A. PENDAHULUAN Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting untuk kehidupan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi, bagian dari membran sel, mediator aktivitas biologis antar sel, isolator dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organorgan tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K.(1) Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang diperoleh dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya. Asam lemak pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom C (karbon), ada atau tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatan rangkap serta letak ikatan rangkap. Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty acid/SFA) yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap disebut sebagai asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acids), dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) memiliki 1 (satu) ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap.(1) Asam linoleat adalah asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap pada atom karbon C keenam dari ujung metilnya. Karena ikatan rangkap ini, maka asam linoleat terkenal sebagai omega-6. Rumus kimia dari asam linoleat adalah C17H29COOH. Asam linoleat merupakan asam lemak esensial, yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh namun tidak dapat disintesis di dalam tubuh.(1) Pangan fungsional didefinisikan sebagai makanan yang mempunyai komponen-komponen fungsional (zat gizi maupun non gizi) yang dapat meningkatkan kesehatan dan atau menurunkan risiko penyakit.(2) Functional fats dapat diartikan sebagai komponen-komponen lemak yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan atau menurunkan beberapa risiko penyakit. Selain itu dapat juga dalam meningkatkan nilai gizi sehingga dapat menghindari defisiensi beberapa zat gizi, contohnya adalah margarin yang difortifikasi dengan vitamin A dan vitamin D, sehingga dapat mencegah terjadinya defisiensi vitamin-vitamin tersebut.(2) Functional fats mempunyai beberapa fungsi, salah satunya adalah menurunkan risiko penyakit kronis seperti asam linoleat untuk menurunkan kolesterol darah pada 1 penyakit jantung koroner dan Conjugated Linoleic Acid (CLA) dalam menurunkan massa lemak pada obesitas.(2) Awal perkembangan functional fats sendiri sudah dimulai sejak pemerintahan Napoleon III, margarine dianggap sebagai salah satu pangan fungsional modern karena diperkaya oleh Vitamin A dan Vitamin D. Pada tahun 1950, telah diperjelas bahwa asam lemak jenuh yang berasal dari makanan berkorelasi secara positif dengan konsentrasi kolesterol plasma dan insiden penyakit jantung koroner. Maka dari itu dibuatlah penggantian asam lemak jenuh dengan asam lemak tidak jenuh untuk menurunkan angka kejadian penyakit jantung koroner.(2) Conjugated Linoleic Acid (CLA) merupakan salah satu jenis functional fat yang diduga memiliki beberapa manfaat bagi tubuh. Conjugated Linoleic Acid merupakan hasil oksidasi dari asam lemak linoleat dimana ikatan rangkapnya yang berumlah dua tidak dipisahkan oleh dua ikatan tunggal, tetapi hanya dipisahkan oleh satu ikatan tunggal sehingga letak ikatan rangkapnya terletak pada carbon nomor 9, 10 serta 11, 12.(1) Manfaat tersebut antara lain dapat membantu menurunkan berat badan, mengurangi massa lemak tubuh, meningkatkan massa otot tubuh, menurunkan kadar kolesterol, serta sebagai pencegahan risiko penyakit kardiovaskuler. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengkaji beberapa dugaan manfaat dari CLA tersebut, baik dengan media hewan maupun uji coba ke manusia secara langsung. Untuk itu kami akan membahas penjelasan yang lebih mendalam terkait Conjugated Linoleic Acid (CLA) sebagai salah satu functional fat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. B. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK CLA CLA atau conjugated linoleic acid merupkan klasifikasi isomer conjugated dienoic yang mempunyai posisi dan geometri FA C18:2. Konfigurasi geometri dirancang dengan menggunakan istilah cis dan trans dimana konfigurasi cis terjadi secara alamiah, sementara konfigurasi trans terjadi karena adanya bantuan secara termodinamik.(3) Angka, posisi dan geometri dari ikatan ganda mempengaruhi laju oksidasi. Isomer angka adalah kelompok senyawa yang memiliki massa relatif sama tetapi 2 berbeda kerangka karbonnya. Isomer posisi adalah kelompok senyawa isomer yang disebabkan oleh perbedaan posisi ikatan rangkap pada rantai karbon. Sementara isomer geometri adalah isomer yang disebabkan karena perbedaan letak geometris dari gugus yang terikat pada atom C yang berikatan rangkap. Misalnya C18:2(c-9, c12) menunjukkan bahwa terdapat 18 rantai carbon dimana terdapat 2 ikatan rangkap yang terletak pada rantai karbon nomor 9 dengan geometri cis dan ikatan karbon nomor 12 dengan geometri cis. Sementara C18:1c9 menunjukkan bahwa terdapat 18 rantai carbon dengan jumlah ikatan rangkap hanya satu dan ikatan geometris cis terdapat pada rantai karbon nomor 9. Kecepatan oksidasi relatif pada C20:4, C18:3n3, C18:2 dan C18:1c9 secara berturut-turut adalah 40:20:10:1. Isomer cis lebih mudah mengoksidasi dibandingkan trans, dan ikatan ganda terkonjugasi lebih reaktif dibandingkan non-konjugasi. Pada suhu kamar, ketengikan oksidatif pada ikatan tak jenuh menjadi dapat diketahui.(3) Pada awal CLA ditemukan pada tahun 1930 menunjukkan bahwa produk susu dapat menyerap radiasi ultraviolet pada 230 nm. Rumitnya struktur CLA terungkap dari kolom kapiler tinggi polar yang sangat panjang pada kromatografi gas (GC).(3) Conjugated Linoleic Acid (CLA), secara posisi geometris dan isomer CLA ini dapat menjadi agen pencegah kanker pada model binatang yang diinduksi zat karsinogenik. Isomer CLA secara alami dapat ditemukan dalam makanan, paling tinggi terdapat dalam daging hewan ruminansia dan susu. CLA juga bisa menjadi terapi anti obesitas, agen farmasi yang dapat meningkatkan stimulasi insulin. Ada kemungkinan bahwa CLA dapat meningkatnya homeostatis glukosa dan beberapa mekanisme pada Zucker Diabetic Fatty rats.(4) Terdapat 28 jenis isomer yang telah teridentifikasi, namun hanya dua isomer yang dikenal mempunyai aktivitas biologis, yakni CLA cis 9 trans 12 dan Trans 10 Cis 12. Asam Rumenic atau cis 9 trans 11 dapat ditemukan sebanyak 72-94 % dari total CLA dalam makanan yang berasal dari hewan pemamah biak. Sementara isomer trans 10 cis 12 ditemukan pada makanan berasl dari hewan ruminansia dalam jumlah yang sedikit. Struktur kimia dari CLA dan 2 isomer ini adalah sebagi berikut.(5) 3 Gambar 1.Struktur Kimia Isomer Canjugated Linoleic Acid Sumber : Aydin R. Conjugated Linoleic Acid : Chemical Structure , Sources and Biological Properties. 2005;29:189–95. Gambar 2 Sumber : Aydin R. Conjugated Linoleic Acid : Chemical Structure , Sources and Biological Properties. 2005;29:189–95. 4 C. METABOLISME CLA Gambar 3 CLA dapat terbentuk dari biohidrogenasi oleh mikrobiota pada rumen hewan pemamah biak. Asam linoleat yang terasup mengalami hidrogenasi menjadi asam rumenat (9cis, 11trans), asam vaccenat, dan asam stearate. Asam vaccenat juga dapat membentuk asam rumenat melalui desaturasi delta 9. Jalur inilah yang menjadi jalur pembentukan utama untuk asam rumenat yang dikenal luas sebagai CLA . Isomer CLA dimetabolisme melalui jalur yan berbeda-beda. Karena merupakan bentuk lain dari asam linoleat (9cis, 12cis-18:2), maka jalur metabolism untuk CLA kurang lebih sama: yaitu melewati proses desaturasi berturut-turut dan pemanjangan/elongase. Seperti pada gambar, dapat dilihat bahwa CLA mengalami desaturasi delta 6 menjadi asam oktadecetrienoic (cis6, cis9, trans11-18:3) yang kemudian mengalami elongase menjadi asam eicosatrienoic terkonjugasi (CD 20:3). Biokonversi ini dapat berlanjut menjadi asam eicosatetraenoic terkonjugasi (CD 20:4). Metabolit-metabolit ini ditemukan dalam jaringan liver dan kelenjar mammae. Namun proses metabolisme yang terjadi berbeda tergantung dari konfigurasi ikatan gandanya: cis/trans, trans/cis, atau trans/trans. Untuk bentuk CLA cis9, trans11 tergolong mudah untuk dimetabolisme menjadi CD 20:4, namun terdapat hambatan tertentu pada CLA bentuk trans10, cis12 untuk terkonversi menjadi CD 20:4. Bentuk CD 18:3 dari trans10, cis12 juga ditemukan lebih resisten terhadap proses elongase.