percakapan yang semakin
terjangkau, diprakirakan mendorong pertumbuhan tinggi tersebut. Berdasarkan
studi yang dilakukan Wireless Intelligence, pasar selular Indonesia diproyeksikan
tumbuh sebesar 25% pada 2007. Jumlah pelanggan pada akhir tahun
diprakirakan mencapai 78,7 juta pelanggan, yang menjadikan tingkat penetrasi
sebesar 34%.
Sektor bangunan diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada tahun 2007.
Pertumbuhan ini tetap lebih tinggi dibandingkan tahun 2006, namun sedikit lebih
pesimis jika dibandingkan prakiraan semula. Revisi ini terjadi setelah
mempertimbangkan beberapa proyek pembangunan infrastruktur, terutama jalan
tol, yang kemajuannya lebih lambat dari jadual. Sementara itu, tren penurunan
suku bunga diprakirakan tetap menjadi salah satu pendorong pertumbuhan sektor
bangunan √ khususnya properti √ pada tahun 2007. Salah satu indikasi geliat di
sektor properti adalah pembangunan gedung perkantoran di area Jakarta yang
semakin marak.
Sektor keuangan diprakirakan meningkat pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
oleh kegiatan ekonomi yang lebih tinggi, sehingga berimbas pada kinerja yang
lebih tinggi di sektor ini. Selain itu, net interest margin di subsektor bank diprakirakan
masih tetap tinggi karena kecenderungan suku bunga simpanan yang turun lebih
cepat daripada suku bunga kredit. Subsektor lembaga keuangan bukan bank, seperti
perusahaan pembiayaan konsumen dan leasing, juga memetik manfaat dari
kecenderungan peningkatan kegiatan ekonomi dan penurunan suku bunga. Asosiasi
Perusahaan Pembiayaan Indonesia menargetkan pembiayaan perusahaan
multifinance tahun 2007 mencapai Rp 135 triliun.
Pada tahun 2008, kinerja perekonomian diprakirakan akan semakin menguat dari
tahun 2007. Pertumbuhan yang lebih tinggi dari 2007 diprakirakan terjadi pada
sebagian besar sektor, seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pertanian, dan sektor bangunan. Konsumsi swasta yang
semakin kuat diprakirakan akan diikuti oleh kenaikan pertumbuhan di sektor industri
pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor pertanian
diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2007 seiring dengan peningkatan
produktivitas melalui penggunaan benih unggul hibrida, penyediaan pupuk yang
mencukupi, serta perbaikan irigasi. Sementara itu, pembangunan proyek
infrastruktur diprakirakan banyak yang telah berada dalam tahap konstruksi,
sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja sektor bangunan dan sektor industri
yang terkait, seperti subsektor industri semen dan barang galian bukan logam,
serta subsektor logam dasar, besi, dan baja.
27
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2007
PRAKIRAAN INFLASI
Inflasi IHK 2007 dan 2008 diprakirakan berada dalam kisaran sasaran yang telah
ditetapkan, masing-masing sebesar 6±1% dan 5±1%. Hal ini disebabkan oleh
menurunnya tekanan terhadap inflasi IHK bersamaan dengan lebih rendahnya
tekanan inflasi dari kelompok inti dan kelompok volatile foods.
Tekanan inflasi dari sisi ekspektasi diprakirakan tetap terjaga. Realisasi inflasi yang
hingga triwulan II-2007 cenderung turun, nilai tukar rupiah yang cenderung
menguat, dan tidak adanya kenaikan harga/tarif barang administered strategis
menyebabkan turunnya ekspektasi inflasi tahun 2007. Prakiraan ini sejalan dengan
gambaran berbagai hasil survei yang menunjukkan penurunan ekspektasi harga
dalam tiga hingga enam bulan kedepan, baik di tingkat konsumen maupun
pedagang. Pada tahun 2008, ekspektasi inflasi diprakirakan sedikit meningkat seiring
dengan kenaikan aktivitas perekonomian. Meskipun demikian, tekanan terhadap
ekspektasi inflasi tahun depan diprakirakan dapat diredam oleh komitmen
pemerintah untuk tidak menaikkan harga barang administered strategis khususnya
BBM dan TDL.
Tekanan inflasi dari sisi permintaan diprakirakan minimal pada tahun 2007 dan
2008. Hal ini dicerminkan oleh level kesenjangan output yang masih negatif. Di
satu sisi, terus menguatnya sisi permintaan dalam dua tahun ke depan diprakirakan
mengakibatkan level kesenjangan output semakin menyempit. Di sisi lain, walaupun
menyempit, namun level kesenjangan output tersebut diprakirakan masih dalam
level yang negatif. Dengan kata lain, secara umum, sisi penawaran diprakirakan
masih mampu merespon peningkatan permintaan yang terjadi di tahun 2007 dan
2008.
Tekanan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan cenderung turun di 2007 dan akan
sedikit meningkat di 2008. Pada tahun 2007, tekanan eksternal terhadap inflasi
diprakirakan berkurang karena terapresiasinya nilai tukar rupiah dan lebih rendahnya
prakiraan inflasi negara mitra dagang. Pada tahun 2008, peningkatan inflasi global
√akibat tingginya tingkat utilisasi kapasitas √ diprakirakan akan memberikan tekanan
yang lebih besar terhadap inflasi.
