Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi

advertisement
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
PERSPEKTIF GENDER DALAM UPAYA PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA BURUH
Oleh : Devy Stany Walukow
Dosen Universitas Pelita Harapan
ABSTRAK
STIE Putra Perdana
Indonesia
Gender sebagai gerakan sosial mengangkat martabat kehidupan manusia,
berpegang pada prinsip kesetaraan, keseimbangan, dan keadilan antara laki-laki dan
perempuan. Strategi gender dalam keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kesejahteraan hidup. Kualitas kesejahteraan hidup meliputi pemenuhan kebutuhan
materi dan kuatnya ikatan suami dan isteri sebagai ‘team work’ menjadi ‘socialcapital’ bagi setiap keluarga.
Kondisi kehidupan keluarga buruh yang berada pada kungkungan ‘liberalis
kapitalis’ menjadi corak tersendiri dan khas. Faktor ketrampilan pada petani
merupakan ketrampilan yamg dibawa secara turun-temurun, sedangkan ketrampilan
pada buruh merupakan ketrampilan yang dibentuk melalui proses pelatihan.
Prioritas kesepakatan dalam keluarga, pembagian kerja, dan pengambilan
keputusan masih dipahami sebagai pemberdayaan terhadap perempuan dalam
bentuk dari Gender and Development. Model Harvard, Moser, SWOT merupakan
bentuk perspektif gender sebagai Women In Development.
Kata Kunci : kontribusi, gender, prioritas kesepakatan, kesejahteraan, buruh,
pemberdayaan.
STIE Putra Perdana
Indonesia
1. Latar Belakang
Menurut laporan United Nation for Development Programme (UNDP) pada
2010, kualitas sumber daya manusia Indonesia ternyata relatif rendah di kawasan
Asia Tenggara. (Wiwik Gusnita; 2011 : 1) Rendahnya sumber daya manusia
menjadi gambaran tingkat
kesejahteraan hidup
masyarakat. Artinya, secara
kualitatif; kondisi masyarakat seperti ini dikategorikan pada kelompok masyarakat
miskin. Di sinilah dibutuhkan peran keluarga untuk memperbaiki
kualitas
hidupnya.
Kesadaran dan kemauan membagi peran dalam keluarga dianggap cukup
STIE Putra Perdana
Indonesia
penting bagi stabilisasi rumah tangga. Namun hal ini tidak mudah dilakukan oleh
setiap keluarga. Masyarakat telah menempatkan kedudukan laki-laki sebagai
ordinat. Juliet Mitchell mengatakan kunci dari penindasan atas perempuan berada
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 131
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
pada peran ideologis dan sosio-ekonomi, yang meletakkan perempuan sebagai ibu
dan pengurus rumah tangga. Pemikiran ini kemudian diambil dan dikembangkan
oleh Kelompok Kajian Perempuan di Women Take Issue; beranggapan bahwa
subordinasi perempuan di topang oleh hegemoni maskulin dalam keluarga sebagai
unit ekonomi, dan perempuan sendiri tidak memposisikan dirinya secara definitif.
(Sue Thornham ; 2010 : 26, 33)
Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia tentang peran perempuan terhadap
pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa besarnya efek negatif yang ditimbulkan
STIE Putra Perdana
Indonesia
oleh ketimpangan gender di mana perempuan dipekerjakan secara tidak tetap,
sehingga sulit untuk menentukan kisaran kepastian peran perempuan. Seakan-akan
peran perempuan hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan hidup saja, meskipun
peran perempuan terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi produktif cukup besar. Hal
ini terjadi karena aktivitas perempuan di bidang ekonomi tidak dianggap penting
sehingga tidak dicatat. Perempuan hanya di lihat sebagai seorang individu yang
tugasnya hanya untuk keluarga. Posisi nilai ekonomi perempuan tidak
diperhitungkan. (ILO;Gender Mainstreaming Strategy – ILO; 2003 : 5)
Permasalahan hegemoni maskulin dan peran ideologis dan sosio-ekonomi di
atas mendorong munculnya gender. Munculnya gender menimbulkan konflik,
STIE Putra Perdana
Indonesia
karena tidak semua kelompok masyarakat mau menerima perubahan tersebut.
Kelompok yang merasa diuntungkan oleh sistem yang lama yaitu pihak laki-laki,
tentu saja cenderung tetap mempertahankan sistem yang lama. Mereka takut
kehilangan kekuasaan terhadap perempuan. Apalagi mereka akan menghadapi suatu
peta baru yang dapat melemahkan posisinya dalam keluarga. Sebaliknya kelompok
yang merasa dirugikan dengan sistem yang lama yakni pihak perempuan, akan
berusaha terus untuk merubah sistem. Mereka tidak mau menerima bentuk
penindasan, kekerasan, dan sejenisnya yang terus-menerus menekan mereka. Di sini
terjadi pertentangan kepentingan. Namun demikian konflik yang terjadi tersebut
merupakan mekanisme perubahan sosial dan bentuk penyesuaian, karena konflik di
sini berfungsi positif seperti pendapat Coser ketika mengkaji konflik. (Herien
STIE Putra Perdana
Indonesia
Puspitawati; Teori Konflik Sosial Dan Aplikasinya Dalam Kehidupan
Keluarga, 2009 : 15)
Page 132
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Jadi gender dapat dikatakan sebagai sarana keadilan peran antara laki-laki
dan perempuan atau suami dan isteri, karena pembagian peran dalam keluarga
sangat diperlukan dalam rangka membagi tanggung jawab antara anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan bersama yang saling menguntungkan atau symbiosis
mutualism. (Herien Puspitawati; 2010 : 7)
Selanjutnya gambaran masyarakat yang langsung bersentuhan dengan
industri memiliki ciri khas. Peningkatan pendapatan nilai ekonomi perusahan tidak
berjalan berbanding-lurus dengan kondisi kehidupan ekonomi masyarakat sekitarnya.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Masyarakat dihadapkan pada kenyataan terbatasnya pemberian kesempatan kerja dari
pabrik industri terhadap para pencari kerja. Perhitungan untung rugi menjadi aspek
utama yang diperhitungkan oleh pihak pabrik. Oleh sebab itu khusus pabrik industri
yang bergerak di bidang industri tekstil lebih banyak melirik buruh perempuan.