(6) Sebagai asam lemak, asam rumenic juga melewati proses β-oksidasi. Awalnya, asam lemak akan mengalami degradasi sebagian di peroksisom. Kemudian asam lemak akan memasuki mitokondria untuk metabolisme lanjut atau dimasukkan ke berbagai bentuk lipid. Oksidasi CLA pada mitokondria lebih sedikit dibandingkan 5 dengan asam linoleat atau asam palmitat. Akan tetapi, perilaku isomer CLA unik tergantung jenisnya. CLA trans10,cis12 memiliki tingkat oksidasi yang lebih tinggi daripada CLA cis9, trans11. Ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan pada letak ikatan rangkap. Beta-oksidasi pada CLA trans10, cis12 melewatkan empat tahap: enoyl CoA isomerase, hidratase oleh 2 trans enoyl CoA, beta hidroxiacil CoA dehydrogenosa. Sedangkan untuk CLA dari bentuk cis9, trans11, hanya melewatkan dua tahap: katalis dari acyl coA dehydrogenase, serta 2,4 dienoil coA reduktase. Kedua asam lemak konjugasi ditemukan memiliki tingkat oksidasi yang lebih tinggi dari asam linoleat yang digunakan sebagai kontrol. Di sisi lain, asam lemak konjugasi kurang dapat masuk dalam sebagian besar jaringan.(7) Setelah melalui proses tersebut, CLA termasuk betuk konjugasi 18:3 dan konjugasi 20:3 kemudian bergabung dengan lipid netral. Di sisi lain, CLA bentuk konjugasi 20:4 justru bergabung dengan fosfolipid, seperti fosfatidylinositol yang merupakan bahan utama pembentukan fosfolipase A2 dan biosintesis eicosanoid. Adanya ikatan ganda pada konfigurasi cis dapat meningkatkan kemungkinan CLA bergabung dengan fosfolipid.(6) Kesimpulannya, CLA disalurkan sebagai asam lemak lainnya antara jalur metabolisme yang berbeda. Namun, mereka beperilaku berbeda dibandingkan dengan kadar asam lemak non terkonjugasi dan dapat mengganggu metabolisme mereka. Di sisi lain, hal itu harus digarisbawahi bahwa utama isomer CLA alami adalah asam rumenic. Untuk aspek kuantitatif, yang kedua adalah cis7, trans9 isomer, yang belum dipelajari secara ekstensif. Kebanyakan penelitian mempertimbangkan trans10 itu, cis12 isomer bersama dengan asam rumenic pada hewan atau manusia. Untuk yang terakhir, titik akhir utama adalah komposisi tubuh, dan data yang diperoleh sejauh ini masih kontroversial pada manusia. Sebagai contoh, laporan pertama oleh Blankson dkk. dijelaskan dosis efek tergantung dari campuran CLA, sedangkan kita tidak menemukan efek dari isomer murni makan sebagai TAG (1,5 atau 3 g / d) selama 16 minggu pada komposisi tubuh.(7) Cara CLA bekerja dijabarkan sebagai berikut. CLA campur tangan dengan Lipoprotein lipase yang membantu penyimpanan lemak dalam tubuh. CLA membantu tubuh kita untuk menggunakan lemak yang ada bagi kebutuhan energy. 6 CLA menambah kekenyalan jaringan otot (lean muscle tissue) Mekanisme fisiologis pengurangan lemak tubuh (body fat), CLA menghambat penyimpanan lemak di dalam adiposit yang merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama. CLA meningkatkan oksidasi pada otot skelet diman terjadi pembakaran lemak primer. Pemberian CLA pada manusia dapat menghasilkan penurunan lemak tubuh 9 %, dan kenaikan massa otot 2%. CLA menambah Palmitoyl transferase yang membawa asam lemak rantai panjang kedalam Mitokondria untuk mengalami β oksidasi. CLA secara significant meningkatkan total aktivitas carnitine palmitoyl transferase baik di lemak maupun otot, tetapi tidak di hati. Enzim ini membawa asam lemak rantai panjang untuk menembus membran mitochondria dimana asam lemaknya akan mengalami beta -oksidasi). CLA meningkatkan HSL ( Hormone Sensitive Lipase ) dalam adiposit pada mencit . HSL adalah suatu enzim lipase paling penting 43 yang mengkatalisa proses lipolisis dan meregulasi penyimpanan lemak. HSL membatasi degradasi triacylglycerol (TAG) menjadi diacylglycerol (DAG) dan free fatty acids (FFA) Pada 3T3 L1 adiposit, CLA mengurangi heparin releaseable lipoprotein lipase activity dan konsentrasi intraselular dari triacylglycerol dan glycerol Lipoprotein lipase (LPL) biasanya meningkat pada obesitas dan enzim ini dapat meningkatkan penyimpanan triglycerida dalam jaringan adiposa. LPL menghidrolisis trigliserida menjadi glycerol dan free fatty acid.(8) 7 D. SUMBER CLA Conjugated Linoleic Acid (CLA) secara alami ditemukan dengan konsentrasi paling tinggi pada hewan ruminansia seperti susu atau pun produk susu. Jumlah polimer CLA juga banyak ditemukan pada daging sapi, daging domba dan lemak susu. Dalam keadaan normal, kandungan CLA dalam susu ruminansia sebesar 0.1% hingga 2.0% dalam susu. Sedangkan di dalam daging sapi, kandungan CLA dapat mencapai 1.2 hingga 12.5 mg/g lemak yang terkandung di dalam daging. Kandungan CLA di dalam lemak susu biasanya lebih tinggi dibandingkan dengannya di dalam jaringan lemak hewan. Rekomendasi asupan CLA harian bagi manusia adalah 1.5 hingga 3.5 g/hari.(9) Berdasarkan data kandungan CLA yang terdapat pada lemak hewan, serta kandungannya yang dinilai bermanfaaat bagi manusia, telah banyak penelitian yang mengembangkan studi terkait CLA agar menambah kandungan dan efektifitas CLA dalam tubuh manusia.Reaksi antara asupan dipercaya dapat mempengaruhi bioavailabilitas CLA dalam tubuh. Seperti kandungan minyak dan biji-bijian yang tinggi akan asam linoleic, linolenic dan oleic dapat meningkatkan konsentrasi CLA di dalam susu hingga 75%. Juga, pemanasan pada susu sapi dengan penambahan kacang kedelai akan memperkaya kandungan asam linoleic yang juga akan meningkatkan biovailabilitas CLA dari 4 mg/g menjadi 20 mg/g asam lemak tanpa menurunkan kandungan lemak total.(10) CLA seperti PUFA yang terdapat di minyak ikan juga dapat meningkatkan enzim antioksidan yang terdapat dalam sel. Penelitian yang banyak dilakukan oleh para ilmuan, mengambil senyawa asam lemak terkonjugasi dari minyak tanaman yang banyak mengandung asam linoleat seperti biji bunga matahari sebagai salah satu contoh substansi yang telah terbukti efektif dalam mengatasi permasalahan berat badan.(9) E. PENGARUH PENGOLAHAN CLA 1. Pengaruh fraksinasi pada CLA Fraksionasi kering pada susu hewan menghasilkan bagian susu yang keras dan bagian susu yang lembut melalui pendinginan terkontrol dan guncangan. Pada fraksi terakhir ditemukan kadar CLA lebih tinggi di fraksi lembut dibandingkan dengan pengukuran pada lemak awal. Refraksionasi untuk bagian kering justru dapat mengurangi kadar CLA sebanyak 10%. 8 Agregasi memiliki dampak negatif pada kandungan CLA di bagian lembut. Ada pula hasil penelitian lain yang menyebutkan bahwa fraksionasi kering menyebabkan turunnya kadar CLA. 2. Pengaruh ekstrak karbon dioksida superkritikal Konsentrasi CLA dapat ditingkatkan 89% pada susu hewan melalui proses fraksionasi memakai sistem karbon dioksida berkelanjutan. Fraksionasi kering pada susu hewan menghasilkan bagian susu yang keras dan bagian susu yang lembut melalui pendinginan terkontrol dan guncangan. Pada fraksi terakhir ditemukan kadar CLA lebih tinggi di fraksi lembut dibandingkan dengan pengukuran pada lemak awal. Refraksionasi untuk bagian kering justru dapat mengurangi kadar CLA sebanyak 10%. Agregasi memiliki dampak negatif pada kandungan CLA di bagian lembut. Ada pula hasil penelitian lain yang menyebutkan bahwa fraksionasi kering menyebabkan turunnya kadar CLA. Konsentrasi CLA dapat ditingkatkan 89% pada susu hewan melalui proses fraksionasi memakai sistem karbon dioksida berkelanjutan. Selain peningkatan CLA, terjadi pula peningkatan asam lemak tidak jenuh yang berantai panjang. 