Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pemasaran
Konsep
pemasaran
digunakan
dalam
kegiatan
pertukaran
atau
perdagangan. Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang dapat menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Tujuan dari
aktivitas pemasaran adalah untuk meningkatkan penjualan yang dapat
menghasilkan laba dengan cara memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Perusahaan akan berusaha untuk selalu memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk atau jasa yang dihasilkan dengan
tujuan akan memperoleh keuntungan dari proses pertukaran tersebut.
Kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar penjualan atau periklanan, tetapi
berpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam
pemenuhan kebutuhannya, manusia memiliki prefensi yang berbeda dari produk
maupun jasa yang dibutuhkan mereka, maka semakin banyak pula pilihan yang
tersedia bagi konsumen untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya. Karena itu perusahaan sebagai pemasar harus berusaha untuk
mengidentifikasikan preferensi tersebut dan memuaskan kebutuhan konsumen.
2.1.1
Pengertian Pemasaran
Kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar penjualan dan periklanan, tetapi
berpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam
pemenuhan kebutuhannya, manusia mempunyai preferensi yang berbeda dari
produk maupun jasa yang dibutuhkan mereka. Disamping itu, semakin banyak
pula pilihan yang tersedia bagi konsumen untuk memilih produk yang sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya. Karena iu pemasar harus berusaha
mengidentifikasi prefensi tersebut dan memuaskan kebutuhan konsumen.
Beberapa ahli mendefinisikan pemasaran sebagai berikut :
Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Molan (2005:10) adalah sebagai
berikut :
Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan
menciptakan,
menawarkan,
dan
secara
bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain .
Menurut American Marketing Association yang dikutip Kotler dan
Keller (2006:6), yaitu:
Marketing is an organizational function and a set of processes for
creating, communicating, and delivering value to customer and for
managing customer relationship in ways that benefit the organization and
its stake holders.
Menurut
Maynard
and
Beckman
dalam
bukunya
Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa yang dikutip oleh Buchari Alma (2004:1)
mendefinisikan pemasaran sebagai berikut :
Pemasaran berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang
dan jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi .
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran bukan
hanya sekedar menjual dan mempromosikan produk atau jasa, tetapi merupakan
suatu proses yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan individu
maupun kelompok melalui pertukaran serta merupakan kegiatan perusahan dalam
melalui alat pemasaran yaitu merancang konsep, menentukan harga, dan
mendistribusikan barang.
Selain itu pemasaran juga merupakan suatu usaha mengidentifikasi dan
memahami kebutuhan dari pelanggan serta berusaha mencari pemecahan yang
akan memberikan kepuasan kepada pelanggan dan juga produsen.
2.1.2
Proses Pemasaran
Pemasaran secara singkatnya menurut Kotler dan Armstrong (2006:28)
adalah the process building profitable customer relationship by creating value for
customer and capturing value in return. Proses marketing atau pemasaran sendiri
dapat diilustrasikan pada gambar 2.1 dibawah ini :
Gambar 2.1 : Proses Pemasaran
Create value for customer and
Capture value from
build customer relationship
customer in return
Understand
the
marketplace
and customer
needs and
wants
Design a
customer
driven
marketing
strategy
Construct a
marketing
program that
delivers
superior value
Build
profitable
relationship
and create
customer
delight
Capture
value from
customer to
create profits
and customer
equity
Research
consumers
and the
marketplace
Select
customer to
serve : market
segmentation
and targeting
Product and
service design
: build strong
brands
Customer
relationship
management:
build strong
relationship
Create
satisfied,
loyal
Manage
marketing
information
and customer
data
Decide on a
value
proposition :
Differentiation
and
positioning
Pricing :
create real
value
Distribution :
manage
demand and
supply chains
with chosen
Partner
relationship
management :
build strong
relationship
with
marketing
partners
Promotion :
communicate
the value
proposition
Harness
marketing
technology
Manage
global markets
Sumber : Kotler dan Armstrong (2006 : 28)
Ensure ethical
and social
responsibility
Capture
customer
lifetime value
Increase
share of
market and
share of
customer
Adapun proses diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Langkah Awal:
Proses
pemasaran
pada
langkah
pertama,
memfokuskan
kepada
menciptakan nilai untuk konsumen. Pertama, perusahaan harus mengerti
keseluruhan dari pasar dan kebutuhan dan keinginan konsumen (Understand the
market place and customer needs and wants) dengan meneliti konsumen dan
pasar tersebut (research consumers and the market place) dan mengendalikan
atau mengontrol informasi pemasaran (manage marketing information and
customer data). Langkah berikutnya, merancang strategi pengendalian konsumen
(design a customer-driven marketing strategy) yang didasarkan pada dua
pertanyaan mudah. Pertanyaan pertama adalah konsumen apa yang kita layani ?
(segmentasi dan target pasar). Pemasaran yang baik adalah dimana perusahaan
mengetahui apa yang mereka bisa, tidak melayani semua konsumen di setiap
jalan. Singkatnya, mereka memerlukan untuk memfokuskan sumber dayanya
kepada konsumen yang terbaik mereka bisa layani dan yang paling
menguntungkan (select customer to serve : market segemnetation and targeting).
Pertanyaan strategi pemasaran kedua adalah
Bagaimana kita bisa
melakukan pelayanan terbaik kepada target konsumen ?
(diferensiasi dan
posisioning). Disini, garis besar pemasar adalah sebuah pernyataan nilai yang
memberikan daya tarik perusahaan yang disampaikan dalam penawaran untuk
memenangkan target konsumen (decide on a value proposition : differentiation
and positioning).
Dengan menentukan strategi pemasaran, perusahaan sekarang bisa
merangkai suatu program pemasaran yang mengandung unsur bauran pemasaran,
atau 4P, yang merubah strategi pemasaran kedalam nilai sesungguhnya untuk
konsumen (construct a marketing program that delivers superior value).
Perusahaan mengembangkan penawaran produk dan menciptakan identitas merek
untuk mereka (product and service design: build strong brands). Disini harga
yang ditawarkan untuk menciptakan nilai konsumen sesungguhnya (pricing :
create real value) dan mendistribusikan penawaran untuk menyediakan produk
kepada target konsumen (distribution mange demand and supply chains).
Akhirnya, perusahaan merancang program promosi yang mengkomunikasikan
pernyataan nilai kepada target konsumen (promotion : communicate the value
proposition) dan mengajak mereka untuk bertindak dalam penawaran pemasaran.
Langkah yang paling penting dalam proses pemasaran adalah terlibat
dalam membangun nilai konsumen, yaitu hubungan menguntungkan dengan
target konsumen dan menciptakan kepuasan konsumen (build profitable
relationship and create customer delight). Keseluruhan dari proses melatih
pemasar untuk menghubungkan manajemen dengan konsumen untuk menciptakan
kepuasan dan kesenangan konsumen (customer relationship management: build
strong relationship with chosen customers). Dalam penciptan nilai dan hubungan
konsumen, bagaimanapun juga perusahaan tidak dapat berjalan sendiri. Mereka
harus bekerja secara dekat dengan partner pemasaran termasuk didalamnya
perusahaan dan seluruh sistem pemasaran. Jadi, untuk melatih hubungan
manajemen dengan konsumen, perusahaan juga harus melatih hubungan
manajemen dengan partner yang baik (partner relationship mangement: build
strong relationship with marketing partners).
