1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti di

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seperti di negara – negara berkembang lainnya, para investor di Pasar
Modal Indonesia mengharapkan keuntungan yang lebih besar karena ada dua
alasan (Mobius, 1996 ). Pertama, ekonomi negara – negara sedang berkembang
maju lebih pesat dan bursa saham di negara – negara tersebut berkembang dengan
pesat. Kedua dengan berkurangnya hampir setiap jasa dan komoditas, dan tidak
berkurangnya permintaan terhadap produk – produk baru karena kekayaan negara
sedang berkembang terus meningkat, peluang untuk melakukan bisnis banyak
sekali. Pada umumnya pengeluaran di negara – negara sedang berkembang
tersebut meningkat serta kebutuhan terhadap kredit dan keuangan naik, maka
perkembangan pasar modal dan ekuitas akan terdorong naik. Sebagai salah satu
anggota kelompok emerging market. Pasar Modal Indonesia mempunyai
perkembangan kinerja yang cukup fantastis, terutama sejak memasuki Tahun
1990. Salah satu ukuran kinerja Pasar Modal Indonesia yang sering digunakan
adalah kinerja pasar saham.
Kinerja pasar modal yang semakin baik, kebutuhan akan analisis
perdagangan sekuritaspun, terutama saham akan semakin meningkat. Hal ini
terutama untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi. Suatu rencana
investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi pada dasarnya
merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek ( baik besar atau kecil )
dapat dilaksanakan dengan berhasil atau suatu metode penjajakan dari suatu
gagasan usaha / bisnis tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha /
bisnis tersebut dilaksanakan. Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana
yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang, oleh
karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur
menanamkan investasi pada proyek yang tidak menguntungkan.
2
Jika seorang investor menginginkan keuntungan yang optimal, investor
harus menentukan strategi yang baik, salah satunya dengan melakukan
diversifikasi yakni membentuk portofolio yang terdiri dari beberapa saham yang
dinilai efisien. Jika investor adalah rasional, maka mereka akan memilih
portofolio yang optimal. Dalam membentuk suatu portofolio, maka sebaiknya
investor berusaha memaksimalkan pengembalian ( return ) yang diharapkan dari
investasi yang dilakukan dengan tingkat risiko tertentu.
Investasi pada instrumen keuangan menganut prinsip yang sama, ketika
membeli aset semisal saham keuntungan modal akan Anda dapatkan ketika harga
saham naik, sementara pasif incomenya Anda peroleh dari dividen yang
dibagikan. Resiko pertama yang muncul dari investasi ini adalah kebutuhan akan
counter party. Dengan kata lain, setiap Anda ingin membeli aset, disana harus ada
pihak lain yang menjual. Sebaliknya ketika Anda ingin menjual aset tersebut
kembali, harus ada juga pihak yang bersedia membeli. Resiko country party
muncul dengan sendirinya ketika harga mengalami perubahan cepat misalnya
penurunan drastis. Anda akan mengalami kesulitan untuk menemukan pembeli.
Resiko selanjutnya adalah potensi partial fills dimana hanya sebagian saja dari
aset Anda berhasil terjual. Aset diatas dapat pula diaplikasikan dalam konsep
trading, dengan tingkat risiko counter party lebih rendah walaupun dengan
produk yang sama. Hanya saja Anda tidak dapat mengambil keuntungan sesaat
dari penurunan harga yang drastis. Sebab short selling memiliki peraturan yang
ketat dan di beberapa negara termasuk Indonesia, hal tersebut sepenuhnya
dilarang.
Salah satu model analisis yang banyak digunakan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan adalah Model Penetapan Harga Aset – Aktiva ( Capital
Asset Pricing Model ). Model ini mendasarkan diri pada risiko sistematis dalam
mengestimasikan tingkat pengembalian yang diharapkan. CAPM sangat terkenal
dan banyak didiskusikan, baik di kalangan praktisi maupun akademisi. Bahkan di
kalangan profesi keuangan, seseorang yang berkecimpung di bidang keuangan
belumlah dianggap profesional, jika belum menguasai CAPM. CAPM
3
dikembangkan oleh tiga pakar keuangan secara terpisah, yaitu Wiliam Sharpe
pada tahun 1964, John Lintner dan Jan Mossain antara tahun 1964 – 1966.