3. Pengaruh kristalisasi urea pada CLA Kim dan Liu(33) membuat CLA alami dari lemak susu dengan kompleksasi urea. Lemak susu dihidrolisis untuk menghasilkan asam lemak, diikuti dengan kristalisasi dengan rasio yang berbeda pada urea. Asam lemak tidak jenuh rantai panjang, termasuk CLA, dikonsentrasi setelah proses kristalisasi. Jumlah CLA meningkat dari 5 mg/g menjadi 12,7 mg/g (meningkat 2,5 kali lipat. 4. Pengaruh mikrofiltrasi pada CLA Susu yang diperkaya nilai CLA nya dengan tepung ikan terbukti dapat menurunkan ukuran lemak globular dibandingkan dengan susu yang tidak diberi tepung ikan. Diameter kasein pada susu yang diperkaya dengan CLA juga lebih kecil. Michalski dan Fauquant menginvestigasi pengaruh pemisahan globular lemak susu yang besar dan kecil dengan mikrofiltrasi. Globular lemak kecil mengandung lebih banyak asam lemak dan sedikit asam stearat dibanding globular 9 lemak berukuran besar. Globular lemak susu yang beukuran kecil relative mengandung CLA yang lebih banyak dibanding globular lemak susu yang besar. 5. Pengaruh pemanasan pada CLA Penelitian yang dilakukan oleh Nieuwenhove dan Luna membuktikan bahwa pemanasan pada suhu yang tinggi tidak meningkatkan kadar CLA. Campbell dan Precht juga membuktikan bahwa kadar CLA berkurang ketika dipanaskan pada suhu tinggi hingga 200oC. Penggunaan microwave juga menyebabkan penurunan kadar CLA pada susu sampai 53%.(11) F. STUDI KASUS TERKAIT CLA (Conjugated Linoleic Acid) 1. Efek CLA pada Penurunan Berat Badan Effect of conjugated linoleic acid supplementation on weight loss and body fat composition in a Chinese population CLA (Conjugated Linoleic Acid) memiliki banyak manfaat, seperti mengurangi lemak dalam tubuh, termasuk tubuh hewan. Namun, hasil penelitian dari CLA terhadap penurunan komposisi massa lemak tubuh pada manusia sifatnya belum konsisten. Oleh karena itu, diadakannya penelitian ini. Penelitian dalam jurnal ini bertujuan untuk menentukan pengaruh CLA terhadap penurunan Berat Badan dan komposisi tubuh pada subjek yang mengalami overweight atau obesitas di Cina.(12) Berikut ini akan dipaparkan terkait metode dalam penelitian ini : Subjek Dalam penelitian ini, penentuan subjek dilakukan secara random/acak, double-blinded, dan kontrol terhadap makanan yang dikonsumsi oleh subjek dilakukan mulai dari 1 Maret 2009 hingga 31 Mei 2009 di Rumah Sakit E-DA dan Universitas I-Shou. Semua subjek yang tergabung dalam penelitian ini merupakan anggota atau staff dari sebuah perusahaan. Dalam penelitian ini, total subjek ada 80 orang yang terdiri dari 26 wanita dan 54 wanita dengan rentan usia 18 – 60 tahun dan memiliki BMI berkisar antara 24 – 35 kg/m2. Subjek termasuk ke dalam kriteria eksklusi jika subjek mengidap kanker, infeksi berat, penyakit tiroid, Diabetes mellitus, penyakit Cushing, mengkonsumsi obat, dan peminum alkohol. 10 Selain itu, wanita yang sedang hamil dan dalam masa menyusui juga masuk ke dalam kriteria eksklusi. Subjek yang tergabung dalam penelitian ini juga dikontrol asupannya, yaitu 10% lebih besar dari asupan biasanya, dan kontrol aktifitas fisik selama penelitian ini berlangsung.(12) Desain penelitian Subjek diatur untuk mengkonsumsi 1,7 gram suplemen CLA (campuran dari bioaktif isomer 50% cis-9, trans-11, dan 50% trans-10,cis-12; tonalin = 40) yang dikonsumsi dengan 200 ml susu (di dalam susu tersebut per 100 ml-nya mengandung 27 kalori; 0,5 gram protein; 1,2 gram lemak; dan 3,5 gram karbohidrat). Dalam penelitian ini, konsumsi suplementasi CLA dilakukan selama 12 minggu.(12) Diet dan aktifitas fisik Laporan asupan makan yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan makan subjek sebelum dan sesudah penelitian. Asupan makan dikaji selama 3 hari menggunakan dietary record. Subjek yang tergabung dalam penelitian ini menuliskan secara mandiri makanan apa saja yang dikonsumsi ke dalam form dietary record, dan menyerahkan form tersebut kepada ahli gizi yang sedang berkujung ke dalam ruangannya. Selain itu, peneliti juga memberikan assessment terhadap aktifitas fisik yang biasa dilakukan oleh subjek.(12) Mengukur komposisi tubuh dan berat badan Bioimpedance merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan komposisi tubuh. X-scan Plus II merupakan indikator untuk menganalisis komposisi tubuh. dengan menggunakan teknik pengukuran tersebut, peneliti dapat menentukan berat badan, tinggi badan, BMI, Massa lemak tubuh, Massa tubuh tanpa keam, massa lemak organ internal, massa lemak subkutan, prosentase lemak tubuh, dan rasio lebar pinggul.(12) Analisis statistika Analisis statistika menggunakan aplikasi SPSS 15. Sebelum memulai penelitian, peneliti menggunakan uji chi-square untuk menguji variabel kualitatif. Uji T test digunakan untuk mengkaji perbedaan pada continuous variabel . variabel kategori menggunakan uji Fisher exact dan uji test juga digunakan untuk 11 mengevaluasi perubahan antropometri dan menganalisis variabel dari minggu ke 0 hingga minggu ke 12. Perbedaan kondisi/gejala pada saluran pencernaan diuji menggunakan uji McNemar. Uji Wilcoxon digunakan untuk mengevaluasi efek keseluruhan dari suplementasi CLA dan interaksi antara CLA dengan parameter lainnya. Tingkat signifikansi menggunakan 5% pada semua uji, dan semua uji menggunakan two-tailed.(12) Dalam penelitian ini juga dipaparkan bagaimana hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, 63 dari 80 subjek (78,75%) berhasil mengikuti penelitian ini hingga selesai sampai akhir penelitian dilakukan. 10 subjek (5 berasal dari kelompok perlakuan dan 5 berasal dari kelompok kontrol) mengundurkan diri dari penelitian karena alasan pribadi. 7 orang (5 orang dari kelompok perlakuan dan 2 orang dari kelompok kontrol) harus diekslud dari penelitian karena data dari mereka tidak lengkap. Oleh karena itu, subjek yang mengikuti penelitian ini hingga akhir adala 63 orang (30 orang di kelompok perlakuan dan 33 orang di kelompok kontrol).(12) Setelah 12 minggu berlangsung, jika dibandingkan dengan data awal, berat badan (∆ = - 0,70 ± 1,71 kg), BMI (∆ = -0,31±0,65 kg/m2), total massa lemak (∆=0,58±1,18 kg), prosentase lemak (∆ = - 0,58 ± 1,19%), lemak subkutan (∆ = - 0,53 ± 1,11 kg), dan rasio lingkar pinggang (∆ = - 0,01 ± 0,16) mengalami penurunan pada subjek yang diberi perlakuan konsumsi CLA. Dari hasil penelitian juga terdapat hasil yang tidak signifikan terhadap perubahan massa tubuh tanpa lemak setelah mengkonsumsi CLA selama 12 minggu. (12) Pada kelompok perlakuan yang terdiri dari 30 subjek (pria 11 orang dan wanita 19 orang) terdapat hasil dimana wanita memiliki total massa lemak dan prosentase lemak yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria.(12) Dalam penelitian juga didapatkan hasil pengaruh CLA terhadap nilai laboratorium. Didapatkan tingkat oxaloacetat transaminase, glutamat piruvat transaminase, Glu – AC, TC, TG, dan peningkatan LDL, sedangkan HDL menurun setelah 3 bulan dilakukan treatment. Tidak ditemukan hasil yang signifikan secara statistik pada nilai laboratorium antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.