Dasar pemikirannya sangat sederhana, perempuan dianggap memiliki ketrampilan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki terkait ketelitian, kerapihan, dan
aspek estetika. Selain itu upah buruh perempuan dianggap lebih murah. Dengan
demikian di daerah pabrik industri tekstil, peluang perempuan untuk mendapatkan
pekerjaan lebih besar, sedangkan di pabrik industri non tekstil, peluang laki-laki
lebih besar karena jenis pekerjaan pada industri non tekstil lebih berat dibandingkan
STIE Putra Perdana
Indonesia
dengan industri tekstil. Akan tetapi hal ini tidak serta merta menunjukkan bahwa
buruh industri tekstil adalah buruh perempuan, dan buruh industri non tekstil adalah
buruh laki-laki saja. Selain tenaga buruh perempuan dianggap lebih trampil, juga
populasi perempuan diakui lebih besar dibandingkan dengan laki-laki sehingga
peluang untuk perempuan bekerja cukup besar. Hal ini sejalan dengan hasil
ketenaga-kerjaan Indonesia yang memperlihatkan terjadi pergeseran besar dinamika
pasar kerja terutama partisipasi perempuan dan lokasi pasar kerja. (ILO; Isu-isu
Perempuan Dan Gender di Organisasi Serikat Pekerja / Buruh di Indonesia,
2006 : 23)
Walaupun di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, sejak dasawarna
1950-an mengalami perubahan pandangan tentang peran perempuan, (Jurnal
STIE Putra Perdana
Indonesia
Perempuan; April 2012 : 98) tetapi dalam kenyataan masalah gender di Indonesia
masih mengalami kendala budaya. Bahkan pada masa orde baru perhatian negara
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 133
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
terhadap peran perempuan dalam pembangunan seperti yang dikemukakan Susan
Blackburn, bahwa program negara terkait dengan peran perempuan, hanya berlaku
pada kalangan tertentu seperti; PKK dan Dharma Wanita. Kebijakan negara inipun
hanya terbatas pada sekedar pemberdayaan perempuan semata. Perempuan sebagai
isteri dan ibu rumah tangga diajak untuk harus menyiapkan pakaian kerja untuk
suami, makanan untuk keluarga, membersihkan rumah dan sejenisnya. (Susan
Blackburn; 2009 : 31) Peran perempuan diletakkan pada pemikiran dasar dalam
tataran Gender And Development (GAD). Pendapat tersebut bisa disebabkan oleh
STIE Putra Perdana
Indonesia
kebijakan negara pada masa lalu seperti hasil penelitian Valerie Hull di pedesaan
Jawa pada tahun 1970an, di mana rakyat kelas menengah mendorong pemikiran
domestik ibu rumah tangga, dan mengeritik perempuan bekerja sebagai
menelantarkan anaknya. (Susan Blackburn; 2009 : 270)
Pendikhotomian berdasarkan jenis kelamin dalam bentuk pekerjaan, jenis
pekerjaan, dan upah di atas semakin memperkokoh pandangan laki-laki
yang
menempatkan dirinya sebagai individu yang kuat dan harus melindungi perempuan
yang dianggap lemah, dan kepala keluarga yang harus menafkahi keluarganya.
Sebaliknya, perempuan di soroti sebagai ibu rumah tangga yang harus bekerja di
bidang domestik, dan sebagai isteri harus memberikan ‘bayaran’ kepada suami
STIE Putra Perdana
Indonesia
karena menganggap tanggung jawab suami lebih besar dan berat. Inilah bentuk
dominasi laki-laki terhadap perempuan karena aspek budaya dalam masyarakat.
Prijino Tjiptoherijanto dalam tulisannya ‘Kegiatan-kegiatan Produktif : Perempuan
Ada Di mana?’, mempertegas peran budaya yang memposisikan kedudukan
perempuan ke dalam pandangan masyarakat. Artinya; ada semacam pemikiran dan
kebiasaan yang ‘taken for granted’ baik atas dasar alasan kultur ataupun sosialekonomi yang meletakkan perempuan pada ranah domestik. Kalangan perempuan
dianggap berada pada ranah yang tidak menghasilkan ‘nilai lebih’. Konsekuensinya
adalah peran dan status perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki.
Perbedaan karakter, pandangan, kebutuhan hidup, dan life style, dapat
menyebabkan ketimpangan dan konflik dalam masyarakat. Suami sebagai kepala
STIE Putra Perdana
Indonesia
keluarga yang berperan penting bagi kelangsungan kehidupan isteri dan anak-anak
mendapat tantangan yang sangat besar, terutama pada bentuk masyarakat modern.
Page 134
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Banyaknya kebutuhan hidup dan terbatasnya fasilitas untuk memperolah
kesejahteraan hidup keluarga mendorong isteri untuk bekerja. Fenomena ini banyak
ditemukan
pada
bentuk
masyarakat
perkotaan
dan
masyarakat
industri.
Permasalahannya; bersifat variatif, seperti suami yang sebelumnya bekerja tapi
kemudian di PHK, suami yang sulit mendapatkan pekerjaan, dan juga suami yang
sulit mendapatkan penghasilan. Sementara, pada bentuk masyarakat industri; untuk
bisa memenuhi kebutuhan hidup, orang harus bekerja.
