21 BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1 Kajian Teori 3.1.1. Turnover Intention Karyawan 3.1.1.1. Pengertian Niat Untuk Pindah (Turnover Intention) Penelitian empiris mengenai Turnover karyawan telah banyak dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi sebab-sebab pengunduran diri karyawan. Satu dasar pemikiran yang penting mengenai Turnover karyawan adalah bahwa karyawan yang potensial dapat lebih dikembangkan di kemudian hari dan dapat ditingkatkan ke level atau produktivitas yang lebih tinggi dan juga dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada perusahaan, dengan demikian juga dapat meningkatkan gaji dan penghargaan. Karenanya, pengembangan sumber daya manusia mempunyai peranan yang penting dan merupakan satu mata rantai dengan Turnover karyawan (Carmeli dan Weisberg, 2006). Satu aspek yang cukup menarik perhatian adalah mendeteksi faktor-faktor motivasional yang akan dapat mengurangi niat atau keinginan karyawan untuk meninggalkan organisasi, karena niat untuk pindah sangat kuat pengaruhnya dalam menjelaskan Turnover yang sebenarnya. Adanya karyawan yang keluar dari organisasi memerlukan biaya yang besar dalam bentuk kerugian yang besar akan tenaga ahli yang mungkin juga memindahkan pengetahuan spesifik perusahaan kepada pesaing (Carmeli dan Weisberg, 2006). Semua perusahaan pernah diwarnai oleh Turnover para karyawannya. Intensi adalah niat atau 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 keinginan yang timbul pada individu untuk melakukan sesuatu. Sementara Turnover adalah berhentinya atau penarikan diri seseorang karyawan dari tempat bekerja. Menurut Zeffane dalam Witasari (2009) Turnover intention (intensitas keluar) adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya . Menurut Abelson dalam Rita Andini (2006) menyatakan bahwa sebagian besar karyawan yang meninggalkan perusahaan karena alasan sukarela dapat dikategorikan atas perpindahan kerja yang dapat dihindarkan (avoidable voluntary turnover) dan pekerjaan sukarela yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable voluntary turnover). Perpindahan kerja yang dapat dihindarkan dapat disebabkan karena alasan berupa gaji, kondisi kerja, atasan atau ada perusahaan lain yang dirasakan lebih baik, sedangkan perpindahan kerja sukarela yang tidak dapat dihindarkan dapat disebabkan karena perubahan jalur karir atau faktor keluarga. 3.1.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Turnover Intention Karyawan Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Turnover cukup kompleks dan saling berkaitan satu sama lain, antara lain: 1) Usia Menurut Maier dalam Novliadi (2007) pekerja muda mempunyai tingkat turnover yang lebih tinggi daripada pekerja-pekerja yang lebih tua. 2) Lama Kerja Semakin lama masa kerja maka semakin rendah kecenderungan turnovernya. Turnover lebih banyak terjadi pada karyawan dengan masa kerja lebih singkat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 3) Tingkat Pendidikan menyatakan Karyawan yang mepunyai tingkat intelegensi tidak terlalu tinggi akan memandang tugas-tugas yang sulit sebagai tekanan dan sumber kecemasan. Ia mudah merasa gelisahan tanggung jawab yang diberikan padanya dan merasa tidak aman. Sebaliknya mereka yang mempunyai tingkat intelegensi yang lebih tinggi akan merasa cepat bosan dengan pekerjaanpekerjaan yang monoton. Mereka akan lebih berani keluar dan mencari pekerjaan baru dari pada mereka yang tingkat pendidikannya terbatas, karena kemampuan intelegensinya yang terbatas pula 1) Keterikatan terhadap perusahaan Semakin tinggi keikatan seseorang terhadap perusahaannya akan semakin kecil turnover intention dan semakin rendah keikatan karyawan terhadap perusahaan maka semakin tinggi tingkat Turnover Intention. 2) Kepuasan kerja Penelitian-penelitian yang telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa semakin tidak puas seseorang terhadap pekerjaannya akan semakin kuat dorongannya untuk melakukan Turnover. 