(12) 12 Pembahasan Setelah melihat hasil penelitian, dapat diketahui bahwa konsumsi suplementasi CLA secara signifikan dapat menurunkan berat badan, BMI, massa lemak tubuh, prosentase lemak, lemak subkutan, dan rasio lingkar pinggang pada subjek yang mengalami overweight dan obesitas tingkat 1. Penemuan tersebut bertolak belakang hasilnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Laso et al., yang menyimpulkan bahwa konsumsi susu bersamaan dengan konsumsi suplementasi 3 gram CLA selama 12 minggu secara signifikan menurunkan massa lemak pada subjek yang mengalami overweight, namun tidak pada subjek yang mengalami obesitas. Lain lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Gaullier et al yang menggunakan 3,4 gram CLA yang dikonsumsi perhari selama 6 bulan. Mereka menemukan bahwa CLA secara signifikan dapat menurunkan massa lemak tubuh pada 3 bulan. Penurunan massa lemak tubuh paling banyak ada di bagian kaki dan pada wanita yang memiliki BMI lebih dari 30 kg/m 2. Peneliti yakin bahwa perubahan massa lemak tubuh yang ditemukan pada subjek obesitas disebabkan karena penelitian yang dilakukan oleh Gaullier et al, menggunakan dosis CLA yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan dosis yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Laso et al, dimana dosis yang digunakan oleh Laso et al. lebih rendah yaitu hanya 3 gram.(12) CLA ternyata memiliki sifat memicu terjadinya peningkatan massa tubuh tanpa lemak. Blankson et al. menyatakan bahwa subjek yang mengalami overweight/obesitas menunjukkan peningkatan massa lemak tubuh sebesar 0,88 kg setelah mengkonsumsi CLA 6,8 gram/hari selama 12 minggu. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Steck et al. yang menyatakan bahwa subjek yang mengkonsumsi CLA dengan dosis 6,8 gram/hari selama 12 minggu mengalami kenaikan massa tubuh tanpa lemak sebesar 0,64 kg pada pria. Namun, pada penelitian tersebut juga menyatakan bahwa aktifitas fisik subjek diturunkan selama menjalankan proses penelitian.(12) Hasil yang kontroversi juga ditemukan dalam penelitian lain yang melihat pengaruh dari CLA terhadap metabolisme karbohidrat pada manusia. Riserus et al. menyatakan bahwa resistensi insulin meningkat kejadiannya pada populasi pria dengan metabolik sindrom setelah mengkonsumsi CLA selama 12 minggu dalam bentuk trans-10,cis-12-CLA isomer. Namun di dalam penelitian-penelitian yang 13 lain tidak menunjukkan adanya pengaruh CLA dalam bentuk trans-10,cis-12-CLA isomer terhadap kadar insulin, sensitivitas insulin, maupun resistensi insulin.(12) Berdasarkan rekomendasi untuk penanggulangan obesitas dari National Heart, Lung, and Blood Institute, terkait asupan makan, aktifitas fisik, dan/atau terapi kebiasaan dapat diberikan kepada orang yang membutuhkan penurunan berat badan. Selain itu, penggunaan suplementasi dalam bentuk apapun perlu diperhatikan. Masih banyak masyarakat yang masih awam terkait penggunaan suplementasi tersebut. Obat herbal dan interaksi antar obat dapat terjadi setelah konsumsi berbagai macam produk penurun berat badan. Oleh karena itu, harus berhati – hati dalam mengkonsumsi suplemen dalam bentuk apapun. Disarankan untuk selalu berkonsultasi dengan ahlinya.(12) Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konsumsi suplementasi CLA sebesar 3,4 gram perhari selama 12 minggu yang diberlakukan terhadap subjek overweight dan obesitas tingkat I menunjukkan hasil terjadinya penurunan indikasi obesitas.(12) 2. Efek CLA pada Enzim Hati Association of conjugated linoleic acid consumption and liver enzymes in human studies: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled clinical trials Latar Belakang Penelitian Enzim hati meningkat pada gangguan hati akut dan kronis yang berbeda. Kondisi hati kronis seperti steato hepatitis non alkoholik (NASH) dan penyakit hati berlemak non alkoholik (NAFLD) adalah cukup lazim. NAFLD dianggap sebagai salah satu penyebab paling umum dari penyakit hati kronis di seluruh dunia. Pengukuran laboratorium alanine aminotransferase (ALT), aspartat aminotransferase (AST), dan alkali fosfatase (ALP) digunakan untuk menilai penyakit hati. Diet asam linoleat terkonjugasi (CLA) memiliki efek menguntungkan pada lemak tubuh, kanker, dan penyakit kardiovaskular; namun, menunjukkan bahwa CLA menyebabkan hipertrofi hati dan steatosis hati.(13) 14 Efek CLA terhadap enzim hati tergantung pada berbagai bentuk CLA, sebagai makanan alami yang diperkaya dengan CLA dan suplemen CLA, yang memiliki berbagai efek dari enzim hati. Namun, berbagai jenis isomer CLA dan berbagai dosis menunjukkan hasil yang tidak konsisten dalam berbagai penelitian. Oleh karena itu, diperlukan review dari temuan kontroversial.(13) Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan konsumsi asam linoleat terkonjugasi (CLA) dalam dua bentuk makanan yang diperkaya atau ditambah dengan CLA terhadap serum enzim hati pada studi manusia.(13) Metode Penelitian : 1. Pencarian literatur Pencarian literature pada PubMed, Google Scholar, Cochrane Library, ScienceDirect, ProQuest, dan Ovid hingga Januari 2015 dengan menggunakan kata kunci terkait penelitian CLA seperti “cis-9, trans-11-conjugated linoleic acid”, “trans-10,cis-12-conjugated linoleic acid”, “non-alcoholic steatohepatitis (NASH)”, “non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD)”, “ALT”, “AST”, “ALP”, “APT”, dan “liver enzymes”. Literatur yang digunakan adalah studi yang meneliti efek dari suplementasi CLA atau makanan yang diperkaya dengan CLA terhadap konsentrasi enzim hati antara orang dewasa yang sehat. Perbedaan rata-rata dan perubahan SD pada serum enzim hati antara kelompok intervensi dan kontrol digunakan sebagai ukuran efek untuk meta-analisis. 2. Kriteria inklusi dan eksklusi a. Kriteria inklusi - RCT dalam desain; - Studi pada manusia; - Peserta dewasa sehat tanpa gangguan apapun; - Intervensi dilakukan dengan menggunakan suplemen CLA atau makanan yang diperkaya CLA ; dan - Penilaian serum AST, ALT, dan konsentrasi ALP digunakan sebagai variabel hasil. 15 b. Kriteria eksklusi - Studi pada hewan; - Studi dengan peserta pasien (misalnya, pasien diabetes); - Studi tentang kelompok umur bukan dewasa; - Studi non-RCT; - Percobaan di mana kelompok intervensi menerima bentuk campuran CLA (CLA dengan asam amino), dan - Studi tanpa data pelengkap atau tanpa kelompok plasebo.(13) 3. Penilaian kualitas Skor Jadad kuantitatif 5 point digunakan untuk menilai kualitas studi yang relevan berdasarkan pengacakan, penyembunyian alokasi pengobatan, pembutaan, kelengkapan tindak lanjut, dan penggunaan analisis intention-totreat. Salah satu nilai dialokasikan untuk setiap item dengan skor kemungkinan 0-5 (tingkat tertinggi kualitas). Studi dengan skor yang lebih tinggi yang dianggap memiliki kualitas yang lebih baik. 4. Kutipan data Pengambilan data termasuk nama terakhir penulis pertama, tahun publikasi, negara penduduk, jumlah individu dalam kelompok intervensi dan kontrol, durasi intervensi, usia, jenis kelamin, bentuk, dan dosis CLA dan plasebo, dan rata-rata dan perubahan SD ALT serum, AST, dan kadar ALP pada setiap kelompok intervensi dan plasebo. Tiga studi melaporkan rata-rata dengan SE dan dihitung nilai SD dari SE dan jumlah peserta pada setiap kelompok. Dalam review ini dihitung koefisien korelasi dengan menggunakan delapan artikel yang melaporkan perubahan rata-rata±SD, rata-rata±SD sebelum dan sesudah intervensi untuk ALT, enam artikel untuk AST, dan 2 artikel untuk kadar ALP, yang digunakan untuk menghitung perubahan mean dan SD. Dua studi membandingkan efek dari tiga dosis suplemen CLA: 6,4 g / hari dan 6,8 dan 3,4 g / hari dengan plasebo, dan ini termasuk sebagai dua studi terpisah di meta analisa. Dua bentuk CLA termasuk 4,5 g / hari CLA-asam lemak bebas (FFA) 80% (3,6 g isomer aktif c-9 t-11 dan t-10 c-12) dan 4,5 g / hari CLA-triasilgliserol (CLATG ) 76% (3,4 g isomer aktif c-9 t-11 dan t-10 c-12) telah diselidiki. Dalam studi lain, peserta diminta untuk mengkategori indeks massa tubuh (IMT) 16 menjadi 2 kategori: <30 kg / m2 dan > 30 kg / m2 pada kedua kelompok CLA dan placebo.