BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian dan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Pengertian dan Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukan oleh angka
systolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah). Hipertensi
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian. Secara
umum hipertensi merupakan masalah kesehatan yang ditandai oleh
tekanan darah sistolik presisiten di atas 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik di atas 85 mmHg (Kurniawan, 2006). Menurut WHO, (2010)
yaitu tekanan darah yang masih di anggap normal adalah 140/90
mmHg, sedangkan tekanan darah ≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi.
Hipertensi adalah suatu gangguan keadaan dimana tekanan darah
seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan sistolik) dan 90 mmHg
(tekanan diastolik). Tekanan sistolik merupakan fase darah yang
dipompa oleh jantung dan tekanan diastolik menunjukan fase darah
kembali ke dalam jantung (DepKes RI, 2006). Sedikit berbeda dengan
apa yang dikemukakan oleh Sustrani, (2006) bahwa hipertensi
merupakan salah satu gangguan pembuluh darah yang menyebabkan
suplay darah yang berisi oksigen melibatkan jantung harus memompa
darah keseluruh tubuh lebih kuat.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, (2009) berdasarkan
tingginya tekanan diastolik, yaitu:
a.
Hipertensi derajat I yaitu, jika tekanan diastoliknya 95109mmHg.
b.
Hipertensi derajat II yaitu, jika tekanan diastolnya 110119mmHg.
c.
Hipertensi derajat III yaitu, jika tekanan diastoliknya lebih
dari 120 mmHg.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Commite 7
(2007) yaitu:
Kategori
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tahap 1
Hipertensi tahaap 2
Sistol (mmHg)
< 120
210-139
140-159
≥ 160
Diastole (mmHg)
< 80
80-89
90-99
≥ 100
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18
Tahun Keatas
Kategori
Normal
Normal tinggi
Hipertensi Stadium 1 (ringan)
Hipertensi Stadium 2 (sedang)
Hipertensi Stadium 3 (berat)
Hipertensi Setadium 4 (SB)
Sistole (mmHg)
< 130
130-139
140-159
160-179
180-209
≥ 210
Distole (mmHg)
<85
85-89
90-99
100-109
110-119
≥ 120
Sumber : Brunner & Suddarth (2001)
2. Epidemiologi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada system peredaran darah
yang mengganggu kesehatan masyaraakat. Umumnya terjadi pada
manusia yang berusia setengah baya (>40 tahun). Namun banyak yang
tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi akibat gejalanya
tidak nyata. Pada stadium awal, hipertensi belum menimbulkan
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
gangguan yang serius. Sekitar 1,8% - 28,6% penduduk dewasa
penderita
hipertensi.
Pervalensi
hipertensi
di
seluruh
dunia
diperkirakan antara 15-20% (Depkes RI, 2006).
3. Jenis Hipertensi
Jenis hipertensi ada dua golongan menurut Udjianti, (2010) yaitu:
a. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya diantaranya adalah seperti genetik, jenis
kelamin, dan usia, konsumsi diit tinggi garam dan lemak, berat
badan (obesitsa > 25% diatas BB ideal), gaya hidup, merokok
dan mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
b. Hipertensi sekunder misalnya dalam penggunaan kontasepsi
oral, neurogenik (tumor otak, gangguan pesikiatris), kehamilan
dan stress. Hipertensi sekunder terjadi karena dari penyakit
lain, seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat-obatan.
4. Penyebab Hipertensi
Hipertensi disebabkan oleh faktor yang kompleks, yang belum di
ketahui
kepastian
etiologinya.
Perkembangan
penyakit
ini
berhubungan dengan abnormalitas struktur fungsi faskuler yang
menyebabkan kerusakan jantung, ginjal, otak dan pembuluh darah
dengan akibat morbiditas dan kematian dini (Susalit, 2001).
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
Menurut Bustam, (2009) Faktor yng menyebabkan hipertensi
terbagi menjadi dua yaitu:
a. Faktor yang dapat dikontrol, pada faktor yang dapat di
kontrol antara lain obesitas, disiplidemia, stress, aktifitas
fisik, merokok, konsumsi garam yang berlebihan, dietrik,
kebiasaan makan dan konsumsi alkohol.
b. Faktor-faktor yang dan faktor yang tidak dapat di kontrol
seperti usia, jenis kelamin, dan Ras.