Langkah akhir :
Perusahaan dapat memungut hasil dari membangun hubungan dengan
konsumen yang kuat dengan menguasai nilai dari konsumen (capture value from
customers to create profits and customer equity). Dengan menyampaikan nilai
konsumen yang kuat dan dengan menciptakan kepuasan konsumen yang tinggi
dapat membuat konsumen lebih banyak membeli dan akan membeli lagi (create
satisfied, loyal customers). Hal ini dapat menolong perusahaan untuk nilai jangka
panajang hidup konsumen (capture customer lifetime value) dan dapat membagi
pasar dari konsumen (increase share of market and share of customer). Hasilnya
adalah keadilan jangka panjang konsumen untuk perusahaan.
Langkah kesatu dari proses pemasaran adalah menciptakan nilai untuk
konsumen. Di langkah terakhir, perusahaan dapat menuai penghargaan dari
hubungan dengan konsumen yang kuat dengan menyerap nilai dari konsumen.
Jadi proses pemasaran lebih difokuskan untuk membangun hubungan dengan
konsumen dan menyerap nilai dari konsumen.
2.1.3
Bauran Pemasaran
Dalam pemasaran terdapat strategi yang disebut bauran pemasaran
(Marketing Mix) yang mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi
konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan ke pasar.
Setelah perusahaan menentukan strategi pemasaran kompetitifnya secara tepat,
maka perusahaan sudah siap merencanakan rincian dari bauran pemasaran.
Berikut adalah pengertian bauran pemasaran (Marketing Mix) menurut
para ahli :
Menurut Kotler (2007:23) mendefinisikan bauran pemasaran adalah :
Bauran pemasaran adalah perangkat
alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya.
Sedangkan menurut Basu Swasta yang (2003:78) mendefinisikan
marketing mix sebagai berikut :
marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan
yang merupakan inti dari system pemasaran perusahaan, yakni :
Produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.
Berdasarkan definisi diatas, maka penulis menyimpulkan pengertian
bauran
pemasaran
adalah
istilah
yang
digunakan
untuk
menjelaskan
penggabungan dari sejumlah variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaannya
2.2
Produk
2.2.1
Pengertian Produk
Produk merupakan elemen kunci dari penawaran di pasar untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk tidak hanya dalam pengertian fisik,
akan tetapi produk diartikan secara luas bisa berupa jasa manusia, tempat,
organisasi, dan gagasan.
Menurut Kotler diterjemahkan oleh Molan (2005;69) :
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
memuaskan keinginan atau kebutuhan .
Menurut Lamb Jr, et all diterjemahakan oleh Octaveria (2001:414) :
Produk adalah segala sesuatu, baik menguntungkan maupun tidak,
yang diperoleh seseorang melalui pertukaran .
Sedangkan menurut Buchari Alma (2004;139) :
Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak
bewujud termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik
pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan pelayanan
pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna
memuaskan keinginan .
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan
segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pelanggan yang diciptakan oleh
perusahaan untuk digunakan
dan dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan dan kebutuhan konsumen baik bersifat berwujud maupun yang bersifat
tidak berwujud.
Pengertian produk diatas dapat diperjelas pada gambar berikut :
Gambar 2.2
Pengertian Produk
PENCAPAIAN
TUJUAN
ORGANISASI
PRODUSEN
PEMENUHAN KEBUTUHAN
PRODUK
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
DAN KEINGINAN
PASAR
PROSES PERTUKARAN
KOMPETISI
DAN
KAPASITAS
ORGANISASI
Sumber : Tjiptono (2007;95) strategi Pemasaran
KAPASITAS
DAYA BELI
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen aras
sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan perusahaan
melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan
kompetensi dan kapasitas perusahaan serta daya beli pasar. Selain itu, produk
dapat pula didefiniskan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen
melalui hasil produksinya.
2.2.2
Klasifikasi Produk
Pemasar biasanya mengklasifikasikan produk berdasarkan macam-macam
karakteristik produk, yaitu daya tahan, wujud, dan penggunaan. Menurut Kotler
(2005;73), produk dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
1. Barang yang tidak tahan lama (Nondurable goods)
Adalah barang yang berwujud yang bisa dikonsumsi dalam sekali atau
beberapa kali penggunaan saja. Contohnya adalah air minum dan
sabun.
2. Barang tahan lama (Durable goods)
Adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali-kali.
Contohnya pakaian, barang elektronik, mesin.
3. Jasa (Services)
Jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis.
Akibatnya, jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian,
kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian. Contohnya
mencakup potongan rambut dan reparasi.
Selain
berdasarkan
daya
tahannya,
Kotler
(2005;73)
juga
mengklasifikasikan barang berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk
tersebut dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi :
1. Barang Konsumsi (Consumer goods)
Merupakan produk yang dibeli bertujuan untuk dikonsumsi pribadi
atau digunakan untuk pengguna akhir. Para pemasar mengkelompokan
barang-barang ini berdasarkan atas kebiasaan konsumen berbelanja
terdiri dari :
1) Barang mudah (Convinience goods)
Adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen,
segera, dan dengan usaha yang minim. Contohnya meliputi produk
tembakau, sabun, surat kabar. Selanjutnya barang convinience
dibagi lagi menjadi :
a. Barang kebutuhan pokok (staples), yaitu barang yang dibeli
konsumen secara teratur. Misalnya seorang pembeli mungkin
secara teratur membeli pasta gigi Crest, saos Heinz, dan kue
Ritz.
b. Barang
dadakan
(Impulse),
yaitu
barang
yang
dibeli
berdasarkan keinginan seketika, tanpa perencanaan atau usaha
pencarian. Barang impulse seringkali diletakkan dekat kasir gar
mudah terlihat dan konsumen menjadi teringat untuk
membelinya. Contoh : permen, majalah.
c. Barang darurat (Emergency), yaitu barang yang dibeli saat
kebutuhan itu mendesak. Contoh : payung di musim hujan,
sepatu boot dan obat generik untuk kesehatan.
2) Barang toko (Shooping goods)
Adalah
barang-barang
yang
karakteristiknya
dibandingkan
berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses
pemilihan dan pembelian. Contohnya meliputi furniture, pakaian,
mobil bekas, dan peralatan tumah tangga besar. Barang shooping
dibagi menjadi :
a. Barang toko homogen, yaitu barang dengan mutu yang serupa
tetapi mempunyai harga yang cukup berbeda sehingga dapat
dijadikan alasan perbandingan dalam berbelanja. Misal :
pakaian sehari-hari, komputer, TV.
b. Barang toko heterogen, yaitu barang yang berbeda dalam hal
keistimewaan dan jasa produk yang mungkin lebih penting dari
harga. Contoh :obat dan peralatan kosmetik.
