BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Selama beberapa tahun terakhir ini pemerintah Indonesia disibukkan
dengan penerapan kebijakan baru di bidang ekonomi. Kebijakan tersebut
adalah kebijakan tax amnesty atau pengampunan pajak. Kebijakan ini
ditujukan bagi para wajib pajak yang belum melaporkan hartanya secara
penuh. Kebijakan pengampunan pajak ini bertujuan untuk meningkatkan
penerimaan pajak. Dengan adanya pengampunan pajak maka pemerintah
dapat melakukan dua sekaligus usaha peningkatan pajak, yaitu intensifikasi
dan ekstensifikasi. Selain mampu memaksimalkan penerimaan pajak,
kebijakan pengampunan pajak juga akan menambah wajib pajak baru.
Latar belakang diterapkannya kebijakan pengampunan pajak adalah
karena selama beberapa tahun terakhir ini realisasi penerimaan pajak jauh
di bawah target. Realisasi pajak yang tidak mencapai target ini bisa
mengakibatkan defisit anggaran negara. Ditambah lagi dengan penurunan
harga minyak yang mengakibatkan peneriman negara merosot Rp90
triliun.1 Untuk tahun 2016 saja, selisih penerimaan dan target (shortfall)
Sesuai dengan pemberitaan di media elektronik di Detik Finance. Maikel Jefriando, “Harga
Minyak
US$
30/barel,
Penerimaan
Negara
Anjlok
Rp
90
T”,detikFinance,
http://finance.detik.com/read/2016/02/17/151057/3144396/1034/harga-minyak-us--30-barelpenerimaan-negara-anjlok-rp-90-t, diakses pada tanggal 8 Agustus 2016 pukul 10.24 WIB.
1
pajak ditaksir mencapai Rp200 triliun. Hal ini mengakibatkan defisit fiskal
sebesar Rp313,4 triliun atau (2,4% dari PDB)2. Sedangkan target
penerimaan pajak tahun 2016 sebesar Rp1.368 triliun atau lebih tinggi 29%
dari realisasi pajak3. Dengan target yang semakin tinggi, tetapi tidak
diimbangi dengan realisasi penerimaan terus meningkat maka pemerintah
harus memikirkan opsi lain untuk menutup defisit anggaran. Sebelumnya,
ada tiga opsi yang ditawarkan pemerintah untuk menutup anggaran.
Pertama, melakukan pemotongan belanja negara sebesar Rp250 triliun,
tetapi hal ini bisa berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan
ekonomi. Kedua, menerapkan kebijakan pengampunan pajak untuk menarik
dana yang selama ini tersimpan di luar negeri. Ketiga, menambah hutang
negara untuk menambal defisit. Opsi ketiga ini merupakan opsi terakhir
apabila opsi lain tidak mungkin bisa diterapkan. Opsi kedua kemudian
dipilih meskipun tetap harus melakukan pemangkasan Rp50,01 triliun pada
alokasi belanja kementerian/lembaga pada RAPBNP 20164.
Sesuai dengan pemberitaan di media elektronik di Kompas. Estu Suryowati, “Agar Defisit
Anggaran Tak Lampaui Tiga Persen PDB”, Kompas.com,
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/06/22/150244426/agar.defisit.anggaran.tak.lampaui.t
iga.persen.pdb, diakses pada tanggal 8 Agustus 2016 pukul 10.56 WIB.
2
Sesuai dengan pemberitaan di media elektronik di Tempo. Danang Firmanto, “Genjot
Penerimaan
Negara,
Kursi
Panas
Dirjen
Pajak
Mendesak”,
Tempo.co
https://m.tempo.co/read/news/2016/02/01/087741068/genjot-penerimaan-negara-kursi-panasdirjen-pajak-mendesak diakses pada tanggal 8 Agustus 2016 pukul 11.16 WIB.
3
Sesuai dengan pemberitaan di media elektronik di CNN Indonesia. Agust Supriadi, “Menkeu:
Belanja
Infrastruktur
Bebas
dari
Pemangkasan
Anggaran”,CNN
Indonesia,
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160517044756-78-131178/menkeu-belanjainfrastruktur-bebas-dari-pemangkasan-anggaran/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2016 pukul 11.34
WIB.