Hipertensi juga berhubungan dengan komposisi tubuh, asupan
makanan, faktor emosi, dan gaya hidup. Berhubung dari 90%
penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi
primer maka secara umum yang disebut hipertensi primes (esensial)
(Kusmana, 2007).
1) Faktor yang dapat diubah:
a) Obesitas
Kelebihan berat badan meningkatkan resiko seseorang
terserang penyakit hipertensi. Semakin besar masa tubuh,
maka semakin banyak pula darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Maka
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
meningkat, sehingga akan memberi tekanan lebih besar ke
dinding arteri. Selain itu obesitas dapat meningkatkan
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah
(Martuti, 2009).
b) Stress
Stress adalah interaksi antara seseorang dengan lingkungan
termasuk penilaian seseorang terhadap tekanan dari suatu
kejadian dan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi
tekanan tersebut, keadaan ini diikuti respon secara psikologi
antara lain berupa emosi, kecemasan, depresi, dan perasaan
stress. Sedangkan respon secara fisiologis dapat berupa
rangsangan
fidik
meningkat,
berkeringat,
jaantung
perut
mules,
badan
berdebar-debar.
Respon
secara
perilaku antara lain mudah marah, mudah lupa, dan susah
berkosentrasi (Stuart, 2007).
c) Merokok
Individu yang terus menerus menggunakan tembakau
cenderung
meningkatkan
risiko
hipertensi,
hal
ini
disebabkan karena adanya konsumsi komulatif dari
penggunaan
tembakau.
Apapun
yang
menimbulkan
ketegangan pembuluh darah dapat menaikan tekanan darah,
termasuk
nikotin
yang
ada
dalam
rokok.
Nikotin
merangsang system syaraf simpatik, sehingga pada ujung
syaraf melepaskan hormon stress norepineprihne dan segera
meningkat hormone reseptor alpha. Hormon ini mengalir
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
dalam pembuluh darah dan seluruh tubuh. Oleh karena itu
jantung akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh darah
akan
mengkerut.
Selanjutnya
akan
menyebabkan
penyempitan pembuluh darah dan menghalangi arus darah
secara normal, sehingga tekanan darah meningkat (WHO,
2009).
Nikotin akan meningkatkan tekanan darah dengan
merangsang untuk melepaskan system hormonal kimia,
yaitu norephinephirin melalui syaraf adrenegrik dan
meningkatkan katekolamin yang dikeluarkan medulla
adrenal. Volume darah merupakan faktor peting yang harus
diperhitungkan pada system pengendalian darah. Karene
volume darah dan jumlah kapasitas pembuluh darah harus
selalu sama dan seimbang jika terjadi perubahan diameter
pembuluh darah (penyempitan pembuluh darah) maka akan
terjadi perubahan pada nilai osmotil (Ibnu, 2006).
d)
Aktivitas Fisik
Kurang melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan
resiko seseorang terserang penyakit hipertensi. Hal ini
berkaitan dengan masalah kegemukan. Orang yang tidak
aktif, cenderung memiliki frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi, Sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras
pada saat kontraksi (Martini, 2009).
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
e)
Konsumsi alkohol yang berlebihan
Alkohol juga dihubungkan dengan peningkatan darah
peminum
alkohol
berat
akaan
cenderung
hipertensi
messkipun mekanisme timbulnya hipertensi yang pasti
belum diketahui. Beberapa studi menunjukan hubungan
langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol dan
diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah
baru nampak apabila mengonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas
ukuran setandar setiap harinya (Karyadi, 2005).
f)
Konsumsi garam yang tinggi
Tingginya konsumsi garam mengakibatkan tekanan darh
meningkat.
Penelitian
telah
membuktikan
bahwa
pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan
darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik
akan menurunkan tekanan darah. Garam terdapat dua
komponen mineral, natrium dan klorida yang sangat
dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit,
asam basa, transmisi syaraf, serta kontaksi otot. Garam
adalah zat tambahan makanan sesudah gula, yang
digunakan atau disalahgunakan. Apabila mengkonsumsi
garam terlalu banyak dari yang dapat di olah oleh ginjal
maka kelebihan garam akan ditimbun dan harus dicairkan
sebelum tubuh menanganinya. Jadi tubuh harus menahan
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
berkilogram air, hanya untuk menjaga agar kelebihan garam
tetap cair. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah, karena
ginjal harus mendorong cairan garam itu melalui penyaringpenyaring yang terdapat pada ginjal (Bustam, 2007).