3) Barang khusus (Specialty goods)
Adalah barang-barang yang mempunyai ciri-ciri atau identifikasi
merek yang unik dan karena itulah cukup banyak pembeli yang
bersedia melakukan upaya pembelian yang khusus. Contohnya
meliputi mobil, komponen stereo, peralatan fotografi dan stelan
pria.
4) Barang yang tidak dicari (Unsought goods)
Adalah barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui
namun secara normal konsumen tidak berfikir untuk membelinya.
Produk-produk baru seperti pendeteksi asap dan pengolahan
makanan adalah barang unsought hingga konsumen diberi tahu
tentang produk ini melalui iklan. Cantoh : asuransi jiwa, tanah
kuburan, batu nisan, dan ensiklopedia.
2. Barang industri (Industrial goods)
Adalah barang yang dibeli oleh individu atau organisasi untuk
keperluan bisnis atau diproses lebih lanjut. Berdarkan bagaimana
mereka memasuki proses produksi dan harganya, barang industri
dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu :
1) Bahan baku dan suku cadang (Material and parts)
Adalah barang-barang yang seluruhnya masuk ke produk produsen
tersebut. Barang-barang ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
bahan mentah dan bahan baku dan suku cadang yang diproduksi.
Bahan mentah menjadi dua kelompok utama, yaitu produk
pertanian (misalnya gandum, kapas, ternak, buah dan sayuran) dan
produk alam (misalnya ikan, kayu, minyak mentah, biji besi).
Bahan baku dan suku cadang yang diproduksi dibagi menjadi dua
kategori, yaitu bahan baku komponen (contohnya besi, benang,
semen, dan kabel) dan suku cadang komponen (misalnya mesin
kecil, ban dan cekatan).
2) Barang modal (capital items)
Adalah
barang-barang
tahan
lama
yang
memudahkan
pengembangan atau pengelolaan produk jadi. Barang modal
meliputi dua kelompok : instalasi dan peralatan. Instalasi terdiri
atas bangunan (misalnya pabrik dan kantor) dan peralatan
(misalnya generator, bor, komputer mainframe, elevator). Peralatan
meliputi peralatan dan perkakas pabrik yang dapat dipindahkan
(misalnua perkakas tangan, truk pengangkut) dan peralatan kantor
(misalnya komputer pribadi, meja).
3) Pasokan dan layanan bisnis (Supplies and business service)
Adalah
barang
dan
jasa
berumur
pendek
memudahkan
pengembangan atau pengelolaan produk jadi. Pasokan ada dua
jenis barang yaitu barang pemeliharaan dan perbaikan (cat, paku,
sapu) dan pasokan operasional (pelomas, batu bara, kertas tulis,
pensil). Pasokan adalah sesuatu yang ekuivalen dengan barang
mudah (convinience goods) barang ini dibeli dengan upaya yang
sangat sedikit dengan melakukan pembelian ulang langsung.
Sedangkan layanan bisnis meliputi layanan pemeliharaan dan
perbaikan (misalnya pembersihan jendela, perbaikan mesin foto
copy) dan layanan konsultasi bisnis (misalnya hukum, konsultasi
manajemen dan iklan). Layanan pemeliharaan dan perbaikan
biasanya diberikan berdasarkan kontrak oleh produsen-produsen
kecil atau disediakan oleh produsen peralatan aslinya. Layanan
konsultasi bisnis biasanya dibeli berdasarkan reputasi dan staf
pemasok.
2.2.3
Tingkatan Produk
Dalam merencanakan suatu produk atau penawaran, pemasar perlu
memahami tingkatan produk. Tiap tingkatan memiliki nilai tambah bagi
pelanggannya, dan tingkatan tersebut membentuk hierarki nilai pelanggan
(customer value hierarchy). Menurut Kotler (2005;69) ada lima level produk,
yaitu sebagai berikut
1. Manfaat Inti (Core Benefit)
Merupakan tingkatan paling dasar, yaitu manfaat atas jasa yang
sebenarnya dibeli oleh pelanggan. Contohnya adalah seorang tamu hotel
membeli istirahat dan tidur .
2. Produk Dasar (Basic Product)
Merupakan versi dasar dari produk atau manfaat umum yang diperoleh
dari produk yang dikonsumsi. Contohnya adalah sebuah kamar hotel yang
mencakup kamar mandi, tempat tidur, handuk, menja rias, meja tulis, dan
lemari pakaian.
3. Produk yang Diharapkan (Expected Product)
Merupakan seperangkat atribut atau kondisi minimal yang diharapkan oleh
pembeli ketika membeli suatu produk. Contohnya adalah tamu hotel dapat
mengharapkan tempat tidur yang bersih, handuk bersih, lampu baca, dan
ketenangan.
4. Produk yang Ditingkatkan (Augment Product)
Merupakan produk yang memiliki manfaat tambahan yang lebih dari
expected product atau yang melampaui harapan pelanggan. Contohnya
adalah suatu hotel dapat meningkatkan produknya dengan menyertakan
televisi dengan alat pengendali jarak jauh (remote control), bunga segar,
check-in yang cepat, check-out segera,dan lain-lain.
5. Calon Produk (Potential Product)
Merupakan keseluruhan penyempurnaan dan perubahan yang mungkin
dialami sebuah produk di kemudian hari. Produk potensial menekankan
pada evolusi dimana perusahaan mencari cara-cara baru yang agresif untuk
memuaskan dan membedakan tawaran pesaing. Contohnya adalah suatu
hotel menyediakan kamar president suite dengan berbagai fasilitas yang
mewah.
2.2.4
Hierarki Produk
Masing-masing produk berkaitan dengan produk-produk tertentu lainnya.
Hierarki produk ini membentang mulai dari kebutuhan dasar hingga barangbarang khusus yang memuaskan kebutuhan tersebut. Menurut Kotler yang dikutip
oleh Tjiptono (2007;97) produk dapat diidentifikasikan menjadi tujuh tingkat
hierarki produk. Ketujuh hierarki produk tersebut adalah :
1. Rumpun Kebutuhan (Need Family)
Yaitu kebutuhan inti/dasar yang
membentuk product family.
Contohnya adalah rasa aman.
2. Rumpun Produk (Product Family)
Yaitu seluruh kelas produk yang dapat memuaskan suatu kebutuhan
inti/dasar dengan tingkat efektivitas yang memadai. Contohnya adalah
tabungan dan penghasilan.
3. Kelas Produk (Product Class)
Yaitu sekumpulan produk di dalam product family yang dianggap
memiliki hubungan fungsional tertentu. Contohnya adalah instrumen
finansial.
4. Lini Produk (Product Line)
Yaitu sekumpulan produk di dalam kelas produk yang berhubungan
erat. Contohnya adalah asuransi jiwa. Hubungan yang erat ini bis
dikarenankan salah satu dari empat faktor berikut, yaitu :
a. Fungsinya sama,
b. Dijual ke[pada kelompok konsumen yang sama,
c. Dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama,
d. Harganya berada dalam skala yang sama.
5. Tipe Produk (Product type)
Yaitu item-item dalam suatu lini produk yang memiliki bentuk
tertentu dari sekian banyak kemungkinan bentuk produk.