4
Dalam rangka mendukung keberhasilan penerapan kebijakan
pengampunan pajak, Direktorat Jenderal Pajak memberikan keringanan
kepada wajib pajak yang memindahkan harta yang mereka simpan di luar
negeri untuk berinvestasi di dalam negeri. Keringanan yang dimaksud
adalah berupa tarif uang tebusan yang didasarkan pada harta atau aset yang
belum pernah dilaporkan. Tarif uang tebusan atas harta di dalam negeri
adalah 2% untuk periode 1 Juli sampai 30 September 2016, 3% untuk
periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2016 dan 5% untuk periode 1
Januari 2017 sampai 31 Maret 2017. Sedangkan untuk tarif uang tebusan
atas harta yang berada di luar negeri adalah dua kali lipat dari harta yang
berada di dalam negeri, yaitu 4% untuk periode 1 Juli sampai 30 September
2016, 6% untuk periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2016 dan 10%
untuk periode 1 Januari 2017 sampai 31 Maret 2017. Jadi, dapat dikatakan
bahwa kebijakan pengampunan pajak ini hanya berlaku selama sembilan
bulan. Terhitung sejak 1 Juli 2016 hingga 31 Maret 2017.
Kebijakan pengampunan pajak menuntut adanya pembenahan
secara menyeluruh dalam proses administrasi perpajakan di Indonesia. Jika
kebijakan pengampunan pajak ini berhasil dengan sukses, maka akan
mampu menjadi penopang penerimaan pajak dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki
kepercayaan yang tinggi atas kebijakan pemerintah. Saat ini pemerintah
telah menyiapkan berbagai instrumen untuk menampung dana hasil
repatriasi. Peserta tax amnesty dapat menginvestasikan asetnya pada surat
berharga negara, obligasi milik BUMN, obligasi lembaga pembiayaan
pemerintah, obligasi milik perusahaan swasta, dan saham.
Besarnya aliran dana yang masuk akibat kebijakan pengampunan
pajak atau tax amnesty ini menimbulkan persaingan di berbagai sektor yang
mengincar harta repatriasi yang berasal dari pelaku bisnis di seluruh
Indonesia. Menurut Kepala Riset Mandiri Sekuritas, John Rachmat,
pengampunan pajak akan memperkuat capital inflow hasil dari repatriasi
aset warga negara Indonesia yang selama ini bersembunyi di luar negeri 5.
Menurutnya, ada tiga sektor yang paling diuntungkan dengan adanya
pengampunan pajak ini, yaitu sektor properti dan real estate, infrastruktur
dan industri penunjang, konstruksi dan bahan material. Besarnya aliran dana
yang dipicu kebijakan pengampunan pajak akan mengakibatkan
kecenderungan suku bunga turun, sehingga investasi aset pada instrumen
deposito jelas menjadi kurang menguntungkan. Oleh karena itu, pemilik
dana akan cenderung memilih sektor riil sebagai tujuan investasinya.
Properti dan real estate merupakan salah satu sektor yang paling
populer di Indonesia sebagai tujuan investasi jangka panjang. Kelebihan
dana dari para pelaku bisnis berpeluang menaikkan permintaan properti.
Terlebih lagi properti selalu berkorelasi negatif dengan suku bunga. Ketika
Sesuai dengan pemberitaan di media elektronik di CNN Indonesia. Giras Pasopati, “Menanti Tax
Amnesty
Dongkrak
Saham
Emiten
Properti“,
CNN
Indonesia,
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160613152236-92-137780/menanti-tax-amnestydongkrak-saham-emiten-properti/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2016 pukul 11.21 WIB.
5
suku bunga menurun, aset riil cenderung terapresiasi karena cost of fund
yang murah.
Selain investasi pada sektor properti dan real estate, pasar modal
merupakan salah satu alternatif bagi para wajib pajak dan investor yang
ingin melakukan investasi. Dengan terparkirnya uang para wajib pajak di
pasar modal, tentunya akan menumbuhkan pasar modal Indonesia. Direktur
Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan dana repatriasi yang
diinvestasikan peserta pengampunan pajak atau tax amnesty ke saham bisa
dibekukan, sehingga dana tersebut tidak bisa keluar dengan cepat dan
berada di Indonesia selama holding period tax amnesty, yaitu selama tiga
tahun.