g) Kurang Serat
Buah-buahan sayuran segar mengandung serat tinggi yang
dapat menurunkan kadar kolestrol darah. Kolestrol yang
tinggi
akan
membentuk
plak
dalam
arteri,
dan
mempersempit arteri yang dapat meningkatkan tekanan
darah setiap gram konsumsi serat dapat menurunkan
kolestrol,
rata-rata
2,2
mg/dl
konsumsi
serat
juga
menghindari kelebihan gula dan natrium, serta dapat
menurunkan berat badan dan mencegah kegemukan. Faktorfaktor yang mempengaruhi tekanan darah dalam sehari
dianjurkan oleh Dietary Guidelines For American untuk
mengkonsumsi makanan mengandung serat 20-35 gram.
Rata-rata
penduduk
Indonesia
konsumsi
serat
pada
makanannya tergolong rendah, menurut hasil penelitian
Puslitbang Gizi Bogor berkisar 10-15 gram/hari (Martini,
2009).
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
2) Faktor yang tidak dapat dikontrol
a) Umur
Penambahan usia dapat meningkatkan penambahan resiko
terjangkitnya penyakit hipertensi. Walaupun penyakit
hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi sering
menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih
dan khususnya pada lansia. Meningkatnya tekanan darah
seiring dengan bertambahnya usia memang sangat umum.
Hal ini disebabkan karena ada perubahan alami pada
jantung, pembuluh darah, dan hormon. Namun perubahan
ini disertai dengan faktor yang lain bisa memicu terjadinya
penyakit hipertensi (Crown, 2011).
b) Jenis kelamin
Faktor gander berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi,
dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi
dibandingkan wanita, dengan ratio sekitar 2,29 untuk
kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan
tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup
yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan wanita. Namun setelah memasuki
monopose, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan
setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan
oleh faktor hormonal (DepKes RI, 2006).
c) Ras
Berbagai golongan etnik dapat berbeda dalam kebiasaan
makan, genetika, gaya hidup dan sebagainya yang
mengakibatkan angka kesakitan dan kematian. Pada
kelompok orang dewasa di Amerika, kenaikan tekanan
darah seiring umur dijumpai lebih banyak pada orang
berkulit hitam dari pada berkulit putih (Darmojo, 2009).
5.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada penderita
hipertensi menurut Nurarif , (2013) yaitu :
a.
Tidak ada gejala
Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan
perubahan kondisi tubuh. Seringkali hal ini yang menyebabkan
banyak penderita hipertensi terlalu mengabaikan kondisinya
karena memang gejala atau keluhan yang tidak dirasakan.
b.
Gejala yang lazim
Gejala yang lazim pada penyakit hipertensi adalah nyeri kepala
dan
kelelahan.
Beberapa
penderita
yang
memerlukan
pertolongan medis karena mereka mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual, muntah,
epistaksin, kesadaran menurun.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
Menurut Martuti, (2009). Hipertensi berat biasanya akan
menimbulkan keluhan yang sangat nampak yaitu : sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak napas, napas pendek (terengahengah), gelisah, pandangan mata kabur dan berkunang-kunang,
emosional, telinga berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat,
nyeri kepala bagian belakang dan di dada, otot lemah, terjadi
pembengkakan pada kakai dan pergelangan kaki, keringat
berlebihan, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur,
impotensi, pendarahan di urine, bahkan mimisan.
6.
Pengendalian Tekanan Darah
Hipertensi memang penyakit berbahaya, namun bukan
berarti orang akan menderita penyakit ini seumur hidupnya, karena
penyakit
hipertensi
dapat
dikontrol,
untuk
itu
dibutuhkan
pengendalian tekanan darah yang tepat dan berkesinambungan.
Salah satu masalaah utama dalam mengontrol hipertensi adalah
kemampuan penderita hipertensi
untuk patuh terhadap intruksi
tenaga kesehatan (WHO, 2009).
Penatalaksanaan penderita hipertensi dapat dibagi menjadi
dua yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Menurut
Junaidi (2010), yaitu :
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Merupakan pengobatan tanpa menggunakan obat-obatan yang
diterapikan untuk hipertensi, dengan cara ini penurunan tekanan
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
darah diupayakan untuk merubah kebiasaan
yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipertensi yaitu :
1) Penderita
hipertensi
yang
obesitas
dianjurkan
untuk
mengurangi berat badan sampai batas ideal dengan cara diit
yang diatur porsi makannya.