Tentu saja orang yang
bekerja dapat memenuhi kebutuhan hidup, seperti yang disampaikan oleh
STIE Putra Perdana
Indonesia
Supartiningsih tentang kerja produktif sebagai suatu proses kerja yang
menghasilkan sesuatu, sehingga segala sesuatu yang dihasilkan diartikan dengan
nilai tukar.(Supartiningsih dalam Jurnal Filsafat; 2003 : 43)
2. Dasar-Dasar Pemikiran
A. Tentang Gender
Gender adalah sebuah konsep yang terkait dengan peranan dan hubungan
antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis,
namun ditentukan oleh lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Gender merupakan
suatu kategori sosial yang menunjukkan adanya peningkatan status perempuan
STIE Putra Perdana
Indonesia
sehingga melahirkan kesetaraan dengan laki–laki. Gender tidak hanya terbatas pada
persoalan kesetaraan peran saja tetapi juga terkait dengan kesadaran dan komitmen.
Oleh sebab itu gender tidak menitik beratkan pada kepentingan perempuan semata
tetapi keseimbangan antara perempuan dan laki-laki. Artinya; pembangunan yang
tertuju kepada perempuan dan laki-laki. (Aida Vitayala S. Hubeis; 2010 : 90, 99)
Menurut perspektif feminis bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki
adalah setara, sehingga dari segi ‘income’, perempuan memiliki hak yang sama
dengan laki-laki untuk mendapatkannya dan dari segi keleluasaan, perempuan
memiliki hak yang sama juga dengan laki-laki untuk mengatur dan menentukan
sesuatu. Oleh sebab itu bagi perspektif feminis liberal berusaha untuk menyadarkan
STIE Putra Perdana
Indonesia
perempuan sebagai kelompok yang ditindas. Jika yang dikampanyekan sebagai
pekerjaan yang dilakukan perempuan di sektor domestik saja, maka hal tersebut
tidak produktif. (Herien Puspitawati; Teori Gender Dan Aplikasinya Dalam
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 135
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Kehidupan Keluarga; 2009 : 17) Menurut perspektif ini menganggap bahwa
ketimpangan sosial antara laki-laki dan perempuan merupakan ciptaan secara sosial
(socially costructed), di mana masyarakat sendiri yang memberikan definisi
tersebut. Oleh sebab itu perubahan sosial untuk kesetaraan, harus mengajak
masyarakat secara rasional dan menggunakan negara. (George Ritzer; Douglas J.
Goodman;2011 : 421)
Gerakan–gerakan yang berobjek pada gender mulai memberikan perubahan
kepada masyarakat ketika mengkaji perempuan. Pada tataran ini kelompok feminis
STIE Putra Perdana
Indonesia
beranggapan bahwa perempuan harus diberikan kesempatan. Dengan memberikan
kesempatan maka ada ruang yang lebih besar bagi perempuan untuk mendapatkan
haknya. (Margaret L. Andersen; Howard F. Taylor; 2005 : 285 – 286)
Gender dalam perspektif Islam, menurut Aida Vitayala S. Hubeis, Jika
perempuan dituntut untuk berpartisipasi dalam pembangunan, mengapa laki-laki
tidak dituntut untuk berpartisipasi dalam dalam urusan rumah tangga. Dengan
berbekal iman, ilmu pengetahuan, dan amal, perempuan muslim dapat menjadi
muslimah pemimpin yang mampu membimbing dan mengarahkan diri sendiri dan
masyarakat di lingkungan menyongsong era budaya global berdimensi dua, dunia
dan akhirat. Pendekatan yang digunakan adalah; Pertama, mengajak hati, pikiran,
STIE Putra Perdana
Indonesia
dan perasaan agar aktif terlibat dalam kemajuan memakmurkan bumi. Pola pikir ini
bersifat positif dan mensyaratkan penguasaan dan pemahaman iptek sebagai basis
gerakan. Pengalaman dan penerapannya dikaitkan dengan nilai-nilai Islam dengan
memadukan kemampuan pikir dan zikir dalam kehidupan apapun status dan
perannya. Kedua; membentuk sistem pengawasan dan kendali diri untuk
mewaspadai dampak negatif kemajuan agar tidak terlena dalam kehidupan yang
tidak diridhoi dengan berpedoman pada Alqur’an dan Hadits Nabi. (Aida Vitayala
S. Hubeis; 2010 : 223, 243)
Herien Puspitawati mengatakan untuk menganalisis gender ada lima model
STIE Putra Perdana
Indonesia
yang biasanya digunakan yakni Model Harvard; Model Moser; Model SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) atau Model Kekuatan, Kelemahan,
Peluang, dan Ancaman; Model GAP (Gender analysis Pathway) atau Model
Page 136
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Analisis Alur Gender; dan Model ProBA (Problem Based Approach) atau Model
Pendekatan Berbasis Masalah. Teknik yang sering digunakan untuk menganalisis
gender dalam penelitian ilmu keluarga adalah teknik Model Harvard dan Model
Moser. Model Harvard memperlihatkan investasi yang diberikan oleh laki-laki dan
perempuan secara rasional, membantu merancang aktivitas dan produktivitas kerja,
mencari informasi sebagai dasar untuk mencapai tujuan efisiensi dengan tingkat
keadilan gender, dan pemetaan kerja antara laki-laki dengan perempuan dalam
masyarakat dan melihat penyebab perbedaan. Akan tetapi Model Harvard lebih
STIE Putra Perdana
Indonesia
melihat masalah gender sebagai langkah awal seperti dalam program Women In
Development (WID), sedangkan di dalam Model Moser berisi konsep Triple Roles.
(Herien Puspitawati;
Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu
Keluarga; 2009 : 3, 5, 6)
Berkaitan dengan Triple Roles dari Moser, Aida Vitayala S. Hubeis
membagi tiga peran pokok gender yaitu :
1. Peranan reproduktif, yakni peranan yang berhubungan dengan
tanggung-jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik untuk
menjamin
pemeliharaan
dan
reproduksi
tenaga
kerja
yang
menyangkut kelangsungan hidup keluarga.