Model CAPM dapat digunakan sebagai prediksi hubungan antara risiko
suatu aset dan pengembalian yang diharapkannya. Hubungan ini menyediakan dua
fungsi vital (Bodie, dkk, 1996). Pertama CAPM menyediakan suatu tingkat
pengembalian patokan ( benchmark rate of return ) untuk mengevaluasi
kemungkinan investasi. Sebagai contoh, pada penganalisaan suatu sekuritas,
analis dan investor berkepentingan, apakah pengembalian yang diharapkan yang
diestimasikan untuk suatu saham lebih tinggi atau lebih rendah daripada
pengembalian “wajar” nya dengan risiko tertentu. Kedua CAPM membantu untuk
membuat arah pendidikan, seperti untuk pengembalian yang diharapkan pada aset
– aset yang belum diperdagangkan di lantai bursa.
Ukuran risiko yang digunakan dalam CAPM adalah beta sebagai ukuran
risiko sistematis. Beta banyak digunakan sebagai ukuran risiko karena mempunyai
dua alasan. Pertama, memperbaiki ukuran risiko total yang menggunakan varian
dan deviasi standar. Dengan menggunakan ukuran ini, masalah yang timbul
adalah jumlah perhitungan koefisien korelasi yang banyak. Kedua, dari berbagai
penelitian empiris, nampaknya beta relatif cukup stabil. Dengan stabilitas relatif
beta ini memungkinkan penggunaan data historis sebagai prediktor untuk beta di
masa yang akan datang ( Brealey dan Myers, 1991). Berdasarkan penelitian di
Indonesia yang dilakukan oleh Pudjiastuti dan Husnan ( 1993 ), disimpulkan
bahwa beta tahun lalu ternyata mempunyai korelasi positif yang cukup tinggi
dengan beta tahun ini. Dengan demikian beta tahun ini dapat dipergunakan
sebagai estimator beta untuk tahun depan.
Dalam CAPM, beta merupakan variabel yang sangat penting. Beta adalah
suatu ukuran risiko sistematis suatu sekuritas yang tidak terhindarkan melalui
diversifikasi. Beta adalah suatu ukuran relatif risiko – risiko relatif saham
individual untuk portofolio saham dari semua saham. Jika pengembalian sekuritas
bergerak lebih ( kurang ) dari pengembalian pasar seperti perubahan terakhir,
pengembalian sekuritas lebih ( kurang ) bervolatilitas ( fluktuasi dalam harga )
daripada pengembalian pasar ini. Pergerakan harga adalah penting untuk mencatat
4
bahwa beta mengukur gejolak / volatilitas sekuritas atau fluktuasi dalam harga
relatif untuk suatu patokan ( benchmark ) portofolio pasar dari semua saham.
Dengan memasukkan variabel target ke dalam pilihan investor, diperoleh
suatu best – beta CAPM ( BCAPM ) yang membahas perbandingan teori CAPM
dan analisis sederhana dalam meningkatkan akurasi penetapan harga. Dengan
penyesuaian data histori Amerika Serikat ke dalam model tersebut ditemukan
bahwa BCAPM meningkatkan akurasi penetapan harga dari CAPM sebesar 20%
sampai 30% per tahun. Dalam Best Beta CAPM investor memandang risiko
sebagai momen kedua pengembalian portofolio sekitar target return pribadi. Oleh
karena itu, Best Beta menunjukkan bagaimana excess return dari aset – aset dan
pasar kovariansi, sedangkan tindakan Beta mean variance menunjukkan
bagaimana pengembalian aset dan pasar kovariansi.