2) Mengurangi penggunaan garam sampai kurang dari 2-3 gram
natrium perhari atau 6 gram natrium klorida setiap setiap
harinya yang disertai dengan asupan kalsium, magnesium,
dan kalium yang cukup.
3) Managemen stress agar tidak terlalu mempengaruhi pikiran.
4) Melakukan olahraga secara teratur.
5) Berhenti merokok.
6) Berusaha membina hidup yang positif.
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Merupakan pengobatan yang didasarkan pada obat-obatan medis.
Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan jangka panjang
bahkan mungkin sampai seumur hidup. Diantaranya yaitu :
1) Obat yang terkenal dari jenis beta-blocker adalah propanolol,
atenolol, pindolo dan sebagainya.
2) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non
adrenalin sehingga menurunkan aktivitas syaraf adrenergic
perifer dan turunnya tekanan darah. Penggunaan obat ini
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
perlu memperhatikan efek hipertensi ortostatik. Obat yang
termasuk jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan
Metildopa.
a) Vosodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan
dinding arteriole sehingga daya tahan perifer berkurang
dan tekanan darah menurun, obat yang termasuk dalam
jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine
b) Antagonis Kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat
pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot polos
pembuluh darah dengan efek vasodilatasi dan turunnya
tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang
terkenal adalah Nifedupine dan Verapamil.
B. Dukungan Keluarga
1.
Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat merupakan
penerimaan asuhan keperawatan, keluarga berperan menentukan cara
asuhan keperawatan yang diperlukan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan. Bila salah satu dari anggota keluarga
mengalami masalah kesehatan, maka sistem didalam keluarga akan
terganggu (Friedman, 1998).
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
Menurut pendapat (Gillis & Davis, 1993 ; dalam Friedman 1998),
mengungkapkan keluarga merupakan sumber daya penting dalam
pemberian layanan kesehatan, baik bagi individu maupun keluarga
saat perawatan di fokuskan pada keluarga, efektifitas perawatan
terbukti meningkat.
2.
Fungsi Keluarga
Beberapa fungsi keluarga menurut Friedman, (1998) yaitu :
a. Fungsi afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian)
Untuk
stabilitas
keperibadian
kebutuhan-kebutuhan
anggota
keluarga
keluarganya
dalam
memenuhi
termasuk
dalm
mendapatkan kesehatan yang layak.
b. Fungsi sosialisasi
Untuk sosialisasi primer yang bertujuan untuk membuat anggota
keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif
c. Fungsi reproduktif
Menjaga kelangsungan generasi dan keberlangsungan hidup
anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektif.
e. Fungsi-fungsi keperawatan kesehatan
Untuk pengadaan, perawatan dan penyediaan kebutuhankebutuhan fisik hingga kebutuhan akan perawatan kesehatan
untuk anggota keluarga.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
3. Tugas Keluarga
Beberapa tugas keluarga menurut Friedman (1998) yaitu :
a.
Mampu mengatasi dan megambil keputusan yang tepat bila
terdapat masalaah dalam keluarga tersebut.
b.
Mengenal maslah, keluarga harus mampu mengenali masalah
kesehatan yang ada didalam keluarga.
c.
Merawat anggota keluarga yang sakit.
d.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sudah ada.
e.
Memelihara lingkungan.
Dari fungsi dan tugas keluarga di atas, dapat disimpulkan bahwa
peran keluarga merupakan sumber utama dalam memberikan sebuah
layanan kesehatan bagi anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
4. Jenis Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami,
istri, anak. Keluarga berfungsi sebagai system pendukung bagi
anggota keluarganya, tetapi anggota keluarga memandang bahwa
orang
yang
besifat
mendukung
selalu
siap
memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).
Dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga
dipandang
sebagai
bagian
yang
tidak
terpisahkan
dalam
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
lingkungan keluarga. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat
penting terhadap pembentukan identitas seseorang individu dan
perasaan harga diri. Keluarga memainkan suatu peran yang bersifat
mendukung selama masa penyembuhan dan pemulihan terhadap
anggota yang mengalami masalah kesehatan. Apabila dukungan
semacam ini tidak ada maka keberhasilan penyembuhan atau
pemulihan sangat berkurang (Friedman, 1998).
Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan internal,
seperti dukungan dari suami, istri, atau dukungan dari saudara
kandung, dan dukungan eksternal seperti dukungan dari sahabaat,
teman, maupun petugas kesehatan (Kuspiatiningsih, 2009).
