Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia yang semakin berkembang menjadi daya tarik bagi
para
investor
untuk
berinvestasi.
Sektor
merupakan salah satu sektor usaha yang
industri makanan
dan minuman
akan terus mengalami pertumbuhan.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
jumlah penduduk di Indonesia,
volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman pun terus meningkat. Sejak
krisis global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008, hanya industri makanan
dan minuman yang dapat bertahan. Permintaan pada sektor tersebut tetap tinggi.
Industri makanan dan minuman dapat bertahan tidak bergantung pada bahan baku
eksport dan lebih banyak menggunakan bahan
karakteristik
masyarakat
yang
baku
domestik.
Selain
itu,
cenderung gemar berbelanja makanan,
ikut
membantu mempertahankan industri makanan dan minuman.
Perusahaan sektor makanan dan minuman merupakan perusahaan yang
mempunyai kontribusi terbesar terhadap BEI sebesar 43% dibandingkan dengan
perusahaan rokok sebesar 9%, perusahaan farmasi sebesar 28%, perusahaan
kosmetik dan barang keperluan rumah tangga sebesar 9%. Dalam artikel yang
ditulis www.kemenperin.go.id,
Pada tahun 2012
perusahaan makanan dan
minuman sedang mengalami penurunan index saham, menurut Bringham Gapensi
(1996) nilai pasar atas surat berharga dan ekuitas perusahaan yang beredar yang
merupakan
nilai
perusahaan,
nilai
perusahaan
1
yang
tinggi
menunjukan
2
kemakmuran pemegang saham dan perusahaan yang dipresentasikan oleh harga
pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan,
dan manajemen asset. Oleh karena itu jika index saham perusahaan makanan dan
minuman menurun dapat mengakibatkan pendapatannya menurun.
Sumber : www.duniainvestasi.com
Dalam artikel yang ditulis www.liputan6.com, salah satu perusahaan yang
listing pada sektor makanan dan minuman yaitu PT Mayora Indah Tbk (MYOR)
sempat menggegerkan para pemegang saham akibat Laba bersih yang turun
drastis sebesar 59,56 persen menjadi Rp 409,82 miliar dari periode tahun
sebelumnya yang berjumlah Rp 1,04 triliun. Selain itu, perseroan mencatatkan
kenaikan di sejumlah pos beban. Beban penjualan naik 0,6 persen dari Rp 1,27
triliun pada 2013 menjadi Rp 1,28 triliun pada 2014. Beban umum dan
administrasi naik menjadi Rp 359,97 miliar. Hal itu membuat laba usaha
perseroan tergelincir 31,61 persen dari Rp 1,3 triliun pada 2013 menjadi Rp
891,29 miliar pada 2014. Beban bunga naik 39,55 persen menjadi Rp 358,43
miliar pada 2014 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 256,84 miliar. Dengan
3
melihat kinerja itu, laba per saham turun menjadi 451 pada 2014 dari periode
sama tahun sebelumnya 1.115.
Informasi mengenai kinerja keuangan MYOR yang memerah serta faktor
eksternal seperti kerugian kurs akibat krisis global, berimbas terhadap turunnya
indeks harga saham MYOR seperti yang ditunjukkan dalam grafik dibawah ini:
Sumber : www.markets.ft.com
Berdasarkan fenomena tersebut dengan gejala kesulitan keuangan yang
terjadi, maka diperlukan sebuah analisa khusus untuk mengukur kinerja keuangan
dari sisi potensi kebangkrutan dengan menganalisa laporan keuangan. Menurut
Hanafi (2012), semakin awal tanda-tanda kebangkrutan diketahui, semakin baik
bagi pihak manajemen karena pihak manajemen dapat melakukan perbaikanperbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan
persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk.
Kinerja keuangan perusahaan menggambarkan kondisi keuangan selama
perusahaan
beroperasi.
Pengukuran
kinerja
keuangan
dapat
mencerminkan
sejauhmana kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya, sehingga
4
menjadi informasi yang sangat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan
(stake holder), yakni kreditor, investor, otoritas pembuat peraturan, auditor dan
manajemen dalam mengambil suatu keputusan.
Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari setiap
perusahaan
adalah
keberlangungan
hidup
kegunaannya
untuk
perusahaan itu.
memprediksi
kontinuitas
atau
Pentingnya meramalkan kelangsungan
hidup perusahaan dikarenakan faktanya tidak satupun pihak baik manajemen
ataupun para investor mengharapkan akan terjadinya kebangkrutan atau keharusan
untuk menutup usahanya pada suatu saat. Menurut Munawir (2004) untuk
mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan analisis rasio
keuangan. Sedangkan menurut Hanafi (2012) untuk memprediksi kebangkrutan
suatu perusahaan model yang cukup terkenal digunakan dan menjadi pioner
adalah model Altman Z-Score (1968)
Metode Altman Z-score adalah salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, terutama terkait dengan potensi
kebangkrutan. Metode ini memberikan peringatan dini (early warning system)
untuk
memprediksi
munculnya
kesulitan
keuangan
yang
mengarah
pada
kebangkrutan, yaitu ketidakpastian perusahaan untuk melanjutkan operasinya
disebabkan oleh adanya penurunan kondisi keuangan (Lesmana, 2004:174).
Dengan terdeteksinya lebih awal kondisi keuangan perusahaan maka sangat
memungkinkan bagi perusahaan untuk
melakukan langkah-langkah antisipatif
guna mencegah terjadinya krisis keuangan yang lebih parah.
5
Selain itu, dalam hal tujuan investasi pada suatu perusahaan juga harus dapat
menunjukan suatu proforma manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur proforma kinerja keuangan
tersebut adalah metode Tobin’s Q. Metode ini lebih melihat dari perspektif
investasi, yaitu dari potensi nilai pasar suatu perusahaan. Nilai Tobin’s Q
menggambarkan suatu
kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan (Lang,
et al, 1989) atau potensi pertumbuhan perusahaan (Tobin dan Brainard. 1968;
Tobin, 1969). Oleh karena itu, dalam penelitian ini kedua metode di atas yaitu
metode Altman Z-Score dan metode Tobin’s Q digunakan untuk mengukur serta
menganalisis kinerja keuangan perusahaan-perusahaan pada sektor makanan dan
minuman yang listing di BEI.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan dengan Model Altman
Z-Score dan Tobin’s Q”. (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Makanan
dan Minuman Yang Terdaftar Di BEI Periode Laporan Keuangan Tahun
2010-2014)
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
diperlukan
latar
pembatasan
dan informasi
belakang
masalah
yang dibahas dari judul di atas, maka
sesuai
dengan
metode,
ruang
lingkup,
yang dibutuhkan agar pembahasan masalah tidak
meluas,
penulis mengidentifikasi masalah yang akan menjadi pokok pemikiran dan
pembahasan adalah sebagai berikut :
6
1.
Bagaimana nilai Z-score perusahaan berdasarkan model Altman Z-score
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI Periode
2010-2014.
Bagaimana nilai Q perusahaan berdasarkan model Tobin’s Q pada
2.
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI Periode 20102014.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah- masalah yang telah dikemukakan diatas,
maka penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu:
1.
Untuk mengetahui nilai Z-score dari perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI.
2.
Untuk mengetahui nilai Q dari perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI.
2.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.
Bagi Penulis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperdalam
ilmu
pengetahuan
mengenai konsep, pengaruh analisis laporan keuangan dan hubungannya
dengan
penilaian kinerja perusahaan dalam penilaian atas potensi
kebangkrutan.
2.
Bagi Perusahaan
7
Diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna sebagai bahan
masukan
dalam
merumuskan
kebijakan
serta
tindakan-tindakan
selanjutnya. Kemudian bermanfaat pula bagi kemajuan perusahaan dan
meningkatkan nilai perusahaan sehubungan dengan penggunaan analisis
laporan keuangan.
3.
Bagi Investor
Diharapkan dapat mempunyai kontribusi yang lebih dalam praktik
dimana investor selalu membutuhkan referensi dari waktu ke waktu guna
membantu dalam pengambilan keputusan investasi.
4.
Bagi pihak lain
Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk bahan peneliti bagi yang
berminat dalam bidang yang serupa.
2.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan dengan melalui situs www.idx.co.id dan Waktu
penelitian yang dibutuhkan adalah sejak bulan Desember 2015 hingga Maret 2016
dengan menggunakan laporan keuangan dari perusahaan yang termasuk dalam
sektor makanan dan minuman selama tahun 2010-2014 berturut-turut.
Download