STIE Putra Perdana
Indonesia
2. Peran produktif, yakni peranan yang dikerjakan perempuan dan laki–
laki untuk memperoleh bayaran / upah secara tunai dan sejenisnya.
3. Peran masyarakat, yakni pengelolaan masyarakat dan politik yang
membedakan antara kebutuhan yang bersifat praktis dan strategis bagi
perempuan dan laki-laki. ( Aida Vitayala S. Hubeis; 2010 : 83 – 84)
Sedangkan Model GAD memberikan konstruksi sosial gender
dan keadilan peran antara laki-laki dan perempuan.
Perempuan
diposisikan sama dengan laki-laki sebagai agen perubahan dari
perubahan sosial. Perempuan bukan hanya sebatas diberdayakan atau
empowerment sehingga hanya sebagai objek perubahan, tetapi justru
STIE Putra Perdana
Indonesia
perempuan sebagai subjek perubahan, di mana dapat merencanakan
hingga mengevaluasi program kerja. (Irwan Abdullah, (Ed); 2006 :
273)
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 137
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
B. Buruh
Membahas buruh di Indonesia tidak bisa terlepas dengan organisasi buruh
dunia. Deklarasi Philadelphia tentang maksud dan tujuan ILO menegaskan semua
umat manusia tanpa memandang ras, kepercayaan
atau jenis kelamin, berhak
memperoleh kesejahteraan materiil maupun pengembangan spiritual dalam kondisi
yang bebas dan terhormat, dan dalam kondisi perekonomian yang aman dan
kesetaraan kesempatan. (ILO; Konvensi-konvensi ILO Tentang Kesetaraan
STIE Putra Perdana
Indonesia
Gender Di Dunia Kerja, 2006 : 55) Dengan demikian buruh yang dimaksudkan
adalah seseorang yang bekerja sebagai insan yang bebas dan terhormat demi
memperoleh kesejahteraan hidupnya.
Selanjutnya buruh perempuan
dibedakan ke dalam tiga pandangan yakni;
Pertama, melihat perempuan kerja di pabrik berdampak positif karena dianggap
telah mendobrak rendahnya posisi perempuan di dalam rumah.
Industrialisasi
dianggap mengangkat derajad perempuan dan dunia kerjanya, telah mendobrak
struktur patriakal di dalam rumah dan keluarga, serta memiliki daya tawar-menawar
yang lebih baik.
Kedua, melihat
terserapnya tenaga perempuan dalam dunia
industri modern sebagai hal yang negatif dan bersifat eksploratif karena upah yang
STIE Putra Perdana
Indonesia
diberikan sangat rendah, tidak mungkin menuntut perbaikan upah dan kondisi kerja,
hubungan dengan majikan maupun dengansesama pekerja laki-laki yang seringkali
bersifat patriakal, dan sering menjadi kekerasan seksual. Ketiga, menolak
dua
ekstrim pengkotakan di atas, dan mengatakan bahwa kedua dimensi tersebut
sama-sama bisa muncul dan berkembang. Perempuan bisa memperoleh pekerjaan
yang sangat eksploratif, tetapi pekerjaan itu juga bisa membawa perbaikan posisi
sosial dan ekonomi bagi dirinya karena tidak ada alternatif lain dalam struktur
pekerjaan yang ada.(Ratna Saptari, Brigitte Holzner; 1997 : 365 – 366)
Selanjutnya
ruang lingkup tentang buruh perlu diberikan batasan karena
bukan hanya sekedar buruh dibedakan dengan pegawai negeri, tetapi di bidang
STIE Putra Perdana
Indonesia
perburuhan; buruh sangat variatif.
Sebagai pekerja pabrik, buruh bekerja pada
kategori pekerjaan berat atau juga dikatakan sebagai pekerja kasar. Di dalam tulisan
Warto mengatakan hanya sedikit buruh perempuan yang bekerja sebagai mandor
Page 138
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
atau kepala shift di pabrik, kalaupun ada, jabatan itu tetap dipegang laki-laki.
Buruh identik dengan pekerja kasar sehingga mobilitas wanita pekerja pabrik untuk
pindah tempat bekerja ke pabrik lain cukup tinggi karena relatif kecil kemungkinan
untuk kesempatan dapat pindah ke posisi pekerjaan yang lebih baik. Untuk itu,
pabrik semakin memperketat syarat-syarat kerja, misalnya tenaga kerja di pabrik
tekstil dibutuhkan paling rendah tamatan SLTP dan sudah mempunyai pengalaman
kerja. (Irwan Abdullah, (Ed); 2006 : 167)
Menurut Indrasari Tjandraningsih, buruh perempuan berada pada status
STIE Putra Perdana
Indonesia
subordinasi berganda.
Di satu pihak, buruh perempuan bekerja bersama–sama
dengan buruh laki-laki sebagai alat produksi untuk menghasilkan produk, di lain
pihak, buruh perempuan mengalami penindasan berganda akibat statusnya. Mitos
dan stereotipe masa lalu tentang perempuan bagaimanapun membutuhkan waktu
dan proses untuk merubahnya. Buruh perempuan dianggap merasa gembira dengan
kesempatan kerja yang diperolehnya.
Citra buruh perempuan seperti ini
dimanfaatkan oleh pihak–pihak yang bersinggungan dengan penggunaan buruh
perempuan. Apalagi bagi pengusaha melihat buruh perempuan sebagai tenaga ideal
yang terampil, rajin, teliti, patuh, dan murah. (Irwan
Abdullah, (Ed); 2006 : 254)
STIE Putra Perdana
Indonesia
Phillips dan Taylor mengatakan bahwa penggunaan tenaga buruh tidak harus
bersifat diskriminasi terhadap tenaga buruh perempuan. Asumsi tenaga
kerja
perempuan tidak trampil merupakan suatu asumsi yang keliru. Dengan adanya
perubahan organisasi kerja dalam pabrik, seringkali pekerjaan yang sama bisa
dikerjakan oleh pekerja dengan tipe yang berbeda. Jika pekerjaan yang digeluti
sudah cukup lama, maka hasilnya adalah tenaga kerja yang sangat trampil. Akan
tetapi ketika berpindah kebidang yang berbeda, maka hasilnya adalah tenaga kerja
yang tidak trampil.