Menurut
Friedman,
(1998)
terdapat
empat
dimensi
dukungan keluarga yaitu :
a.
Dukungan emosional
Meliputi ungkapan empati, perhatian dan kepedulian yang
bersangkutan dengan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan. Misalnya umpan balik dan penegasan dari
anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman
untuk pemulihan penguasaan emosi.
b. Dukungan Instrumental
Dukungan ini bersifat nyata, bertujuan untuk meringankan
beban ataau masalah bagi individu. Sehingga keluarga
merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
c. Dukungan Informasi
Dukungan ini di berikan dalam bentuk informasi, nasehat dan
petunjuk tentang penyelesaian masalah. Keluarga merupakan
penyebar informasi yang dapat memberikan dukungan
pengawasan, serta semangat terhadap pola hidup sehari-hari.
d. Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat, atau positif untuk anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehtan. Misalnya : pujian,
reward terhadap tindakan atau penyampaian pesan ataupun
masalah, keluarga berperan sebagai pembimbing seperti
dorongan bagi anggota keluarga.
5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kesehatan
Secara umum dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi
sebagai koping. Baik dukungan sosial keluarga internal maupun
eksternal terbukti bermanfaat bagi keluarga saat mengalami masalah
gangguan kesehatan (Friedman, 1998).
Status sehat atau sakit para anggota keluarga dan anggota
mempengaruhi satu sama lain. Satu penyakit dalam keluarga
mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi
jalannya suatu penyakit dan setatus kesehatan anggota keluarga.
Keluarga cenderung menjadi seorang reactor terhadap masalahmasalah kesehatan dan menjadi actor dalam menentukan masalahmasalah kesehatan anggota keluarga, keluarga juga harus dilibatkan
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
dalam program pendidikan dan penyuluhan dan proses terapeutik
pada setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga, mulai dari
keadaan sehat (ketika mulai diajarkan pengenalan kesehatan dan
strategi kesehatan) hingga tindakan dan penyembuhan. Agar
keluarga mampu mendukung usaha penderita untuk mengendalikan
hipertensi, ini dapat memberi arti adanya hubungan yang seimbang
antara penderita dengan keluarganya dimana kedua pihak tersebut
dapat mengungkapkan kebutuhan dan kepentingan mereka secara
terbuka (Friedman, 1998).
Penyuluhan, bimbingan dan dorongan secara terus-menerus
biasanya diperlukan agar penderita hipertensi tersebut dapat atau
mampu
melaksanakan
rencana
yang
dapat
diterima
untuk
mengendalikan hipertensi dan mematuhi aturan terapinya. Keluarga
selalu dilibatkan dalam memenuhi kebutuhan pasien, mendukung
kepatuhan terhadap program terapi dan mengetahui kapan harus
mencari pertolongan dari professional kesehatan, Keluarga juga
harus
memperingatkan
bahwa
terapi
obat
hipertensi
dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang lain, misalnya hipotensi yang
harus dilaporkan (Brunner and Suddart, 2001).
Penyuluhan
perawatan
kesehatan
sangat
penting
untuk
menyampaikan informasi mengenai kesehatan keluarga, perawatan
kesehatan mulai ketika keluarga menyatakan bahwa anggota
keluarga
yang
sakit
benar-benar
sakit
dan
membutuhkan
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
pertolongan. Keluarga mulai mencari informasi, penyembuhan,
nasehat, untuk membantu keluarga memeliharara dan meningkatkan
kesehatanny Friedman (1998).
C. Lansia
1.
Pengertian Lansia
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
peningkatan usia harapan hidup. Secara umum seseorang dikatakan
lanjut usia apabila usianya 60 tahun ke atas. Lansia bukan penyakit,
namun tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual. Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua
orang dapat mencapai usia tersebut, maka dari itu orang yang berusia
lanjut sangat memerlukan tindakan keperawatan baik yang bersifat
perventif maupun promotif agar mereka dapat menikmati masa usia
emas serta menjadi usia lanjut yang berguana dan bahagia (Maryam,
2008).
Menurut WHO, (2004) ada 4 tahap batasan umur lansia yaitu:
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly) yaitu antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun.
2.
Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam, (2008) klasifikasi lansia dibagi menjadi lima,
yaitu:
a.
Pralansia (prasenelis), yaitu seseorang yang berusia antara 45
sampai 59 tahun.
b.
Lansia yaitu, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c.
