BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak perhatian dan banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara laba dengan return saham perusahaan (Ball dan Brown, 1968; Beaver, 1968; Foster, 1977 dalam Rahmawati, 2008). Laba akuntansi mencerminkan kinerja perusahaan, dari ukuran laba dapat dilihat apakah perusahaan mempunyai kinerja yang bagus atau tidak. SFAC No. 1 menyatakan bahwa laba akuntansi adalah alat ukur yang baik untuk mengukur kinerja perusahaan dan laba akuntansi bisa digunakan untuk meramalkan aliran kas perusahaan (Hendriksen dan Breda, 2001). Ukuran kinerja yang menjadi fokus perhatian investor dan kreditur adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan serta prospek pertumbuhan di masa depan dengan lebih baik. Kualitas laba juga menentukan tingkat kepercayaan terhadap sebuah perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan sering menggunakan laba sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi dan pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. Dengan demikian, laba akuntansi relevan untuk dimasukkan ke dalam model pengambilan keputusan yang dibuat oleh investor dan kreditur. 1 Manajemen menghitung laba perusahaan untuk dua tujuan setiap tahunnya, yaitu tujuan untuk pelaporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) dan pelaporan pajak berdasarkan peraturan pajak untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal. Pajak merupakan salah satu elemen yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan sebagai wajib pajak harus dapat menghitung sendiri besarnya pajak yang harus dibayarkan kepada negara. Peraturan pajak tidak memberikan banyak kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan pajaknya. Di dalam prakteknya, sering terdapat perbedaan perhitungan yang dibuat perusahaan dan pemerintah. Untuk menjembatani perbedaan perhitungan laba bersih baik menurut Standar Akuntansi Keuangan maupun menurut peraturan perpajakan maka diperlukannya koreksi fiskal. Setiap akhir tahun perusahaan diwajibkan melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaianpenyesuaian terhadap laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak. Rekonsiliasi fiskal diakhir periode pembukuan menyebabkan terjadi perbedaan antara laba fiskal dan laba akuntansi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara PABU dan peraturan pajak. Penyebab perbedaan tersebut secara umum dikelompokkan ke dalam perbedaan permanen (permanent differences) dan perbedaan sementara atau waktu (temporary or timing differences). Koreksi fiskal yang dilakukan akan 2 mempengaruhi besarnya laba dan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Besarnya koreksi yang dilakukan dapat dijadikan sebagai acuan perusahaan untuk melakukan penghematan atas pajak penghasilan. Dengan perencanaan pajak, laba perusahaan dapat diminimalkan tanpa melanggar ketentuan perpajakan. Perusahaan tidak perlu memanipulasi laba karena dengan perencanaan pajak, perusahaan dapat meminimalkan pajak. Berdasarkan dua kelompok penyebab perbedaan antara laba akuntansi dan pajak tangguhan, penelitian ini hanya memfokuskan pada perbedaan temporer sesuai dengan model penelitian Rahmawati (2008). Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen dalam analisis utama karena perbedaan permanen hanya mempengaruhi perioda terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi adanya penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Sebaliknya, perbedaan temporer dapat menimbulkan jumlah pajak yang dapat ditambahkan atau dikurangkan dimasa depan (future taxable and future deductible amounts). Pajak tangguhan dihitung berdasarkan perbedaan temporer. Pajak tangguhan merupakan salah satu dari pajak penghasilan. Perhitungan pajak tangguhan dapat mengakibatkan aktiva atau kewajiban pajak tangguhan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini diberi judul Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan Pajak Tangguhan Terhadap Persistensi Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3 1.2 Perumusan Masalah Atas dasar latar belakang tersebut, maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah : 1. Apakah laba akuntansi sebelum pajak saat ini berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi satu periode ke depan? 2. Apakah book-tax differences positif memiliki persistensi laba lebih tinggi dari book-tax differences negatif? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi : 1. Sampel penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Periode pengamatan dalam penelitian tahun 2004-2007. 3. Yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah laba bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak (EBT). 4. Yang dimaksud dengan pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang yang berupa perbedaan temporer. 5. Yang dimaksud dengan persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan. 6. Yang dimaksud dengan book-tax differences adalah selisih antara laba akuntansi dan pajak tangguhan yang disebabkan karena ada rekonsiliasi fiskal. 4 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menguji pengaruh laba sebelum pajak saat ini terhadap persistensi laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Menguji apakah book-tax differences positif memiliki persistensi laba lebih tinggi dari book-tax differences negatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 1.5 Kontribusi Penelitian Kontribusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Dapat digunakan sebagai masukan dalam penentuan kebijakan perpajakan. Dengan ini pemerintah bisa menambah informasi tentang kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan perpajakan. 2. Bagi Perusahaan/Emiten Memberikan pengetahuan tentang laba akuntansi dan pajak tangguhan. Dengan perencanaan pajak, laba perusahaan dapat diminimalkan tanpa melanggar ketentuan perpajakan. 3. Bagi Investor Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan untuk berinvestasi. 5