3) Budaya Perusahaan Budaya perusahaan dapat mempengaruhi persepsi karyawan, menentukan dan mengharapkan bagaimana cara individu dapat bekerja sehari-hari dan dapat membuat individu tersebut merasa senang dalam menjalankan tugasnya. Indikator yang dipergunakan untuk mengetahui Turnover Intention yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 dikembangkan dari hasil penelitian Chen & Francesco (2000) meliputi: 1) Pikiran untuk keluar 2) mencari pekerjaan baru Dalam Rice (2006) Menurut Lazarus dan folkman “Ada beberapa tujuan pemberian motivasi yaitu: 1) kondisi kerja yang kurang baik, seperti penerangan yang kurang baik dan suhu dingin atau panas; 2) Beban pekerjaan yang berlebihan bk secara kuantitaif maupun kualitiatif desakan waktu desakan waktu meliput jam kerja dan target waktu yang diberikan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan; 3) Bahaya fisik berupa kondisi kerja yang membahayakan sepeti material yang digunakan dan cara kerja yang digunakan dalam pekerjaan; 4) Spesialisasi pekerjaan misalnya kebiasan dalam mengerjakan pekerjaan dan keahlian dalam mengerjakan sesuatu.” 3.1.2 Iklim Organisasi (Organizational Climate) 3.1.2.1. Pengertian Iklim Organisasi Menurut Al Shammari dalam Haryanti (2005) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu set dari sifat-sifat terukur (measurable properties) dari lingkungan kerja yang dirasakan atau dilihat secara langsung atau tidak langsung oleh orang hidup yang bekerja dilingkungan tersebut dan diasumsikan mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka. Dalam Alavi dan Jahandari (2005 : 250) mengatakan bahwa “iklim organisasi sebagai kualitas internal dari sebuah organisasi yang dialami dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 dirasakan oleh anggota organisasi”. Banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang iklim organisasi telah bersepakat bahwa iklim organisasi adalah suatu yang bersifat psikologis, multi dimensi, penomena yang kompleks yang mempunyai efek terhadap pembelajaran, kinerja, turnover, keabsenan dan jabatan yang tetap. Dalam Wirawan (2007) Menurut Tagiuri dan Litwin Iklim organisasi merupakan kualitas llingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi, mempengaruhi perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalampengertian satuset karakteristik atau sifat organisasi. Menurut Robert Stringer (2002) mengemukakan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi terjadinya iklim suatu organisasi, yaitu Lingkungan eksternal, strategi, praktik kepemimpinan, pengaturan organisasi, dan sejarah organisasi. praktik Kepemimpinan Pengaturan Organisasi Iklim Organisasi Strategi Organisasi Sejarah Organisasi Lingkungan Ekternal Gambar 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Iklim Organisasi Sumber :Robert Stringer (2002) a. Standar-standar (Standards). Mengukur perasaan tekanan untuk meningkatkan kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki oleh anggota organisasi dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Standar-standar tinggi artinya anggota http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 organisasi selalu berupaya mencari jalan untuk meningkatkan kinerja. Sebaliknya standar rendah merefleksikan harapan yang lebih rendah untuk kinerja. b. Tanggung jawab (Responsibility). Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka adalah “bos bagi diri sendiri” dan tidak memerlukan keputusannya dilegitimasi oleh anggota organisasi lainnya. Persepsi tanggung jawab tinggi menunjukkan anggotanya merasa didorong untuk memecahkan problemnya sendiri. Tanggung jawab rendah menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dan percobaan terhadap pendekatan baru tidak diharapkan. c. Penghargaan (Recognition). mengindikasikan bahwa anggota organisasi merasa dihargai jika mereka dapat menyelesaikan penghargaan tugas yang secara baik. dihadapkan Penghargaan dengan kritik merupakan dan ukuran berkarakteristik keseimbangan antara karakter dan kritik. Penghargaan rendah artinya penyelesaian pekerjaan dengan baik diberikan imbalan secara tidak konsisten. d. Dukungan (Support). Merefleksikan perasaan percaya dan saling mendukung terus berlangsung di antara kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bagian dari tim yang berfungsi dengan baikdan merasa memperoleh bantuan dari atasannya, jika mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas. Jika dukungan rendah, anggota organisasi merasaterisolasi dan tersisih sendiri. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Komponen iklim organisasi ini menjadi sangat penting untuk model bisnis yang ada saat ini, dimana sumber-sumber sangat terbatas. e. Komitmen (Commitment). Merefleksikan perasaan bangga anggota terhadap organisasinya dan derajat keloyalan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Perasaan komitmen kuat berasosiasi dengan loyalitas personal. Level rendah komitmen artinya karyawan merasa apatis terhadap organisasi dan tujuannya. Menurut Pines yang dikutip oleh Barkah (2002), iklim kerja sebuah organisasi dapat diukur melalui empat dimensi, yaitu : 1) Dimensi psikologikal, yaitu meliputi variabel seperti beban kerja, kurang otonomi, kurang pemenuhan sendiri dan kurang inovasi. 2) Dimensi struktural, yaitu meliputi variabel seperti fisik, bunyi dan tingkat keserasian antara keperluan kerja dan struktur fisik. 3) Dimensi sosial, yaitu meliputi aspek interaksi dengan klien (dari segi kuantitas dan ciri-ciri permasalahannya), rekan sejawat (tingkat dukungan dan kerja sama), dan penyelia-penyelia (dukungan dan imbalan) 4) Dimensi birokratik, yaitu meliputi undang-undang dan peraturan-peraturan konflik peranan dan kekaburan peranan. 3.1.2.2 Pengaruh Iklim Organisasi dengan Turnover Intention Karyawan Setiap organisasi akan memiliki iklim organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut. Semua organisasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 tentu memiliki strategi dalam memanajemen sumber daya manusia (SDM). Iklim organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian. Ketidakpuasan seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positif dan bijaksana. Akan tetapi bila perusahaan tidak menanggapi ketidakpuasan akan balasan dalam bentuk perhatian maka akan timbul rasa tertekan dalam benak karyawan sehingga karyawan akan merasa tidak perlu mengutarakan ketidakpuasan tersebut akhirnya karyawan akan memilih untuk pindah kerja. 3.1.3. Stres Kerja 3.1.3.1. Pengertian Stres Kerja (Work Stress) Menurut Othman dan Wahab (2010) mengemukakan bahwa stress kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Benyamin Molan (2006:796) menyatakan stress kerja adalah Kondisi yang muncul dari interaksi antara manusia dan pekerjaan serta dikarakteristikkan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah respons adaptif terhadap situasi eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi. Kesimpulan di atas menunjukan adanya kondisi tertentu dalam lingkungan yang merupakan sumber potensial bagi munculnya stres. Bagaimana bentuk stress yang dihayati tergantung dari karakteristik yang unik dari individu yang bersangkutan serta penghayatannya tehadap faktor-faktor dari lingkungan yang potensial memunculkan stress padanya, walaupun hampir setiap kelompok orang dihadapkan pada jenis atau kondisi stress yang serupa, tetapi hal ini akan menghasilkan reaksi yang berbeda, bahkan dalam menghadapi jenis stress atau kondisi yang sama setiap individu dapat berbeda-beda pola reaksinya. 3.1.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi stress kerja Menurut Anatan & Ellitan (2009) adapun faktor-faktor penyebab stres meliputi: a. Stresor dari luar organisasi (extra organizational stresor ) yang meliputi perubahan sosial dan tekhnologi yang mengakibatkan perubahan life style individu, perubahan ekonomi dan finansial yang mempengaruhi pola kerja individu, mencari the second job. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 b. Stresor dari dalam organisasi (organizational stresor) yang meliputi kondisi kebijakan, strategi administrasi, strukutur dan desain organisasi, proses organisasi dan kondisi lingkungan kerja. c. Stresor dari kelompok dalam organisasi (group stresor) yang muncul akibat kurangnya kesatuan dalam pelaksanaan tugas kerja terutama terjadi pada level bawah, kurangnya dukungan dari atasan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan, munculnya konflik antar personal, interpersonal, dan antar personal. d. Stresor dari dalam diri individu (individu stresor) yang muncul akibat role ambiguity dan konflik. Seperti beban kerja yang terlalu berat dan kurangnya pengawasan pihak perusahaan. Menurut Robbin (2006) Stres kerja (Work Stress) adalah sebagai kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala (constrains), atau tuntutan (demands) yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting Menurut Lazarus dan Folkman 1986 dalam Rice 2006 antara lain : a Kondisi kerja yang kurang baik, seperti penerangan yang kurang baik dan suhu dingin atau panas b Beban pekerjaan yang berlebihan baik secara kuantitaif maupun kualitiatif c desakan waktu meliputi jam kerja dan target waktu yang diberikan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan d Bahaya fisik berupa kondisi kerja ayng membahayakan sepeti material yang digunakan dan cara kerja yang digunakan dalam pekerjaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 e Spesialisasi pekerjaan misalnya kebiasan dalam mengerjakan pekerjaan dan keahlian dalam mengerjakan sesuatu 3.1.3.3. Pengaruh Stres Kerja dengan Turnover Intention Karyawan Stres juga bisa diartikan sebgai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Sondang Siagian (2008) menyatakan bahwa stress merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak bisa diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan orang berinteraksi sevara positif dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun lingkungan luarnya. Artinya, karyawan yang bersangkutan akan mengalami berbagai gejala negative yang pada gilirannya akan berpengaruh pada prestasi kerja. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpilkan bahwa stress kerja adalah kondisi ketegangan yang berpengaruh pada emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik mseseorang dalam melakukan pekerjaan. 3.1.4 3.1.4.1 Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) Pengertian kepuasan kerja Dalam dunia kerja, kepuasan kerja merupakan hal yang sangat penting bagi setiap pekerja. Seorang pekerja yang merasa puas dalam pekerjaannya akan membawa dampak yang positif dalam banyak hal, salah satunya adalah menurunnya keinginan untuk meninggalkan perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Robbins (2008) 32 mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Penilaian karyawan atas seberapa puas atau tidak puas dirinya dengan pekerjaannya adalah perhitungan rumit dari sejumlah elemen pekerjaan yang sensitif. 3.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja sangat diperlukanbagi karyawan karena dengan adanya kepuasan kerja karyawan dapat meningkatkan produktivitas. Adanya ketidakpuasan kerja di antara karyawannya dapat menimbulkan hal-hal yang tidak menguntungkan bagi perusahaan maupun bagi Karyawan itu sendiri. Dalam Sunarto (2005) Wexley dan Yukl mengemukakan tiga teori tentang kepuasan kerja, yaitu : 1) Teori Ketidaksesuaian Seseorang akan merasakan kepuasan kerja apabila tidak ada perbedaan antara yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan, dalam hal ini batas minimal kebutuhan telah terpenuhi. Jika kebutuhannya telah terpenuhi di atas batas minimal maka seseorang akan merasa lebih puas. Sebaliknya bila batas minimal kebutuhannya tidak terpenuhi maka seseorang akan merasakanketidakpuasan kerja. 1) Teori Keadilan Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atautidak atas suatu situasi yang dialami dalam pekerjaan. Perasaan adil atau tidak adil http://digilib.mercubuana.ac.id/ diperoleh dengan cara 33 membandingkan dirinya dengan orang lain yang dinilai sekelas, jabatan sama dan masa kerja sama. Jika perbandingan itu dianggap cukup adil maka ia merasa puas 1) Teori Dua Faktor Pada dasarnya kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini kepuasan dan ketidakpuasan bukan merupakan titik yang berlawanan dengan satu titik netral pada pusatnya, sepert pandangan teori sikap kerja konvensional, tetapi dua titik yang berbeda. Salah satu faktor ketidakpuasan kerja tidak dapat mengubah menjadi kepuasan tetapi hanya mengurangi ketidakpuasan. a. Faktor Motivasi: prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan dan pertumbuhan b. Faktor Higienis : kebijakan administrasi perusahaan, penyeliaan, hubungan dengan penyelia, kondisi kerja, gaji, hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan bawahan, status dan keamanan. Menurut Luthans (2005), faktor-faktor utama yang mempengaruhi kepuasan kerja seperti diuraikan berikut ini : 1) Pekerjaan itu sendiri Yang termasuk pekerjaan yang memberikan kepuasan adalah pekerjaan yang menarik dan menantang, pekerjaan yang tidak membosankan, serta pekerjaan yang dapat memberikan status. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 2) Pendapatan merupakan hal yang signifikan, namun merupakan faktor yang kompleks dan multidimensi dalam kepuasan kerja. 3) Promosi Kesempatan dipromosikan nampaknya memiliki pengaruh yang beragam terhadap kepuasan kerja, karena promosi bisa dalam bentuk yang berbeda beda dan bervariasi pula imbalannya. 