Tekanan inflasi dari faktor nonfundamental selama tahun 2007-2008 diprakirakan
mereda. Hal ini disebabkan oleh prakiraan rendahnya tekanan inflasi administered
dan volatile foods. Komitmen pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan
Tarif Dasar Listrik (TDL) serta tidak menaikkan harga barang nonstrategis secara
berlebihan √ bahkan cenderung minimal √ menyebabkan rendahnya tekanan inflasi
administered. Sementara itu, perbaikan pengadaan pangan dan terjaganya stabilitas
nilai tukar rupiah menurunkan prakiraan inflasi kelompok volatile foods.
Tekanan inflasi kelompok administered diprakirakan rendah dan cenderung
menurun pada 2007 dan 2008. Pemerintah diprakirakan tidak akan menyesuaikan
harga barang yang strategis, terutama BBM dan TDL. Hal ini berdampak positif,
tidak saja pada stabilnya tarif angkutan/transportasi, namun juga dapat meredam
28
Outlook Perekonomian
kenaikan ekspektasi inflasi baik untuk 2007 maupun 2008. Namun demikian, pada
2007, diprakirakan akan ada peningkatan harga di kelompok administered
nonstrategis, seperti tarif air minum PAM, tarif ruas jalan tol, tarif angkutan laut,
dan harga LPG. Peningkatan tarif air minum PAM yang telah terjadi di semester I2007 diprakirakan akan berlanjut di beberapa kota. Tarif untuk 12 ruas jalan tol
diprakirakan juga akan mengalami kenaikan sebesar rata-rata 20%. Selain itu,
eksekusi kenaikan tarif angkutan laut sebesar 30% diprakirakan dilakukan pada
triwulan III-2007. Pada triwulan terakhir 2007, harga gas elpiji bervolume 12 kilogram
diprakirakan juga akan mengalami kenaikan sebesar rata-rata 30%.
Tekanan inflasi kelompok volatile foods secara umum cenderung turun terkait
dengan pengadaan pangan yang cukup dan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah
rupiah.
Ketercukupan pengadaan pangan disebabkan oleh upaya pemerintah untuk lebih
mengefektifkan pengadaan beras domestik dan membuka kembali keran impor
beras. Pengadaan beras tahun 2007 √ yang ditargetkan sebesar 1,7 juta ton √
sampai dengan Mei 2007 telah mencapai 1,1 juta ton. Sedangkan impor beras di
2007 √ yang ditargetkan sebesar 1 juta ton √ telah terealisasi sebesar 0,7 juta ton
sampai dengan pertengahan Juni 2007. Sementara itu, meningkatnya harga minyak
goreng, yang dipicu oleh kenaikan harga CPO, diprakirakan bersifat temporer dan
tidak berdampak besar terhadap pergerakan harga barang di kelompok volatile
foods.
Pada tahun 2008, prospek inflasi volatile foods diprakirakan terus menurun sejalan
dengan masih dibukanya keran impor dan peningkatan produksi pangan. Impor
beras yang ditujukan untuk mengisi kebutuhan cadangan beras domestik
diprakirakan masih terus dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilisasi harga
pangan, terutama menjelang pelaksanaan PEMILU 2009. Sementara itu,
peningkatan produksi pangan domestik √ khususnya beras √ diprakirakan terus
berlanjut seiring dengan keberhasilan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian serta
kondisi cuaca dan iklim yang diasumsikan normal. Langkah-langkah yang ditempuh
pemerintah √ seperti bantuan benih, pupuk bersubsidi, dukungan penyuluhan,
dan perbaikan jaringan irigasi √ diprakirakan akan meningkatkan produksi beras
tahun 2008. Selain itu, distribusi pangan juga diasumsikan lancar, sehingga tidak
terjadi kelangkaan pangan yang dapat memicu kenaikan harga.
FAKTOR RISIKO
Prospek inflasi ke depan dihadapkan pada berbagai risiko yang setiap saat dapat
membuat realisasi inflasi terdeviasi, baik lebih tinggi maupun lebih rendah, dari
prakiraannya.
Risiko-risiko yang dapat membawa inflasi melebihi prakiraannya meliputi:
Adanya rencana pemerintah untuk menaikkan tarif beberapa moda angkutan,
seperti kereta api kelas ekonomi.
Gangguan produksi pangan akibat penurunan luas panen.
29
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2007
Terganggunya pasokan pupuk.
Ketidakstabilan iklim.
Kerentanan faktor eksternal yang dapat memicu pelemahan nilai tukar rupiah
dan kenaikan harga komoditas internasional.
Berlanjutnya kenaikan harga CPO dan minyak goreng yang dapat memicu
kenaikan harga barang lain yang menggunakan kedua komoditas tersebut
sebagai input produksinya.
Kelangkaan minyak tanah antara lain akibat masalah distribusi.
Sementara itu, risiko yang dapat menurunkan inflasi lebih rendah dari prakiraannya
antara lain adalah:
Penundaan beberapa kenaikan harga administered barang nonstrategis, seperti
tarif air minum PAM dan harga gas elpiji 12 kilogram.
Penguatan nilai tukar rupiah.
Penurunan harga minyak dunia.
Pengadaan impor beras yang melebihi targetnya.
30
Download