1.2
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, pembatasan masalah sangat diperlukan untuk
menjamin keabsahan dalam kesimpulan yang diperoleh. Agar tidak terjadi
penyimpangan dari tujuan semula dan pemecahan masalah lebih terkonsentrasi.
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan kajian – kajian pendukung
lain maka penulis dapat memberikan rumusan dan batasan masalah sehubungan
dengan kompleksnya masalah yang akan muncul dalam pembahasan. Penulis
menggunakan Best Beta CAPM untuk mencari nilai pembobotan portofolio
optimal, setelah itu digunakan perbandingan antara metode CAPM dengan metode
Best Beta CAPM.
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian
dan penulisan skripsi ini dilaksanakan dengan tujuan :
1. Untuk mempelajari dan memahami teori portofolio dan analisis investasi
pada sekuritas berdasarkan prinsip statistika dalam menentukan kebijakan
investasi.
5
2. Memahami salah satu pendekatan matematis dalam penentuan portofolio
optimal yaitu Best Beta Capital Asset Pricing Model (BCAPM).
3. Menentukan pembobotan portofolio optimal dengan metode BCAPM.
4. Membandingkan performance antara metode CAPM dengan metode Best
Beta CAPM.
1.4
Tinjauan Pustaka
CAPM merupakan salah satu model keseimbangan pasar modal ( capital
market equilibrium ), yang menghubungkan risiko dan pengembalian diharapkan
pada aset berisiko. Dalam CAPM, keseimbangan pasar ( market equilibrium )
memegang peranan kunci. Jika antara jumlah permintaan dan penawaran sekuritas
tidak sama maka pasar modal dalam kondisi ketidakseimbangan. Berbeda dengan
model portofolio Markowitz yang menggunakan varian atau deviasi standar
sebagai ukuran risiko, yang digunakan CAPM adalah beta. Beta ini digunakan
karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan variansi dan deviasi
standar. Kelebihan utama beta terletak pada stabilitasnya, sehingga beta pada
periode tertentu dapat digunakan sebagai estimator untuk beta di masa yang akan
datang.
Pada pembentukan portofolio optimal dengan Best Beta CAPM, memberikan
solusi pada problem CAPM yaitu dimana model tersebut mencoba untuk pusat
regresi ke titik di mana alpha adalah nol dan mencoba meminimalkan jumlah
kesalahan. Solusi yang diberikan oleh Best Beta CAPM adalah hanya
meminimalkan kesalahan, alpha diperlakukan sebagai kesalahan. Dalam Best Beta
CAPM investor memandang risiko sebagai momen kedua pengembalian
portofolio sekitar target return pribadi. Oleh karena itu, Best Beta menunjukkan
bagaimana excess return dari aset – aset dan pasar kovariansi. Metode Best Beta
CAPM dapat ditujukan untuk memprediki pengembalian aset yang lebih baik
daripada dengan metode CAPM dan menjelaskan penampang pengembalian yang
diharapkan dengan akurasi yang luar biasa.
6
1.5
Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penulisan skripsi ini berupa studi literatur
sistematis dengan mempelajari buku – buku yang tersedia di perpustakaan
maupun buku – buku elektronik, jurnal – jurnal dan artikel resmi pendukung teori
yang diperoleh dari situs – situs internet.
1.6
Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar Belakang Permasalahan, Pembatasan Masalah,
Tujuan
Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas beberapa definisi, teorema – teorema yang mendasari, dan
teori – teori yang mendukung.
BAB III PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN BEST
BETA CAPM
Bab ini akan membahas tentang pokok permasalahan utama yaitu
menemukan pembobotan portofolio optimal dengan menggunakan metode
Best Beta CAPM.
BAB IV STUDI KASUS
Bab ini membahas tentang penerapan metode pada beberapa sekuritas tertentu
yang dipilih oleh penulis untuk dibangun menjadi suatu portofolio. Kemudian
akan dilakukan perbandingan antara metode Best Beta CAPM dengan metode
CAPM.
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan
yang telah dibahas sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Download