4) Pimpinan merupakan sumber kepuasan kerja lainnya yang cukup penting pula. 5) Rekan Kerja Pada dasarnya, rekan kerjaakan berpengaruh pada kepuasan kerja. Rekan kerja yang ramah dan kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja bagi karyawan individu Menurut Robbins (2006:36), kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : pekerjaan yang menantang, penghargaan, kondisi lingkungan kerja dan hubungan interpersonal. 1) Kerja yang menantang secara mental. Pada umumnya individu lebih menyukai pekerjaan yang memberi peluang untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan serta memberi beragam tugas, kebebasan dan feedback tentang seberapa baik pekerjaanya. Hal ini akan membuat pekerjaan lebih menantang secara mental. Pekerjaan yang kurang menantang akan menciptakan kebosanan, akan tetapi yang terlalu menantang juga dapat menciptakan frustasi dan perasaan gagal. 2) Penghargaan yang sesuai Karyawan menginginkan sistem bayaran yang adil, tidak ambigu, dan selaras dengan harapan karyawan. Saat bayaran dianggap adil, dalam arti sesuai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 dengan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individual, dan standar bayaran masyarakat, kemungkinan akan tercipta kepuasan. 3) Kondisi kerja yang mendukung karyawan berhubungan dengan lingkungan kerjanya untuk kenyamanan pribadi dan kemudahan melakukan pekerjaan yang baik. Yang termasuk didalamnya seperti tata ruang, kebersihan ruang kerja, fasilitas dan alat bantu, temperatur, dan tingkat kebisingan. 4) Kolega yang suportif. Individu mendapatkan sesuatu yang lebih daripada uang atau prestasi yang nyata dari pekerjaan tetapi karyawan juga memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Perilaku atasan juga merupakan faktor penentu kepuasan yang utama. Oleh karena itu, perlu diterapkan rasa saling menghargai, loyal dan toleran antara satu dengan yang lain, sikap terbuka, dan keakraban antar karyawan. 3.1.4.3 Pengaruh Kepuasan kerja Dan Turnover Intention Karyawan Hubungan antara kepuasan kerja adalah faktor yang mendorong mencapai motivasi yang baik bagi perusahaan, bila kepuasan kerja tersebut tidak sesuai dengan tanggung jawab dan prestasi maka dapat dipastikan ada keinginan untuk keluar dari pekerjaan. 3.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menunjukan pengaruh dari masing-masing variabel yang akan diteliti terhadap Turnover Intention yaitu Iklim Organisasi, Stress Kerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 dan Kepuasan Kerja. Maka untuk memperkuat landasan dalam melakukan penelitian ini, dijelaskan kembali beberapa penelitian yang mencari hubungan secara simultan dari ketiga variabel tersebut. Namun, isi dari penelitian-penelitian terdahulu terkadang juga berisikan variabel-variabel lain yang diteliti selain ketiga variabel tersebut. Di bawah ini adalah resume dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya tentang Turnover Intention dengan ketiga variabel yang akan diteliti oleh penulis dan beberapa variabel lain yang mempengaruhinya. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut; Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Nama Peneliti Tahun Penelitian Hasil Penelitian 1 A Study of Job Satisfaction and IT’s Impact on the Performance in the Banking Industry of Pakistan Aftab Hira and Idress Waqas (2012) 2012 Terlihat bahwa penting para pekerja yang merasa puas terhadap oganisasi akan menjadi seorang pekerja produktif bagi sebuah organisasi. Insentif, motivasi, manfaat tambahan dan imbalan mampu meningkatkan tingkat kinerja karyawan 2 Implications of Employee Welfare and Rewards on Job Satisfaction and Productivity – An Insight C. Balaji 2013 Terdapat hubungan posistif antara semua variable kepuasan kerja dan produktivitas. Hasil yang disajikan menunjukkan ada hubungan yang signifikan dan hubungan positif antara imbalan dan motivasi. yang meningkatkan turn over Intention pada karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Lanjutan Tabel 3.1 No Judul Penelitian Nama Peneliti Tahun Penelitian Hasil Penelitian 3 Relationship Between Job Stress, Workload, Environment and Employees Turnover Intentions: What We Know, What Should We Know Organizational Climate and its Effects on Organizational Variables:An Empirical Study Imran Qureshi, Iftikhar, and Abbas, Umar Hassan 2013 Hasil penelitian menunjuan penjual meningkatkan motivasi intrinsic yang ada akhirnya meningkatkan disiplin mereka Jianwei Zhang 2010 5 Work-Life