Contohnya adalah asuransi jiwa berjangka.
6. Merek (Brand)
Yaitu nama yang dapat dihubungkan/diasosiasikan dengan satu
atau lebih item dalam lini produk yang digunakan untuk
mengidentifikasi sumber atau karakter item tersebut. Contohnya
Asuransi Bumiputera.
7. Unit Produk (Item)
Yaitu unit khusus dalam suatu merek atau lini produk yang dapat
dibedakan menurut ukuran, harga, penampilan, atau atribut lainnya.
Biasanya disebut pula stockkeeping unit atau varian produk.
Contohnya adalah Asuransi Jiwa Bumiputera yang dapat
diperbaharui.
2.3
Atribut Produk
2.3.1
Pengertian Atribut Produk
Atribut produk mempunyai pengaruh besar pada persepsi pembelian
terhadap produk. Hal itu disebabkan karena secara fisik atribut produk membawa
berbagai macam manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan pembeli. Oleh karena
itu setiap perusahaan harus berhati-hati dalam mengambil keputusan yang
bersangkutan dengan hal itu.
Setiap atribut produk, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud
pasti memiliki atribut-atribut atau karakteristik tertentu. Konsumen akan
menggunakan suatu produk apabila produk tersebut memiliki atribut-atribut yang
mampu memenuhi atau bahkan melebihi harapan dan keinginannya. Atribut suatu
produk dapat berupa penampilan fisik seperti warna, harga, label, bentuk atau
dapat berupa hal lain selain penampilan fisik seperti pelayanan purna jual.
Menurut Tjiptono (2007;103) yaitu :
Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting
oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan
pembelian .
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2001;354) :
Atribut produk adalah pengembangan suatu produk atau jasa
melibatkan penentuan manfaat yang akan diberikan .
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa atribut produk
merupakan unsur-unsur produk yang mencerminkan pengembangan suatu produk
untuk dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.
Menurut Tjiptono (2007;104) atribut produk tersebut meliputi :
1. Merek (Brand)
Merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, warna, desain,
gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan
dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.
Merek digunakan perusahaan untuk beberapa tujuan, yaitu sebagai
identitas yang bermanfaat dan membedakan produk perusahaan dengan
produk pesaing, alat promosi, membina citra, dan untuk mengendalikan
pasar.
2. Kemasan (Package)
Pengemasan (Packaginng) merupakan proses yang berkaitan dengan
perancangan dan pembuatan wadah (Container) atau pembungkus
(Wrapper) untuk suatu produk. Tujuan penggunaan kemasan antara lain
meliputi :
a. Sebagai pelindung isi,
b. Memberikan kemudahan dalam penggunaan,
c. Bermanfaat dalam pemakaian ulang,
d. Memberikan daya tarik,
e. Sebagai identitas produk,
f. Distribusi,
g. Informasi,
h. Sebagai cermin inovasi produk
3. Pemberian Label (Labelling)
Labelling berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari
suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan
penjual. Menurut Stanton, et al., seperti yang dikutip oleh Tjiptono
(2007;107), secara garis besar terdapat tiga macam label, yaitu:
a. Brand Label
Yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada
kemasan.
b. Descriptive Label
Yaitu
label
yang
memberikan
informasi
obyektif
mengenai
penggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian dan kinerja
produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan
dengan produk.
c. Grade Label
Yaitu label yang mengidentifikasi penilaian kualitas produk dengan
suatu huruf, angka, atau kata.
4. Layanan Pelengkap (Supplementary services)
Layanan pelengkap (Supplementary services) dapat diklasifikasikan
menjadi delapan kelompok, yaitu informasi, konsultasi, order taking,
hospitality, caretaking, expectation, billing, dan pembayaran.
5. Jaminan (Garansi)
Adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada
konsumen, para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata
tidak dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2007;206), atribut produk meliputi :
1. Kualitas Produk (product Quality)
Kualitas produk menunjukkan kemampuan suatu produk untuk melakukan
fungsi-fungsinya. Kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan,
ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan
atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan. Agar dapat
bersaing di pasar secara berhasil produk harus memiliki mutu yang
superior dibandingkan dengan produk-produk pesaing lainnya. Hanya
perusahaan yang memiliki kualitas yang terbaik yang akan berhasil
memenangkan persaingan. Sebagian besar perusahaan menyadari akan
pentingnya kualitas, maka mereka mengimplementasikan program
Manajemen Kualitas Total
atau TQM, yaitu usha-usaha untuk
meningkatkan kualitas produk dan proses secara konsisten di setiap tahap
dalam kegiatan operasinya. Tujuan akhir dari kualitas total adalah
meningkatkan kepuasan dan nilai bagi pelanggan. Saat secaranyata
kualitas telah menjadi keharusan agar dapat bersaing, hanya perusahaan
yang mempunyai kualitas yang terbaik yang akan berhasil.
2. Fitur Produk (Product Features)
Fitur produk merupakan alat persaingan untuk mendefinisikan produk
perusahaan terhadap produk sejenis yang menjadi pesaingnya. Sebuah
produk dapat ditawarkan dengan berbagai fitur. Perusahaan dapat
menciptakan model tingkatan yang lebih tinggi dengan menambahkan
berbagai fitur. Beberapa produsen yang inovatif selalu berusaha
menciptakan fitur-fitur produk yang lebih menarik dibandingkan dengan
produk pesaing mereka, dan itu merupakan salah satu cara efektif untuk
memenangkan persaingan.
3. Gaya dan Desain Produk (Product Style and Design)
Cara lain untuk menambahkan nilai bagi pelenggan adalah melalui gaya
dan desain produk yang khas. Konsep desain lebih luas dibandingkan
gaya. Gaya mengedepankan tampilan luar dan semata-mata menjelaskan
penampilan produk tertentu. Sedangkan desain bukan sekedar tampilan
setipis kulit ari semata, desain masuk ke jantung produk, desain yang baik
dapat memberikan kontribusi dalam hal kegunaan produk dan juga
penampilannya. Desain dapat menjadi alat persaingan yang sangat baik
bagi armada pemasaran perusahaan. Produk dengan desain yang canggih
dapat menarik minat pembelian oleh karena itu desain produk yang
menarik pandangan (eye catching) konsumen dapat berfungsi sebagai
salah satu sarana untuk menunjang kemampuan bersaing. selain eye
catching desain produk harus dapat membantu meningkatkan nilai
penggunaan produk misalnya kemudahan ketangguhan dan keamanan
penggunaannya serta kemudahan pengepakan dan pengiriman barang.
Gaya dan desain yang baik dapat menarik perhatian, dan memberikan
keunggulan bersaing di padar sasaran.
2.3.2
Pendekatan Atribut Produk
Analisis atribut pada perilaku konsumen merupakan teori permintaan yang
cukup baru, yang mana analisis pendekatan atribut menyatakan bahwa kepuasan
seseorang terhadap barang atau jasa yang dibeli sebenarnya bukan terletak pada
barang atau jasa itu sendiri, tetapi dari karakteristik atau atribut yang melekat pada
barang yang bersangkutan. Dengan kata lain, konsumen akan mencari manfaat
tertentu dan selanjutnya melihat pada atribut produk. Konsumen akan
memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan
kepentingannya (Simamora, 2004;16-17).