Pasar modal memiliki peranan penting bagi perkembangan
perekonomian suatu negara karena pasar modal pada hakekatnya adalah
mempertemukan antara pihak yang memiliki dana berlebih dalam hal ini
investor dengan pihak yang kekurangan dana yaitu perusahaan untuk
menjalankan usahanya, sehingga pasar modal bisa dijadikan alternatif
dalam pembiayaan pembangunan. Dengan adanya pasar modal, perusahaan
dapat memperoleh dana dengan lebih mudah dan murah. Selain itu, investor
juga dapat menginvestasikan dana yang sebelumnya menganggur dan
berlebih menjadi lebih produktif dan dapat mendatangkan lebih banyak
keuntungan
baginya.
Pasar
modal
merupakan
pasar
yang
memperjualbelikan sekuritas yang pada umumnya memiliki umur ekonomis
lebih dari satu tahun. Untuk membeli produk sekuritas dari emiten yang
diperjualbelikan di bursa efek, investor memerlukan informasi yang relevan
dengan kondisi dan pergerakan pasar sebagai bahan pertimbangan agar
dapat mengambil keputusan investasi secara tepat.
Menurut Hartono (2013), mengatakan bahwa suatu pasar sekuritas
dapat dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara
penuh informasi yang tersedia. Pasar yang efisien akan bereaksi dengan
cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang
sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia. Informasi yang di
peroleh investor tersebut bukan hanya informasi kejadian masa lalu, tetapi
juga informasi publik dan informasi privat. Jika informasi baru yang relevan
diterima oleh pasar dan informasi tersebut berkaitan dengan suatu aktiva
maka informasi tersebut akan digunakan untuk menganalisis dan
menginterpretasikan nilai dari aktiva yang bersangkutan, sehingga akan
terjadi pergeseran harga sekuritas menjadi harga ekuilibrium yang baru.
Untuk menentukan keefisienan pasar bisa dilihat dari dua aspek, yaitu
ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan
keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien
yang dilihat dari informasinya saja disebut dengan efisiensi pasar secara
informasi (informationally efficient market). Sedangkan pasar efisien yang
dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan
berdasarkan informasi yang tersedia disebut efisiensi pasar secara
keputusan (decisionally efficient market).
Bagi pelaku pasar, pengumuman kebijakan pengampunan pajak
yang dilakukan oleh pemerintah merupakan informasi yang tersedia di pasar
modal. Informasi perkembangan kesiapan perusahaan properti dan real
estate dalam menyikapi kebijakan pengampunan pajak akan mempengaruhi
harga saham perusahaan. Fluktuasi harga saham dalam merespon informasi
yang ada ini tentu akan mempengaruhi return bagi investor.
Untuk mengetahui reaksi pasar modal terhadap pengumuman
kebijakan pengampunan pajak ini perlu dilakukan studi peristiwa (event
study). Studi peristiwa dilakukan bertujuan untuk menguji kandungan
informasi dari suatu peristiwa melalui reaksi yang ditimbulkan. Reaksi
pasar ini dapat diukur dengan menggunakan return taknormal dari sekuritas
yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Return
taknormal atau return kelebihan merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Suatu peristiwa yang
mengandung informasi akan memberikan return taknormal. Sedangkan
peristiwa yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan return
taknormal kepada investor (Hartono, 2015). Investor akan mendapat
tambahan kemakmuran apabila informasi yang diperoleh pasar merupakan
informasi yang positif dan memberikan return taknormal yang positif.
Namun, apabila tidak terdapat return taknormal maka investor tidak akan
mendapat tambahan kemakmuran, bahkan jika terjadi return taknormal
yang negatif maka kemakmuran investor akan berkurang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan studi
peristiwa mengenai reaksi pasar saham sektor properti dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pengumuman kebijakan
pengampunan
pajak
INDONESIA
dengan
judul
TERHADAP
PENGAMPUNAN
PAJAK
“REAKSI
PASAR
PENGUMUMAN
(Studi
Peristiwa
pada
MODAL
KEBIJAKAN
Saham-Saham
Perusahaan Properti dan Real Estate Terdaftar di BEI)”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi
bahasan pokok dalam penelitian ini adalah apakah pasar modal di Indonesia
memberikan reaksi pada pengumuman kebijakan pengampunan pajak yang
dilakukan oleh pemerintah. Indikator reaksi pasar modal dapat ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga saham.