Policies and Job Stress as Determinants of Turnover Intentions of Customer Service Representatives in Pakistan Khurram Shahzad,Umer Rehman,Ikramullah Shad,Asma Gul,Muhammad Amanullah Khan 2011 6 Determinants of Job Satisfaction and its Impact on Employee Performance and Turnover Intentions Masooma Javed, Rifat Balouch, and Fatima Hassan 2014 Penelitian ini meneliti karakteristik iklim organisasi dan dampaknya pada variabel. iklim organisasi juga memiliki efek utamayang signifikan terhadap efek tivitas organisasi seperti komitmen organisasi anggota staf dan identitas kolektif. Penelitian ini menguji hubungan antara kebijakan kehidupan kerja dan stres kerja dengan keinginan berpindah dari perwakilan layanan pelanggan (CSR) di Pakistan.Results penelitian menunjukkan hubungan yang negatif dari niat keluar dengan kebijakan kehidupan kerja dan hubungan positif dengan stres kerja. 7 The Relationship of Job Stress with Turnover Intention and Job Performance: Moderating Role of OBSE Organisational Climate and Intent to Leave among Recruitment Consultants in Johannesburg, South Africa Nasrin Arshadi 2013 Hasil penelitian menunjukkan dampak pembangunankademik daniklim organisasiyang disebabkan komitmen Ruvarashe Saungweme and Calvin Gwandure 2011 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara iklim organisasi dan niat untuk meninggalkan di antara perekrutan consultants. korelasi negatif antara niat iklim dan rekrutmen konsultan organisasi'untuk keluar. 4 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan positif yang signifikan yang berpengaruh pada niat untuk keluar 38 Lanjutan Tabel 3.1 No Judul Penelitian 9 Job Satisfaction and Employees’ Turnover Intentions in total Nigeria plc. in Lagos State Nama Peneliti Samuel Emeka Mbah and C. O . Ikemefuna Tahun Penelitian 2012 10 Job Satisfaction, Organizational Commitment, and Turnover Intention: A Case Study on Employees of a Retail Company in Malaysia Salleh, Nair, and Harun 2012 11 Retaining Talent: Assessing Job Satisfaction Facets Most Significantly Related To Software Developer Turnover Intentions Steven g. Westlund and john c. Hannon 2011 12 A comparative study Of organizational clImate and job Satisfaction in publIc, private, and for Eign banks Warangal, Andhra Pradesh 2014 13 An Exploratory Study on Turnover Intention among Private Sector Employees Yeoh sok foon,lim chee leong & syuhaily Osman (2010) 2010 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil Penelitian jurnal ini mendefinisikan konsep dasar kepuasan kerja dan turnover karyawan. kepuasan dipertimbangkan dengan gaji, sifat pekerjaan dan pengawasan sebagai tiga aspek kepuasan kerja yang mempengaruhi niat karyawan untuk pindah. Penelitian ini menentukan tingkat kepuasan kerja, organisasi komitmen, dan niat pindah karyawan di perusahaan ritel di Malaysia. Temuan menunjukkan bahwa responden cukup puas dengan aspek kepuasan kerja seperti promosi, bekerja sendiri, rekan kerja, dan supervisor tetapi tidak puas dengan gaji. Hasil menunjukkan hubungan yang signifikan antara memprediksi keinginan berpindah dengan kepuasan pekerjaan. Juga ditemukan hubungan positif yang signifikan antara kepuasan dengan sifat pekerjaan dan niat pindah ketika mengendalikan efek dari variabel independen enelitian mengungkapkan bahwa dari 14 sub faktor dari organisasi iklim tiga yang positif terkait dengan kepuasan kerja , seperti ; struktur organisasi, identitas , dan hubungan manusia . Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komitmen organisasi, stres kerja,kepuasan kerja dan niat pindah. Hasilnya menemukan bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan antara komitmen organisasi dan niat pindah, 39 Lanjutan Tabel 3.1 No Judul Penelitian 14 The Impact of Employee Perceptions of Training on Organisational Commitment and Turnover Intentions: A Study of Multinationals in the Chinese Service Sector 15 Religious Coping, Job Insecurity and Job Stress among Javanese Academic Staff: A Moderated Regression Analysis Nama Peneliti Newman, Thanacoody and Wendy Tahun Penelitian 2009 Hasil Penelitian Penelitian ini mengkaji dampak dari persepsi karyawan pelatihan tentang organisasi komitmen, dan hubungan yang terakhir dengan keinginan berpindah. Hasil survei konsisten dengan teori pertukaran sosial. Triantoro Safaria, Ahmad bin Othman and Muhammad Nubli Abdul Wahab 2010 Hasil penelitian menegaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketidakamanan kerja dengan stres kerja, dan mengatasi agama memoderasi hubungan antara ketidakamanan kerja dengan stres kerja. Hasil pengujian terhadap hipotesis, menunjukkan bahwa variable :kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intentionturnover intention berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dan variabel turnover intention. Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara konflik peran dan stres kerja serta kepuasan kerja karyawan disuatu perusahaan yang bergerak dalam perbankan menimbulkan niat karyawan untuk pindah keperusahaan lain yang di inginkan Penelitian ini menguji hipotesis dan hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara konflik peran dan stres kerja sedangkan konflik peran memiliki hubungan negatif 16 Analisis pengaruh kepuasan Kerja terhadap Turnover Intention Serta Dampaknya Terhadap kinerja karyawan Gama Dwi Syafrizal 2011 17 Impact of Role Conflict on Job Satisfaction, Mediating Role of Job Stress in Private Banking Sector Muhammad Arif khattak and Nadeem Iqbal 2013 18 Leadership And Jobsatisfaction Dimitrios Belias and Athanasos Koustelios 2014 19 Work-Life Policies and Job Stress as Determinants of Turnover Intentions of Customer Service Representativen Khurram Shahzad, Umer Rehman, kramullah Shad, Asma Gul, Muhammad Amanullah Khan 2011 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil penelitian menunjukkan implikasinya bagi manajer dan arah untuk penelitian masa depan telah dibahas. 40 Lanjutan Tabel 3.1 No Judul Penelitian 20 Examining the Relationship between Work Life Conflict, Stress And Turnover Intentions among Marketing Executives in Pakistan 3.3 Nama Peneliti Tahun Penelitian Hasil Penelitian Sarooj Noor And Nazia Maad 2008 Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik kehidupan kerja dan stres memiliki hubungan positif yang signifikan dengan keinginan berpindah. Rekomendasi dan strategi juga Kerangka Pemikiran Berdasarkan deskripsi teori yang dikemukakan di atas, lebih lanjut akan diajukan kerangka berpikir dan model hubungan antar masing-masing variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini. Variable dependen dalam penelitian ini adalah kinerja (Y) yang menggunakan teori Chen & Francesco (2000) dengan menggunkan 2 (dua) dimensi, yaitu pikiran untuk keluar dan mencari pekerjaan baru. Sedangkan variable independen adalah variable yang menjelaskan atau yang mempengaruhi variable lain. Variable independen dalam penelitian ini adalah Iklim Organisasi(X1), Stres Kerja (X2), dan Kepuasan Kerja (X3). 1) Variabel Iklim Organisasi menggunakan teori Pines (2002) yang terdiri dari 4 (empat) yaitu psikologikal, struktural, sosial, dan birokratik 2) Variabel Stres Kerja menggunakan teori Lazarus dan Folkman (2006) yang terdiri dari 5 (lima) dimensi, yaitu kondisi kerja, beban kerja waktu,bahaya fisik, dan spesialisasi kerja, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 3) Variabel Kepuasan Kerja menggunakan teori Luthan (2005) yang terdiri dari (lima) dimensi, yaitu pekerjaan itu sendiri, pendapatan,promosi, pimpinan, dan rekan kerja, Masing-masing dimensi akan dijabarkan menjadi indikator-indikator. Indikator ini akan digunakan untuk membuat item pernyataan yang akan dituangkan dalam bentuk kuesioner yang akan diisi oleh Karyawan Kantor Pusat PT Bank Sinarmas Tbk. Iklim Organisasi (X1) 1. 2. 3. 4. Psikologikal Structural Social Birokratik Stres Kerja (X2) 1. 2. 3. 4. 5. Kondisi kerja Beban kerja Waktu Bahaya fisik, Spesialisasi kerja, Turnover Intention (Y) 1. 2. Pikiran untuk keluar Mencari pekerjaan baru Kepuasan Kerja (X3) 1. 2. 3. 4. 5. Pekerjaan itu sendiri Pendapatan Promosi Pimpinan Rekan kerja 3.1.Bagan Kerangka Berpikir 3.4. Hipotesis Pemikiran Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris. Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1) H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Iklim Organisasi terhadap turnover Intentions. 2) H2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Stres Kerja dengan terhadap turnover Intention. 3) H3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kepuasan kerja terhadap terhadap turnover Intention. 4) H4 : Terdapat pengaruh antara Iklim Organisasi, Stres Kerja dan kepuasan kerja terhadap Turnover Intention Karyawan Kantor Pusat PT. Bank Sinarmas Tbk. http://digilib.mercubuana.ac.id/