Menurut Simamora (2004;17), proses evaluasi dalam diri konsumen
untuk memutuskan suatu keputusan pembelian berdasarkan atribut produk sulit
untuk diketahui, adapun penjelasan yang dapat dijabarkan dalam pemasaran
adalah asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai kumpulan
atribut.
2. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang
berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting.
3. Ketiga, konsumen mengmbangkan sejumlah kepercayaan tentang letak
produk pada setiap atribut.
4. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam
sesuai dengan perbedaan atribut.
5. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda
dengan atribut yang berbeda melalui prosedur evaluasi.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bila terdapat beberapa
barang atau jasa yang akan dikonsumsi, pertimbangan pertama yang dilakukan
adalah membandingkan nilai-nilai atribut pada masing-masing barang atau jasa
tersebut.
2.4
Perilaku Konsumen
Menganalisa perilaku konsumen berarti memahami sebagian kebiasaan
dari kehidupan manusia. Perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti budaya, sosial, pribadi, dan psikologi.
Konsumen mempunyai arti penting bagi perusahaan karena konsumen
akan membeli output perusahaan tersebut. Dalam memahami perilaku konsumen
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipelajari, yaitu apa yang
mereka beli, mengapa mereka membeli, bagaimana mereka membeli, kapan
mereka membeli, dan seberapa sering mereka membeli.
Pemahaman atas perilaku konsumen menjadi sangat penting bagi
keberhasilan strategi pemsaran suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan
bukan hanya harus dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan ekonomi saja,
melainkan juga kebutuhan sosial dan motivasi lain yang diharapkan konsumen.
2.4.1
Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen terpusat pada ciri individu mengmbil keputusan untuk
memanfaatkan sumber daya mereka yang sudah tersedia seperti waktu, uang, dan
usaha guna memperoleh barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi.
Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan seperti psikologi,
sosiologi, psikologi sosial, antropologi, dan juga ilmu ekonomi, sehingga dapat
dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan gabungan dari semua bidang
ilmu.
Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Molan (2005;201) perilaku
konsumen adalah :
Mempelajari cara individu, kelompok, dan organisasi memilih,
membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau
pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat
mereka .
Sedangkan menurut
Loudon dan Bitta yang dikutip oleh Simamora
dalam bukunya Paduan Riset Perilaku Konsumen (2004;2), mendefinisikan :
Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang
mensyaratkan aktivitas individu auntuk mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan atau mengatur barang dan jasa .
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah
suatu proses pengmbilan keputusan seseorang untuk melakukan pembelian dan
menggunakan barang atau jasa dengan melakukan tindakan yang lansung terlibat
untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan mereka.
2.4.2
Model perilaku Konsumen
Titik tolak memahami perilaku konsumen adalah model rangsangan
tanggapan yang diperlihatkan dalam gambar di bawah ini :
Gambar 2.3
Model Perilaku Konsumen
Rangsangan
pemasaran
Produk
Harga
Saluran Pemasaran
Promosi
Sumber : Philip Kotler (2005;202)
Ciri-ciri
pembeli
Budaya
Sosial
Pribadi
Psikologi
Keputusan
Pembeli
Pemilihan produk
Pemilihan merek
Pembelian
Penentuan waktu
Pembelian
Jumlah pembelian
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007;313), dalam bukunya Perilaku
Konsumen terdapat delapan peran dalam pengambilan keputusan keluarga, yaitu :
1. Orang yang mempengaruhi adalah para anggota keluarga yang
memberikan informasi pada para anggota lain mengenai suatu produk atau
jasa.
2. Penjaga pintu adalah para anggota keluarga yang mengontrol arus
informasi mengenai produk atau jasa pada keluarga.
3. Pengambil keputusan adalah para anggota keluarga dengan wewenang
untuk menentukan secara sepihak atau bersama-sama untuk keputusan
berbelanja, membeli, memakai, atau tidak ladi menggunakan produk atau
jasa tertentu.
4. Pembeli adalah para anggota keluarga yang sesungguhnya melakukan
pembelian produk atau jasa tertentu.
5. Orang yang mempersiapkan adalah para anggota keluarga yang mengubah
produk menjadi suatu bentuk yang layak untuk dikonsumsi oleh para
anggota keluarga lainnya.
6. Pemakai adalah para anggota keluarga yang menggunakan atau
mengkonsumsi produk atau jasa tertentu.
7. Pemelihara adalah para anggota keluarga yang merawat atau memperbaiki
produk sehingga ia memberikan kepuasan yang berkesinambungan.
8. Pengatur adalah anggota keluarga yang memulai atau melakukan proses
pembuangan atau menghentikan pemakaian produk atau jasa tertentu.
2.4.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan konsumen dalam melakukan pembelian tidak berada dalam
sebuah tempat yang terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Perilaku mereka sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pibadi, dan psikologis. Sebagian besar
dari faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, namun
demikian harus tetap diperhitungkan. Kotler (2005;202), perilaku pembelian
konsumen dipengaruhi oleh faktor faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis.
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam.
Kotler & Keller dalam bukunya Marketing Management (2006;164180), menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
1. Kebudayaan (Culture), faktor kebudayaan berpengaruh luas dan
mendalam terhadap perilaku konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh budaya,
sub-budaya, dan kelas sosial pembeli.
1) Budaya (culture), adalah faktor penentu keinginan dan perilaku
seseorang yang paling mendasar. Budaya dapat didefinisikan sebagai
suatu simbol dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia
dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Perilaku manusia
biasanya dapat dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai,
persepsi, preferensi, dan perilaku antara seorang yang tinggal pada
daerah tertentu dapat bebeda dengan orang lain yang berada di
lingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan
terhadap produk-produk baru yang diinginkan konsumen.
2) Sub-budaya (Subcultures),
setiap
budaya memiliki
kelompok-
kelompok kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas
untuk perilaku anggotanya. Sub-budaya ini dapat dibedakan menjadi
empat kategori sub-budaya, yaitu : Kelompok kebangsaan, kelompok
keagamaan, wilayah geografis, kelompok ras.
3) Kelas Sosial (Social Classes), yaitu sebuah kelompok yang relatif
homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun
dalam sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam setiap jenjang itu
memiliki nilai, tingkah laku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan
oleh faktor tunggal seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lainnya.
Kelas sosial memperlihatkan preferensi produk dan merek yang
berbeda. Secara umum kelas sosial dapat dibagi menjadi tiga kelas,
yaitu : Upper Class, Midlle Class, Lower Class.
2. Sosial (Social), perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faaktor-faktor
sodial seperti kelompok preferensi, keluarga, peran, dan status sosial dari
konsumen.