(13) Hasil CLA dan ALP : Suplementasi CLA memberikan penurunan yang tidak signifikan pada level ALP (MD=-0.216: 95% Cl, -0,60 sampai 0,17; P = 0,28) CLA dan ALT : Analisis berdasarkan sumber asupan CLA menunjukkan bahwa suplementasi CLA meningkatkan level ALT cukup signifikan. Sementara itu makanan yang diperkaya dengan CLA tidak dapat meningkatkan level ALT secara signifikan. CLA dan AST : Analisis berdasarkan sumber asupan CLA menunjukkan bahwa suplementasi CLA dapat meningkatkan level AST secara signifikan, sementara makanan yang diperkaya dengan CLA dapat menurunkan level AST namun tidak signifikan.(13) Pembahasan Suplementasi CLA dapat meningkatkan level AST secara signifikan dibandingkan dengan placebo. Tidak ditemukan pengaruh yang signifikan pada level ALT dan ALP baik yang mengonsumsi makanan yang diperkaya dengan CLA maupun suplemen CLA.(13) Mekanisme CLA pada fungsi hati masih belum jelas. Meskipun begitu, penelitian pada tikus menunjukkan bahwa pengaruh CLA terhadap hati bisa jadi melalui reseptor yang mengaktivasi peroksisom proliferator (PPAR)α dan PPARβ/δ, dimana keduanya memiliki isomer CLA trans-10 cis 12 dan cis 9 trans 11 sebagai ligand. PPAR adalah reseptor inti pusat untuk glukosa dan homeostasis lemak. Inaktivasi PPAR dihepatosit berhubungan dengan peningkatan berat badan dan berat hati, dan menurunkan level AST dalam darah. Penelitian lain meneliti tentang regulasi isomer spesifik pada metabolism dan pensignalan PPARϒ oleh CLA pada preadiposit manusia. Penelitian tersebut menunjukkan CLA trans 10 cis 12 menurunkan ekspresi PPARϒ, sementara cis 9 trans 11 CLA meningkatkan ekspresi PPARϒ. Beberapa hal diatur secara positif oleh PPARϒ, seperti lipoprotein lipase (LPL), adipocyte protein 2 (aP2), dan acyl-coenzym A binding protein 17 (ACBP). Dalam penelitian ini diduga peningkatan level AST disebabkan oleh peran c9 t11 dalam tubuh.(13) Dalam review ini terdapat kekurangan dalam mengobservasi hubungn CLA terhadap kadar ALT. Namun, dari beberapa penelitian yang terobservasi, ditemukan bahwa suplementasi CLA dapat meningkatkan kadar ALT. Salah satu penelitian juga menyebutkan bahwa pemberian CLA dengan dosis yang sama dapat meningkatkan kadar ALT secara signifikan.(13) Dalam review ini juga tidak didokumentasikan hubungan antara CLA dan ALP. Tetapi ada penelitian yang menyebutkan bahwa CLA dapat menurunkan level ALP pada orang overweight yang sehat, namun tidak signifikan. Sementara itu penelitian lain menyebutkan bahwa suplementasi CLA dalam proporsi yang sama dapat meningkatkan level ALP pada orang overweight dan obesitas yang sehat.(13) Ketidaksesuaian hasil dari beberapa penelitian suplementasi CLA ini dapat disebabkan oleh bentuk CLA yang berbeda(TG atau FFA), dosis CLA (2,1-6,8 g pada supplement dan 1,17-3 g pada produk yang diperkaya dengan CLA), proporsi dan pengaruh isomer spesifik, perbedaan jenis kelamin subyek, dan berat badan subyek yang bervariasi.(13) Pada manusia, tidak ditemukan efek samping dari konsumsi CLA pada hati. Suatu penelitian menyebutkan pemberian CLA selama 3 minggu tidak memberikan efek samping pada kesehatan manusia. Tidak ada pula ketetapan mengenai dosis CLA yang direkomendasikan, meskipun beberapa penelitian membuktikan bahwa dosis yang diperlukan adalah 3 gram per hari, selain itu ibu hamil tidak direkomendasikan menonsumsi suplemen CLA.(13) ALT dan AST pada umumnya digunakan untuk mengecek fungsi hati. Peningkatan aktivitas ALT dan AST seringkali berhubungan dengan peningkatan lemak hati, meskipun beberapa peneliti tidak mengonfirmasi penemuan ini dan menunjukkan bahwa adanya peningkatan enzim hati tidak mengeluarkan diagnosis NAFLD. Dengan demikian, enzim hati bukan indicator yang tepat untuk diagnosis dan diagnosis NASH yang tepat membutuhkan biopsy hati. Oleh karena itu tidak dapat diklaim apakah CLA mempengaruhi kelainan hati atau tidak. Meskipun begitu, adanya peningkatan AST yang signifikan dalam penelitian ini, maka disimpulkan bahwa 18 suplementasi CLA dapat memberikan efek yang mengganggu pada NAFLD dan penyakit hati. (13) Hepatic steatosis diinduksi oleh CLA berhubungan dengan resistensi insulin, hiperinsulinemia, dan hiperglikemia. Pengaruh ini dapat menyebabkan lipodystrophy dan penurunan sekresi adipokine (leptin dan adinopectin) dimana adinopektin berperan dalam memerangi NAFLD. Dengan demikian, suplementasi CLA tidak bermanfaat pada NAFLD dan NASH.(13) Kesimpulan Suplementasi CLA berhubungan dengan peningkatan kadar AST yang signifikan dan tidak memberikan efek yang signifikan terhadap ALP dan ALT. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan dosis dan frekuensi konsumsi suplemen yang paling efektif.(13) 3. Efek CLA pada Diabetes Melitus Conjugated linoleic acid supplementation, insulin sensitivity, and lipoprotein metabolism in patients with type 2 diabetes mellitus Latar Belakang Beberapa penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa suplementasi asam linoleat terkonjugasi ( CLA ) memiliki potensi terapi terhadap sensitivitas insulin dan metabolisme lipid , pada penyakit kardiovaskular ( CVD ) yang merupakan faktor risiko penting terkait dengan diabetes mellitus tipe 2.(14) Tujuan Untuk mengetahui pengaruh suplementasi CLA dengan metabolisme glukosa,resistensi insulin , metabolisme lipoprotein , dan inflamasi CVD pada subyek dengan diabetes tipe 2.(14) Pengantar Sejalan dengan epidemi global mengenai diabetes tipe 2. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk mengidentifikasi strategi diet yang efektif untuk melemahkan pengaruh diabetes tipe 2, yang merupakan penyakit heterogen 19 ditandai dengan resistensi insulin jaringan sasaran yang tidak dapat diatasi dengan hipersekresi sel β. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan pengelompokan kelainan metabolik yang berhubungan dengan diabetes tipe 2 sebagai sindrom metabolik. Menyebabkan sensitivitas insulin terganggu; intoleransi glukosa, atau diabetes mellitus ditambah dengan ≥ 2 gangguan metabolik, termasuk obesitas, resistensi insulin, hipertensi, dislipidemia (peningkatan triasilgliserol plasma dan konsentrasi HDL-kolesterol rendah); dan mikroalbuminuria. Peradangan rendah, juga termasuk dalam diabetes tipe 2, telah terlibat dalam perkembangan aterosklerosis. Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di antara pasien diabetes tipe 2, sebagai akibat dari adanya beberapa faktor risiko utama untuk CVD pada populasi pasien ini.(14) Sedikit yang bisa dilakukan untuk mencegah kecenderungan genetik untuk diabetes 2, pelemahan dari pengaruh faktor risiko yang dapat dimodifikasi penting melalui faktor makanan dan gaya hidup. Conjugated linoleic acid (CLA) telah mendapat perhatian sebagai nutrisi terapi yang potensial terhadap resistensi insulin dan hiperlipidemia, yang merupakan karakteristik kunci dari diabetes tipe 2. CLA merujuk pada isomer posisi dan geometri asam linoleat dengan sistem ikatan ganda terkonjugasi. Studi yang dilakukan pada makanan hewan menunjukkan bahwa CLA mengurangi lemak tubuh, menurunkan massa tubuh, meningkatkan metabolisme lipid plasma, dan menghambat perkembangan dan dipromosikan regresi aterosklerosis. Relatif sedikit studi intervensi pada manusia.(14) Studi intervensi CLA pada manusia baru-baru ini menunjukkan bahwa suplemen CLA trans-10, cis-12 (t10, c12 CLA) memiliki efek negatif pada resistensi insulin, stres biomarker oksidatif dan peradangan pada pria obesitas yang memiliki tanda-tanda sindrom metabolik. Sebaliknya, kelompok ini menemukan bahwa suplemen menggabungkan cis-9, trans-11 (c9, T11) dan t10, c12 CLA meningkatkan konsentrasi triasilgliserol plasma dan metabolisme VLDL, tanpa efek samping pada insulin dan metabolisme glukosa, pada subyek sehat. Hasil yang bertentangan mungkin mencerminkan perbedaan dalam durasi studi, pengaturan studi, dan, yang paling penting komposisi suplemen. CLA adalah senyawa yang sangat heterogen, dan memiliki efek isomer tertentu yang berbeda . 