Jadi tenaga buruh dibedakan menjadi tenaga trampil, semi
trampil, dantidak trampil.
sementara.
Tetapi semi trampil dan tidak trampil hanya bersifat
Oleh sebab itu pengklasifikasian tersebut
bukan karena
persoalan
jenis antara buruh laki–laki dan buruh perempuan. Contohnya; pabrik
ban di
STIE Putra Perdana
Indonesia
Tangerang, pada mulanya buruh laki–laki mendominasi pekerjaan tersebut, tetapi
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 139
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
kemudian berubah di mana
April 13
tenaga buruh perempuan telah mendominasi jenis
pekerjaan tersebut. (Ratna Saptari, Brigitte Holzner; 1997 : 369 – 370)
Tekanan ekonomi telah mendorong perempuan untuk melakukan perombakan
tradisi dan image. Namun faktor dukungan keluarga tidak bisa disepelekan
ketika
membahas buruh perempuan. Ketika mendapat dukungan keluarga, perempuan akan
melakukan peran gandanya yakni sebagai ibu rumah tangga yang bekerja di rumah
seperti menyiapkan makanan untuk keluarga, membersihkan rumah dan sejenisnya,
jugasebagai tenaga buruh yang bekerja untuk mendapatkan upah. Menurut Ken
STIE Putra Perdana
Indonesia
Suratiyah,
perempuan akan menjalankan peran gandanya dan bahkan akan
memforsir diri demi ekonomi keluarga.
(Irwan Abdullah, (Ed); 2006 : 231)
Di dalam tulisan ‘Pesantren Buruh Pabrik’, mengatakan bahwa saat ini sektor
ekonomi telah dipoles oleh kapitalis dan industrial, sehingga sekularisasi menyebar
dan menyeruak di seluruh sendi kehidupan masyarakat modern. Dalam perspektif
pendidikan Islam, manusia wajib berikhtiar untuk mencapai kualitas hidup di dunia
secara maksimal,
tetapi jangan sampai membuat dirinya terlena, hanyut tanpa
kendali, dan akhirnya berujung pada jurang kesengsaraan yang bersifat kekal dan
abadi. (Imam Bawani, dkk; 2011 :265)
STIE Putra Perdana
Indonesia
C. Kesejahteraan Keluarga Buruh
Kesejahteraan keluarga berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan primer
dan sekunder yang bersifat variatif sehingga kesejahteraan hidup keluarga bersifat
subjektif. Hal ini disebab karena barometer kesejahteraan hidup keluarga sangat
ditentukan oleh standar hidup keluarga itu sendiri. Selain itu Herien Puspitawati
beranggapan jika jumlah anggota keluarga semakin banyak, suami lebih muda,
pendidikan suami lebih tinggi / lebih lama, maka pendapatan perkapita keluarga
semakin besar. Jika nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga untuk pemeliharaan
rumah tangga semakin tinggi, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan
kesejahteraan keluarga subjektif.
(Herien Puspitawati; Analisis Gender Dalam
Penelitian Bidang Ilmu Keluarga, 2009 : 20)
STIE Putra Perdana
Indonesia
Kesejahteraan keluarga subjektif yang berdasarkan pada pendekatan quality
of life
Page 140
adalah mengukur kepuasan atau kesenangan seseorang secara subjektif
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
terhadap semua materi dan prilaku yang dilakukan untuk mencapai tujuan hidup.
Kepuasan atau kesejahteraan dapat berbeda antara harapan dengan kenyataan
dan dapat berbeda pada setiap orang. Di dalam tulisan Herien juga menekankan
peran ganda dari perempuan yang sangat
dibutuhkan bagi
keluarga untuk
mewujudkan kesejahteraan keluarga subjektif. Hal ini sebagai satu-satunya strategi
penyeimbang antara kepentingan pekerjaan dan keluarga untuk mencapai multitujuan
(multi-purpose)
keluarga
dan
individu
perempuan
dengan
mempertimbangkan adanya kepentingan pribadi dan keluarga melalui penerapan
STIE Putra Perdana
Indonesia
konsep opportunity cost dan pareto optimum.
Opportunity cost adalah adanya
pengorbanan yang dilakukan karena mengerjakan atau memilih alternatif lain yang
memiliki resiko terendah. Sedangkan pareto optimum adalah meningkatkan
kesejahteraan seseorang tanpa mengakibatkan orang lain menderita.
Puspitawati; Pengaruh
(Herien
Strategi Penyeimbangan Antara Aktivitas Pekerjaan
Dan Keluarga Terhadap
Kesejahteraan Keluarga Subjektif Pada
Perempuan Bekerja Di Bogor; 2009 : 116, 119, 120)
3. Upaya-Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga
A. Komitmen Keluarga
Sebagai anggapan dasar tentang keluarga adalah rumah tangga yang harus
STIE Putra Perdana
Indonesia
dibangun berdasarkan kesepahaman melalui cara komunikasi. Komunikasi yang
berjalan lancar dalam keluarga dapat menghasilkan kesepakatan sebagai bentuk
komitmen antara suami dan isteri. Herien Puspitawati menggunakan istilah proses
manajemen sumber daya keluarga. Proses ini harus dilakukan karena peran ganda
perempuan akan menghasilkan ketegangan dan konflik antara tuntutan pekerjaan
dengan keluarga.