1. Kelompok acuan (References groups), perilaku seseorang sangat
dipengaruhi oleh berbagai kelompok. Sebuah kelompok referensi bagi
seseorang adalah kelompok-kelompok yang memberi pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Kelompok referensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Kelompok keanggotaan (Membership groups), yaitu kelompok
dimana seseorang menjadi anggotanya dan mereka salgn
berinteraksi, terdiri dari :
a. Kelompok primer (Primary groups), dimana terdapat interakasi
yang berkesinambungan, seperti keluarga, sahabat, tetangga
dan lain sebagainya.
b. Kelompok sekunder (Secondary groups), cenderung kurang
resmi dan kurang terjadi interaksi yang berkesinambungan,
seperti organisasi keagamaan, himpunan profesi, dan serikat
buruh.
2) Kelompok dimana seseorang bukan merupakan anggotanya, terdiri
dari :
a. Kelompok aspirasi (Aspirational group), yaitu kelompok yang
ingin dimasuki seseorang untuk menjadi anggotanya.
b. Kelompok dissosiasi (Dissociative group), yaitu kelompok
yang nilai dan perilakunya ditolak oleh seseorang.
2. Keluarga (Family), keluarga dapat didefinisikan sebagai kelompok
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan melalui darah,
perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. Para anggota keluarga
dapat memberikan pengaruh kuat terhadap perilaku pembelian dan
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1) Keluarga sebagai sumber orientasi (Family of orientation), terdiri
dari orang tua. Dari orang tualah seseorang memperoleh orientasi
terhadap agama, politik dan ekonomi, ambisi pribadi, harga diri
dan cinta kasih.
2) Keluarga sebagai sumber keturunan (Family of procreation), yaitu
terdiri dari pasanagan suami istri beserta anaknya.
3. Pribadi (Personal), keputusan seseorang juga
dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti usia dan daur hidupnya, pekerjaannya,
kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri konsumen
yang bersangkutan.
a. Usia dan tahap daur hidup (Age and stage in the life cycle), orang
akan membeli suatu barang atau jasa yang berubah-ubah selama
hidupnya sesuai dengan usianya. Pembelian dibentuk oleh tahap
daur hidup keluarga. Sehingga pemasar hendaknya memperhatikan
perubahan minat pembelian yang terjadi yang berhubungan dengan
daur hidup manusia.
b. Pekerjaan (Working), pola konsumsi seseorang dipengaruhi oleh
pekerjaannya.
Dengan
demikian
pemasar
dapat
mengidentifikasikan kelompok yang berhubungan dengan jabatan
yang mempunyai minat diatas rata-rata terhadap suatu produk atau
jasa mereka.
c. Keadaan ekonomi (Economi circumstances), keadaan ekonomi
seseorang akan besar pengaruhnya terhadap pemilihan suatu
produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat
dengan seksama memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan
pribadi, tabungan, dan tingkat bunga. Jadi, jika indikator-indikator
ekonomi tersebut
menunjukan adanya resesi, pemasar dapat
mencari jalan untuk menetapkan posisi produknya.
d. Gaya hidup (Life style), orang yang berasal dari sub-budaya, kelas
sosial dan bahkan pekerjaan yang sama mungkin memiliki gaya
hidup yang brbeda. Gaya hidup seseorang adalah pola hidup
seseorang di dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapatan yang bersangkutan, gaya
hidup melukiskan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan
lingkungannya.
e. Kepribadian dan konsep diri (Personality and self-concept), tiap
orang
mempunyai
kepribadian
yang
khas
dan
ini
akan
mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada
karakteristik psikologis yang unik yang menimbulkan tanggapan
relatif konstan terhadap lingkungannya sendiri. Kepribadian sangat
bermanfaat untuk menganalisis perilaku konsumen bagi beberapa
pilihan produk atau merek. Atau juga dapat menggunakan konsep
diri atau citra diri seseorang.
4. Psikologis
(Psychological),
pilihan
membeli
seseorang
juga
dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utaa, yaitu :
a. Motivasi (motivation), sebagian besar kebutuhan manusia tidk
cukup kuat untuk mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu pada
suatu waktu. Suatu kebutuhan menjadi dorongan bila kebutuhan itu
muncul hingga mencapai taraf intensitas yang cukup. Motif
(dorongan) adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat untuk
mengarahkan seseorang agar dapat mencari pemuas terhadap
kebutuhan tersebut.
b. Persepsi (Perceptiron),
seseorang yang termotivasi akan siap
untuk melakukan suatu perbuatan. Bagaimana seorang yang
termotivasi untuk berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh
persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya. Dua orang yang
mengalami keadaan dorongan yang sama dan tujuan serta situasi
yang sama, mungkin akan berbuat sesuatu yang agak berbeda,
karena mereka menganggap situasi secara berbeda. Kotler
mengartikan persepsi sebagai proses dimana individu memilih,
merumuskan,
dan
menafsirkan
masukan
informasi
untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.
c. Pembelajaran
(Learning),
proses
belajar
menggambarkan
perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari
pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan
mempelajarinya. Perubahan perilaku individu terjadi melalui
keadaan saling mempengaruhi antar dorongan, rangsangan, isyarat,
tanggapan, dan penguatan. Para pemasar dapat membangun
permintaan akan produk dengan menghubungkannya dengan
menggunakan isyarat motivasi, dan dengan memberikan penguatan
yang positif.
d. Keyakinan dan Sikap (Cofidence and Attitude), melalui tindakan
dan proses belajar, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap
yang kemudian mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan
adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang
sesuatu. Sedangkan sikap adalah organisasi dari motivasi, perasaan
emosional, persepsi dan proses kognitif kepada suatu aspek. Dapat
pula dikatakan bahwa sikap adalah cara kita berfikir, merasa dan
bertindak melalui aspek lingkungan seperti toko retail, progam
televisi, atau produk. Kepercayaan dapat berupa pengetahuan,
pendapat atau sekedarpercaya. Kepercayaan inilah yang akan
membentuk citra produk dan merek. Sedangkan sikap menuntun
orang untuk berperilaku secara relatif konsisten terhadap objek
yang sama.
2.4.4
Model Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007;488) proses pengambilan
keputusan seseorang dipengaruhi oleh berbagai model konsumen menurut empat
pandangan berikut ini :
1. Pandangan Ekonomi
Dalam bidang ekonomi teoritis, yang menggambarkan dunia persaingan
sempurna, konsumen sering diberi ciri sebagai pengambil keputusan yang
rasional. Model ini, yang disebut teori manusia ekonomi, telah dikritik
oleh para penelitian konsumen kerena beberapa alasan. Untuk berperilaku
rasional dlam arti ekonomi, seorang konsumen harus (1). Mengetahui
semua alternatif produk yang tersedia, (2). Mampu memeringkat setiap
alternatif secara tepat dari sudut keuntungan dan kerugiannya, dan (3).
Mampumengenali satu alternatif yang terbaik. Karena banyaknya hal-hal
yang menjadi pertimbanganberulang kali, model ekonomi ini sering
ditolak karena terlalu idealis dan simplitis.
2. Pandangan Pasif
Menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk
pada kepentingan melayani-diri dan usaha promosi para pemasaran.
Konsumen dianggap sebagai pembeli yang menurutkan kata hati dan
irasional, siap menyerah kepada tujuan dan kekuasaan pemasar.