2 isomer CLA pokok, c9, T11 dan T10, c12 CLA, telah memiliki efek kontras pada metabolisme dan efek molekul. Konsumsi suplementasi CLA c9, 20 T11 CLA meningkatkan lipid dan metabolisme glukosa, sedangkan konsumsi t10, c12 CLA dipromosikan dengan resistensi insulin dan dylipidemia.(14) Subyek dan Metode Penelitian ini disetujui oleh Komite Etika Bersama Rumah Sakit St James dan Federasi Dublin. Irlandia. Tujuan, sifat, dan risiko potensial dari penelitian ini dijelaskan sebelum diperoleh izin tertulis dari masing-masing relawan. 32 subyek dengan diabetes tipe 2 yang menghadiri Care Centre Diabetes Day di Rumah Sakit St James di Dublin dan subyek diabetes yang dikendalikan dengan terapi diet. Semua subjek memiliki kontrol metabolik stabil dengan konsentrasi hemoglobin terglikasi (Hb A1c) dari 6,83 ± 0,18 mmol / L dan konsentrasi glukosa darah ratarata puasa dari 7.33 ± 0.24 mmol / L. Tidak ada subjek menerima pengobatan farmakologis untuk kontrol glukosa atau tujuan menurunkan lipid. Hipertensi hadir di sekitar satu-setengah dari subyek. Namun, hanya subyek dengan tekanan darahnya yang stabil berpartisipasi dalam studi. Tidak ada perbedaan dalam prevelance hipertensi antara 2 kelompok. Selain itu, tidak ada dokumentasi penyakit makrovaskuler dalam catatan medis dari setiap peserta. Semua subjek memiliki berat badan yang stabil. Semua mengikuti pedoman makan sehat seperti yang direkomendasikan oleh American Diabetes Association. Subyek penelitian tidak mengkonsumsi suplemen asam lemak atau produk makanan lainnya yang diketahui mempengaruhi metabolisme penanda diabetes tipe 2.(14) Desain Penelitian Studi ini dilakukan secara acak, buta ganda, studi terkontrol plasebo dilakukan pada subyek yang rawat jalan. Subyek menerima 3,0 g CLA / d (enam kapsul 0,5-g; campuran 50:50 isomer c9, T11 dan T10, c12 CLA) atau plasebo (campuran minyak kelapa dan minyak kedelai) selama 8 minggu. Plasebo dirancang untuk mengandung campuran asam lemak yang kebiasaan wakil dari diet Barat. Semua suplemen yang disediakan oleh Loders Crooklann (Wormeveer, Belanda). Setiap subyek menerima kapsul 2 tumpuk , pada awal dan setelah minggu 4. Semua peserta diminta untuk mempertahankan kebiasaan makan dan gaya hidup mereka. Pengaruh perubahan diet, berat badan, dan aktivitas fisik dijelaskan kepada subyek.(14) 21 Penilaian Asupan Asupan makanan rata-rata harian dinilai dengan menggunakan dua catatan makanan, satu segera sebelum studi dan lainnya selesai pada akhir periode suplementasi . Langkah-langkah dalam porsi makanan standar , dan atlas makanan yang digunakan untuk mengukur ukuran porsi.(14) Pemeriksaan Klinis Subyek menghadiri Unit metabolik , Departemen Endokrinologi , Rumah Sakit St James , untuk pengambilan sampel darah setelah 12 jam puasa semalam sebelum dan sesudah intervensi ( minggu 0 dan 8 ) . Subyek menjauhkan diri dari latihan dan asupan alkohol berlebih selama 24 jam sebelum pemeriksaan dan menahan diri dari merokok pada pemeriksaan pagi hari.(14) Analisis biokimia Konsentrasi darah untuk pengukuran kolesterol, triasilgliserol, LDL, interleukin 6 (IL-6), insulin, dan C-peptida dikumpulkan dalam tabung serum. Darah untuk analisis HDL dan VLDL dikumpulkan dalam tabung berlapis EDTA. Sampel untuk analisis glukosa dikumpulkan dalam tabung yang mengandung sodium fluoride, dan darah untuk fibrinogen, protein C-reaktif (CRP), dan asam lemak analisis dikumpulkan dalam tabung yang mengandung sitrat. Sampel serum diizinkan untuk membeku selama 1 jam. Sampel untuk lipid, glukosa, insulin, Cpeptida, dan IL-6 dianalisis dengan segera disentrifugasi pada 1400 × g selama 10 menit pada suhu kamar. Sampel sitrat untuk CRP dan fibrinogen pengukuran dikumpulkan dan kemudian disentrifugasi pada 2000 × g selama 20 menit pada suhu kamar. Sampel darah dikumpulkan untuk analisis asam lemak disentrifugasi pada 200 xg selama 20 menit pada suhu kamar. Semua sampel yang tercantum di atas dibekukan segera dan disimpan pada - 70 ° C untuk analisis selanjutnya.(14) Konsentrasi glukosa plasma diukur dengan menggunakan penentuan enzimatik berdasarkan prinsip oksidase glukosa. Konsentrasi serum insulin dan C - peptida diukur dengan menggunakan fase solid,dan dua situs tes, pada 1235 Auto Delfia sistem immunoassay otomatis. Hb A1c dinilai dengan menggunakan HPLC analyzer otomatis.(14) 22 IL - 6 dan CRP tes dilakukan dengan menggunakan tes imun sensitivitaa tinggi pada manusia sesuai dengan instruksi masing-masing produsen . Kegiatan pembekuan fibrinogen diukur dengan menggunakan uji pembekuan otomatis.(14) Analisis komposisi asam lemak Kepatuhan protokol diverifikasi dengan melakukan penghitungan kapsul dan dengan pengukuran komposisi plasma asam lemak dengan menggunakan gas kromatografi cair (GLC). Total lipid plasma diisolasi dengan menggunakan metode Folch et al. Total metil ester plasma lipid disiapkan dengan menambahkan 0,5 mL 0,01 mmol NaOH / L dalam metanol kering dan kemudian menambahkan 0,5 mL boron trifluorida.(14) Pengukuran antropometri Berat badan diukur pada keseimbangan elektronik (hingga 0,1 kg) dengan tanpa sepatu. Tinggi dinilai dengan menggunakan stadiometer yang diukur dengan ketelitian 0,1 cm. Pinggang lingkar diukur pada lingkar minimum antara krista iliaka dan tulang rusuk.(14) Penyiapan data dan analisis statistik Semua analisis statistik dilakukan dengan menggunakan software DATA DESK (versi 6.0; Data Description Inc, Ithaca, NY). Data postprandial dinyatakan dalam ringkasan bentuk yaitu, daerah di bawah kurva postprandial (AUC), daerah tambahan di bawah kurva postprandial (IAUC), konsentrasi postprandial maksimum (Cmax), dan waktu untuk maksimal konsentrasi postprandial (Tmax). Data ini digunakan untuk menyelidiki variasi postprandial antara kelompok suplemen. AUC dihitung dengan menggunakan aturan trapesium, dan IAUC dihitung sebagai total AUC tambahan menurut Le FLOCH. Model penilaian homeostasis (HOMA) dihitung sebagai glukosa puasa (mg/dL) dikalikan dengan insulin puasa (μU/mL) dibagi dengan 22,5.(14) Analisis kovarians (ANCOVA), setelah kontrol nilai dasar dari variabel hasil, digunakan untuk mengidentifikasi perubahan signifikan dalam nilai-nilai biokimia setelah periode suplementasi dikontrol untuk konsentrasi baseline microalbumin dan kolesterol karena nilai-nilai dasar berbeda antara kelompok. Analisis tiga arah varians (ANOVA) dengan subjek, pengobatan, dan intervensi 23 sebagai variabel independen dan interaksi perlakuan dari intervensi digunakan untuk mengidentifikasi perubahan signifikan dalam komposisi asam lemak plasma.(14) Hasil Karakteristik subjek dan intervensi detail Karakteristik awal dari dua kelompok belajar dirangkum dalam sebuah tabel. Rerata usia, berat badan, indeks massa tubuh (BMI; kg / m2), lingkar pinggang, lingkar pinggul, WHR, persentase lemak tubuh, dan durasi diabetes tidak berbeda secara signifikan antara kelompok. Pengukuran antropometri tidak berubah setelah diberi CLA atau kontrol suplemen. Subyek mengkonsumsi 96,16% dari suplemen diresepkan. Kepatuhan tidak berbeda secara signifikan antara kelompok studi: 96,33% dan 95,83% dari suplemen yang digunakan oleh kontrol dan masing-masing CLA kelompok. Analisis diet, didasarkan pada dua catatan makanan, sebelum dan setelah intervensi, menunjukkan bahwa energi ratarata harian, makronutrien, serat makanan, kolesterol, asupan alkohol, dan kontribusi persentase terhadap total atau energi makanan tidak berbeda secara signifikan setelah CLA atau suplementasi placebo. Selain itu, berarti asupan gizi harian tidak berbeda secara signifikan antara kelompok sebelum atau sesudah intervensi.