(Herien Puspitawati; Pengaruh Strategi Penyeimbangan
Antara Aktivitas Pekerjaan Dan Keluarga Terhadap Kesejahteraan Keluarga
Subjektif Pada Perempuan Bekerja Di Bogor,
2009 :112) Keterbatasan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga ini yang harus diatur agar keluarga tidak
terganggu.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Selanjutnya menurut Aida Vitayala S. Hubeis, penerapan Pengarusutamaan
Gender (PUG) merupakan komitmen dalam keluarga. PUG adalah strategi
pembangunan yang berkeadilan dan berkesetaraan yang semakin diakui sebagai
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 141
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
kebutuhan. Tujuan PUG adalah untuk mencapai Keadilan dan Kesetaraan Gender
(KKG).
KKG tidak bisa terlepas dari kepedulian timbal-balik antara perempuan
dan laki-laki tetapi bukan dalam konteks ketergantungan ataupun pendominasian. Di
sini dibutuhkan keberanian perempuan untuk mengisi kesempatan berpartisipasi
dalam pembangunan tanpa berbelah hati (mendua) dan sebaliknya diperlukan pula
kerelaan kaum lelaki untuk melakukan justifikasi mitos-mitos yang merugikan
refleksi peran gender secara optimal.
PUG dilakukan melalui
(Aida Vitayala S. Hubeis,2009 : 6, 141)
penyusunan kebijakan dan bentuk program yang
STIE Putra Perdana
Indonesia
memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan antara
perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan
pembangunan.
Oleh sebab itu kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) sebagai strategi
mensejajarkan peranantara laki-laki dan perempuan menjadi sangat penting di
dalam masyarakat. Lembaga yang dianggap strategis untuk disosialisasikan dan
bahkan dapat diinternalisasikan agar kebijakan dapat berjalan efektif adalah
keluarga. Keluarga merupakanunit terkecil danunit inti dalam masyarakat yang
perlu diberdayakan. Kesetaraan dan keseimbangan antara laki-laki dengan
STIE Putra Perdana
Indonesia
perempuan harus diperhatikan, karena kesetaraan dan keseimbangan tersebut
berpengaruh langsung terhadap peluang dan partisipasi dari perempuan.
(Herien
Puspitawati; 2007 : 6)
Selain itu di dalam tulisan ‘Perempuan Menggugat’, diberikan cara atau
program untuk menunjang keberhasilan gender yang dianggap belum berjalan
maksimal. Program tersebut adalah Model Reparasi yang menjadi ekspresi simbolik
agar tercipta demokrasi. Program ini dianggap dapat membantu mengatasi
ketimpangan struktural menuju kesetaraan gender yang dapat mengakhiri
diskriminasi sistematis terhadap perempuan. Di dalam model ini permasalahan
diidentifikasi untuk mengangkat dan memahami pengalaman perempuan selama
konflik terjadi kemudian dibuat program reparasi yang konkrit dan kepastian untuk
STIE Putra Perdana
Indonesia
melaksanakan reparasi sesuai dengan kesepakatan.
(Ruth Rubio – Marin (Ed);
2008 : 8 – 11)
Page 142
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Komitmen sebagai bentuk dari kesadaran antara suami dan isteri sangat
menentukan terciptanya gender.Bentuk komitmen di dalam gender merupakan suatu
kontribusi bagi perbaikan kesetaraan suami dan isteri. Kesetaraan dan keseimbangan
tidak akan berjalan secara maksimal apabila tidak didukung oleh komitmen dalam
keluarga. Bahkan bentuk komitmen tidak hanya cukup dengan kata sepakat saja.
Menurut ILO, komitmen yang kuat terhadap kesetaraan kesempatan dan perlakukan
antara laki-laki dan perempuan di dunia kerja tercermin dalam Mandat Pekerjaan
Yang Layak yaitu meningkatkan kesempatan kerja bagi perempuan dan laki-laki
STIE Putra Perdana
Indonesia
untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dengan menjunjung tinggi
kebebasan, pemerataan, keamanan, harkat dan martabat manusia.
(ILO; Isu-isu
Perempuan Dan Gender di Organisasi Serikat Pekerja / Buruh di Indonesia,
2006 :1)
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas dapat dikatakan komitmen
merupakan bentuk kesepahaman, kesepakatan yang ditentukan oleh suami dan isteri
dalam rangka membentuk keluarga yang kuat dan sejahtera. Jika hubungan dalam
keluarga didasarkan pada komitmen, maka suami dan isteri akan menjadi satu tim
yang kuat dalam rumah tangga dan akan berdampak pada kuatnya ikatan keluarga.
STIE Putra Perdana
Indonesia
B. Pembagian kerja
Adapun pemikiran tentang pembagian kerja berdasarkan gender didasarkan
pada tataran Gender And Development (GAD), di mana perempuan dan laki-laki
memiliki kesetaraan, keadilan, dan keseimbangan. Jadi tidak sekedar hanya
berfokus pada bagaimana memberdayakan perempuan. Kesenjangan gender dalam
keluarga dan masyarakat mendorong peran perempuan dan laki-laki harus
seimbang. Pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki bukan didasarkan pada
perbedaan jenis kelamin. Menurut Herien Puspitawati peran gender di sektor
domestik melibatkan peran reproduktif / domestik
yang menyangkut aktivitas
manajemen sumber daya keluarga (materi, non materi dan waktu, pekerjaan dan
keuangan), misalnya laki-laki membantu peran domestik dalam pengasuhan /
STIE Putra Perdana
Indonesia
pendidikan anak dan household chores. (Herien Puspitawati; Analisis Gender
Dalam Penelitian Bidang Ilmu Keluarga, 2009 : 9)
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 143
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Wiwik Gusniati membedakan pembagian peran dalam beberapa tipe :
1.
Diferensiasi peran, bahwa aktivitas yang dilakukan ditentukan
berdasarkan umur, gender, generasi, posisi status ekonomi, dan posisi
status politik.