3. Pandangan Kognitif
Menggambarkan konsumen sebagai pemecah masalah dengan cara
berfikir. Konsumen sering digambarkan sebagai mau menerima maupun
dengan aktif mencari produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan mereka
dan memperkaya kehidupan mereka. Dalam konteks model kognitif,
konsumen dipandang sebagai pengelola informasi. Model kognitif,
konsumen dipandang sebagai konsumen yang lebih realistis karena
konsumen ini tidak mencari informasi untuk setiap pilihan yang ada.
Usaha pencarian informasi akan berhenti jika mereka sudah mendapatkan
informasi yang dirasakan cukup untuk membuat keputusan.
4. Pandangan Emosional
Walaupun sudah lama menyadari adanya model pengambilan keputusan
yang emosional atau impulse (menurutkan desakan hati), para pemasar
sering lebih suka memikirkan konsumen model ekonomi maupun model
pasif. Dalam kenyataannya setiap manusia mungkin menghubungkan
perasaan yang mendalam atau emosi, seperti kegembiraan, kekhawatiran,
rasa sayang, harapan, seksualitas, fantasi dan bahkan sedikit keajaiban
dengan berbagai pembelian atau kepemilikan tertentu. Seseorang yang
mengambil keputusan berdasarkan pada emosi akan lebih menekankan
pada suasana hati (moods) dan perasaan (feeling) dalam membuat
keputusan pembalian. Hal ini tidak menyatakan bahwa emosional
membuat keputusan tidak rasional.sebagai contoh banyak konsumen yang
membeli pakaian buatan desainer terkenal bukan hanya karena mereka
kelihatan lebih gaya dengan pakaian tersebut, tatapi karena merek pakaian
tersebut membuat mereka lebih baik dan hal ini dapat disebut juga sebagai
keputusan yang rasional.
Seperti halnya emosi, suasana hati(moods) merupakan hal penting
untuk pembuatan keputusan. Munculnya moods penting untuk pembuatan
keputusan konsumen, karena hal ini akan berdampak pada kapan, dimana
mereka bebelanja dan apakah mereka akan berbelanja sendirian atau
dengan yang lain.
2.5
Minat Beli Konsumen
Dalam usaha menarik atau menumbuhkan minat beli konsumen, pemasar
harus terlebih dahulu memahami bagaimana konsumen mengambil keputusan.
Menurut Mc Carthy dalam bukunya Dasar-dasar Pemasaran (2003;298),
minat beli konsumen didefinisikan sebagai berikut :
Minat beli merupakan dorongan yang timbul dalam diri seorang
untuk membeli barang dan jasa dalam rangka pemenuhan
kebutuhannya .
Minat beli timbul setelah menerima stimulasi dari sesuatu yang ia lihat.
Menurut Davidsoa dalam bukunya Retailing Management (2004;140) minat beli
dapat didefinisikan sebagai berikut :
Minat beli konsumen merupakan serangkaian unsur-unsur yang
mencerminkan hasrat dan keinginan konsumen .
Unsur-unsur tersebut meliputi :
1. Tersedianya ruang dan waktu (Convinience location and hours)
Yaitu tingkat kemudahan konsumen untuk menjangkau lokasi dan waktu
berbelanja.
2. Suasana toko (Store atmosphere)
Yaitu kesadaran penjual yang dirasakan konsumen pada saat bebelanja
sehingga diharapkan menimbulkan minat beli.
3. Barang dagangan (Merchandise)
Yaitu kesesuaian kebutuhan konsumen dengan barang yang ditawarkan
penjual. Konsumen biasanya mengharapkan variasi atau adanya pilihan
dan perbedaan macam-macam barang.
4. Harga (Price)
Yaitu harga jual yang diinginakn konsumen sesuai dengan nilai barang dan
jasa yang ditawarkan oleh penjual.
5. Informasi dan interakasi pribadi (Information and personal interaction)
Yaitu informasi tentang barang yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan
dan hubungan sumber daya manusia yang dimiliki penjual dengan
konsumen berlangsung dengan baik.
6. Pelayanan (Service)
Yaitu jenis pelayanan penjual yang diinginkan konsumen sesuai dengan
barang dan transaksi, misalkan : memberikan kredit, pengantaran barang,
pemasangan dan cara-cara lain yang ditujukan supaya lebih menarik bagi
konsumen.
Menurut kamus pemasaran Ismail Solihin (2004;92), minat (interest)
didefinisikan sebagai berikut:
Interest adalah ketertarikan seorang konsumen terhadap suatu
produk .
Menurut Schiftman dan Kanuk (2007;2002) timbulnya minat beli
konsumen itu disebabkan oleh unsur-unsur yang terdiri dari tiga tahapan yaitu :
1. Rangsangan
Rangsangan merupakan suatu isyarat yang ditujukan untuk mendorong
dan menimbulkan seorang untuk bertindak.
2. Kesadaran
Merupakan sesuatu yang memasuki pikiran seorang. Kesadaran ini
dipengaruhi oleh pertimbangan atas barang dan jasa itu sendiri.
3. Pencarian Informasi
Aspek pencarian informasi dibagi dalam enam bagian, yaitu :
Informasi intern, bersumber dari ingatan konsumen untuk memilih
barang dan jasa yang memuaskannya.
Informasi ekstern, informasi yang melibatkan iklan (media cetak dan
penjualan langsung, dan sumber sosial/keluarga, teman, ataupun
kolega).
Memastikan sifat yang khas dari pilihan yang ada, pada tahap ini
konsumen mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan ciri
dan sifat dari setiap pilihan. Setelah diketahui akan pilihannya maka
konsumen memutuskan barang yang akan dibelinya..
Pemilihan alternatif, pemilihan ini terjadi jika beberapa barang atu jasa
merupakan
suatu
pilihan
yang
sulit
bagi
konsumen
untuk
mengevaluasi alternatif yang tersedia.
Pembelian, merupakan tahap dimana konsumen yang telah melalui
pilihan dan siap untuk mengeluarkan uangnya untuk ditukarkan
dengan barang dan jasa tersebut. Di dalam pembelian terdapat faktor
atas reaksi yang mempengaruhinya, diantaranya :
o Tempat pembelian
o Bentuk pembelian
o Barang dan jasa yang berbeda
Tempat dimana membeli, tempat pembelian merupakan salah satu
pertimbangan di toko dimana konsumen akan membeli produk atau
jasa tersebut. Sebuah toko atau penyalur yang memiliki citra baik akan
merangsang konsumen untuk berbelanja lebih lanjut sehingga
diharapkan konsumen menjadi terbiasa membeli di tempat yang sama.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpilkan bahwa proses pembelian
berawal
jauh sebelum
proses pembelian yang sesungguhnya terjadi, dan
berakibat jauh setelah dilakukannya pembelian. Hal ini mendorong pemasaran
untuk memusatkan perhatiannya pada keputusan pembelian.