(14) Metabolisme insulin dan glukosa Pengaruh suplementasi CLA pada berbagai sensitivitas insulin dan kontrol glikemik ditunjukkan pada konsentrasi glukosa puasa. secara signifikan meningkat setelah suplementasi CLA (P<0,05). HOMA juga secara signifikan lebih tinggi setelah suplementasi CLA daripada setelah suplementasi kontrol (P=0,05). Kedua OGIS dan ISI (komposit) secara signifikan lebih rendah setelah suplementasi CLA daripada setelah suplementasi kontrol (P=0,05 dan P<0,05, masing-masing). Berulang-langkah ANOVA menunjukkan bahwa konsentrasi glukosa plasma, seruminsulin, dan C-peptida meningkat secara signifikan (P<0.001) selama OGTT. Baik sebelum dan sesudah intervensi, konsentrasi glukosa postprandial secara signifikan lebih tinggi pada kelompok CLA, sedangkan konsentrasi Cpeptida postprandial secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kontrol (P<0,01). Konsentrasi glukosa puasa secara signifikan lebih tinggi setelah 24 suplementasi CLA daripada setelah suplementasi kontrol (P<0,05). Konsentrasi glukosa postprandial tidak berubah secara signifikan dengan suplemen.(14) Metabolisme lipoprotein Tidak ada efek signifikan baik CLA atau suplemen kontrol pada konsentrasi total kolesterol LDL atau jumlah konsentrasi kolesterol HDL yang meningkat secara signifikan setelah suplementasi CLA (P<0,05). Kenaikan 7,9% konsentrasi kolesterol HDL total adalah karena peningkatan yang signifikan dalam konsentrasi HDL2 setelah suplementasi CLA (P< 0,05). LDL: HDL kolesterol secara signifikan berkurang setelah suplementasi CLA (P<0,01). Serum dan VLDL triasilgliserol dan konsentrasi kolesterol VLDL tidak signifikan diubah oleh salah satu suplemen.(14) Tanda peradangan dan koagulasi Pengaruh CLA dan kontrol suplementasi pada peradangan dan koagulasi juga ditentukan. Konsentrasi fibrinogen plasma secara signifikan lebih rendah setelah suplementasi CLA daripada setelah suplementasi kontrol (315,11± 7.34, 317,36± 5,56, 310,15± 5.84, dan 294,30± 5,87 mg / dL untuk kontrol seminggu , kontrol 8 minggu, CLA minggu , dan CLA 8 minggu , masing-masing) significan daripada suplementasi kontrol (P<0,01).(14) Diskusi Penelitian ini menentukan pengaruh suplementasi CLA pada beberapa faktor risiko CVD dengan terkontrol baik diabetes tipe 2 yang diobati dengan terapi diet saja. Mengingat peningkatan risiko CVD terkait dengan diabetes, penting untuk menyelidiki kemampuan terapi nutrisi untuk melemahkan pengaruh faktor risiko yang dapat dimodifikasi terkait dengan CVD pada kelompok pasien risiko tinggi ini. Toleransi glukosa dan sensitivitas insulin adalah pusat untuk diabetes tipe 2, dan karena itu merupakan OGTT dilakukan dan postprandial indeks diselidiki. Suplementasi CLA memiliki efek negatif pada konsentrasi glukosa puasa. HOMA adalah ukuran umum dari resistensi insulin, yang berasal dari konsentrasi insulin dan glukosa.(14) Dalam penelitian ini, suplemen CLA memiliki efek buruk pada resistensi insulin, peningkatan HOMA sebesar 19%. Konsentrasi glukosa plasma 25 postprandial telah dikutip sebagai faktor risiko independen untuk CVD pada orang dengan diabetes tipe 2. Konsentrasi glukosa dan insulin postprandial tidak meningkat secara signifikan setelah suplementasi CLA, tapi ISI (komposit), yang berasal dari tindakan puasa dan postprandial, menurun secara signifikan setelah suplementasi CLA.(14) Dalam kasus subyek dengan diabetes tipe 2, campuran CLA mengandung jumlah yang sama dari c9, T11 dan T10, c12 CLA tidak meningkatkan insulin dan metabolisme glukosa. Suplementasi CLA memiliki efek positif pada konsentrasi kolesterol HDL dalam penelitian ini. Telah dilaporkan bahwa, untuk setiap kenaikan 0,03 mmol / L konsentrasi HDL-kolesterol, ada pengurangan 2-3% diresiko penyakit jantung koroner (PJK). Dengan demikian, peningkatan kolesterol HDL setelah suplementasi CLA bisa mewakili pengurangan 7,3-11% . Oleh karena itu, efek dari suplementasi CLA pada LDL: HDL kolesterol pada diabetes tipe 2 mungkin manfaat klinis. Kurangnya efek pada CLA pada metabolisme triasilgliserol kontras dengan temuan sebelumnya penelitian ini.(14) 4. Efek CLA pada Antioksidan Antioxidant effects of the combination of conjugated linoleic acid and phytosterol supplementation in Sprague-Dawley rats Tujuan Penelitian Untuk menginvestigasi efek asupan suplementasi Conjugated Linoic Acid (CLA) dan fitosterol dan kombinasi mereka pada aktifitas enzim antioksidan dan biomarker peroksidasi lemak pada tikus sehat. Metode Penelitian Tikus percobaan terdiri dari 40 ekor yang dibagi menjadi lima grup dan menerima asupan suplementasi 2% dari minyak kedelai (grup S), minyak bunga matahari (grup LA) (control), campuran c9,t11 dan t10,c12 CLA (grup CLA), fitosterol (grup P) dan campuran CLA dan fitosterol (grup CLA+P) selama 9 minggu. Perhitungan dilakukan pada aktifitas enzim antioksidan pada aktifitas autoksidasi lemak dengan indikator plasma lemak dan liver. Kombinasi suplementasi CLA dan fitosterol mengabaikan asupan makanan, penambahan 26 berat badan, nilai plasma malodialdehid (MDA) dan glutation (GSH), serta aktifitas superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan glutation redukstase (GRd). Hasil Penelitian Binatang tampak sehat saat proses penelitian dan menerima dengan baik makan yang bersuplemen. Dari hasil statistik asupan makanan p<0,05 dibawah dari kelompok CLA dibandingkan dengan kelompok studi. Tapi ukuran berat badan naik hampir sama disetiap kelompok. Suplementasi CLA meningkat secara signifikan 3,7 kali aktifitas plasma CAT dan 60% plasma 8-isoprostan dibandingkan dengan kelompok S p<0,05. Dalam tambahannya hubungan antara CLA dan phytosterols mampu untuk mengembalikan CAT dan 8-isoprostan ke level basal, sejak indikator CLA+Kelompok P secara statistika sama dengan S grup. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok experimental untuk plasam level GSH, GRd dan aktifitas GPx (P>0,05). Kelompok CLA dan P titik terendah (15.16± 1,23 U/mL) dan tertinggi (23.38±2.33 U/mL) aktifitas plasma SOD masing-masing (p<0,05). Kelompok CLA+P menampilkan nilai SOD sama dengan kelompok S. Kelompok LA, CLA dan P menampilkan pengurangan yang signifikan pada plasma level MDA 48% (P<0,05) dibandingkan dengan kelompok S. Suplementasi dengan CLA, phytosterols dan campuran (CLA+P) menampilkan penurunan signifikan pada level MDA 50% dibandingkan dengan S dan kelompok LA. Peroximals, β-oxidation, telah diregulasikan oleh peroxisome proliferator activated receptors (PPAR), seperti PPARα. Jika terdapat perubahan aktifitas dapat mempengaruhi konsentrasi dari 8-isoprostan. Beberapa studi mengarahkan pada pengembangan stress oksidatif dengan determinasi dari 8-isoprostan pada model yang berbeda termasuk manusia. Bagaimanapun, pada kenyataannya suplementasi CLA+P pada hewan sama dengan 8-isoprostan dibandingkan dengan kelompok S. Kesimpulan Kombinasi diet pada CLA dan phytosterols menyebabkan peningkatan status antioxidan, penurunan pada lipid peroxidastion dan memproteksi dari kemungkinan suplementasi CLA yang menyebabkan stress oksidatif pada tikus. Bagaimanapun, efek metabolik dari hubungan difergen dan tidak sempurna 27 dijelaskan, jadi investigasi lebih lanjut membutuhkan klarifikasi dalam penemuan sinergisitas dan hubungan antara CLA dan phytosterol. (15) 5. Efek CLA pada Aterosklerosis Selective Effect of Conjugated Linoleic Acid Isomers on Atherosclerotic Lesion Development in Apolipoprotein-E Knockout Mice Tujuan Untuk mengetahui pengaruh isomer Conjugated Linoleic Acid pada perkembangan lesi aterosklerosis pada tikus. (16) Pengantar Efek potensial dari CLA pada aterosklerosis masih sangat kontroversial. Penelitian