2.
Alokasi solidaritas, bahwa peran yang ditentukan berdasarkan cinta,
kepuasan, kekuatan keluarga, dan intensitas hubungan.
3.
Alokasi ekonomi, bahwa peran yang berkaitan dengan produksi,
distribusi, dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga.
STIE Putra Perdana
Indonesia
4.
Alokasi politik, bahwa peran berkaitan dengan distribusi kekuasaan
dan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan anggota keluarga.
Alokasi integrasi, ekspresi, dan peran berkaitan dengan teknik atau cara untuk
sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan prilaku yang memenuhi
tuntutan norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga. (Herien Puspitawati;
Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu Keluarga; 2009 : 8 – 9)
Di dalam tulisan Ratna Saptasi dan Brigitte Holzner menegaskan komposisi
pembagian kerja di dalam rumah tangga tidak bisa di lihat sebagai kesatuan yang
terisolasi dan mandiri.
Bagaimanapun komposisi suatu rumah tangga serta
pembagian kerja yang terdapat di
dalamnya berkaitan sangat erat dengan
STIE Putra Perdana
Indonesia
lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang lebih besar. Jadi perbedaan pembagian
kerja antar keluarga sesuai dengan posisi ekonomi rumah tangga yang bersangkutan.
(Saptari, Ratna; Holzner, Brigitte; 1997 : 31)
Warto mengatakan dengan pola kerja di pabrik dengan system shift (pagi,
siang, dan malam) memaksa mereka untuk mengatur pola kerja di rumah.
Meskipun demikian peran suami sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti
ini.Akhirnya suami mengambil alih peran isteri seperti menyapu, memasak, dan
mengasuh anak.
(Irwan Abdullah, (Ed);
2006: 169) Dengan demikian
pembagian kerja dalam keluarga ditentukan oleh keluarga masing-masing karena
kondisi, suasana, dan kebutuhan setiap keluarga berbeda satu dengan yang lain.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Apalagi tujuan membentuk keluarga merupakan fondasi sehingga menndorong
terbentuknya kesepakatan tentang pembagian kerja.
Page 144
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Selanjutnya di dalam dunia kerja, tenaga buruh perempuan tersebar menurut
sektor, kelompok pendidikan, dan jenis jabatan. Tenaga buruh perempuan tetap
menjadi tenaga kerja yang diperhitungkan sebagai mitra tenaga kerja laki-laki di
sector industri. (Ruth Rubio – Marin (Ed); 2008 : 444 – 445)
C. Pengambilan Keputusan Keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga merupakan suatu bentuk keputusan
baik dalam bentuk pemikiran maupun dalam bentuk tindakan demi perbaikan
STIE Putra Perdana
Indonesia
kehidupan keluarga. Dalam tulisan Wiwik Gusnita menjelaskan pola pengambilan
keputusan dalam keluarga menyangkut kewenangan suami istri dalam mengambil
keputusan, terbagi dua pola; Pertama, pola tradisional yang memberikan
kewenangan kepada suami untuk mengambil keputusan, dan Kedua, pola modern
yang memberikan kewenangan kepada suami dan isteri secara bersama-sama dalam
mengambil keputusan tanpa menghilangkan peran masing-masing.
Gusnita; 2011 : 19)
oleh Azzachrawani
(Wiwik
Selanjutnya menurut Scanzoni dan Scanzoni yang dikutib
bahwa pola pengambilan keputusan
dalam
keluarga
menggambarkan bagaimana struktur pola kekuasaan dalam keluarga tersebut.
(Wiwik Gusnita; 2011 : 18)
STIE Putra Perdana
Indonesia
Dengan demikian jika gender sudah berfungsi dalam keluarga maka
pengambilan keputusan
tidak lagi didominasi oleh suami.
Maria Kaban
mengatakan bahwa dalam keluarga kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam
proses pengambilan keputusan memiliki strategis dan berdampak ganda. Strategis
karena mewujudkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan; ganda karena
mendidik anak-anak yang tidak memberikan pembedaan jenis ketika mengambil
keputusan. (Maria Kaban; 2005 : 45)
Selanjutnya Syamsiah Achmad membagi dua bentuk pengambilan keputusan.
Pertama; keputusan individu perempuan dan laki-laki sebagai keputusan yang
STIE Putra Perdana
Indonesia
ditujukan pada diri sendiri, yang mempertimbangkan kepentingan dan aspirasi diri
sendiri baik secara individu maupun berkaitan dengan keluarga, masyarakat,
organisasi dan lain-lain. Kedua; keputusan kolektif sebagai keputusan yang diambil
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 145
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
oleh seorang perempuan atau laki-laki bersama dengan para anggota kelompoknya
baik secara informal maupun formal. (Maria Kaban; 2005 : 46)
Rani Andriani Budi Kusumo dkk, menegaskan dalam menghadapi sumber
daya
yang
langkah,
keluarga
melakukan
suatu
strategi
koping
untuk
memaksimalkan kesejahteraan keluarga yaitu suatu proses manajemen yang efektif
digunakan untuk pencapaian penggunaan
memenuhi berbagai
sumber daya
macam kebutuhan, menyesuaikan
yang optimal untuk
pendapatan dengan
kebutuhan keluarga. Keluarga dengan pendapatan yang kurang, dapat mengurangi
STIE Putra Perdana
Indonesia
tekanan ekonomi dengan cara melakukan penghematan atau peningkatan
pendapatan keluarga melalui pola nafkah ganda.
(Rani Andriani Budi Kusumo,
dkk; 2008 : 55)
Aida Vitalaya S. Hubeis
ditentukan oleh peran gender.
mengatakan
kualitas hidup
sangat
Peningkatan kualitas dan kuantitas
perempuan di bidang ekonomi dapat dilakukan melalui kegiatan :
1.