Pengumuman kebijakan pengampunan pajak merupakan informasi
baru yang akan mempengaruhi aktivitas jual beli saham di pasar modal. Hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya respon berupa tingkat expected return
investor yang berubah. Perubahan tersebut mengakibatkan perubahan harga
sekuritas yang aktif diperjualbelikan, sehingga membentuk harga
ekuilibrium baru.
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis reaksi pasar
modal
di
Indonesia
terhadap
informasi
pengumuman
kebijakan
pengampunan pajak yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan return
taknormal. Secara detail, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Meneliti dan menemukan bukti empiris tentang reaksi pasar modal
Indonesia terhadap pengumuman kebijakan pengampunan pajak
ditinjau dari adanya rerata return taknormal positif di sekitar tanggal
pengumunan.
2. Menguji reaksi pasar modal dilihat dari ada tidaknya perbedaan rerata
return taknormal sebelum hingga setelah tanggal pengumuman
kebijakan pengampunan pajak.
1.4
Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi:
1. Dunia akademik.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dan
wawasan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak pemakai informasi,
sehingga dapat membantu memberikan masukan dan pertimbangan
terutama untuk memahami kondisi dan efisiensi pasar modal dalam
menyediakan informasi bagi investor dan calon investor.
2. Pelaku pasar modal.
Penelitian ini memberikan bukti empirik tentang reaksi pasar modal
dalam menghadapi pengumuman kebijakan pemerintah yang berguna
bagi para pelaku pasar modal sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan investasinya untuk membeli atau menjual
sekuritasnya ketika terjadi suatu peristiwa yang memiliki potensi untuk
menimbulkan adanya return taknormal.
3. Penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan atau pertimbangan untuk
melakukan penelitian selanjutnya mengenai reaksi pasar modal dalam
menanggapi pengumuman kebijakan ekonomi pemerintah.
4. Bagi peneliti.
Penelitian ini diharapkan dapat membuat peneliti lebih memahami
tentang reaksi pasar modal Indonesia dalam menyikapi suatu peristiwa
khususnya kebijakan ekonomi.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN.
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
Bab ini menjelaskan dasar teori yang digunakan pada penelitian
yang akan dilakukan dan beberapa hasil dari penelitian terdahulu tentang
reaksi pasar modal terhadap suatu peristiwa serta pengembangan hipotesis
dalam penelitian ini. Landasan teori yang dibahas meliputi gambaran umum
kebijakan pengampunan pajak di Indonesia, indeks pasar modal Indonesia,
metoda studi peistiwa, dan pemahaman terkait return. Penelitian terdahulu
terkait reaksi pasar modal terhadap suatu pengumuman akan mendasari
pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.
BAB III METODA PENELITIAN.
Bab ini menjelaskan tentang pengambilan sampel dan teknik
pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan terdiri atas beberapa
tahapan mulai dari penjelasan tentang rentang waktu, lokasi, jenis
penelitian, metoda pengumpulan data, penjelasan variabel-variabel
penelitian, rumus yang digunakan, dan metoda analisis data melalui
pengujian statistik.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.
Bab ini memaparkan dan membahas hasil analisis penelitian yang
menguji hipotesis terkait dengan adanya return taknormal, perbedaan return
taknormal
dari
sebelum
hingga
setelah
pengumuman
kebijakan
pengampunan pajak pada perusahaan properti dan real estate terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
BAB V PENUTUP.
Bab ini menjabarkan ringkasan dari hasil pengujian hipotesis dan
mendiskusikan alasan hasil penelitian yang diperoleh dapat atau tidak dapat
menerima hipotesis alternatif, membuat kesimpulan atas hasil dari analisis
pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian, keterbatasan dari
penelitian yang dilakukan dan rekomendasi yang mampu menunjang dan
bisa dijadikan referensi penelitian selanjutnya.
Download