in vivo melaporkan bahwa CLA memiliki efek anti aterogenik pada kelinci dan hamster. Sebaliknya, pada penelitian lain menyebutkan bahwa tikus yang diberikan CLA mengalami peningkatan perkembangan lesi aterosklerosis. Mekanisme anti atrerogenik pada CLA masih belum jelas. Hal yang menjadi kunci isu dari CLA adalah pada komposisi yang digunakan pada intervensi dengan CLA. Isomer CLA yang berbeda akan menghasilkan efek yang berbeda pada metabolisme lemak dan resistensi insulin. Penelitian ini menguji hipotesis yang menyatakan bahwa isomer utama pada CLA memiliki memiliki efek spesifik pada perkembangan lesi aterosklerosis yang dapat menjelaskan variabilitas antara berbagai penelitian yang telah dilakukan. Tikus yang mengalami kekurangan ApoE dipilih karena tikus ini dapat mengalami efek spontan pada perkembangan aterosklerosis dan dapat menjadi media yang baik untuk melihat efek dari intervensi asupan. Metode Hewan Coba Sampel adalah 29 tikus jantan berusia 3 bulan yang mengalami defisiensi apoE. Kolesterol dan konsentrasi trigliserida diperkirakan dari awal pada sampel diambil dari pleksus retroorbital pada hewan setelah puasa semalaman, dan digunakan untuk mendistribusikan secara acak pada tiga kelompok dengan konsentrasi yang sama. Tikus ditempatkan pada kandang 28 yang steril dengan pencahayaan selama 12 jam sehari dan diberikan akses untuk makan dan minum. Makanan ditentukan menggunakan kandang metabolik dan berat badan dicatat mingguan di seluruh percobaan. Asupan Asupan makan diberikan secara semi-purified yang semuanya adalah isokalorik dan isonitrogen berisi 0.15% kolesterol dan 30% energi dari lemak. Asupan SFA, MUFA, dan PUFA diberikan dengan proporsi yang sama ( masing-masing 40%, 33% dan 27% dari total lemak). PUFA diberikan yang mengandung asam linoleat dan CLA. Makanan disimpan dalam suhu -20oC. Diet diberikan setiap hari selama 12 minggu. Determinasi Biokimia Setelah masa percobaan, tikus akan dimatikan lemas dengan CO2 dan darah diambil dari hatinya. Plasma NEFA, konsentrasi kolesterol trigliserida diukur dalam uji mikrotiter. Kolesterol HDL dilihat dengan cara yang sama setelah pengendapan apoB mengandung partikel asam fosfotungstat. Pengukuran dari total 8-iso-prostaglandin dilakukan oleh immunoassay. Evaluasi Lesi Aterosklerosis Jantung dan pembuluh arteri diperfusi dengan phosphate-buffered saline bawah tekanan fisiologis. Hati dan aorta dibedah dan dibersihkan. Untuk studi pada wajah, aorta disimpan dalam formalin netral. Aorta pada dasar hati diambil, dipindahkan ke liquid UCT (Bayer Diagnostik, Jerman) dan dibekukan dalam cairan N2-cooled isopentana. Rata-rata ukuran lesi menggunakan evaluasi morfometrik. Gambar diambil dengan mikroskop Nikon yang dilengkapi dengan kamera digital Cannon. Hasil Efek isomer khusus CLA pada metabolisme lemak dan berat badan Tikus yang diberikan diet CLA isomer t10, c12 menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrok dan tikus yang diberikan diet CLA isomer c9,t11. Konsentrasi kolesterol plasma tidak signifikan antara kelompok eksperimen. Diet c9,t11 secara signifikan 29 mengurangi kolesterol plasma dan konsentrasi NEFA, serta meningkatkan konsentrasi apo A-1 dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sebaliknya, diet t10,c12 secara signifikan meningkatkan total kadar kolesterol HDL plasma, trigliserida dan konsentrasi NEFA dan mengurangi tingkat apo-A1 dibandingkan dengan kontrol dan diet isomer c9,t11. Konsentrasi apoB plasma secara signifikan lebih besar pada isomer t10,c12 dibandingkan dengan diet isomer c9,t11 tetapi tidak dengan kelompok kontrol. Selain itu, untuk diet isomer t10, c12 dikaitkan dengan hiperglikemia dan sebaliknya c9,t11 justru mengurangi glukosa plasma dan konsentrasi insulin. Perbedaan efek isomer CLA pada daerah lesi aterosklerosis Secara signifikan terdapat lebih banyak ekstensi pada dorsal dan lumbar menunjukkan fokus sterosklerosis setelah pemberian diet CLA isomer t19,c12. Sebaliknya, arkus aorta tidak menunjukkan perubahan antar kelompok, yang menunjukkan bahwa aterosklerosis di wilayah ini jenuh dan tidak sensitif terhadap inervensi diet. Hasil ini jelas menunjukkan perkembangan selektif aterosklerosis tergantung pada isomer CLA yang digunakan. Efek isomer CLA pada stabilitas plak aterosklerosis Adanya sel-sel otot yang lebih halus dan kadar serat dalam plak pada kelompok kontrol dan kelompok diet dengan isomer c9,t11 dibandingkan dengan isomer t10,c12. Pengaruh isomer CLA pada parameter oksidatif dan inflamasi Isomer t10,c12 secara signifikan meningkatkan level plasma 8-isoprostaglandin F2 dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok isomer c9,t11. Aktivitas chitotriosidase secara signifikan meningkat setelah diberikan diet CLA isomer t10,c12 dibandingkan dengan kelompok kontrol dan diet isomer CLA c9,t11. Plasma MPC-1 meningkat pada siet isomer c9,t11 dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok isomer t10,c12. (16) 30 Daftar Pustaka 1. Wysong RL. Lipid Nutrition. Understanding Fats and Oils in Health and Disease. Michigan, USA: Inquiry Press; 1990. 2. The Institute for Functional Medicine. Phytonutrient Spectrum Comprehensive Guide. 2014. 3. Kock PHL D. The Effect of Dietary Conjugated Linolei Acid Supplementation on The Physicochemical Nutritional. 2012. 4. Ryder JW, Portocarrero CP, Song XM, Cui L, Yu M CT. Isomer-Specific Antidiabetic Properties of Conjugated Linoleic Acid. (13):1149–57.). 13(1149):57. 5. Aydin. Conjugated Linoleic Acid : Chemical Structure , Sources and Biological Properties. 2005;29:189–95. 6. Churruca I, Fernández-Quintela A, Portillo MP. Conjugated linoleic acid isomers: differences in metabolism and biological effects. Biofactors. 35(1):105–11. 7. Chardigny JM, Brugere CM, Sebedio JL. CLAs, Nature, Origin and Some Metabolic Aspects. Janvier-Fevrier. 2005;12(1):18–21. 8. T P. Pemberian Conjugated Linoleic Acid Menurunkan Berat Badan Dan Mengurangi Lingkar Perut Lebih Banyak Daripada Phosphatidyl Serine Pada Perempuan Obese. 2011;42–3. Available from: http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-14081211194090-tresiaty tesis.pdf 9. Cossio MLT, Giesen LF, Araya G, Pérez-Cotapos MLS, Vergara RL, Manca M, et al. No Title No Title. Uma ética para quantos? 2012. 10. Dj C. Brief Review Conjugated Linoleic Acid ( CLA ) -An Overview. 2011;4(3):12–8. 11. Belletti N, Gatti M, Bottari B, Neviani E, Tabanelli G, Gardini F. Antibiotic resistance of lactobacilli isolated from two italian hard cheeses. J Food Prot. 2009;72(10):2162–9. 12. Effect of conjugated linoleic acid supplementation on weight loss and body fat composition in a Chinese population. Nutrition. 2012; 13. Mirzaii S, Mansourian M, Seyedeh-Masomeh Derakhshandeh-Rishehri, Kelishadi R, Heidari-Beni M. Association of conjugated linoleic acid consumption and liver enzymes in human studies: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled clinical trials. Nutrition. 2015; 14. Moloney F, Yeow T, Mullen A, Nolan JJ, Roche HM. Conjugated linoleic acid supplementation , insulin sensitivity , and lipoprotein metabolism in patients with type 2 diabetes mellitus 1 – 3. 2004;(2). 31 15. Marineli RDS, Marques AYC, Furlan CPB, Maróstica MR. Antioxidant effects of the combination of conjugated linoleic acid and phytosterol supplementation in SpragueDawley rats. Food Res Int. Elsevier Ltd; 2012;49(1):487–93. 16. Arbonés-Mainar JM, Navarro M a, Guzmán M a, Arnal C, Surra JC, Acín S, et al. Selective effect of conjugated linoleic acid isomers on atherosclerotic lesion development in apolipoprotein E knockout mice. Atherosclerosis [Internet]. 2006 Dec [cited 2015 Dec 11];189(2):318–27. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16530768 32