Peningkatan kemampuan dan profesionalisme, etos dan produktivitas
kerja, kewirausahaan, manajemen dan kepemimpinan.
2.
Menciptakan iklim yang kondusif agar dapat berperan dalam
pembangunan secara optimal.
STIE Putra Perdana
Indonesia
3.
Meningkatkan akses modal / kredit, informasi pasar, dan jaringan
produksi serta pasar.
4.
Memperoleh dukungan berbagai pihak dalam dunia usaha dengan
menciptakan iklim yang kondusif untuk meningkatkan kemandirian,
antara lain melalui kemitraan usaha.
(Aida Vitayala S. Hubeis;
2010 : 114)
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 146
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan, (Ed); Sangkan Paran Gender, Yogyakarta : PPK UGM Pustaka
Pelajar, 2006
Andersen, Margaret, L; Taylor,
Wadsworth, 2005
Howard, F; Sociology, USA :Thomson
Bank Dunia; Rangkaian Pembangunan Berperspektif, Laporan Penelitian
Kebijakan Bank, 2000
STIE Putra Perdana
Indonesia
Bawani, Imam, dkk; Pesantren Buruh Pabrik : Pemberdayaan Buruh Pabrik
Berbasis Pendidikan Pesantren, Yogyakarta : LKIS, 2011
Budi Kusumo, Rani Andriani, dkk; Analisis Peran Gender Serta Hubungannya
Dengan Kesetaraan Keluarga Petani Padi Dan Holtikultura Di Daerah
Pinggiran Perkotaan, Media Gizi Dan Keluarga, Desember 2008, 32 (2)
Blackburn, Susan; Perempuan Dan Negara Dalam Era Indonesia Modern,
Australia : Cambridge University Press, 2009
Gamble, Sarah; Pengantar Memahami Feminism Dan PostFeminisme, Jakarta :
Jalasutra, 2010
Gusnita, Wiwik; Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Gender
Terhadap
PendapatanKeluarga, Bogor : Pascasarjana IPB, 2011
STIE Putra Perdana
Indonesia
Harrison, Lawrence, E; Huntington, Samuel, P, (Ed); Kebangkitan Peran Budaya :
Bagaimana Nilai-nilai Membentuk Kemajuan Manusia, Jakarta : LP3ES,
2006
Hubeis, Aida, Vitayala, S; Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa, Bogor :
IPB Press, 2010
ILO; Gender Maintreaming Strategy-ILO,Strartegi Pengarusutamaan Gender –
ILO Jakarta 2003 – 2005, Jakarta, 2003
ILO; Isu-isu Perempuan Dan Gender Di Organisasi Serikat Pekerja / Buruh Di
Indonesia, Laporan Penelitian, Jakarta, 2006
ILO; Konvensi-Konvensi ILO Tentang Kesetaraan Gender Di Dunia Kerja, ILO
Jakarta, 2006
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 147
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Kaban, Maria; Kesetaraan Perempuan Dalam Pengambilan Keputusan Dalam
Keluarga Pada Masyarakat Hukum Adat Karo (Studi di Desa Tiga Panah
Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo), Tesis, Medan : Universitas
Sumatera Utara, 2005
Puspitasasi, Herien; Pengarusutamaan Gender ( PUG ) Bidang Pendidikan
Dalam
Menyongsong Era Globalisasi, Makalah Seminar disampaikan pada
Lokakarya Pengarusutamaan Gender dalam Pengelolaan Sumberdaya
Lingkungan Menuju Kualitas Kehidupan Berkelanjutan Kampus IPB
Darmaga
pada tanggal 10 September 2007
STIE Putra Perdana
Indonesia
………; Pengaruh Strategi Penyeimbangan Antara Aktivitas Pekerjaan Dan
Keluarga Terhadap Kesejahteraan Keluarga Subjektif Pada
Perempuan Bekerja Di Bogor : Analisis Structural Equantion
Modelling, Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Agustus 2009, Vol
2, No. 2
………; Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu Keluarga,
Makalah Seminaryang disampaikan pada Pelatihan Metodologi Studi
Gender
UntukProgram Studi Wanita, Gender dan Pembangunan PSW –
PSP3 LPPM – IPBpada tanggal 23 April 2009
………; Teori Gender Dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Keluarga, Bahan Jar ke
3, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor, Agustus 2009
STIE Putra Perdana
Indonesia
………; Teori Konflik Sosial Dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Keluarga,
Bahan Jar ke 3, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi
Manusia
Institut Pertanian Bogor, Agustus 2009
………; Isu Gender dalam Agroforestry,
ICRAF, Bogor, 2010
Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB –
Puspitawati, Herien; Fahmi, Sri, Andriyani; Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen FEMA IPB, Vol. 1 No. 2,
Agustus 2008
Ritzer, George; Goodman, Douglas, J;Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana,
2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Rubio-Martin, Ruth; Perempuan Menggugat : Masalah Gender Dan Reparasi
Dalam Kejahatan Hak Asasi Manusia, Jakarta : ELSAM, 2008
Page 148
InoVasi Volume 7 ; April 2013
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
April 13
Saptari, Ratna; Holzner, Brigitte; Perempuan Kerja Dan Perubahan Sosial :
Sebuah Pengantar Studi Perempuan, Jakarta : Grafiti, 1997
Silvey, Rachel; Review Spaces Of Profest : Gendered, Imigration, Social
Networks, And Labor Activism In West Java, Indonesia, Pergamon,
Political Geography 22 (2003)
Thornham, Sue; Teori Feminis Dan Cultural Studies : Tentang Relasi Yang
Belum
Terselesaikan, Jakarta : Penerbit Jalasutra, 2010
Jurnal Filsafat Jilid 33 No. 1; Peran Ganda Perempuan, Jakarta, April 2003
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Perempuan 73, Perkawinan Dan Keluarga; Jakarta, April 2012
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 7; April 2013
Page 149
Download