Lansia resiko tinggi, yaitu seseorang yang berusia 70 tahun
lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan
masalah kesehatan.
d.
Lansia Potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau
jasa.
e.
Lansia tidak potensial, yaitu lansia tidak bisa mencari nafkah,
sehingga hidup bergantung orang lain.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
3. Tipe Lansia
Menurut Effendi & Makhfudi, (2009) tipe pada lansia bergantung
pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial,
dan ekonominya. Tipe tersebut yaitu:
a.
Tipe mandiri
Lansia tersebut bisa mengganti kegiataan yang hilang dengan yang
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, dan dapat bergaul dengan
teman.
b.
Tipe arif bijaksana
Lansia tersebut bisa menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan, dan
menjadi panutan.
c.
Tipe pasrah
Lansia tersebut hanya menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
d.
Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,
dan banyak menuntut.
e.
Tipe bingung
Lansia biasanya suka kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan
diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Menurut Nugroho, (2008) ada tiga perubahan yang terjadi pada
lansia yaitu:
a. Perubahan atau kemunduran biologis
1. Kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi, fungsi
kulit sebgai penyekat suhu tubuh lingkungan terhadap
masuknya kuman.
2.
Rambut rontok, berwarna putih kering,dan tidak mengkilat.
Hal ini berkaitan dengan perubahan degenerative kulit.
3. Gigi mulai habis
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah, gerakan menjadi gambaran lamban dan kurang
lincah.
6. Kerampingan tubuh menghilang terjadi timbunan lemak
terutama di bagian perut dan panggul.
7. Jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi sementara jumlah
jaringan ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan
menyusut, fungsi dan kekuatan menurun atau berkurang.
8. Berbagai pembuluh darah sangat penting, khususnya di jantung
dan otak mengalami kekakuan. Lapisan intim menjadi kasar
akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolestrol
tinggi
dan
lain-lain
yang
memudahkaan
timbulnya
penggumpalan darah dan thrombosis.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
9. Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium) menurun
akibat tulang menjadi kropos dan mudah patah.
10. Seks yaitu produksi hormone testoteron pada pria dan hormone
progesterone
dan
estrogen
wanita
menurun
dengan
bertambahnya umur.
b. Perubahaan atau kemunduran kemampuan kognitif
1.
Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik.
2. Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang
terjadi dimasa tuanya.
3. Orientasi umum dan perepsi terhadap waktu dan ruangan atau
tempat juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingat
yang sudah mundur dan juga karena pandangan yang sudah
menyempit.
4. Meskipun mempunyai banyak pengalaman skor yang dicapai
dalam test intelegensi menjadi lebih rendah sehingga lansia
tidak mudah untuk menerima hal-hal yang baru.
c. Perubahan-perubahan Psikososial
1. Pensiun, merupakan produktifitas selain itu identitas pensiun
dikaitkan dengan peranan dalam sebuah pekerjaan.
2. Merasakan atau sadar akan kematian
3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.
4. Penyakit kronis dan ketidaak mampuan.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
5. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
6. Gangguan syaraf panca indra.
7. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
8. Rangkaaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dan
teman maupun family.
9. Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik.
10. Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
D. Kerangka Teori
Faktor Penyebab Hipertensi
Obesitas, stress, aktifitas fisik, merokok,
konsumsi garam yang berlebihan, deuretik,
Pengendalian Tekanan Darah
pada Lanjut Usia Penderita
Hipertensi
kebiasaan makan dan konsumsi alkohol.
Faktor Penguat
Dukungan Keluarga :
a.
Dukungan Emosiaonal
b.
Dukungan Informasi
c.
Dukungan Penghargaan
d.
Dukungan Instrumental
 Farmakologi (Obatobatan)
Aturan atau ketetapaan
yang membuat individu
mengubah perilaku
terapi.
 Non Farmakologi
Perubahan gaya hidup
dan perilaku kesehatan
(mengurangi stress, olah
raga, menurunkan berat
badan, mengurangi
konsusmsi garam,
kafein, dan alkohol,
serta mengatur pola
makan.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Friedman (1998), Kusmana (2007), Junaidi (2010)
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Dukungan Keluarga
Pengendalian tekanan darah pada
lanjut usia penderita hipertensi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan pengendalian tekanan darah pada lanjut usia Penderita
hipertensi di Puskesmas Kalimanah Kabupaten Purbalingga.
Hubungan Dkungan Keluarga..., Dyah Elvina Wulandari, S1 Keperawatan UMP, 2015
Download