2.5.1
Jenis-jenis Pembelian
Kotler diterjemahkan oleh Molan (2005;221) membagi empat jenis
perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan
tingkat perbedaan antara merek, yaitu :
1. Complex Buying Behaviour (Perilaku pembelian yang kompleks)
Dalam perilaku pembelian yang rumit terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Pembelian mengembangkan keyakinan mengenai produk teretentu.
b. Mengembangkan dan membangun sikap terhadap produk tersebut.
c. Membuat pilihan yang penuh pemikiran.
Konsumen termasuk ke dalam Complex Buying Behaviour ketika mereka
sangat dilibatkan dalam pembelian dan sadar akan perbedaan signifikan di
antara merek.
2. Dissonance-Reducing
Buter
Behaviour
(Perilaku
pembelian
yang
mengurangi ketidakefisienan).
Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian tetapi melihat
sedikit perbedaan di antara merek. Keterlibatan tinggi di dasari oleh fakta
bahwa pembeli mahal, jarang dilakukan, dan beresiko.
3. Habitual Buying Behaviour (Perilaku pembelian karena kebiasaan).
Banyak produk dibeli dibawah kondisi keterlibatan konsumen rendah dan
tidak ada perbedaan nyata di antara berbagai merek.
4. Variety-Seeking Buying Behaviour (Perilaku pembeli mencari keragaman).
Beberapa situasi pembelian dikarakteristikan oleh keterlibatan rendah,
tetapi perbedaan merek yang signifikan. Konsumen banyak melakukan
pertukaran merek, hal ini terjadi kere alasan variasi bukan karena
ketidakpuasan.
2.6
Keputusan Pembelian Konsumen
Sebelum mengkonsumsi produk bahkan sebelum konsumen membeli
produk yang akan dikonsumsi, konsumen terlebih dahulu perlu untuk mengambil
keputusan mengenai produk yang akan dibeli atau dikonsumsinya. Keputusan
pembelian sendiri pada umumnya merupakan suatu proses yang bertahap.
Kotler dan Armstrong mendefinisikan keputusan Pembelian dalam
Dasar-dasar Pemasaran (2005: 227) sebagai berikut :
Keputusan pembelian adalah tahap proses keputusan dimana
konsumen secara aktual melakukan pembelian produk .
2.6.1
Tahapan-tahapan Proses Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian suatu
produk atau jasa di awali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginan. Untuk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
perusahaan harus memahami tahap-tahap yang dilalui oleh seorang konsumen
dalam melakukan pembelian. Tahapan-tahapan dari suatu pembelian menurut
Kotler (2005;224) adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan Masalah, proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali
masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh
rangsangan internal atau eksternal.
2. Pencarian Informasi, proses pengambilan keputusan pembeli dimana
konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen
mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari
informasi secara akatif. Sumber informasi konsumen terbagi ke dalam
empat kelompok, yaitu :
Sumber pribadi : Keluarga, teman-teman, tetangga dan kenalan.
Sumber niaga : Periklanan, petugas penjalan, penjual, kemasan, dan
pemajangan.
Sumber umum : Media massa dan organisasi konsumen.
Sumber
pengalaman
:
Pernah
menangani,
menguji,
dan
mempergunakan produk.
3. Evaluasi Alternatif, proses keputusan pembeli dimana konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagi merek alternatif di
dalam sejumlah pilihan.
4. Keputusan Pembelian, proses keputusan pembeli dimana konsumen
secara aktual melakukan pembelian produk.
Ada dua faktor penyebab konsumen melakukan keputusan pembalian,
yaitu :
Sikap orang lain, keputusan membeli itu banyak dipengaruhi oleh
teman-teman, tetangga, atau siapa saja yang dipercayainya.
Faktor-faktor situasi yang tidak terduga, yaitu faktor harga, pendapatan
keluarga, dan keuntungan yang diharapkan dari produk tersebut.
5. Prilaku Pasca Pembelian, proses keputusan pembelian dimana konsumen
melakukan tindakan lebih lanjut setelah melakukan pembelian berdasarkan
pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka terhadap suatu produk atau
merek.
2.6.2
Proses Keputusan Pembelian
Secara khusus, pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat
keputusan pembelian, jenis-jenis keputusan pembelian, dan langkah-langkah
dalam proses pembelian. Peran pembelian adalah suatu yang mudah untuk
mengidentifikasi dari banyak produk. Lima peran yang dimainkan orang dalam
keputusan pembelian menurut Kotler (2005;220) adalah sebagai berikut :
1. Pencetus, yaitu yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli
produk atau jasa.
2. Pemberi Pengaruh, yaitu orang dengan pandangan atau sarannya
mempengaruhi keputusan.
3. Pengambil Keputusan, yaitu orang yang mengambil keputusan mengenai
setiap komponen keputusan pembelian-apakah membeli, tidak membeli,
bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli.
4. Pembeli, yaitu orang yang melakukan pembelian sesungguhnya.
5. Pemakai, yaitu seorang yang mengkosumsi atau mengunakan produk atau
jasa tertentu.
2.7
Hubungan Antara Atribut Produk dan Keputusan Pembelian
Setiap perusahaan berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen melalui produk yang ditawarkan, sedangkan konsumen mencari
manfaat-manfaat tertentu yang ada pada suatu produk. Konsumen melihat suatu
produk sebagai kumpulan dari sifat-sifat ciri tertentu yang tercermin dari atributatribut yang melekat pada suatu produk. Atribut dapat berupa merek,
kemasan,jaminan, fisik, warna, label, harga dan pelayanan. Kebanyakan
konsumen melihat atribut produk sebagi keseluruhan isi dari produk yang mereka
beli. Atribut adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen
dan dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk. Jadi
atribut yang terdapat pada suatu produk mengidentifikasikan siapa penjual atau
pembuat barang atau jasa tersebut. Di dalamnya merupakan janji penjual untuk
memberikan tampilan manfaat dan jasa tertentu untuk pembeli. Konsumen
memandang atribut produk sebagi bagian penting dari suatu produk karena itu
penjual berusaha keras untuk merancang, menciptakan kemudian merealisasikan
sebuah atribut untuk produk.
seorang konsumen sebelum memutuskan untuk membeli sebuah produk,
mulai dengan pengenalan masalah untuk mengetahui kebutuhan apa yang mereka
butuhkan tentang manfaat, kegunaan dari produk yang akan dipilih, informasi
tersebut dapat diperoleh dari teman, tetangga, promosi iklan, atau pameran,
atupun dengan bereksperimen. Dari beberapa informasi yang didapat, diperoleh,
beberapa alternatif pilihan mengenai produk dan berbagai macam atribut masingmasing, kemudian konsumen melakukan penilaian atas alternatif produk dengan
atribut produk mana yang paling bermanfaat bagi konsumen.
Tahap dengan atribut mana yang akan dipilih untuk memenuhi
kebutuhannya, dilihat dari manfaat, kemasan yang tidak mudah rusak, warna,
label, harga yang terjangkau dengan mutu tinggi dan pelayanan yang terbaik dari
semua pilihan alternatif produk yang ada. Dengan kata lain atribut produk
mempunyai pengaruh yang besar bagi keputusan pembelian konsumen terhadap
produk yang ditawarkan.
Download